Anda di halaman 1dari 43

Clinical Oriented Anatomy of

Brain, Sensory, and Descending Pathway

Anindya Khairunnisa Zahra Annisaa Pelita Harti Prenali Dwisthi Sattwika


Brodmann Nama area Cortex cerebri Fungsi

1 Sensibilitas kutan dan viscera


2 Area somatik primer Gyrus postcentralis Sensibilitas viscera
3 Sensibilitas kutan

3, 4 Area somatik sekunder Sensoris umum, termasuk nyeri

Stereognosis: penilaian komprehensif


Area asosiasi somatik
5, 7 Lobulus parietalis supor karakteristik objek yang diraba tanpa
(asosiasi parasensoris)
melihatnya

Akhiran radiatio optica dari corpus


Area visual primer
17 Sekitar fissura calcarina geniculatum laterale (CGL)
(area striata)
= pusat penglihatan

18 Area visual sekunder Sebelah area 17 Area asosiasi visual


19 Area visual tersier Sebelah area 18 18-19: gerakan scanning otomatis bola
39 Area asosiasi visual tinggi Gyrus angularis mata

Gyrus temporalis Akhiran radiatio auditiva dari corpus


41 Area auditoris primer
transversus (convolutio geniculatum mediale ()
42 Area auditoris sekunder
Heschl) = pusat pendengaran

Area asosiasi auditoris


22 (area Wernicke) Gyrus temporalis supor
Area bahasa sensoris
22 Gyrus temporalis supor
Area asosiasi area-area Memproses input-input dari area-area
39 Gyrus angularis
asosiasi sensoris asosiasi sensoris
40 Gyrus supramarginalis

43 Area gustatoris Operculum Pusat pengecapan


34 Area olfaksi Uncus Pusat penciuman

Bagian depan gyrus Pengatur depth of feeling (afek/perasaan)


9-12 Cortex prefrontalis frontalis supor gyri Prefrontal cortex is the neocortical
orbitales representative of the limbic system

Berhubungan dengan pengalaman masa


Neocortex polus antor lobus lalu, membangkitkan kembali benda-benda
38 Psychical cortex
temporalis yang pernah dilihat atau musik yang
pernah didengar

Pusat motorik: asal tractus corticospinalis


4 Area motoris primer Gyrus precentralis
et corticobulbaris

Gyrus frontalis supor Gerakan manipulatif


6 Area premotoris
(rostral gyrus precentralis) (aktivitas motoris yang dipelajari)

Gyrus frontalis supor


8 Frontal eye field Gerakan scanning volunter bola mata
(rostral area 6)

44 Area bahasa motoris (area Pars opercularis


Mekanisme produksi bicara
45 Broca) Pars triangularis
Agnosia : secara umum, merupakan kegagalan mengenali suatu objek
menggunakan indera/ sensori tertentu.
Agnosia disebabkan gangguan pada fungsi asosiasi di cerebral cortex,
diantaranya:
Astereognosis (agnosia taktil) : ketidakmampuan mengenali objek
dengan sentuhan/ rabaan (taktil). Lesi terjadi pada area asosiasi somatik /
parasensoris (Gyrus supramarginalis: area 5, 7)
Agnosia visual : ketidakmampuan mengenali objek yang dilihat.
Disebabkan lesi pada area asosiasi visual (area 18, 19)
Agnosia auditoria : ketidakmampuan mengenali suara/musik/kata2.
Disebabkan lesi pada area asosiasi auditoris (22)
Physiology of Language Area 4
Wernicke
Area visual (17, 18, 19)

Area auditoris (41, 42)


Area asosiasi visual (39)
visual info

Broca
Area Wernicke (22) Saat kita mengucapkan
pengenalan dan pemahaman info visual & auditory kata2 yg kita baca Area 17, 18, 19

Lewat Fasciculus arcuatus Area 4


Wernicke
Area broca (44, 45)
pemrosesan kedua info tsb menjadi
pola vokalisasi yang detail dan
terkoordinasi

Insula
speech, articulation Broca

Motor cortex (4)


vokalisasi (otot2 bibir, Saat kita mengulang
Area 41, 42 kata2 yg kita dengar
lidah, laryng)
Aphasia : secara umum didefinisikan sebagai gangguan bahasa motorik dan
sensorik yang disebabkan oleh lesi pada otak, namun tidak berhubungan
dengan defek mental, gangguan indera, atau paralisis otot-otot yang
berfungsi untuk bicara.
Aphasia sensorik/ Wernicke aphasia : Lesi pada area Wernicke, menyebabkan
kesulitan memahami kata-kata yang didengar atau dibaca
Aphasia motorik/ Broca aphasia : Lesi pada area Broca. Pasien mengerti banyak
kata tertulis dan kata lisan tetapi mengalami kesulitan untuk mengucapkan
kata tersebut
Conduction aphasia : Gangguan bahasa untuk mengulang kata2 yang dibaca
atau didengar. Disebabkan lesi pada area 40.
Global aphasia : hilangnya /menurunnya kemampuan bahasa (sensoris dan
motoris) karena lesi pada area2 bahasa secara luas.

Type Spontaneous speech Repetition of Language Finding


words comprehension words
Brocas Abnormal Abnormal Normal Impaired
aphasia
Wernickes Fluent (at times logorrhea, Abnormal Impaired Impaired
aphasia paraphasia, neologism)

Conduction Fluent, but paraphasic Markedly normal Abnormal,


aphasia impaired paraphasic
Somatosensoric
System

ALS
Fungsi sensoris: Nyeri, suhu

Langsung menyilang di medulla


spinalis.

Naik ke Nuc. VPL thalamus, terus


ke cortex

ALS (Anterolateral system)


Somatosensoric
System

DCML
Fungsi sensoris: Propriosepsi,
posisi, taktil, tekanan, vibrasi

Dari medulla spinalis naik dulu..


VT6 ke bawah: Fasciculus &
Nuc. Gracilis (medial)
VT6 ke atas: Fasciculus & Nuc.
Cuneatus (lateral)

Kemudian baru menyilang di


decussatio lemnisculorum.
Lanjut naik ke Nuc. VPL
thalamus, terus ke cortex

DCML (Dorsal Column Medial Lemniscus)


Jaras
sensorik
dari
kepala

Nyeri dan suhu


dari wajah
BUKAN ke VPL
kayak sensoris
lain, tapi ke Nuc.
VPM thalamus
Pain
Stimulus nyeri dihantarkan ke
otak lewat 2 jalur :
1.DIRECT SPINOTHALAMIC
PATHWAY /
NEOSPINOTHALAMIC
PATHWAY / LATERAL SYSTEM
Sharp nociception
(sharp pain)
2.INDIRECT PATHWAY /
PALEOSPINOTHALAMIC
PATHWAY / MEDIAL SYSTEM
Dull/diffuse
nociception (dull/diffuse
pain)
info disalurkan
melewati RETICULAR
FORMATION pada batang
otak dan LIMBIC SYSTEM
(Emotional sensation)

Direct /neospinothalamic Undirect/paleospinothalamic


pathway pathway
Anesthesia : complete loss of sensation
Kehilangan sensasi, biasanya akibat kerusakan saraf atau reseptor
Hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, yang disebabkan oleh pemberian suatu
obat atau oleh intervensi medik lainnya
Paresthesia : Adalah sensasi sentuh abnormal yang timbul dengan spontan (tanpa
rangsangan). Paresthesia mancakup : numbness (mati rasa/kebas), tingling (seperti
ditusuk2), atau formication (kesemutan).
Analgesia : hilangnya sensitivitas terhadap rasa nyeri.
Thermoanesthesia : hilang/ kurangnya sensitivitas terhadap suhu.
Neuropathy : gangguan fungsi atau perubahan patologis pada saraf tepi, kadang terbatas
hanya pada lesi non-inflamatorik, berlawanan dengan neuritis.
Dibedakan jadi mononeuropathy (satu saraf yang kena), mononeuropathy multiplex
(beberapa serabut saraf), dan polyneuropathy (diffuse dan bilateral)
Tingling sensation
Sensasi seperti tertusuk-tusuk, disebabkan oleh dingin atau pengetokan suatu saraf,
atau sebagai akibat berbagai penyakit sistem saraf pusat atau perifer
Thalamic pain syndrome (Dejerine-Roussy syndrome / Central pain syndrome) :
Sindrom yang disebabkan oleh lesi pada posteroinferior thalamus dan ditandai dengan
hemianestesia kontralateral, beberapa berkembang menjadi nyeri berat persisten dan
gerakan koreoatetoid pada ipsilateral, hemiataksia ringan, dan astereognosis
Somatomotoric System
Tractus Corticobulbar
Tractus corticobulbaris
Lesi UMN ke nuc. VII

Nuc. VII

Ke otot fasial atas


Lesi LMN
Ke otot fasial bawah

Tractus Corticospinal Cortex motoris

Corona radiata

Crus postor capsula interna

Pedunculus cerebri

Pons

Pyramis (medulla oblongata)
Decussatio
pyramidum
Tractus corticospinalis antor
Tractus corticospinalis
lateralis
LMN lamina IV, V, VI, VII, IX
LMN lamina VIII (seluruh medulla spinalis)
(segmen C-T atas)
Movement Disorders
Pyramidal Tract Lesion

Paralysis/plegia lumpuh
Paresis weakness (partial
paralysis)

A : contralateral hemiplegia
B : ipsilateral hemiplegia
C : hemiplegia cruciata
D : quadriplegia
hemiplegia paraplegia quadriplegia
E : paraplegia
Ganglia Basalis
Ganglia Basalis
Ganglia basalis :
Nukleus caudatus + Nukleus lenticularis
- Nukleus caudatus = caput, corpus, cauda
- Nukleus lenticularis = globus palidus + putamen

Fungsi Ganglia basalis


Motorik :
Mempengaruhi upper motor neuron saat
aliran informasi menuju nukleus ventral
thalamus.
Mengatur gerakan seseorang saat dia
ingin berpindah perintah yang memulai
atau menghentikan suatu gerakan.
Memproyeksikan impuls ke cortex
ipsilateral, dan cortex akan
memproyeksikan impuls ke tubuh
kontralateral.
Berkaitan dengan system limbic emotional &
cognitive behavior
Memodulasi cortex asosiasi
Ganglia Basalis Disorders
Hipermotilitas
1) Dyskinesia: gerakan involunter purposeless yang tiada henti
- Chorea: lesi Striatum
- Ballismus: lesi Nucleus Subthalamicus
- Athetosis: lesi Putamen
2)Dystonia : Gangguan tonisitas otot, dapat berupa hiperekstensi atau
hiperfleksi tangan, hiperinversi kaki, torsi tulang belakang dengan
melengkungkan pinggang.
- Fixed dystonia: sikap tubuh yang menetap .
- Phasic dystonia: terdiri dari gerakan-gerakan atetotik disebut
3) Tics
4) Resting Tremor (Parkinsonism)

Hipomotilitas:
1) Bradykinesia: perlambatan gerakan volunter
2) Hypokinesia: berkurangnya gerakan yang normalnya terjadi
3) Rigiditas: peningkatan tonus otot, involunter, sustained muscle contraction
Chorea Huntington:
Lesi Striatum produksi GABA turun aktivasi Atrofi nucleus caudatus,
cortex meningkat gerakan cepat bervariasi luas pembesaran ventrikel lateral
yang tidak henti-henti, kompleks, menyentak-
nyentak, diskinetik, tampak terkoordinasi dengan
baik, tetapi terjadi secara involunter.
Chorea Huntington (=Huntingtons disease):
Atrofi pada striatum
Herediter autosomal dominan
Chorea progresif kronik dan kerusakan mental
hingga dementia.
Manifes umur 30-an (makin tua makin parah)
Chorea Sydenham :
Cross reaction infeksi streptococcus
Athetosis Ballismus
Biasanya krna kerusakan perinatal pada striatum Karena destruksi nucleus
demyelinisasi PUTAMEN. subthalamicus.
Bentuk dyskinesia yang ditandai dengan gerakan- Biasanya unilateral=Hemiballismus.
gerakan menggeliat lambat, berkelok-kelok yang Gerakan involunter memukul /
tidak henti; bentuk paling berat pada tangan, dan mencambuk dan keras akibat
dilakukan secara involunter (biasanya kontraksi otot-otot extremitas
pergelangan tangan fleksi, jari-jari hyperekstensi)

Chorea

Athetosis
Parkinsons Disease Tremor
Penyakit degeneratif hilangnya neuron Stooped
posture
dopaminergik yang mengandung melanin
pada substansia nigra.
Masklike facies
Kekurangan dopamin sel saraf pada
striatum jadi out of control,shg pasien tdk dpt Rigidity
Arm flexed at
mengontrol gerakan. elbows&wrists
Sign and symtoms TRAP (Tremor, Rigidity, Hips &
Akinesia, Postural Instability). knees
Resting tremor 4-6 Hz slightly
flexed
Resting tremor (lambat dan teratur), Tremor

muncul saat otot tidak beraktivitas dan


hilang saat otot digerakkan. Diperberat
Short snuffling steps
oleh dingin, lelah, dan emosi.
Sebaliknya pada intention / cerebellar
tremor, tremor muncul saat ada gerakan
volunter dari otot.
Hypokinetik, akinetik, bradykinetik
Rigidity cog-wheel
Postural instability refleks postural
tdk berfungsi dgn baik
CEREBELLUM
Cerebellum terdiri dari bagian medial yang Secara filogenetik , cerebellum dibagi menjadi:
disebut vermis yang masing2 memiliki 1. Archicerebellum
pasangan di bagian lateralnya (hemispherium) Fungsi: memelihara tonus otot, keseimbangan
(ekuilibrium), sikap (posture)
Vermis Hemispherium cerebelli
Komponen: lobus flocculonodularis
Lingula -
nucleus fastigii
Lobulus centralis Lobulus centralis
Culmen Lobulus quadrangularis 2. Paleocerebellum

antor Fungsi: regulasi tonus otot extremitas,


Declive Lobulus quadrangularis proprioseptif, eksteroseptif

postor Komponen: lobus anterior


Folium Lobulus semilunaris supor declive
Tuber Lobulus semilunaris infor uvula tonsilla
Lobulus gracilis paraflocculus
Pyramis Lobulus biventer nucleus interpositus
Uvula Tonsilla 3. Neocerebellum
Paraflocculus
Fungsi: koordinasi muskuler
Nodulus Flocculus
Lesi di daerah ini menyebabkan dysmetria,
intention tremor, dan adiadochokinesia
4 kumpulan badan sel saraf di cerebellum:
Komponen: folium, tuber, pyramis, dan
Nucleus fastigii
hemispheriumnya
Nucleus interpositus (Nucleus
nucleus dentatus
emboliformis & Nucleus globosus)
Nucleus dentatus
Bagian Fungsi Lesi disana menyebabkan
Medial Cerebellum meregulasi -ataxia pergerakan distal
pergerakan -intention tremor
-decomposition of movement (pergerakan
-diskontinu dan terbagi menjadi komponen
terpisah)

Hemisphere mengontrol -delayed onset of movement


Cerebellum gerakan volunteer -dyssynergia (gerakan tidak terkoordinasi)
-dysmetria (misjudge akselerasi, speed,
required force, dan extent of movement)
-rebound phenomen (tidak dapat menarik
aksi otot segera ketika resistensi tiba-tiba
berkurang)
-Adiadochokinesia

Flocculus, nodulus, mengontrol -Hypotonia


vermis keseimbangan -Nystagmus
-Scanning speech
-Stumbling gait
-Standing with legs apart
-Uncertain gait (ataxia)
-Gangguan keseimbangan
Adiadochokinesia
Suatu diskinesia yang meliputi ketidakmampuan melakukan gerakan
diadochokinesia (fungsi menghentikan rangsangan satu motor dan
menggantikannya secara diametrik berlawanan, untuk membuat gerakan
pengganti berkesinambungan, seperti pronasi & supinasi lengan) yang
berselang-seling secara cepat. Disebabkan lesi pada hemispherium
cerebelli yang berfungsi untuk mengatur gerakan volunter.

Dysmetria
Ketikdakmampuan untuk memperkirakan range gerakan yang volunter.
Misalnya pasien diminta mengambil sendok di atas meja, tapi jangkauan
tangannya selalu tidak bisa tepat ke arah sendok.

Neo-cerebellar syndrome : sindrom yang disebabkan lesi pada neo-


cerebellum. Gejalanya antara lain.....
- Hypotonia: tendon jerks become weak and pendular.
- Athenia: muscle weakness, slow movement, rapid fatigue.
- Motor Ataxia (crebellar ataxia) : disturbance and in coordination of
voluntary movements.
Komponen Keseimbangan:
1) Vestibular labyrinth, vestibular nuclei
2) Visual CN III, IV, VI
3) Proprioceptive upper cervical ms and joints

Ataxia
Kegagalan koordinasi otot, tidak teraturnya gerakan otot

Ataxia sensoris
Ataxia akibat hilangnya propiosepsi antara korteks motoris dengan saraf perifer,
yang mengakibatkan gerakan-gerakan yang tidak teratur, inkoordinasi ini menjadi
lebih berat apabila mata ditutup (ga ada bantuan dari komponen visualnya).

Vestibular ataxia
Ataxia yang disebabkan lesi di sepanjang nervus VIII atau pada nuc. vestibularis

Ataxia cerebellar
Ataxia yang disebabkan lesi pada cerebellum atau jaras2 dari cerebellum ke
pedunculus cerebri, pons, atau nucleus rubra

Ataxia lokomotor = tabes dorsalis (gangguan jaras propriosepsi)


Apraxia : Tidak bisa melakukan gerakan kompleks/terlatih, (misalnya
mengikat tali sepatu), walaupun tidak ada paralisis atau gangguan
motoris dan sensoris lainnya.

Apraxia motorik disebabkan oleh hilangnya memori tentang pola


kinestetik yang diperlukan untuk melakukan suatu gerakan kompleks.
Pasien bisa merencanakan suatu gerakan, tapi tidak bisa melakukannya.

Apraxia sensorik (ideational apraxia) adalah suatu kelainan di


mana seseorang tidak bisa merencanakan suatu gerakan dan tidak tahu
bagaimana mempergunakan suatu objek. Pergerakan dan kekuatan
motoris normal, tapi tidak tahu apa tujuan dari gerakan tersebut.
Disebabkan lesi pada area 6 (premotorik)
Agraphia : Gangguan dalam menulis.
Agraphia primer disebabkan ketidakmampuan membentuk huruf, tanpa gangguan bicara atau penglihatan. Agraphia
sekunder disebabkan gangguan pada fungsi bahasa (ada aphasia juga).

Alexia : Gangguan dalam membaca; afasia reseptif yang memperlihatkan ketidakmampuan untuk mengerti bahasa
tulisan.
Alexia primer berhubungan dengan agnosia visual (tidak mampu menginterpretasi objek yang dilihat). Alexia sekunder
berhubungan dengan defek pada bahasa.

Dyslexia : kesulitan dalam membaca, mengeja, dan menulis kata-kata, walaupun mampu melihat dan mengenal huruf.
Ada gangguan familial (autosomal dominan), >> pada pria. Bisa diatasi dengan latihan yang intensif.
Tonsillar herniation: Herniasi tonsilla cerebelli ke bawah melalui foramen
magnum, menekan medulla oblongata.
Tentorial herniation: Herniasi struktur cerebral melalui incisura tentorii,
disebabkan massa supratentorial. Dapat menekan struktur di bawahnya,
termasuk brain stem.
Keterangan
Supratentorial herniation
1. Uncal
2. Central (transtentorial)
3. Cingulate (subfalcine)
4. Transcalvarial
Infratentorial herniation
5. Upward (upward cerebellar or upward
transtentorial)
6. Tonsillar (downward cerebellar)

*Postur akibat herniasi otak: siku,


pergelangan tangan, dan jari fleksi,
tungkai ekstensi dan rotasi interna.
++ penurunan kesadaran, refleks
pupil negatif, muntah, dll
Cerebellopontine Angle Syndrome/ Tumor = acoustic neuroma
Adanya tumor pada angulus pontocerebellaris dapat menekannervus cranialis
yang ada didekatnya, termasuk N. V, N. VII, dan N. VIII. Gejala: hilangnya
refleks cornea ipsilateral, gangguan keseimbangan serta pendengaran.
VISUAL DEFECT
A : anopsia ipsilateral
B : heteronymous hemianopsia (bitemporal)
C : homonymous hemianopsia
D : quadrantic hemianopsia

N. Opticus
Chiasma
Opticum

Tractus
Opticus
Nuc.
Geniculatum
Lateral
Radiatio
Optica

Cortex
striatum
Visual Pathway Defects
Amaurosis
Lesi N II pada satu sisi

Hemianopsia bitemporal
Hemianopsia yang mengenai kedua mata
Lesi pada chiasma optica

Hemianopsia homonymous
Hemianopsia mengenai separuh kanan atau separuh kiri dari lapang pandang
kedua mata
Lesi pada tractus opticus

Hemianopsia quadrantic
Hemianopsia pada seperempat lapang pandang, dikelilingi oleh radius
vertical dan horizontal
Lesi pada radiatio optica
Horners syndrome
Masuknya bola mata, ptosis, miosis, Ptosis
penyempitan fissure palpebra, anhidrosis,
Miosis
dan kemerahan di sisi wajah yang sakit.
Disebabkan karena lesi batang otak Anhydrosis
ipsilateral yang mengganggu jaras simpatis
Hyperemia
descendens (dari hypothalamus ke cervical).
Bisa disebabkan karena thoracic outlet
syndrome.
Horners syndrome

Freys syndrome
Pipi yang kemerahan dan berkeringat yang
berhubungan dengan kegiatan makan, terlihat pada lesi
kelenjar parotid dan nervus auriculotemporalis Freys Syndrome
Ptosis (drooping of the eyelid)
Ptosis
Turunnya kelopak mata akibat lumpuhnya
N.III.

Lagopthalmus
Keadaan dengan mata tidak dapat ditutup
sempurna. Lesi pada N. VII.

Argyll Robertson Pupil


Pupil yang miosis dan memberikan reaksi pada saat
akomodasi tetapi tidak bereaksi terhadap cahaya.
Berhubungan dgn Neurosyphillis.
Parinaud's Syndrome:
Paralisis konjugat gerakan bola mata ke atas (tanpa paralysis konvergen) dan
disfungsi pupil :
-Paralysis of upgaze: Downward gaze is usually preserved.
-Pseudo-Argyll Robertson pupils
-Convergence-Retraction nystagmus: Ketika upward gaze
-Eyelid retraction (Collier's sign)
-Conjugate down gaze in the primary position: "setting-sun sign.

Lesi pada midbrain posterior (tectum termasuk colliculus superior dekat dengan
asal N. III dan nucleus Edinger Westphal), seperti tumor glandula pinealis.
Locked-in syndrome
Kerusakan pada bagian tertentu otak
bagian bawah dan batang otak, tanpa
melibatkan otak atas, menyebabkan
quadriplegia dan mutisme dengan
kesadaran yang utuh dan gerakan mata
vertical volunteer dan gerakan mengedip
yang tetap ada, biasanya akibat lesi
vascular pars ventralis pontis.

Diplopia horizontal
Diplopia dengan bayangan yang terletak pada bidang
horizontal yang sama, bersilangan atau langsung
Diplopia vertical
Penglihatan ganda dengan satu bayangan
tampak berada di atas yang lain
Sistem Vestibular:
Otolithic organs: Sacculus dan Utriculus Patofisiologi Vertigo
Komponen: macula dan otolith.
Peran:
-Keseimbangan statis:
sensoris posisi kepala, postur.
-Keseimbangan dinamis:
Akselerasi dan Deselerasi LINIER.

Ductus Semicircularis
Ada tiga; anterior, posterior, dan
lateral.
Komponen: ampulla dan cupula
Peran:
-Keseimbangan dinamis:
Akselerasi dan Deselerasi ROTATIONAL. Coba ditungguin deh, gambar ini animasi :D
Vertigo
Suatu ilusi gerakan, perasaan ilusi bahwa sepertinya lingkungan (objective
vertigo) atau tubuhnya sendiri (subjective vertigo) berputar.
Vertigo central
Vertigo yang disebabkan penyakit sistem saraf pusat, seperti lesi cerebellum
dan brain stem, Basilar artery migraine, TIA, Stroke, dll.
Vertigo perifer
Vertigo akibat gangguan pada labirynth atau n. Vestibularis (komponen
N.VIII): BPPV, Labrynthitis, Menieres disease (hearing loss, tinnitus,
vertigo), Acoustic Neuroma, Motion sickness.
Motion sickness
Disebabkan oleh pergerakan yang tidak biasa dan diskordansi antara
komponen vestibular dengan visual, biasanya dialami dalam perjalanan.
Vertigo Central Vertigo Perifer
Continous Recurrent
Nystagmus vertical Nystagmus horizontal
Non-positional Position change
Mild vertigo Moderate-Severe
Conductive hearing loss: Hearing loss akibat gangguan konduksi
suara karena kelainan pada auris externa / auris media. Misalnya
penyumbatan canalis acusticus externus akibat impacted cerumen atau di
Tuba Eustachii, infeksi (otitis), tumor (osteoma), atau keterbatasan gerak
ossicula auditiva.
Sensory neural hearing loss: Hearing loss akibat gangguan pada
proses persepsi.
SNHL cochlearis: Lesi pada cochlea,
SNHL retrocochlearis: lesi N. VIII, acoustic neuroma/ pontocerebellar
angle tumor, atau lesi area auditoris primer.

Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Diagnosis

Positif (AC>BC) Tidak ada lateralisasi Sama dengan Normal


pemeriksa

Negatif Lateralisasi ke telinga Memanjang CHL


(BC>AC) yang sakit

Positif (AC>BC) Lateralisasi ke telinga Memendek SNHL


yang sehat
Hearing Pathway
Thx to :
Slide-nya Prof. Aswin : Somatomotoric & Somatosensoric
Slide-nya dr. Ginus : Higher function of the brain
Slide-nya dr. Abdul Gofir,Sp.S(K): Dizziness
Slide-nya nisa : Ganglia basalis disorder
Slide-nya anin: Hearing loss

Anda mungkin juga menyukai