PENDAHULUAN
bersifat akut, dan penyebabnya belum diketahui secara pasti (idiopatik). Bell’s palsy ini
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1812 oleh Sir Charles Bell, seorang peneliti
Tjandra, 2011).
Kejadian sindrom Bell’s palsy ini berkisar 23 kasus per 100.000 orang setiap
mengganggap sindrom Bell’s palsy sebagai serangan stroke atau yang berhubungan
dengan tumor sehingga perlu diketahui penerapan klinis sindrom Bell’s palsy tanpa
melupakan diagnosa banding kemungkinan diperoleh dari klinis yang sama (Adam, O.
M. 2019).
Menurut Holland (2008), di Inggris insiden Bell’s palsy terjadi pada 20/100.000
orang per tahun dengan usia terbanyak 15-40 tahun dan tidak terdapat perbedaan antara
laki- laki dan perempuan. Berbeda dengan penelitian Tsai et al (2009) di Taiwan
melaporkan bahwa insiden Bell’s palsy juga terdapat anak berusia 3 bulan-18 tahun,
anak perempuan lebih banyak dibandingkan anak laki-laki (rasio 1,4 : 1) dan banyak
terjadi pada musim dingin dibandingkan dengan musim panas. Penatalaksanaan Bell’s
palsy masih sering mengundang kontroversi bukan hanya dalam bidang medis juga
kortikosteroid dan obat- obatan antivirus pada 48 jam pertama. Tetapi tanpa pengobatan
1
ini pun 85- 90% pasien akan mengalami perbaikan total dalam hitungan minggu atau
Sidharta (2000) yang mengemukakan bahwa Bell’s palsy dapat sembuh dalam 5 hari
sampai 2 bulan. Dari berbagai permasalahan diatas penulis mencoba untuk sedikit
memberikan rasionalisasi konsep-konsep dasar dari sisi fisioterapi berupa efek fisiologis
dan terapeutik dari modalitas-modalitas fisioterapi yang umumnya diberikan pada kasus
Bell’s palsy, dengan harapan akan dapat memberikan gambaran modalitas fisioterapi
umumnya yaitu berupa Infra Red, Electrical Stimulation, massage dan mirror exercise
Masalah kecacatan yang ditimbulkan oleh Bell’s palsy cukup kompleks, yaitu
dan bahkan bisa berakibat terjadi kontraktur; disability atau ketidakmampuan (ditingkat
individu) berupa keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari berupa gangguan makan dan
minum, menutup mata, serta gangguan berbicara dan ekspresi wajah; handicap (di
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
fasialis perifer akibat proses non supuratif, non neoplastik, non degeneratif
primer tetapi bisa juga akibat dari adanya oedema jinak pada bagian nervus
stilomastoideus, yang awal mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan. Bell’s palsy ini hampir selalu unilateral dan jarang sekali
dan rasa raba) dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang
3
dipersarafi oleh nervus trigeminus.
dari 2/3 bagian depan lidah, dan sensasi visceral umum dari kelenjar
ludah, mukosa hidung dan faring, dan sensasi proprioseptif dari otot
Secara anatomis bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang
dan inti akar decenden dari saraf trigeminus (N.V). hubungan sentralnya
nervus VI, dan keluar di bagian leteral pons. Nervus intermedius keluar
4
intermedius dan menjadi satu berkas saraf yang berjalan dalam kanalis
2. Nucleus Facialis
Nervus Facialis terdiri dari dua nucleus motoris di batang otak, yang
terdiri dari :
orbikularis occuli.
1983).
5
dalam cavum timpani nervus facialis membelok tajam ke arah
3. Otot-otot wajah
6
pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Otot-otot wajah beserta fungsinya
No Nama Otot Fungsi Persarafan
dan
N.Temporalis
3. M.Procerus Mengerutkan kulit antara N.
N.Temporalis,
N. Buccal
4. M. Orbicularis Menutup kelopak mata N.Fasialis,
Oculli N.Temporalis, N.
Zigomatikus
5. M. Nasalis Mengembang N. Fasialis
Oris Bawah
7. M. Buccinator Meniup sambil menutup N. Fasialis,
mulut
N. Zigomatikum,
N. Mandibular,
N. Buccal
8. M. Mentalis Mengangkat dagu N. Fasialis dan
7
N. Buccal
B. Bell’s Palsy
1. Definisi
lower motor neuron akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi
lesi saraf fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah yang khas. Dengan
kata lain bell’s palsy merupakan suatu kelainan pada saraf wajah yang
Charles Bell, dokter dari Skotlandia. Bell’s palsy sering terjadi setelah
infeksi virus atau setelah imunisasi, lebih sering terjadi pada wanita
8
dewasa ini menunjukkan bahwa Herpes simplex tipe 1 berperan pada
sebagai nama lain dari Bell’s palsy tidak tepat lagi dan mungkin lebih
genikulatum. Salah satu gejala Bell’s palsy adalah kelopak mata sulit
matanya terputar ke atas dan matanya tetap kelihatan. Gejala ini disebut
juga fenomena Bell. Pada observasi dapat dilihat juga bahwa gerakan
kelopak mata yang tidak sehat lebih lambat jika dibandingkan dengan
seorang anatomis dan dokter bedah bernama Sir Charles Bell (Lowis &
9
Gaharu 2012). Bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf
perifer wajah secara akut (acute onset) pada sisi sebelah wajah (de
Etiologi Bell’s Palsy saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi ada
3. Patofisiologi
unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih
dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh
Hargiani, F. X. (2019).
10
Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan
4. Gambaran klinis
11
berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh.
C. Tinjauan Pengukuran
BAB III
A. Assesmen Fisioterapi
Data Medis :
c) Pernafasan : Normal
d) Suhu : 36o C
a) Berat Badan : 58 kg
B. Indetitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 63 Th
Alamat : Galesong
Pekerjaan : Wiraswasta
C. History Taking
12
Faktor memperberat : Menggerakkan di areah wajah(senyum,minum,dll)
nyeri di bagian telinga sebeleh kiri dan tiba-tiba wajah terasa kaku dan bibir
merot kesisi kanan, akhirnya pasien konsul ke dokter dan di opname, pada
lebih lanjut.
D. Inspeksi
Statis :
Dinamis :
13
Sulit mengkerutkan area hidung dan kening
Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan Dermatome
Pemeriksaan Myotome
maksimal.
14
1. M. Frontalis 5 3
2. M. corrugator supercilli 5 3
3. M. Orbicularis oculli 5 3
4. M. Nasalis 5 3
5. M. Orbicularis oris 5 3
7. M. Buccinator 5 1
8. M. Procerus 5 1
10. M. Rizorius 5 3
11. M. Mentalis 5 3
12. M. Masester 5 1
Ket:
Nilai 0 : Tidak ada kontraksi yang nampak.
Nilai 1 :Pasien dapat melakukan dengan kontraksi minimal.
Nilai 3 :Pasien dapat melakukan tapi agak sulit atau
hanya sebagian ROM.
Nilai 5 :Pasien dapat melakukan sesuai dengan
ROM yang tersedia secara full tanpa kesulitan.
Interpretasi: Dari hasil pemeriksaan penilaian kekuatan otot wajah
(MMT) yaitu pada sisi kiri mengalami penurunan kekuatan otot wajah
15
dengan nilai 3 dimana Pasien dapat melakukan tapi agak sulit atau hanya
Pasien dapat melakukan sesuai dengan ROM yang tersedia secara full
tanpa kesulitan
Posisi Nilai
Tersenyum 70% x 30 = 21
Bersiul 70% x 10 = 7
Jumlah 72 point
16
Derajad VI : Kelumpuhan total 0 point
1. 0%, untuk kekuatan otot 0 : zero, asimetri komplit, tak ada gerak
volunter,
simetri,
Ket:
gerakan diatas,
Pemeriksaan Penunjang : -
17
F. Diagnosa dan Problematik Fisioterapi
3 Participation Restriction
Penurunan rasa percaya diri saat berkumpul di lingkungan keluarga karena
adanya gangguan ekspresi wajah.
18
BAB IV
C.
No. Komponen ICF Tujuan Intervensi Jenis Intervensi
Impairment:
19
c. Kesulitan Mengembalikan IR, Massage dan
meniup/bersiul. kemampuan pasien PNF Wajah
untuk meniup/bersiul
d. Keterlambatan menutup Meningkatkan IR, Massage dan
mata kekuatan otot mata PNF Wajah
3 Participation Restriction
1. Infra Red
sisa metabolisme.
Persiapan alat:Cek alat, kabel dan pastikan alat dalam keadaan baik dan
Tehnik pelaksanaan :Infra red diletakkan tegak lurus dengan dengan jarak
45- 60cm. Sinari pada wajah sisi kanan, tutupi mata pasien dengan tissue
atau handuk agar tidak terpapar langsung oleh sinar infra red.
2. PNF Wajah
Teknik :
20
Pasien di arahkan mencucu sambil di beri tahanan oleh
Teknik
Pada posisi awal jari telunjuk dan jari tengah diletakkan pada
Teknik :
cuping hidung
d.Melatih M. proceus
Teknik :
bawah
21
atas sambil di beri tahanan selama 8 kali hitungan.
Teknik :
lateral.
Teknik :
g. Melatih M. frontalis
Teknik :
alis mata
22
h. Melatih M. mentalis
Teknik :
dagu
3. Massage Wajah
a. Stroking
b. Effleurage
samping 3 baris
4. Mirror Exercises
23
menggerakkan otot-ototnya maka terapis bisa membantu dengan cara
pasif.
(1) pasien diminta untuk menghindari kipas angin secara langsung pada
wajah,
(2) pasien dianjurkan untuk memakai helm standar dan slayer serta
sepeda motor
(3) pasien dianjurkan untuk mengompres pada wajah dan telinga bagian
ditempelkan pada wajah sisi lesi dan daerah telinga belakang, selama 10
menit,
menit, dengan arah dari wajah sisi kiri ditarik kearah telinga wajah sisi
kanan, dan dengan tekanan ringan, hal ini bertujuan agar tidak merusak
depan cermin, dengan gerakan sama seperti yang telah diajarkan oleh terapis
(6) serta selalu menggunakan sedotan pada saat minum dan mengunyah
permen karet.
2. Evaluasi
Evaluasi
Intervensi
No. Problematik
Fisioterapi Awal Terapi Akhir Terapi
24
1. Kelemahan otot PNF otot wajah MMT wajah MMT wajah
wajah sisi kanan Mirror Exercise 3 3
2. Penurunan tonus PNF otot wajah tes tonus (skala tes tonus (skala
otot wajah sisi Mirror Exercise ugo fisch) ugo fisch)
kanan 72 point point 76
Derajad III: Derajad II:
Kelumpuhan Kelumpuhan
sedang Ringan
3. Wajah terasa kaku Massage Palpasi Palpasi
dan tebal di sisi Infra Red (IR) Kaku dan terasa Kaku dan tebal
kiri tebal berkurang
4. Tidak mampu Mirror Exercises, Adanya Masih terlihat
menutup mata PNF keterlambatan keterlambatan
dengan maksimal menutup mata menutup mata
sebelah kiri namun sudah
tertutup full
25
Kelumpuhan Kelumpuhan
sedang Ringan
26
BAB V
PEMBAHASAN
dalam pelaksaan terapi terhadap keluhan yang dialami pasien. Baik berupa
yang terarah dan terstruktur dapat di peroleh diagnosa yang tepat. Berikut
a. History Taking
oleh pasien melalui tanya jawab, pada saat melakukan anamnesis seorang
b. Inspeksi/Observasi
27
Pasien dengan penderita kasus bermacam macam pada umumnya akan
1) Aktif
informasi berupa :
a) Koordinasi gerak
b) Pola gerak
c) Nyeri
d) ROM aktif
2) Pasif
28
digerakkan dalam keadaan rileks dan pada saat digerakkan
a) ROM Pasif
b) Stabilitas sendi
c) Rasa nyeri
d) End feel
e) Capsular pattern
d. Pemeriksaan Spesifik
e. Pengukuran Fisioterapi
a. VAS
b. MMT
c. ROM
29
d. Kemampuan ADL
1. Komunikasi Terapeutik
2003 48).
menimbulkan getaran yang sama dengan molekul air. Sehingga, pada waktu
molekul air dalam tubuh pecah akan membentuk molekul tunggal lain yang
bisa meningkatkan cairan dalam tubuh. Yang kedua infrared efektif untuk
30
dalam tubuh. Lampu Infra Red diletakkan tegak lurus dengan area terapi
dan saat penyinaran, apakah ada panas yang terlalu tinggi atau terlalu
1x1 hari.
dari cahaya tampak tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.
3. MWD
dan perbaikan otot sejalan dengan problematik yang dialami pada pasien
dengan kondisi bell’s palsy dikarnakan efek panas yang ditimbulkan pada
microwave diathermy Hal ini sejalan dengan pendapat John Low (dalam
31
sehingga terjadi peningkatan sirkulasi dan metabolisme di dalam otot yang
judul ”Deep Heating Therapy Via Microwave Diathermy Relieves Pain And
4. Massage
tidak tentu. Lakukan gerakan efflurage secara gentle, arah gerakan dari dagu
kearah pelipis dan dari tengah dahi turun ke bawah menuju ke telinga.
wajah yang terkena lesi dari dagu, pipi, pelipis dan tengah dahi menuju ke
32
jaringan lunak tubuh dengan prosedur manual atau mekanik yang diberikan
dengan menggunakan tiga jari tangan diberikan sesuai letak serabut otot-otot
yang dilakukan dengan cara melingkar dan disertai dengan tekanan pada
bantuan alat, pada kasus Bell’s palsy salah satu teknik tapotement yang
yang dilakukan secara tepat dan berirama Abidin, Z., & Haryanto, D. (2017)
adanya tekanan yang diberikan secara melingkar pada kulit dan jaringan
33
subkutan dapat menimbulkan efek sebagai berikut: membantu meningkatkan
sekretor eksternal dan internal dari kulit. Namun dari semua efek di atas,
efek fisiologis terpenting yang bisa kita dapatkan dari aplikasi massage
pada kondisi Bell’s palsy adalah bahwa massage secara perlahan atau
5. Exercises
yang cepat, tepat, akurat dan hebat maka bell’s palsy dapat disembuhkan
34
- Peregangan cepat (quick stretch) dapat diterapkan untuk dapat
otot zygomaticus
digunakan untuk latihan, dan telah dikembangkan sejak tahun 1940 dan
35
motorik yang besar. Pada pendekatan ini telah diketahui bahwa kelompok
otot yang lebih kuat dari suatu pola diagonal memfasilitasi kemampuan
reaksi dari kelompok otot yang lebih lemah. Teknik dan pola PNF
7. Mirror Exercies
pasif, serta pasien akan lebih mudah dalam mengontrol dan mengoreksi
36
gerakan-gerakan yang dilakukan. Sehingga dengan adanya gerakan volunter
37
DAFTAR PUSTAKA
2014 Taylor DC, Zachariah SB. Bell’s Palsy, ed. Benbadis SR. Medscape, 2018.
Lowis H dan Gaharu MN, 2012. Bell’s palsy, Diagnosis dan Tata
Laksana di Pelayanan Primer, Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan, Departemen Saraf Rumah Sakit Jakarta Medical Center
38
Khusena, H. (2015). Intervensi Infrared, Elektrikal Stimulasi Dan Mirror
Exercise Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Penderita Bell’s Palsy (Doctoral
Dissertation, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta).
Abidin, Z., & Haryanto, D. (2017). Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror
Exercise Pada Bell's Palsy. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 1(2), 18-25.
39
40