Anda di halaman 1dari 8

EDEMA

Edema adalah gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang merupakan
terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan umlah sel dalam mempengaruhi
jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh, tetapi biasanya terdapat pada
kaki dan pergelangan kaki (Aethur C. Guyton).

EPIDEMIOLOGI
Edema akan terjadi jika ada perubahan dalam membrane kapiler, meningkatkan
pembentukan cairan interstisiel atau menurunkan perpindahan cairan interstisiel. Luka bakar dan
ineksi merupakan contoh-contoh keadaan yang dihubungkan dengan peningkatan volume cairan
interstisiel. Obstruksi aliran limfatik atau penurunan tekanan onkotik plasma menyebabkan
peningkatan volume cairan intertisiel. Ginjal menahan natrium dan air jika ada penurunan
volume ekstraseluler sebagai akibat dari npenurunan curah jantung dari gagal jantung.

ETIOLOGI

1. Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra
vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung)
menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan
mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
2. Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan
tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe
akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk
mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan
saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria
dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).
3. Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas.
Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas ini bergantung kepada
substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat
pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah.
Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun
dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin
banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas
kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat
air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai
cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis
oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung
kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala
albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan.
Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum
b) Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat
melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu
jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler
bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan
edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue
tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang
renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat
tersebut mudah timbul edema.
c) Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang
masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni.
Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi natrium
dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis
hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).
Derajat terjadinya oedema:
1+   : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
2+   : menekan lebih dalam (4mm) dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
3+   : menekan lebih dalam (6mm) akan kemabli dalam waktu >1 menit, tampak bengkak
4+   : menekan lebih dalam lagi (8mm) akan kembali dalam waktu 2-5 menit, tampak sangat
bengkak yang nyata.
(Radiologi.rsnajls.org)

JENIS
1. Edema Lokalista (Edema local)

terbatas pada organ atau pembuluh darah tertentu.

 pada 1 ekstremitas (unilateral) : disebabkan oleh obstruksi pada vena atau pembuluh
limfe,misalnya : trombosis vena dalam, obstruksi oleh tumor, limfedema primer, edema
stasis pada ekstremitas yang mengalami kelumpuhan.
 pada 2 ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah : disebabkan oleh
obstruksi vena cafa inferior, tekanan akibat asites masif atau massa intra abdomen
 pada muka (facial edema) : disebabkan oleh obstruksi pada vena cafa superior dan reaksi
alergi (angioedema) asites (cairan di rongga peritoneal) hidrotoraks (cairan di rongga
pleura) = efusi pleura.

2. Edema Generalista (Edema Umum)

pembengkakan terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh penderita.
 pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama dan disertai dengan edema pada
paru : disebabkan oleh kelainan jantung
 pada mata, terutama setelah bangun tidur : disebabkan oleh kelainan ginjal dan gangguan
ekskresi natrium
 asites, edema pada ekstremitas dan skrotum : sering disebabkan oleh sirosis atau gagal
jantung

Cairan edema dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

 Transudat

Transudat adalah cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena alasan-alasan lain
dan bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh. Gagal jantung merupakan penyebab
utama pembentukan transudat. Selain itu pada edema akibat turunnya tekanan koloid osmotik
plasma, cairan edema akan terisi sedikit protein maka cairannya termasuk transudat.

 Eksudat

Eksudat adalh cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena bertambahnya
permeabilitas pembuluh terhadap protein. Edema peradangan merupakan salah satu jenis
eksudat. Eksudat dengan sifatnya yang alami cenderung mengandung lebih banyak protein
daripada transudat oleh karena itu eksudat cenderung memiliki berat jenis yang lebih besar.
Selain itu protein eksudat sering mengandung fibrinogen yang akan mengendap sebagai fibrin
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembekuan eksudat dan akhirnya eksudat mengandung
leukosit sebagai bagian dari proses peradangan.

PATOFISIOLOGI
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori  umum:
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic
plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih
tinggi, sementara jumlah cairan yang  direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian
terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang –ruang interstisium. Edema yang
disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa
cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal ; penurunan
sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein
plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau pengeluaran protein akibat
luka bakar yang luas .
2.  Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari
kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui
pelebaran  pori –pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau
reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan
kearah dalam sementara peningkatan tekanan osmotik  koloid cairan interstisium yang
disebabkan oleh kelebihan protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah
luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang berkaitan
dengan cedera ( misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran)
3.  Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai
peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena.
peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang
terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi  karena restriksi
lokal aliran balik  vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan
kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena –
vena  besar  yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut
masuk  ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan kaki yang
mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4.  Penyumbatan pembuluh  limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan yang
difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah
melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah
melalui efek osmotiknya. Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan
wanita yang saluran-saluran drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat
pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan
limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan
melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini,
cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi
gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan ekstremitas,
mengalami edema hebat.Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena
ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.

Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran bahan-


bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak antara sel dan
darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O 2, dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi
berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang
mendapat pasokan darah.

KLINIS (GEJALA)

1. Distensi vena jugularis, peningkatan tekanan vena sentral.


2. Peningkatan tekanan darah, denyut nadi penuh, kuat.
3. Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan.
4. Edema perifer dan periorbita
5. Asites, efusi pleura, edma paru akut, (dispnea, takipnea, ronki basah di seluruh lapangan
paru).
6. Penambahan berat badan secara cepat: penambahan 2 % = kelebihan ringan, penambahan
5 % = kelebihan sedang, penambahan 8 % = penambahan kelebihan berat.
7. Hasil laboratorium ; penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium serum normal,
natrium urine rendah ( <10 mEq/24 jam).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Elektrokardiografi

Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung
penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bias
ditemukan.

 Laboratorium
1. Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia.
2. Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
3. Darah rutin, ureum kreatinin, elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim
jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi coroner.
 Foto thoraks

Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada. Radiograph (X-ray) dada
yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan pembuluh-
pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-
bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi,
yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.

X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang
lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang
signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang
normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary
edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang
mungkin mendasarinya.

PENCEGAHAN
Dalam hal tindakan-tindakan pencegahan, tergantung pada penyebab dari pulmonary edema,
beberapa langkah-langkah dapat diambil. Pencegahan jangka panjang dari penyakit jantung dan
serangan-serangan jantung, kenaikan yang perlahan ke ketinggian-ketinggian yang tinggi, atau
penghindaran dari overdosis obat dapat dipertimbangkan sebagai pencegahan. Pada sisi lain,
beberapa sebab-sebab mungkin tidak sepenuhnya dapat dihindari atau dicegah, seperti ARDS
yang disebabkan oleh infeksi atau trauma yang berlimpahan.

PENGOBATAN
Edema dapat diatasi dengan penanganan mandiri di rumah, juga dengan mengonsumsi obat-
obatan melalui konsultasi dokter.
Pada kasus edema yang ringan, penanganan di rumah berguna untuk meringankan edema dan
gejala yang ditimbulkannya. Cara pengobatan edema di rumah yang direkomendasikan antara
lain:

 Mengonsumsi makanan sehat, hindari makanan yang dikemas dan diproses dengan


kandungan garam yang tinggi.
 Hindari merokok dan minum alkohol.
 Rutin melakukan olahraga ringan, yang dapat membantu mencegah pembengkakan.

Sedangkan untuk edema yang disebabkan suatu kondisi atau penyakit, diperlukan pengobatan
oleh dokter untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pada kondisi yang lebih berat, edema
biasanya ditangani dengan obat-obatan diuretik, yang membantu tubuh mengeluarkan cairan
berlebih melalui urine. Namun, perlu tidaknya penggunaan obat tersebut akan ditentukan oleh
dokter sesuai kondisi dan riwayat medis penderita. Salah satu kondisi yang direkomendasikan
menggunakan diuretik adalah edema akibat gagal jantung kongestif.
Hal yang penting dilakukan untuk mencegah dan mengatasi edema adalah melakukan perubahan
pola hidup dan pola makan menjadi lebih sehat, terutama dengan menghindari makanan yang
mengandung garam berlebihan. Bila mengalami gejala edema, konsultasikan lebih lanjut
pada dokter agar dapat diberikan penanganan yang tepat.

Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-edema-dan-cara-mengatasinya

https://www.slideshare.net/lnathania/edema-paru-16145062

http://volimrini.blogspot.co.id/2012/09/oedema.html

Edema patofisiologi & penanganan. Ian effendi, Restu pasaribu (ed). BAIPD. Jilid I. Edisi IV. Jakarta :
FKUI.

Nelson, W. E., Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Textbook of Peditrics, EGC, Jakarta; 2000.

https://mnj.ub.ac.id/index.php/mnj/article/download/262/199

Anda mungkin juga menyukai