Jelaskan refleks ekstensor dan refleks menarik diri, refleks ekstensor silang, refleks
sikap tubuh dan pergerakan?
JAWABAN :
Gerak Sadar dan Gerak Refleks
Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi karena proses yang disadari. Impuls pada
gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak
untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan,
dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Skema
gerak sadar adalah sebagai berikut:
Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi
secara otomatis terhadap rangsangan.
Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut lengkung
refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar: (1) reseptor, (2) jalur aferen sensorik, (3) pusat
pengintegrasi, (4) jalur aferen motorik, (5) efektor. Respon merespon stimulus yang
merupakan suatu perubahan atau kimia dalam lingkungan reseptor. Dalam merespon
stimulus, reseptor mengubah energi stimulus menjadi energi bioelektrik disebut potensial
reseptor yang berbentuk potensial bertingkat. Potensial reseptor ini akan dirambatkan ke
pusat pengintegrasi refleks-refleks dasar, sedangkan bagian otak yang lebih tinggi
memproses refleks yang dipelajari. Pusat pengintegrasian memproses semua informasi
yang dapat diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi dari input lain,
kemudian membuat suatu keputusan tentan respon yang sesuai. Instruksi dari pusat
pengintegrasi diteruskan melalui lintasan eferen ke efektor (suatu otot atau kelenjar) yang
melaksanakan respon yang diinginkan. Berikut adalah macam-macam gerak refleks
berdasarkan pengklasifikasiannya, antara lain:
a. Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya (dipelajari/tidak dipelajari)
Terdapat dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu:
1. Refleks sederhana atau refleks dasar : refleks yang menyatu tanpa dipelajari, seperti
mengedipkan mata pada saat ada benda yang menuju ke arahnya.
2. Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks yang dihasilkan dari berbuat dan
belajar, seperti membelokkan mobil kalau mau menabrak benda. Kita mengerjakan
hal tersebut secara otomatis, tetapi hanya setelah banyak berlatih secara sadar.
b. Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya
Terdapat dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu:
1. Refleks Kranial : refleks yang diintegrasikan oleh otak. Semua komponen yang
diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen pada otak. Contoh:
refleks mengedipkan mata.
2. Refleks Spinal : refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang belakang, semua
komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon aferen berada
dalam sumsum tulang belakang.
c. Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung refleksnya
Terdapat dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu:
1. Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu sinaps. Contoh: refleks regangan
pada patela yang melibatkan satu sinaps, yaitu antara neuron aferen yang berasal dari
reseptor regangan dalam otot kerangka, yang bersinapsis dengan neuron eferen untuk
otot rangka yang sama. Contoh salah satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika
kaki kita meregang.
Mekanisme Gerak Refleks Monosinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
2. Hubungan antara gangguan miksi dan defekasi dengan gangguan pada medulla
spinalis
JAWABAN :
a. Eliminasi Urine
BAK / MIKSI adalah suatu proses pengosongan kandung kencing. Gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah Suatu keadaan dimana terganggunya
proses mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan
kandung kencing secara normal.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter
mengalirkan urine kebladder. Dalam bladder ditampung sampai mencapai batas tertentu
yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
b. Refleks Miksi
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan sakral 3 (S-3). Saraf
sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis bagian sakral 2 sampai
dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat
miksi mengirimkan sinyal kepada otot kandung kemih (destrusor) untuk berkontraksi.
Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang
dibawah kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda.
Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung
kemih. Biasanya tidak lebih dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut
urine residu.
8. Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga produksi urine
akan menurun.
9. Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
10. Pemeriksaan diagnostic
Intravenus pyelogram di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urine. Cystocospy dapat menimbulkan edema lokal pada uretra,
spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
f. Etiologi
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK disebabkan oleh :
1) Obstruksi
2) Infeksi
3) Calculi
4) Pertumbuhan jaringan yang abnormal
5) Masalah sistemik
g. Masalah-masalah eliminasi urine
1) Retensi urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder
untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang
terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya adalah 250-400 ml.
2) Inkontinensia urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Ada dua jenis inkontinensia : pertama, stres inkontinensia
yaitu stres yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen meningkat seperti pada saat
batuk atau tertawa. Kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat
klien terdesak ingin berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian
bawah atau spasme bladder.
3) Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) ntuyan uang
diakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi
pada anak-anak atau pada orang jompo.
2. Eliminasi Bowel
a. Konsep Dasar
1) Anatomi dan Fisiologis
a) Saluran gastrointestinal bagian atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut
dan dilambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan
yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke usus halus.
b) Saluran gastrointestinal bagian bawah
Saluran gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus
halus terdiri atas duodenum, jejenum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6
meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon dan rectum
yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan
diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk
chyme (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan
elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim.
Chyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul
menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rektum normalnya
diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
haustral shuffing adalah gerakan mencampur chyme untuk membantu absorpsi
air, kontraksi haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan
semipadat sepanjang kolon, gerakan peristaltik adalah berupa gelombang,
gerakan maju ke anus.
2) Proses Defekasi
Defekasi adalah proses atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan
flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses defekasi
terjadi dua macam refleks yaitu :
a. Refleks defekasi intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi
distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara
sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
b. Relfeks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum Feses yang
masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang kemudian dikembalikan
ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnya
peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot
femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan
normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO2, metana, H2,
S2, O2 dan nitrogen.
Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna
coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin dan aktivitas bakteri. Bau khas
karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.
3. Inkontinensia usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan
dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak
disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya
kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter
akibat kerusakan sphincter.
4. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas
berlebihan dalam lambung atau usus.
5. Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi dan lain-lain.
6. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakann massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan
oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal
impaction adalah asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan
tonus otot.
Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki
sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramen inverterbra.
Terdapat 8 pasang saraf servikalis, 12 pasang torakalis, 5 pasang lumbalis, 5 pasang sakralis,
dan 1 pasang saraf kogsigis.
Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis,
vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang, seperti jatuh
dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, dan sebagainya. Trauma pada
tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen dan
diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum tulang belakang atau spinal kord.
Apabila Trauma itu mengenai daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai mata
penderita itu tidak tertolong. Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan
buatan, sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan. (Muttaqin, 2008). Merupakan keadaan
patologi akut pada medula spinalis yang diakibatkan terputusnya komunikasi sensori dan motorik dengan
susunan saraf pusat dan saraf perifer. Tingkat kerusakan pada medula spinalis tergantung dari
keadaan komplet atau inkomplet.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3 . Jakarta :
EGC.
Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia.