Disusun oleh :
S1 A Tk II Kelompok 7A
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan
organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
1.1.1 Anatomi
Dinding dada merupakan bungkus untuk organ di dalamnya, yang terbesar adalah jantung
dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kesta 1-12) bersama dengan otot interkostal, serta
diafragma pada bagian caudal membentuk rongga thorax.
Pleura parietals melapisi satu sisi dari thorax (kiri dan kanan). Sedangkan pleura viseralis
melapisi seluruh paru (kanan dan kiri). Antara pleura parietals dengan viseralis ada tekanan
negative (“menghisap”), sehingga pleura parietals da viseralis erring bersinggungan. Ruangan
antara kedua pleura disebut rongga pleura. Bila ada hubungan antara udara luar (tekanan 1
atm). Dengan rongga pleura, misalnya karena luka tusuk, maka tekanan positif akan
memasuki rongga pleura, sehingga terjadi “open pneumo-thorax”. Tentu saja paru (bersama
pleura viseralis) akan kuncup (collaps).
Bila karena suatu sebab, permukaan pleura viseralis robek, dan ada hubungan antara
bronchus dengan rongga pleura, sedangkan pleura viseralis tetap utuh, maka udara akan
masuk rongga pleura sehingga juga dapat terjadi pnuemotorax. Apabila ada sesuatu
mekanisme “ventiel” sehingga udara dari bronchus masuk rongga pleura, tetapi tidak dapat
masuk kembali, maka akan terjadi peunomothorax yang semakin berat yang pada akhirnya
akan mendorong paru sebelahnya. Keadaan ini dikenal sebagai “tension pneumothorax”.
Apabila terdapat perdarahan dalam rongga pleura, maka keadaan ini dikenal sebagai
hemothorax.
Paru-Paru
Terdapat dua masing-masing di kiri dan kanan. Dari pangkal paru (jilus) keluar bronkus
utama kiri dan kanan yang bersatu membentuk trakea.
Mediastinum
Antara kedua paru (dan pleura viseralis) terdapat antara lain jantung dan pembuluh darah
besar. Apabila ada tension pneumothorax maka mediastinum terdorong ke sisi yang sehat,
sehingga ada gangguan arus balik darah melalui cava. Keadaan ini akan menimbulkan syok,
karena jantung tidak maksimal mencurahkan darah.
Jantung berdenyut dalam suatu kantong, yang dikenal sebagai pericardium, Apabila ada luka
tusuk jantung, maka darah mungkin akan keluar dari jantung dan mengisi rongga
pericardium, sedemikian rupa sehingga denyut jantung akan terhambat. Akan timbul syok,
yang bukan syok hemoragik, melainkan syok kardiogenik.
b. Jantung
Puting susu dan areola terletak di bagian tengah setiap payudara. Biasanya mempunyai warna
dan tekstur yang berbeda dari kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang
merah muda pucat, sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui.
Teksturnya dapat bermacam-macam antara sangat halus sampai berkerut dan bergelombang.
Puting susu biasanya menonjol keluar dari permukaan payudara. Areola semacam daerah
pigmen yang mengelilingi puting susu. Ukurannya bermacam-macam tergantung dari setiap
wanita. Dan beberapa ukuran yang bermacam-macam itu normal dari tiap payudara pada
wanita yang sama. Puting susu dan areola disusun oleh urat otot yang lembut dan merupakan
sebuah jaringan yang tebal berupa urat saraf berada di ujungnya. Puting susu menjadi tegak
sebagai hasil dari kontraksi otot bukan karena adanya penyerapan darah. Puting susu yang
menjadi tegak bukan disebabkan oleh puting susu itu sendiri merupakan indikasi gairah
seksual. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk
perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi
tegak ketika ia terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang
dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang-gelombang
naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk
melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke
dalam atau rata dengan permukaan payudara. Keadaaan tersebut kemudian ditunjukkan
sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan
kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif.
1.1.2 Fisiologi
a. Paru
Pernapasan terdiri dari inspirasi (menarik napas) dan kespirasi (mengeluarkan napas)
Pernafasan normal umumnya berkisar antara 12-20 kali/menit. Pernafasan yang lebih dari 24
kali/menit dikenal sebagai tachypnoe (taghi-pe-nu).Apabila pernafasan buatan dibuat lebih
dari 24 kali/menit, maka dikenal sebagai hiperventilasi.Tachypnoe dapat sebagai akibat
keadaan fisiologi (ketakutan, kecapaian, dsb) tetapi juga dapat merupakan indikator bahwa
ada yang tidak beres dengan masalah breathing.
Pada dasarnya proses pernafasan bertujuan untuk memasukan oksigen ke dalam tubuh, yang
Kemudian akan berdifusi dalam darah.Gangguan pernafasan akan mengakibatkan gangguan
oksigenasi (kadar O2 rendah ) yang dikenal sebagai hipoksia. Apabila gangguan pernafasan
disertai dengan penimbunan CO2 dalam darah, maka akan timbul hiperkapnia.Pada
umumnya hipoksia akan bermanifestasi sebagai dyspnoe (dis-pe-nu) sedangkan hiperkapnia
yang berat akan bermanifestasi sebagai sianosis.Hipoksia ringan umumnya sudah akan
memberikan gejala tachypnoe dan dyspnoe. Keadaan ini juga dikenal memakai “pulse
oxymeter” yang mengukur saturasi O2 dalam darah. Saturasi O2 di atas 95% berarti
normal.Hiperkapnia ringan tidak mungkin dikenal secara klinis.
b. Jantung
• Fungsi & mekanisme kerja jantung :
- Mekanisme jantung sbg pompa
- Sistim konduksi listrik jantung
- Mekanisme kontraksi otot jantung
• Mekanisme regulasiI & sirkulasi darah
- Pembuluh darah arteri, vena & sistim kapiler
- Tekanan darah & mekanisme regulasi tekanan darah
• Gangguan fungsi jantung dan sirkulasi darah
- Gangguan fungsi jantung
- Gangguan sirkulasi darah
Mekanisme jantung sebagai pompa
•Jantung memiliki 2 atrium & 2 ventrikel
•Ant. Vent. Ki & Atrium Ki terdapat katup tricuspidalis
•Ant. Vent. Ka & Atrium Ka terdapat katup bicuspidalis (mitralis)
•Ant. Vent. Ki & A. Pulmonalis serta vent. Ka & Aorta terdapat katup Semilunaris
•Tenaga utama pompa jantung berasal dari ventrikel
•Vena besar yang bermuara di jantung tdk dibatasi oleh katup
•Dinding jantung mendapatkan darah dari A. Coroner Ki. & Ka.
•Otot jantung sama dengan otot skelet (rangka/lurik) , memiliki filamen actin & myosin,
sehingga kontraksinya berlangsung karena pergeseran kedua filamen ini
1.2 Tujuan
Adapun metode penulisan yang kami gunakan adalah metode pustaka dan literatur dari
intenet
1.4 Sistematika
Halaman judul
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika
Bab II Pembahasan
Bab III Penutup
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan
organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Tujuan
1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit, dinding dada,
2. Mengetahui frekuensi, sifat, irama, pernapasan
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil fremitus
4. Mengetahui keadaan paru rongga pleura
5. Mengetahui batas paru-paru dengan orang lain disekitarnya
6. Mengkaji aliran udara melalui batang trakeobonkial
Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Penggaris sentimeter
3. Pensil penanda
Inspeksi dada
5. Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui kelainan bentuk dada dan
tentukan frekuensi respirasi
6. Amati keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama bernapas,
jaringan perut, atau kelainan lainnya.
Inspeksi
• Postur kronis clavicula elevasi keatas
• Bentuk = bayi ≠ orang dewasa
• Bayi ø A P & T = sama
• Dewasa ø A P & T = 1 : 2
• Pigeon cest=AP membesar Sternum menonjol, Tranversal Sempit
• Funnel cest=sternum menyempit AP mengecil
• Barel cest ø A P & T = 1:1
• Kesimetrisan
• Keadaan kulit odema / tumor
• Pengamatan dada
• Frekwensi = N 16-24 x/mnt >> 24 x/mnt (tacipneu)
• Ritme pernapasan = apneu = t’ tdpt pernapasan
• Cheyne-stoke = amplitudo kecil,membesar,mengecil,apnue ( G3 saraf)
• Biot’s = cepat dan dalam di selingi apnue (kerusakan otak)
• Kusmaul = cepat dan dalam tanpa henti (koma diabetikum)
Palpasi dada
Ekspansi dada
1. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangan secara datar pada dinding
dada klien
2. Anjurkan klien untuk menarik napas
3. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri
4. Pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangan pemeriksa disisi dada lateral
klien, perhatikan getaran kesamping sewaktu klien bernapas
5. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien-ibu jari diletakkan sepanjang
penonjolan spina setinggi iga ke-10 dengan telapak menyentuh permukaan posterior. Jari-jari
harus terletak kurang lebih 5 cm terpisah dengan titik ibu jari pada sepina dan jari lain ke
lateral
6. Setelah Ekshalasi, minta klien untuk bernapas dalam, observasi gerakan ibu jari
pemariksa.
7. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada.
Palpasi
– Untuk mengkaji keadaan kulit,
– nyeri tekan luka setempat
– massa, peradangan, metastasis, tumor
– kesimetrisan ekspansi dan tactil vremitus
• getaran meningkat : inviltrat
• getaran menurun : empisema, pnemotorak, hidrotorak, atelektasis
Teknik pemeriksaan Kemungkinan temuan/ abnormal
Area nyeri tekan Misalnya fraktur iga
Abdornalitas yang terlihat Misalnya massa, saluran sinus
Ekspansi dada Gangguan, kedua sisi pada PPOM dan
penyakit parurestriktif
Taktil fremitus Peningkatan atau penurunan local atau
umum
Taktil Fremitus
1. Letakkan telapak tangan pada bagian belakang dinding dada dekat apeks paru-paru
2. Instruksikan klien untuk mengucapkan bilangan.“ Sembilan-sembilan“.
3. Ulangi langkah tersebut dengan tangan bergeak ke bagian dasar paru-paru
4. Bandingkan fremitus pada kedua sisi paru dan diantara apeks dasar paru-paru
5. Lakukan palpasi taktil fremitus pada dinding dada anterior
6. Minta klien untuk berbicara lebih keras atau dengan nada lebih rendah jika fremitus
redup
Perkusi dada
3. Batas paru dextra : Perkusi dimulai dari bawah clavicula sampai dengan ICS 5.
4. Untuk menentukan batas paru sinistra: Mulai bawah clavicula sampai dengan ICS 3.
5. Bandingkan sisi kiri dan kanan
6. Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri
7. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mlai dari puncak paru kebawah
8. Bandingkan sisi kiri dan kanan
9. Instruksikan klien untuk menarik napas panjang dan menahannya untuk
mendeterminasi gerak diafragma
10. Lakukan perkusi sepanjang garis skapula sampai pada lokasi batas bawah sampai
resonan berubah menjadi redup
11. Tandai area redupnya bunyi dengn pensil/spidol
12. Instruksikan klien untuk menghembuskan napas secara maksimal dan menahannya
13. Lakukan perkusi dari bunyi redup/tanda I ke atas. Biasanya bunyi redup ke-2
ditemukan diatas tanda I
14. Beri tanda pada kulit tempat ditemukannya bunyi redup (tanda II)
15. Ukur jarak antara tanda I dan tanda II. Pada wanita jarak antara kedua tanda ini
normalnya 3-5 cm, pada pria 5-6 cm
Auskultasi paru
1. Gunakan diafragma stetoskop untuk orang dewasa dan bell untuk anak-anak
2. Letakkan stetoskop dengan kuat pada kulit diatas area interkostal
3. Instruksikan klien bernapas secara perlahan dan dalam dengan mulut sedikit tertutup
4. Mulai auskultasi dengan urutan yang benar
5. Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap tempat
6. Catat hasik auskultasi
Kelainan/abnormal paru
Bunyi Daerah yang Penyebab Karakter
diauskultasi
Krekels (Rales) Paling umum Reinflasi sekolompo Krekels halus
terdengar di lobus alveolus yang adalah bunyi
dependen: dasar acakdan tiba- kemercik bernada
paru kanan dan kiri tiba;aliran udara halus
yang kacau tinggi,singkat,yang
terdengar diakhir
inspirasi,biasanya
tidak hilang dengan
batuk.
Krekels basah
adalah bunyi yang
lebih rendah, lebih
lambat terdengar
dipertengahan
inspirasi;tidak
hilang dengan
batuk.
Ronki Terdengar diatas Spasme Muskuler, Bunyi keras,bernada
trakea dan cairan atau mucus rendah, bergemuruh,
bronkus ;jika cukup pada jalan napas kasar yang paling
keras,dapat yang besar, sering terdengar
terdengar disebagian menyebabkan selama inspirasi
besar bidang paru turbulensi atau ekspirasi, dapat
hilang dengan
batuk.
Mengi Dapat didengar Aliran udara Bunyi musikal
diseluruh bidang kecepatan tinggi bernada tinggi dan
paru melewai broncus kontinu seperti
yang mengalami berdecit yang
penyempitan berat terdengar secara
kontinu selama
inspirasi atau
ekspirasi; biasanya
lebih keras pada
ekspirasi, tidak
hilang dengan
batuk.
Gesekan Pleura Terdengar dibidang Pleura yang Bunyi kering ,
paru lateral anterior mengalami berciut yang paling
(jika klien duduk inflamasi, pleura terdengar selama
tegak) parietalis yang inspirasi ; tidak
bergesekan dengan hilang dengan batuk
pleura viseralis , terdengar paling
keras diatas
permukaan anterior
lateral
PEMERIKSAAN JANTUNG
Tujuan
Persiapan alat
1. Stetoskop
2. Senter kecil
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi
perkusi pada fosa supra clavicularis kedua sisi suara resonan.
3. Batas bawah paru kiri / kanan suara resonan terdengar sampai ICS 5, & setelah itu redup
karena adanya hepar.Batas paru dan lambung diket,dengan perkusi pada dada kiri, dimana
akan ada perubahan suara dari resonan ketimpani pada garis axilaris anterior pada ics 7.
3. Batas paru dinding pada dada posterior
- Batas atas : pada daerah supra scapular seluas 3-4 jari di pundak
Prosedur Pelaksanaan
Perkusi
Tujuan auskultasi jantung
Mendeteksi bunyi jantung normal, bunyi jantung ekstra dan mur-mur
Auskultasi
1. Anjurkan klien bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat ekspirasi
2. Dengarkan suara jatung 1/S1 sambil palpasi nada karotis, perhatikan adanya splitting
S1 ( bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat berhimpitan)
3. Pada awal sistole dengarkan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi
tambahan atau mur-mur S1
4. Pada periode diastole dengarkan secara saksama untuk mengetahui adanya bunyi
tambahan atau murmur
5. Anjurkan klien bernapas normal, dengarkan S2 secara saksama untuk mengetahui
adanya splitting S2 saat inspirasi
6. Periksakan frekuensi jantung, yaitu setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti “lub
dup”, hitunglah setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai 1 denyut jantung. Hitunglah banyaknya
denyut selama 1 menit.
Auskultasi Normal
Bunyi Jantung o SI : bunyi menutupnya katup aorta
(A) dan katup pulmonalis (P), (Lup)
o Normalnya SI (M&T) dan S2
(A&P) bunyi tunggal, karena menutupnya
katup M bersamaan dengan T dan A
bersamaan dengan P (dup)
o S2 split baik sat Insp – Eks, tanda
spesifik ASD atau stenosis katup P.
Terdengar lemah
Agak keras
Keras
1. Mengetahui adanya massa atau adanya ketidak teraturan dalam jaringan payudara
2. Mendeteksi awalnya kanker payudara
Persiapan alat
Sarung tangan sekali pakai ( jika terdapat lesi )
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi
1. Atur posisi klien duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan kedua len ngan
rileks disisi tubuh
2. Lakukan observasi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4 kuadran
dan sebuah ekor
3. Inspeksi ukuran, bentuk, dan kesimetrisannya
4. Inspeksi warna kulit, lesi, edema, pembengkakan, massa, pendataran, lesung, dll
5. Inspeksi puting dan areola terhadap ukuran, warna dan bentuk, arah titik puting, serta
keluaran
6. Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi :
a. Mengangkat lengan keatas
b. Menekankan tangan ke pinggang
c. Mengekstensikan tangan lurus kedepan saat duduk
7. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui adanya kemerahan, pembengkakan,
inveksi, pigmentasi
Memudahkan perawat menentukan kondisi jaringan payudara dan nodus limfe.
Prosedur pelaksanaan
Palpasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dada (Thorax) adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari
dada dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan Inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi. Pemeriksaan thorax meliputi : pemeriksaan paru, jantung, payudara & ketiak,
abdomen.
3.2 Saran
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi dapat melekukan praktek
pemeriksaan fisik sesuai prosedur yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bicklei S, Lynn. (2008).Pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Niluh Gede Yasmin Asih, S.kep dan Christantie Effeendy, S.kep (2006). Keperawatan
Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.