Anda di halaman 1dari 50

A.

Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Dep Kes R.I (1988) dalam Komang (2012)

mengungkapkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapaorang yang

berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawh satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

Stuart (1991) dalam Komang (2012) menerangkan keluarga

meliputi 5 sifat, yaitu :

a. Keluarga merupakan unit suatu sistem

b. Setiap anggota keluargadapat atau tidak dapat saling

berhubungan atau dapat dan tidak selalu tinggal dalam satu

atap.

c. Keluarga dapat mempunyai anak ataupn tidak mempunyai

anak.

d. Terdapat komitmen dan saling melengkapi antar anggota

keluarga.

e. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap

perlindungan, kebutuhan hidup dan sosialisasi antar anggota

keluarga.

11
12

Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dalam Setiadi (2008)

menyebutkan bahwa ciri – ciri keluarga adalah :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan.

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota–anggotanya berkaitan denga kemampuan untuk

mempunyai keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau

rumah tangga.

Sedangkan menurut Friedman (1998) dalam Komang (2012),

mendefinisikan keluarga merupakan sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-

individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling

ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.

2. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial

maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat


mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat

kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

Tipe-tipe keluarga menurut Maclin (1988) dalam Komang (2012) :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya

dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,

pisah atau ditingalkan.

3) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa

anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian.

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari

nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau

bekerja.

6) Jaringan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau

lebih atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup

berdekatan dalam daerah geografis.

b. Keluarga non Tradisional

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tiak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja)

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai

anak
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjens kelamin

sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

4) Pasangan komuni adalah rumah tangga yang terdiri lebih dari

satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang

sama.

3. Struktur Keluarga

Suprajitno (2012), menyatakan tentang struktur keluarga, gambaran

keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya, dan

empat elemen struktur keluarga, yaitu :

a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing

anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya

dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang

dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang

berhubungan dengan kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan

pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak,

anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)

dengan keluarga inti.

Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk

mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.


4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) Setiawati& Dermawan

(2005) dalam Komang (2012) merupakan hasil atau konsekuensi dari

struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh

keluarga. Ada beberapa fungsi keluarga yang diungkapkan oleh, yaitu :

a. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain.

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

c. Fungsi biologis adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi

f. Fungsi psikologis adalah fungsi untuk memberikan rasa aman,

memberikan perhatian diantara anggota keluarga dan membina


pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan

identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan adalah fungsi keluarga dalam memberikan

pengetahuan, ketrampilan, membentuk perlaku

anak,mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,mendidik anak

sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

5. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga

Komang (2012), menuturkan perawat keluarga perlu mengetahui

tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan

pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi

kesehatan keluarga serta memmberikan dukungan pada keluarga

untuk kemajuan darisatu tahap ke tahap berikutnya.

Duvall & Miler (1985) ; Carter & Mc Goldrick (1988), dalam

Komang (2012) menjelaskan bahwa tugas dan tahap perkembagan

keluarga yaitu:

a) Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru. Tugas

perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan

harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan

yang saling memuaska, membina hubungan dengan orang lain

dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

merenanakan kehamilan danmempersiapkan dirimenjadi orang tua.

b) Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan). Pada tahap ini tugas keluarga yaitu membentuk


keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas perahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan

nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c) Tahap III, Keluarga dengan anak pra sekolah (anak pertama

berumur 2-6 tahun). Tugas perkembangn pada keluaga ini yaitu

memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman. Membantu anak untuk

bersosialisasi.Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara

kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. Mempertahankan

hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan

masyarakat.Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan

anak.Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.Kegiatan dan

waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d) Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah.

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan

berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya

keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat

sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki

minat sendiri. Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang

berbeda dengan anak. Tugas perkembangan keluarga membantu

sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.


Mempertahankan keintiman pasangan. Memenuhi kebutuhan dan

biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan

untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.Pada tahap ini

anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada

anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun

di luar sekolah.

e) Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (anak tertuaberumur 13-20

tahun). Tugas perkembangan keluarga ini adalah memberikan

kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.

Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.

Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang

tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. Perubahan

sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya

dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali

muncul konflik orang tua dan remaja.

f) Tahap VI, Keluarga dengan anak dewasa dimulai pada saat anak

pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir

meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak

dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap

tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan keluarga di tahap

ini adalah memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar,

mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua


memasuki masa tua, Membantu anak untuk mandiri di masyarakat,

Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

g) Tahap VII, Keluarga usia pertengahan dimana tahap ini dimulai

pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir

saat pensiun atau salah satu pasangan meninggaal. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini yaitu mempertahankan kesehatan.

Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman

sebaya dan anak-anak, meningkatkan keakraban pasangan, fokus

mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang,

olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.

h) Tahap VIII, Keluarga usia lanjut, diimulai saat pensiun sanpai

dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal.

Tugas perkembangan di tahap ini antara lain mempertahankan

suasana rumah yang menyenangkan, Adaptasi dengan perubahan

kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan,

mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat,

mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat,

melakukan life review, Mempertahankan penataan yang

memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.Tugas

keluarga

Sesuai dengan fungsi kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Komang

(2012) menerangkan lima tugas keluarga adalah :


a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,termasuk

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan

penyakit,pengertian, tanda gejala,faktor penyebab dan persepsi

keluarga terhadapmasalah yang dialami keluarga.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh

mana mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,bagaimana

masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak

terhadap masalah yang dihadapi. Bagaimana sistem pengambilan

keputusan yang dilakukan keluarga terhadap angota keluarga yang

sakit.

c. Ketidakmamuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit,seperti bagaimana keluarga mengetahui kadaan sakitnya, sifat

dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber

yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti

pentingnya hygine sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan

penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan

yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam

menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak

terhadap yang sakit.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas pelayanan


kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan

fasilitas kesehatan, apakah peayanan kesehatan terjangkau oleh

keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan

keluarga.

B. Lansia

1. Definisi Lansia

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,

yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode

terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang

penuh dengan manfaat.

Secara biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus,

yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin

rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian (Wulansari, 2011).

2. Batasan Lansia

Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59

tahun

b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

BatasanLansiamenurutDepkes RI(2009)meliputi:

a. Menjelangusialanjut (45-54 thn) : masavibrilitas


b. Kelompokusialanjut (55 – 64 thn) : masapresenium

c. Kelompokusialanjut (> 64 thn) : masasenium

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial membagi

lansia ke dalam 2 kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non

potensial. Usia lanjut potensial adalah usia lanjut yang memiliki potensi

dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu sesamanya.

Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak

memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk

mencukupi kebutuhannya sendiri (Hayati, 2010).

3. Proses Menua

Proses menua menurut (Santi, 2009), (aging) adalah suatu keadaan

alami selalu berjalan dengan disertai adanya penurunan kondisi fisik,

psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi. Hal tersebut

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun

kesehatan jiwa. Secara individu, pada usia di atas 55 tahun terjadi

proses menua secara alamiah.

Menua didefinisikan sebagai perubahan progresif pada organisme

yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta

menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami

yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun

sosial akan saling berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi

pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,

kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional


limitations), ketidakmampuan (disability) dan keterhambatan (handicap)

yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran.

Proses menua dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis.

Apabila seseorang mengalami proses menua secara fisiologis maka

proses menua terjadi secara alamiah atau sesuai dengan kronologis

usianya (penuaan primer). Proses menua seseorang yang lebih banyak

dipengaruhi faktor eksogen, misalnya lingkungan, sosial budaya dan

gaya hidup disebut mengalami proses menua secara patologis (penuaan

sekunder).

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan

terjadi biasanya dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu

teori biologis dan psikososial. Secara umum teori biologi dan

psikososiologis dijelaskan sebagai berikut (Stanley, 2008):

a. Teori Biologi

1) Teori Genetika

Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama

dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada

pembentukan kode genetik. Menurut teori genetik, penuaan

adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang

berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur

jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang

usia telah ditentukan sebelumnya.

2) Teori Wear and Tear


Teori Wear and Tear (Dipakai dan Rusak) mengusulkan

bahwa akumulasi sampah metebolik atau zat nutrisi dapat

merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molecular

dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya

bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu

jadwal.

3) Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan

(misalnya karsinogen dari industry, cahaya matahari, trauma dan

infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan.

Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat

penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak

sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.

4) Teori Imunitas

Teori Imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam

sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang

bertambah tua, pertahanan mereka terhadap orgenisme sering

mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk

menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring

dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan

dalam respons autoimun tubuh.


5) Teori Neuroendokrin

Para ahli menyatakan bahwa penuaan terjadi karena suatu

perlambatan dalam suatu sekresi hormon tertentu yang

mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh suatu

sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar

hipofisis, tiroid, adrenal dan reproduksi.

b. Teori Psikososiologis

1) Teori Kepribadian

Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan

yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya. Teori

kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis

tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia.

2) Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan harus

dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam

hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Pada kondisi

tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati

kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk

mengalami penyesalan atau putus asa.

3) Teori Disengagement

Teori Disengagement (teori pemutusan hubungan)

menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran

bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini.


Proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat

dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat

yang sedang tumbuh. Manfaat pengurangan kontak sosial untuk

lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk

merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi

harapan yang tidak terpenuhi.

4) Teori Aktivitas

Menurut teori ini, jalan menuju penuaan yang sukses adalah

dengan cara tetap aktif. Berbagai penelitian telah memvalidasi

hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh

arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik dan mental orang

tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pentingnya

aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk

mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang

masa kehidupan manusia.

5) Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori

perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori

sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian

pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar

mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua.

Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu

sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi


bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap

perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap

tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri

kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang

tersebut bertambah tua.

4. Kebutuhan HidupLansia

Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):

a. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.

b. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan

mendapatkan perhatian lebih dari sekelilingnya.

c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan

masyarakat sekitar.

d. Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga

mempunyai kebutuhan secara ekonomi sehingga harus terdapat

sumber pendanaan dari luar, sementara untuk lansia yang potensial

membutuhkan adanya tambahan keterampilan, bantuan modal dan

penguatan kelembagaan.

e. Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian

tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang

suku atau asal-usul. Kebutuhan spiritual diidentifikasi sebagai

kebutuhan dasar segala usia. Fish dan Shelly mengidentifikasi

kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan akan makna dan tujuan, akan

cinta dan keterikatan dan akan pengampunan (Stanley, 2008).


5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai

berikut (Stanley, 2008):

a. Perubahan Fisik

1) Perubahan penampilan

Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik

akan berubah. Misal sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk tubuh

berubah, rambut mulai menipis.

2) Perubahan fungsi fisiologis

Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan

fungsi organ ini yang menyebabkan lansia tidak tahan, terhadap

temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin, tekanan darah

meningkat, berkurangnya jumlah waktu tidur.

3) Perubahan panca indera

Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan bertahap,

sehingga setiap individu mempunyai kesempatan untuk melakukan

penyesuain dengan perubahan tersebut. Misal, kacamata dan alat

bantu dengar hampir sempurna untuk mengatasi penurunan

kemampuan melihat atau kerusakan pendengaran.

4) Perubahan seksual

Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada

fase ini klimakterik pada lansia laki – laki dan menopause pada

wanita. Tapi, hal itu juga tidak membuat potensi seksual benar –
benar menurun. Ini disebabkan penurunan atau peningkatan potensi

seksual juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kesehatan dan

penyesuain seksual yang dilakukan di awal.

5) Perubahan Kemampuan Motorik

a) Kekuatan

Terjadi penurunan kekuatan otot. Hal ini menyebabkan

lansia lebih cepat capai dan memerlukan waktu yang lebih lama

untuk memulihkan diri dari keletihan dibandingkan orang yang

lebih muda.

b) Kecepatan

Kecepatan dalam bergerak nampak sangat menurun setelah

usia enam puluhan.

c) Belajar keterampilan baru

Lansia yang belajar keterampilan baru cenderung lebih

lambat dalam belajar dibanding dengan yang lebih muda dan

hasil akhirnya juga cenderung kurang memuaskan.

d) Kekakuan

Lansia cenderung canggung dan kagok, yang menyebabkan

sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh.

Selain itu, lansia juga melakukan sesuatu dengan tidak hati – hati

dan dikerjakan secara tidak teratur.

6) Perubahan Kemampuan Mental

a) Belajar
Lansia lebih berhati – hati dalam belajar, memerlukan

waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasiakan

jawaban mereka dan kurang mampu mempelajari hal – hal baru

yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu.

b) Berpikir dalam memberi argument

Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam

mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun

deduktif.

c) Kreativitas

Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir

kreatif bagi lansia cenderung berkurang.

d) Ingatan

Lansia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat

hal – hal yang baru dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal –

hal yang telah lama dipelajari.

e) Mengingat kembali

Kemampuan dalam mengingat ulang banyak dipengaruhi

oleh faktor usia dibanding pemahamam terhadap objek yang

ingin diungkapkan kembali. Banyak lansia yang menggunakan

tanda – tanda, terutama simbol visual, suara, dan gerakan, untuk

membantu kemampuan mereka dalam mengingat kembali.

f) Mengenang

Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada


masa lalu meningkat semakin tajam sejalan dengan

bertambahnya usia.

g) Rasa humor

Kemampuan lansia dalam hal membaca komik berkurang

dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca

bertambah dengan bertambahnya usia.

h) Perbendaharaan kata

Menurunnya perbendaharaan kata yang dimiliki lansia

menurun dengan sangat kecil, karena mereka secara konstan

menggunakan sebagian besar kata yang pernah dipelajari pada

masa anak – anak dan remajanya.

i) Kekerasan mental

Kekerasan mental tidak bersifat universal bagi usia lanjut.

j) Perubahan Minat

(1.) Minat Pribadi

Minat pribadi meliputi minat terhadap diri sendiri, minat

terhadap penampilan, minat pada pakaian dan minat pada uang.

Minat terhadap diri sendiri pada lansia cenderung meningkat,

sedangkan minat terhadap uang dan penampilan cenderung

menurun. Untuk minat terhadap pakaian, disesuaikan dengan

kegiatan sosial lansia.

(2.) Minat Kegiatan Sosial

Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang


yang merasa menderita karena jumlah kegiatan sosial yang

dilakukannya semakin berkurang. Hal ini lazim diistilahkan

sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social

disengagement).

(3.) Minat Rekreasi

Lansia cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan

rekreasi yang biasa dinikmati pada masa mudanya, dan mereka

hanya akan mengubah minat tersebut kalau betul – betul

diperlukan.

(4.) Minat Kegiatan


Keagamaan

Sikap sebagian besar lansia terhadap agama mungkin lebih

sering dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan atau apa

yang telah diterima pada saat mencapai kematangan

intelektualnya. Bagaimanapun juga, perubahan minat dan sikap

terhadap kegiatan keagamaan merupakan ciri orang berusia

lanjut dalam beberapa kebudayaan dewasa ini. Beberapa

perubahan keagamaan selama usia lanjut memberi pengaruh

pada usia lanjut, antara lain dalam hal toleransi keagamaan dan

ibadat keagamaan.

Terdapat bukti-bukti bahwa kualitas keanggotan dalam

tempat peribadatan memainkan peranan yang lebih penting

bagi penyesuaian individual pada usia lanjut dibanding

keanggotan itu sendiri. Mereka yang aktif di tempat


16

peribadatan secara sukarela di waktu masih muda cenderung

dapat menyesuaikan diri dengan pada masa tuanya dibanding

mereka yang minat dan kegiatannya dalam perkumpulan

keagamaan terbatas.

(5.) Minat Mengenai Kematian

Semakin lanjut usia seseorang, biasanya mereka menjadi

semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akherat dan lebih

mementingkan tentang kematian itu sendiri serta kematiannya

sendiri.

Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota

keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup

wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang

diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan

ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami

keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu

sebagai berikut (Heniwati, 2008) :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,

agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan

keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat

menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,

pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder.


17
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

a. Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga


17

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak

tertua dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan

mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut

belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat

kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai

riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.


18

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga

mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah

perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing

anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan

norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan

kesehatan.

5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain,

bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.
19

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana

berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan

perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh

mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu

dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh

mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit.

Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu

mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada

anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah

sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal,

mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota

keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada.


20

6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

kurang dari 5 bulan.

(2) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi

permasalah

e) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa

keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik

tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan

keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan

harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.


21

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka

diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah

kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan

kondisi kesehatan anggota keluarga.

b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan

pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan

hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan

yang diharapkan.

c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan kesehatan.

d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota

keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif

dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan

kesehatan keluarga dan klien.

e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa

nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau

orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau

mengatasi masalah kesehatan.


22

f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada

situasi saat ini atau yang akan datang.

g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat

(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien

untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang

muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan keluarga

yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada anggota keluarga

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi

3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan

umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya


23

merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan

standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan

keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi

pada keluarga.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan

mengerti tentang penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga

kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit

hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan

penyakit hipertensi secara lisan.

Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi penyakit hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui

akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.


24

Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat

mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang

sakit.

Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana

akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan

hipertensi

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat

anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita hipertensisetelah tiga kali kunjungan

rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan

dan perawatan penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga

yang menderita penyakit hipertensi secara tepat.

Intervensi:
25

1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit hipertensi.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat

dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita

hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

berhubungan.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang

pengaruh lingkungan terhadap penyakit hipertensi.

Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan

rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh

lingkungan terhadap proses penyakit hipertensi

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit hipertensi.

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan

mengatasi penyakit hipertensimisalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan

misalnya benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.


26

c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk

mengurangi terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

guna perawatan dan pengobatan hipertensi.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan

yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua kali

kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka

harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit

hipertensi.

Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara

tepat.

Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi.


27

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keluarga

a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga (KK) : Tn. R

2) Usia : 70 Tahun

3) Pendidikan : SMP

4) Pekerjaan : Buruh

5) Alamat : Mergangsan Lor

6) Komposisi keluarga :

Tabel 2. Komposisi keluarga

No Nama JK Hub Umur Pendidikan

1. Ny. P Anak 34 th SMK


A

2. Tn.J L Anak 44 SMK


3. An.Z L Cucu 11 SD
28

7) Genogram

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. R

8) Tipe keluarga

Tipe extended family yaitu dalam keluarga terdiri dari bapak, anak,

menantu dan cucu.

9) Suku dan Bangsa

Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan

yang dianut tidak bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa

sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Jawa.

10) Agama

Tn. R beragama Katolik serta anak, menantu dan cucu beragama

yang sama, setiap hari minggu Tn.R ke gereja dan setiap ada

keliatan di gereja.
29

11) Status sosial ekonomi keluarga :

Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari jasa bekerja buruh

tukang parkir dan anaknya berjualan di warung

Penghasilan :

Tukang parkir : 900.000,00

Anak : 1.500.000,00 +

2.400.000,00

Kebutuhan yang dibutuhkan keluarga :

Makan : 350.000,00

Listrik : 150.000,00

Lain : 300.000,00 +

800.000,00

Barang-barang yang dimiliki : televisi, kipas angin, sepeda, 2

almari, 1 set kursi tamu.

12) Aktifitas rekreasi keluarga

Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan

menonton televisi bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang-

kadang tidak pernah dilakukan.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn.R merupakan tahap VIII

keluarga usia lanjut.


30

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga Tn.R merupakan tahap VIII

keluarga usia lanjut.

3) Riwayat keluarga inti

a) Tn. R sebagai Kepala Keluarga jarang sakit mempunyai

hipertensi sejak 10 th yang lalu, rutin kontrol kepuskesmas 1

bulan sekali untuk cek lab dan mengambil obat rutin, tidak

mempunyai masalah dengan istirahat, makan maupun

kebutuhan dasar lainnya mempunyai penyakit hipertensi pada

saat pengkajian :

TD : 140/85 mmhg S : 37 celcius BB : 55 Kg

N : 84 x/m R : 20 x/m TB : 160 cm

b) Tn. J jarang sekali sakit tidak mempunyai masalah kesehatan

yang serius, tidak ada masalah istirahat, makan maupun

kebutuhan dasar yang lain, tidak mempunyai keturunan

hipertensi. Merokok sejak usia 20 tahun.

c) Ny. A jarang sakit tidak mempunyai masalh dengan istirahat,

makan, maupun kebuthan dasar yang lainnya.

d) An.Z jarang sakit tidak mempunyai masalah kesehatan.

Imunisasi sudah lengkap.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Tn. R menderita hipertensi tapi keluarganya Tn.R dari pihak

Bapak/ Ibu tidak ada yang menderita hipertensi.


31

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

Memiliki sirkulasi udara yang baik, memiliki sistem sanitasi yang

yang baik, dan memiliki sistem penerangan ruang yang baik.

Kamar

kamar
Ruang
tamu
Kamar

Tempat
jualan

Gambar 2. Denah rumah


2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang

membangun rumah dikerjakan saling gotong royong.

3) Mobilitas geografis keluarga

Sebagai penduduk Kota Yogyakarta, tidak pernah transmigrasi

maupun imigrasi.

4) Perkumpulan keluarga interaksi dengan masyarakat

Tn.R mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-16.00 WIB.


32

5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yaitu 4 orang, ke puskesmas datang

sendiri.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi

sehari-harinya dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas

kesehatan dan televisi.

2) Struktur kekuatan keluarga

Tn.R menderita penyakit hipertensi, anggota keluarga lainnya

dalam keadaan sehat.

3) Struktur peran (formal & informal) :

Formal :

Tn.R sebagai Kepala Keluarga, Ny.A sebagai anak, Tn.j sebagai

menantu, An.Z sebagai cucu

Informal : Tn.R dibantu anaknya juga membantu mencari nafkah.

4) Nilai dan norma keluarga

Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur, demikian

pula dengan sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit

ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit dibawa ke RS atau

petugas kesehatan yang terdekat.


33

e. Fungsi Keluarga

1) Keluarga afektif

Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit

langsung dibawa ke petugas kesehatan atau rumah sakit.

2) Fungsi sosial

Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam

keluarga baik dan selalu mentaati norma yang baik.

3) Fungsi perawatan keluarga

Penyediaan makanan selalu dimasak terdiri komposisi, nasi, lauk

pauk, dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari dan bila ada anggota

keluarga yang sakit keluarga merawat dan mengantarkan ke rumah

sakit atau petugas kesehatan. Dalam merawat Tn. R masih

memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang

lain.

4) Fungsi reproduksi

Tn.R sudah tidak melakukan hubungan seksual karena merasa

sudah tua tidak mampu lagi dan juga sudah tidak mempunyai istri.

5) Fungsi ekonomi

Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian

untuk anak dan biaya untuk berobat.

f. Stres dan Koping Keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang :

Stresor jangka pendek : Tn.R sering mengeluh pusing


34

Stresor jangka panjang : Tn.R khwatir karena tekanan darahnya

tinggi.

2) Kemampuan keluarga dalam merespon terhadap situasi dan stresor

Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke

puskesmas dengan petugas kesehatan.

3) Strategi koping yang digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan

masalah yang ada.

4) Strategi adaptasi disfungsional

Tn. R bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.

g. Pemeriksaan Fisik

Tekanan Darah : 140/85 mmHg

Nadi : 84 x/m

0
Suhu : 37 C

Respirasi : 20 x/m

Berat badan : 55 kg

Tinggi badan : 160 cm

Hasil pemeriksaan laboratorium (cholesterol) : 200 mg/dl

Kepala : simetris, berambut bersih berwarna putih, muka

tidak pucat

Mata : konjungtivitis merah muda, sklera putih terdapat

gambaran tipis pembuluh darah.


35

Hidung : lubang hidung normal simetris, pernafasan

vesikuler.

Mulut : bibir tidak kering, tidak ada stomatitis

Telinga : pendengaran masih normal tidak ada keluar cairan

dari telinga

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan

vena jugularis

Dada : simetris, tidak ada tarikan intercostae vokal

feminus dada kanan dan kiri sama, terdengar suara

sonor pada semua lapanag paru, suara jantung

pekak, suara nafas vesikuler

Perut : simetris, tidak tampak adanya benjolan, terdengar

suara tympani, tidak ada nyeri tekan.

Extremitas : tidak ada oedema, masih dapat gerak aktif.

Eliminasi : BAB biasanya 1 kali sehari, BAK 4-5 kali sehari

h. Harapan Keluarga

1) Harapan yang diinginkan keluarga

Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar meningkatkan

mutu pelayanan dan membantu masalah Tn. R.


36

2. Analisa Data
Tabel 3. Analisa Data
No Data Subyektif Masalah Penyebab
1. DS : Manajemen Ketidakmampuan
- Keluarga mengatakan kesehatan keluarga merawat
kurang memahami cara keluarga dalam mengenal
merawat. tidak efektif masalah anggota
- Keluarga mengatakan keluarga dengan
makanan Tn”R” sama dengan hipertensi
keluarga yang lain
- Pola tidur Tn”R” tidak
sesuai dan kurang dari
kebutuhan
- Tn “R” mengatakan
khawatir tensinya semakin
tinggi dan stroke semakin
parah
- Keluarga kurang memahami
cara mengenal masalah Tn
“R” yang khawatir tensinya
akan bertambah tinggi

DO :
Keluarga tampak bingung
dengan penyakit yang diderita
Tn.R
TD : 140/85 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
37

3. Diagnosis Keperawatan
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota

keluarga dengan hipertensi.

a. Diagnosis Keperawatan

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota

keluarga dengan hipertensi.

b. Prioritas Masalah

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota

keluarga dengan hipertensi. Skoring data :

Tabel 4. Skoring data

No Kriteria Score Bo Nilai Pembenaran


bot
1 Sifat masalah Rasa takut menyebabkan
keadaan 3 1 3/3 x1= peningkatan TD yang dapat
masalah 1 memperburuk keadaan

2 Kemungkinan Pemberian penjelasan yang


masalah dapat 1 2 1/2 x2=1 tepat dapat membantu
diubah sebagian menurunkan rasa takut
3 Potensial Penjelasan dapat membantu
masalah untuk 2 1 2/3x1=0. mengurangi rasa takut
dicegah cukup 6

4 Menonjolnya Keluarga menyadari


masalah- 1 1 1/2x1=0. dengan mematuhi diet yang
masalah tidak 5 dianjurkan dapat
perlu ditangani mengrangi rasa khawatir
Tn”R”
Jumlah 3.1
38

4. Perencanaan Keperawatan

Tabel 5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Keluarga
Manajemen kesehatan keluarga Setelah dilakukan kunjungan 1. Berikan penjelasan pada 1. Asupan garam yang tinggi dapat
tidak efektif berhubungan rumah 3x diharapakan keluarga keluarga tentang diet yang mengganggu keseimbangan
dengan ketidakmampuan mampu memberikan perawatan sesuai untuk penderita natrium alami yang ada dalam
keluarga merawat dalam pada Tn. R dengan kriteria hipertensi yaitu diet rendah tubuh. Kadar natrium dalam
mengenal masalah anggota hasil : garam, rendah lemak dan tubuh bisa meningkat, sehingga
keluarga dengan hipertensi 1. Adanya usaha untuk tidur kolesterol menyebabkan retensi natrium,
sesuai kebutuhan kemudian hal ini dapat
2. Periksa secara teratur ke meningkatkan tekanan yang
pelayanan kesehatan diberikan oleh aliran darah
3. Ungkapan Tn R tidak takut terhadap dinding pembuluh
4. Wajah Tn R tampak relaks darah.

2. Anjurkan pada keluarga 2. Pengelolaan hipertensi harus


untuk mengkonsumsi dilakukan dengan komprehensif
makanan sesuai dengan diet bukan hanya kuratif saja harus
hipertensi didukung dengan asupan yang
tidak mengakibatkan
perburukan kondisi.
39

Sambungan Tabel 5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Keluarga
3. Anjurkan pada keluarga 3. Tekanan darah mereka secara
untuk jadwal tidur Tn. R alami naik dan turun dalam pola
berputar selama sepanjang hari.
Cenderung naik di tengah hari
dan mencapai angka terendah di
tengah malam, saat waktunya
mencapai tidur dalam.

4. Anjurkan kepada keluarga 4. Resiko berbahaya yang mungkin


memeriksakan Tn. R secara ditimbulkan hipertensi, alangkah
teratur baiknya mencegah daripada
mengobati dengan melakukan
pemeriksaan tekanan darah
untuk deteksi dini hipertensi

5. Melatih dan mengajarkan 5. Latihan dan olah raga pada usia


senam hipertensi lanjut dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan
fungsional, bahkan latihan yang
teratur dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang
diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskuler.
40

5. Catatan Perkembangan

Tabel 6. Catatan Perkembangan

No Dx Keperawatan Implementasi Catatan Perkembangan


1 Manajemen kesehatan Senin, 2 Juli 2018
keluarga tidak efektif Pukul 08.00 WIB
berhubungan dengan
ketidakmampuan 1. Menganjurkan pada keluarga S : Keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara
keluarga merawat dalam memerikasakan Tn. R setiap minggu dan merawat keluarga dengan hipertensi dengan
mengenal masalah minum obat secara teratur. memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara
anggota keluarga dengan 2. Memberikan penjelasan pada keluarga teratur
hipertensi tentang diet yang sesuai dengan O : Keluarga dapat mengungkapkan kembali cara
hipertensi pada makanan yang diberikan merawat keluarga hipertensi dengan memperhatikan
Tn. R harus benar-benar rendah garam, diet, pola tidur dan kontrol teratur
mengurangi makanan berlemak Makanan yang disajikan untuk Tn. R sama dengan
3. Menganjurkan pada keluarga untuk anggota keluarga yang lain
mengatur pola tidur pada siang hari A : Tujuan tercapai sebagian
sebaiknya digunakan untuk istirahat P : Lanjutkan Intervensi

Ni Nyoman P. Ni Nyoman P.
41

Sambungan Tabel 6. Catatan Perkembangan

No Dx Keperawatan Implementasi Catatan Perkembangan


2. Manajemen kesehatan Selasa, 3 Juli 2018
keluarga tidak efektif Pukul 10.00 WIB
berhubungan dengan
ketidakmampuan 1. Menganjurkan pada keluarga S : Keluarga mengatakan sudah menyendirikan
keluarga merawat dalam memerikasakan Tn. R setiap minggu dan makanan Tn. R dengan anggota keluarga
mengenal masalah minum obat secara teratur. O : Tn. R mengatakan sudah tidak takut lagi dengan
anggota keluarga dengan 2. Memberikan penjelasan pada keluarga tensinya
hipertensi tentang diet yang sesuai dengan Makanan yangdisajikan untuk Tn. R nasi, sayur asam,
hipertensi pada makanan yang diberikan lauk tahu, tempe garing
Tn. R harus benar-benar rendah garam, Makanan untuk Tn. R dan anggota keluarga yang lain
mengurangi makanan berlemak tersendiri
3. Menganjurkan pada keluarga untuk Wajah Tn. R tampak lebih relaks
mengatur pola tidur pada siang hari A : Tujuan tercapai sebagian
sebaiknya digunakan untuk istirahat P : Lanjutkan Intervensi

Ni Nyoman P. Ni Nyoman P.
4
2

Sambungan Tabel 6. Catatan Perkembangan


No Dx Keperawatan Implementasi Catatan Per
3. Manajemen kesehatan Rabu, 4 Juli 2018
keluarga tidak efektif Pukul 08.00 WIB
berhubungan dengan
ketidakmampuan 1. Menganjurkan pada keluarga S : Keluarga mengatakan su
keluarga merawat dalam memerikasakan Tn. R setiap minggu dan makanan Tn. R dengan angg
mengenal masalah minum obat secara teratur. O : Tn. R mengatakan suda
anggota keluarga dengan 2. Memberikan penjelasan pada keluarga tensinya
hipertensi tentang diet yang sesuai dengan Makanan yangdisajikan untu
hipertensi pada makanan yang diberikan lauk tahu, tempe garing
Tn. R harus benar-benar rendah garam, Makanan untuk Tn. R dan an
mengurangi makanan berlemak tersendiri
3. Menganjurkan pada keluarga untuk Wajah Tn. R tampak lebih re
mengatur pola tidur pada siang hari A : Tujuan tercapai
sebaiknya digunakan untuk istirahat P : Lanjutkan intervensi
4. Melatih dan mengajarkan senam
hipertensi.

Ni Nyoman P. Ni Nyoman P.

Anda mungkin juga menyukai