Disusun Oleh :
TESI NOVIANA (2114901074)
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan
cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada
orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh
dilakukan dengan mekanisme haus (Abdul H, 2008).
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Kebutuhan Cairan Sesuai Umur dan Berat Badan menurut Abdul, (2008) :
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh
ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia adalah pemberian
natrium yang hati-hati. Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada
pasien dengan volume cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya
adalah pembatasan air. Hal ini jauh lebih aman dibandingkan dengan
pemberian natrium .
2. Hipokalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium
ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma.
Etiologi
-Peningkatan ekskresi dari kalium
-Obat-obat seperti furosemide, steroid, aspirin, dan antibiotik tertentu
-Disfungsi ginjal
-Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare atau
berkeringat
Manifestasi klinis
-CNS dan neuromuskular: lelah, tidak enak badan.
-Pernapasan, otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal
-Saluran cerna, menurunnya mobilitas usus besar, anoreksia, mual.
Muntah
-Kardiovaskuler, hipotensi postural, perubahan pada EKG
Penatalaksanaan
-Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L
- Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-
100 mEq/hari
-Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol
infus
-Pada situasi kriitis larutan yang lebih pekat (20 mEq) dapat diberikan
melalui jalur sentral bahkan pada hipoklemia yang sangat berat.
3. Hiperkalemia
Hiperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini
jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab
akan menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan
jantung.
Etiologi
-Pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh
ginjal
-Gagal ginjal
-Berbagai kondisi yang membuat pelepasan kalium yang berlebihan dari
dalam sel, misalnya pada cedera yang membuat banyak jaringan otot
hancur, luka bakar hebat atau overdosis kokain.
Manifestasi klinik
-Neuromuskular, kelemahan otot yang tidak begitu terlihat merupakan
tanda awal. Kelemahan otot yang berjalan naik dan berkembang kearah
paralisis flaksid pada tungkai bawah dan akhirnya pada badan dan lengan.
-Saluran cerna, mual, kolik usus, diare
-Kardiovaskuler, Distrimia jantung
Penatalaksanaan
Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan. Kalium dapat
dibuang dengan meransang diare, sehingga keluar melalui tinja.
4. Hipokalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari
tulang.
Etiologi
-Kadar hormon paratiroid rendah
-Kekurangan kelenjar paratiroid bawaan
-Kekurangan vitamin D
-Kerusakan ginjal
-Kadar magnesium rendah
-Kadar albumin rendah
Manifestasi klinis
-Serangan akut
-Neuro,uskuler
-Cemas
-Gagal nafas
-Denyut jantung meningkat dan gangguan irama
-Denyut nadi melemah
-Bising usus meningkat
5. Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium dalam darah lebih dari 10,5 mg/dL darah. Hiperkalsemia
didefinisikan sebagai kadar kalsium serum > 10,6 mg/dL atau ketika kalsium
ion > 1,38 mmol/L.
Etiologi
-Hiperparatiroid
-Penyakit neuroplastik malignan
-Imobilisasi lama
-Penggunaan berlebih suplemen kalsium
-Kelebihan vitamin D
Manifestasi Klinis
-Nyeri epigastrik
-Kelemahan otot
-Anoreksia
-Mual/muntah
-Konstipasi
-Gangguan mental
-Penurunan berat badan
Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar
kalsium serum dan memperbaiki proses yang menyebabkan
hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasar (kemoterapi untuk
malignansi atau paratiroidektomi parsial untuk hiperparatiroidisme)
adalah penting.
Tindakan umum temasuk pemberian cairan untuk mengencerkan
kalsium serum dan meningkatkan ekskresinya oleh ginjal,
metabolisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium melalui diet.
Kalsitonin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau
gagal ginjal yang tidak dapat mentoleransi beban natrium yang besar.
Kalsitonin mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan deposit kalsium
dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan
fosfor urin.
4. Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :
1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO 2
akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru
berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan
peningkatan [H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran,
dan disorientasi.
c. pH plasma <7,35; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan
oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21
mEq/l)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda
dan gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-
asam nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing
bunyi jantung
2. Kebutuhan Na+
Na+ ---------- 3 – 5 meq / KgBB / 24 jam
B. PENGHITUNGAN TETESAN
Cara menghitung tetesan ada 2 macam yaitu :
1. Makro (anak dgn BB>6kg)
a. Cara otsuka
faktor tetes(15) x jumlah cairan = tts/mnt
60 mnt x jam
b. Cara Terumo
faktor tetes(20) x jumlah cairan = tts/mnt
60 mnt x jam
C. JENIS-JENIS CAIRAN
1. Cairan Hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum,
dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah
ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya
adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya koloid, Dextrose 5%, produk darah (darah), dan albumin.
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien:
- Usia (mempengaruhi luas permukaan tubuh)
b. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
c. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
g. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29
mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 –
98 %) dan vena (60 – 85 %).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu
pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium.
Batasan Karakteristik :
- Perubahan status mental - membran mukosa kering
- Penurunan tekanan darah - kulit kering
- Penurunan tekanan nadi - peningkatan hematokrit
- Penurunan volume nadi - peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan turgor kulit - peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan turgor lidah - penurunan berat badan
- Penurunan haluan urine - haus
- Penurunan pengisian vena - kelemahan
Faktor yang berhubungan :
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan Karakteristik :
- Peningkatan tekanan vena sentral - gangguan elektrolit
- Perubahan tekanan arteri pulmonal - anasarka
- Penambahan BB dalam waktu singkat - ansietas
- Perubahan tekanan darah - Azotemia
- Perubahan status mental - dispnea
- Perubahan pola nafas - edema
- Perubahan berat jenis urine - Oliguria
- Bunyi napas adventisius - ortopnea
- Kongesti pulmonal - gelisah
Faktor yang berhubungan :
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Definisi:
Berisiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan
Faktor resiko:
- Difisiensi volume cairan
- Diare
- Disfungsi endokrin
- Kelebihan volume cairan
- Disfungsi ginjal
- Efek samping obat (mis, medikasi drain)
- Muntah
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Azis. 2006. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
Anggriyana dan Saryono. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM). Yogyakarta: Nuha Medik
Faqih, Moh. Ubaidillah. 2009. ”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”.
(http://www.scribd.com/ diakses 23 Maret 2016)
Harnawatia. 2008 . Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/,
diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”.
Jakarta: EGC.
Nursing diagnoses: definitions and classification 2012-2014
Nursing interventions classification (NIC) / editors, Gloria M. Bulechek... [et al.].-
6th ed.
Nursing outcame classification (NOC) : measurement of health outcomes /
editors, Sue Moorhead ... [et al.].- 5th ed.
Obet. 2010. Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,
diakses 24 April 2010)
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Intervensi (Perencanaan)
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Kekurangan volume cairan # Fluid balance Manajemen Cairan
Definisi : Penurunan cairan # Hydration 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
intravaskular, interstisial, # Nutritional status: Food and Fluid akurat
dan intraseluler. Ini # Intake 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mengacu pada dehidrasi, kriteria hasil : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
kehilangan cairan saja tanpa 1. Mempertahankan urine output ortostatik ), jika diperlukan
perubahan pada natrium. sesuai dengan usia dan BB, BJ 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
Batasan karakteristik: urine normal (5) cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin,
- Perubahan status mental 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh total protein )
- Penurunan tekanan darah dalam batas normal (5) 4. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
- Penurunan tekanan nadi 3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
- Penurunan volume nadi Elastisitas turgor kulit baik, 6. Monitor status nutrisi
- Penurunan turgor kulit membran mukosa lembab, tidak 7. Berikan cairan oral
- Penurunan turgor lidah ada rasa haus yang berlebihan (5) 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
- Penurunan pengisian vena (50 – 100cc/jam)
- Membran mukosa kering 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kulit kering 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
- Peningkatan hematokrit muncul meburuk
- Peningkatan suhu tubuh 11. Atur kemungkinan transfusi
- Peningkatan frekuensi 12. Persiapan untuk transfusi
nadi 13. Pasang kateter jika perlu
- Peningkatan kosentrasi 14. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
urin
- Penurunan berat badan
- Haus
- Kelemahan
Faktor yang
berhubungan:
-Kehilangan cairan aktif
-Kegagalan mekanisme
regulasi
2. Kelebihan volume cairan #Electrolit and acid base balance Monitor Cairan
berhubungan dengan #Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
mekanisme pengaturan #Hydration akurat
melemah Kriteria hasil : 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
Definisi: Peningkatan 1. Terbebas dari edema, efusi, 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
retensi cairan isotonik anasarka (5) cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Batasan karakteristik: 2. Bunyi nafas bersih, tidak ada 4. Monitor vital sign
-Bunyi nafas adventisius dyspneu/ortopneu (5) 5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
-Gangguan elektrolit 3. Terbebas dari distensi vena (cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
-Anasarka jugularis (5) asites)
-Ansietas 4. Memelihara tekanan vena sentral, 6. Kaji lokasi dan luas edema
-Azotemia tekanan kapiler paru, output jantung 7. Monitor masukan makanan / cairan
-Perubahan tekanan darah dan vital sign DBN (5) 8. Monitor status nutrisi
-Perubahan status mental 5. Terbebas dari kelelahan, kecemasan 9. Berikan diuretik sesuai intruksi
-Perubahan status atau bingung (5) 10. Kolaborasi pemberian obat
pernapasan 11. Monitor berat badan
-Penurunan hematokrit 12. Monitor elektrolit
-Penurunan hemoglobin 13. Monitor tanda dan gejala dari odema
-Dispnea
-Edema
-Peningkatan tekanan vena
sentral
-Distensi vena jugularis
-Oliguria
-Ortopnea
-Efusi pleura
-Perubahan tekanan arteri
pulmonal
-Gelisah
-Perubahan berat jenis urine
-Penambahan berat badan
dalam waktu sangat singkat
Faktor-faktor yang
berhubungan:
-Gangguan mekanisme
regulasi
- Kelebihan asupan cairan
-Kelebihan asupan natrium
3 Resiko ketidakseimbangan NOC Fluid Management:
#Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
elektrolit
#Hydration 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
Definisi: #Nutritional status: Food and fluid akurat
#Intake 3. Monitor status hidrasi(kelembaban membran
Berisiko mengalami
Kriteria hasil: mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
perubahan kadar elektrolit 1. Mempertahankan urin output sesuai ortostatik), jika diperlukan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, 4. Monitor vital sign
serum yang dapat
HT normal 5. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
mengganggu kesehatan 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh intake kalori harian
dalam batas normal 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Faktor resiko:
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 7. Monitor status nutrisi
-Difisiensi volume cairan 4. Elastisitas turgor kulit baik, membran 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 9. Dorong masukan oral
-Diare
yang berlebihan 10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
-Disfungsi endokrin 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
-Kelebihan volume cairan
12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
-Disfungsi ginjal 13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
-Efek samping obat (mis, 14. Atur kemungkinan transfusi
15. Persiapan untuk transfusi
medikasi drain)
-Muntah