Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Disusun Oleh :
TESI NOVIANA (2114901074)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KONSEP DASAR
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan
cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada
orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh
dilakukan dengan mekanisme haus (Abdul H, 2008).
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit
ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya (Tarwoto & Wartonah, 2004).

B. Komposisi Cairan Utama


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu (Abdul H, 2008) :
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh. Cairan
ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water [TBW]). CIS
merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel. Pada orang dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70 kg
CIS 25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler
(Taylor, 1989).
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar
20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu:
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation (Abdul , 2008).

C. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain (Abdul , 2008) :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan
penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu (Obet,
2010) :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada
orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer
melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis
pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

D. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses (proses
transport) yaitu (Nurul, 2008) :
1) Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan
temperatur larutan
2) Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting
dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan
kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
3) Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari
konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
4) Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati
semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

E. Kebutuhan Cairan Sesuai Umur dan Berat Badan

Kebutuhan Cairan Sesuai Umur dan Berat Badan menurut Abdul, (2008) :

No Umur BB (Kg) Cairan (ml/24 jam)


1 3 hari 3 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahunn 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700

F. Gangguan Volume Cairan


1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio
elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner & suddarth, 2002)
 Etiologi :
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
- Penurunan masukkan
- Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll
- Perdarahan.
 Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat
obstruksi saluran pencernaan.
 Manifestasi klinis :
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis
kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa,
osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah
dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan
frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa
haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi
hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
 Penatalaksanaan
- Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-
basa dan elektrolit.
- Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
- Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena
sesuai pesanan / order dari medis.Catatan : Rehidrasi pada kecepatan
yang berlebihan dapat menyebabkan GJK (gagal ginjal jantung kongestif)
- Tindak an terhadap penyebab dasar.\
2. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang
disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang
kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu
terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada
akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
 Etiologi :
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
- Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
- Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
- Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
- Perpindahan interstisial ke plasma
 Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum.
Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme
homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.

 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh
pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium
(PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh
ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering
menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.

3. Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :


1. Hyponatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi
perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel
mengakibatkan sel membengkak.
 Etiologi
Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan
hiponatremia, termasuk:
-Pil deuretik, khususnya diuretik thiazide
-Sirosis
-Masaalah ginjal
-Gagal jantung kongesif
-Minum air terlalu banyak selama olahraga
-Perubahan hormonal akibat insufisiensi kelenjar adrenal
-Perubahan hormona karena tiroid yang kurang aktif
-Muntah kronis/diare
-Dehidrasi
 Manifestasi klinis
-Kram otot
-Perasaan Kelelahan
-Anoreksia

 Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling nyata dari hiponatremia adalah pemberian
natrium yang hati-hati. Pembatasan air. Jika hiponatremia terjadi pada
pasien dengan volume cairan normal atau berlebih, pengobatan pilihannya
adalah pembatasan air. Hal ini jauh lebih aman dibandingkan dengan
pemberian natrium .
2. Hipokalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium
ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma.
 Etiologi
-Peningkatan ekskresi dari kalium
-Obat-obat seperti furosemide, steroid, aspirin, dan antibiotik tertentu
-Disfungsi ginjal
-Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare atau
berkeringat
 Manifestasi klinis
-CNS dan neuromuskular: lelah, tidak enak badan.
-Pernapasan, otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal
-Saluran cerna, menurunnya mobilitas usus besar, anoreksia, mual.
Muntah
-Kardiovaskuler, hipotensi postural, perubahan pada EKG
 Penatalaksanaan
-Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L
- Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-
100 mEq/hari
-Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol
infus
-Pada situasi kriitis larutan yang lebih pekat (20 mEq) dapat diberikan
melalui jalur sentral bahkan pada hipoklemia yang sangat berat.
3. Hiperkalemia
Hiperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini
jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab
akan menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan
jantung.
 Etiologi
-Pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh
ginjal
-Gagal ginjal
-Berbagai kondisi yang membuat pelepasan kalium yang berlebihan dari
dalam sel, misalnya pada cedera yang membuat banyak jaringan otot
hancur, luka bakar hebat atau overdosis kokain.
 Manifestasi klinik
-Neuromuskular, kelemahan otot yang tidak begitu terlihat merupakan
tanda awal. Kelemahan otot yang berjalan naik dan berkembang kearah
paralisis flaksid pada tungkai bawah dan akhirnya pada badan dan lengan.
-Saluran cerna, mual, kolik usus, diare
-Kardiovaskuler, Distrimia jantung
 Penatalaksanaan
Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan. Kalium dapat
dibuang dengan meransang diare, sehingga keluar melalui tinja.
4. Hipokalsemia
Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh
akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya dari
tulang.
 Etiologi
-Kadar hormon paratiroid rendah
-Kekurangan kelenjar paratiroid bawaan
-Kekurangan vitamin D
-Kerusakan ginjal
-Kadar magnesium rendah
-Kadar albumin rendah
 Manifestasi klinis
-Serangan akut
-Neuro,uskuler
-Cemas
-Gagal nafas
-Denyut jantung meningkat dan gangguan irama
-Denyut nadi melemah
-Bising usus meningkat
5. Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalsium dalam darah lebih dari 10,5 mg/dL darah. Hiperkalsemia
didefinisikan sebagai kadar kalsium serum > 10,6 mg/dL atau ketika kalsium
ion > 1,38 mmol/L.
 Etiologi
-Hiperparatiroid
-Penyakit neuroplastik malignan
-Imobilisasi lama
-Penggunaan berlebih suplemen kalsium
-Kelebihan vitamin D
 Manifestasi Klinis
-Nyeri epigastrik
-Kelemahan otot
-Anoreksia
-Mual/muntah
-Konstipasi
-Gangguan mental
-Penurunan berat badan
 Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik pada hiperkalsemia mencakup menurunkan kadar
kalsium serum dan memperbaiki proses yang menyebabkan
hiperkalsemia. Mengatasi penyebab yang mendasar (kemoterapi untuk
malignansi atau paratiroidektomi parsial untuk hiperparatiroidisme)
adalah penting.
Tindakan umum temasuk pemberian cairan untuk mengencerkan
kalsium serum dan meningkatkan ekskresinya oleh ginjal,
metabolisasi pasien, dan membatasi masukan kalsium melalui diet.
Kalsitonin dapat digunakan bagi pasien dengan penyakit jantung atau
gagal ginjal yang tidak dapat mentoleransi beban natrium yang besar.
Kalsitonin mengurangi resorpsi tulang, meningkatkan deposit kalsium
dan fosfor dalam tulang, dan meningkatkan ekskresi kalsium dan
fosfor urin.
4. Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :
1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO 2
akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru
berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan
peningkatan [H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran,
dan disorientasi.
c. pH plasma <7,35; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg)
2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan
oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21
mEq/l)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda
dan gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asam-
asam nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing

G. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

a. Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:

1) B1 Pernapasan: Irama nafas, frekuensi

2) B2 Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan

bunyi jantung

3) B3 Neurologi: reflek, ganguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.

4) B4 Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-

muntah, dan bising usus.

5) B5 Mata: cekung, air mata kering

6) B6 Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,

tetani, dan sensasi rasa


b. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah

sel darah merah hemoglobin (HB),dan hematrokit (HT).

 Ht naik :adanya dehidrasi berat dan gejala syok

 Ht turun :adanya perdarahan akut,massif dan reaksi hemilitik,

 Hb naik :adanya hemokonsentrasi.

 Hbturun :adanya perdarahan hebat,reaksi hemolitik.

2) Pemeriksaan elektrolit serum :pemeriksaan ini di lakukan

untuk mengetahui kadar natrium,kalium,klorida,ion bikarbonat,

3) Ph dan berat jenis urine :berat jenis menunjukkan

kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine,normalnya Ph urine

adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

4) Analisa gas darah :Biasanya yang di periksa adalah

pH,PO2,HCO2,PCO, dan saturasi 02 nilai PCO2 normal:35-40 mmHg: PO2

normal:80-100 Hg:HCO3-normal;25-29 mEq/1,sedangkan saturasi O2 adalah

perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat di

bawa oleh darah,normalnya di arteri (95%-98%)dan vena(60%-85%).

( Tarwoto dan Wartonah, 2010 )


RUMUS KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT, PERHITUNGAN FAKTOR
TETES dan MACAM-MACAM CAIRAN

A. RUMUS KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT


1. Jumlah/kebutuhan cairan
DEWASA (normalnya) 50cc / KgBB/ 24 jam
ANAK /dewasa 10Kg I ------ 100cc / KgBB / 24 jam
10Kg II ------- 50cc / KgBB / 24 jam.
> 20cc/ KgBB / 24 jam.
atau
10 kgBB I = 4 ml/kg/jam
10 kgBB II = 2 ml/kg/jam
10 kgBB III = 1 ml/kg/jam

2. Kebutuhan Na+
Na+ ---------- 3 – 5 meq / KgBB / 24 jam

B. PENGHITUNGAN TETESAN
Cara menghitung tetesan ada 2 macam yaitu :
1. Makro (anak dgn BB>6kg)
a. Cara otsuka
faktor tetes(15) x jumlah cairan = tts/mnt
60 mnt x jam
b. Cara Terumo
faktor tetes(20) x jumlah cairan = tts/mnt
60 mnt x jam

2. Mikro (anak dgn BB<6kg)


Tetesan mikro : faktor tetes (60)x jml cairan = ….tts/mnt
60mnt x jml jam

C. JENIS-JENIS CAIRAN
1. Cairan Hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum,
dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah
ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada
keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam
terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan
peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya
adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya koloid, Dextrose 5%, produk darah (darah), dan albumin.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Identitas Klien:
- Usia (mempengaruhi luas permukaan tubuh)
b. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
c. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
f. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
g. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang
berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan
darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani
dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan
bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah
dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
d. Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29
mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah
dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 –
98 %) dan vena (60 – 85 %).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu
pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium.
Batasan Karakteristik :
- Perubahan status mental - membran mukosa kering
- Penurunan tekanan darah - kulit kering
- Penurunan tekanan nadi - peningkatan hematokrit
- Penurunan volume nadi - peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan turgor kulit - peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan turgor lidah - penurunan berat badan
- Penurunan haluan urine - haus
- Penurunan pengisian vena - kelemahan
Faktor yang berhubungan :
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Peningkatan retensi cairan isotonik
Batasan Karakteristik :
- Peningkatan tekanan vena sentral - gangguan elektrolit
- Perubahan tekanan arteri pulmonal - anasarka
- Penambahan BB dalam waktu singkat - ansietas
- Perubahan tekanan darah - Azotemia
- Perubahan status mental - dispnea
- Perubahan pola nafas - edema
- Perubahan berat jenis urine - Oliguria
- Bunyi napas adventisius - ortopnea
- Kongesti pulmonal - gelisah
Faktor yang berhubungan :
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Definisi:
Berisiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan
Faktor resiko:
- Difisiensi volume cairan
- Diare
- Disfungsi endokrin
- Kelebihan volume cairan
- Disfungsi ginjal
- Efek samping obat (mis, medikasi drain)
- Muntah

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Azis. 2006. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
Anggriyana dan Saryono. 2010. Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM). Yogyakarta: Nuha Medik
Faqih, Moh. Ubaidillah. 2009. ”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”.
(http://www.scribd.com/ diakses 23 Maret 2016)
Harnawatia. 2008 . Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/,
diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”.
Jakarta: EGC.
Nursing diagnoses: definitions and classification 2012-2014
Nursing interventions classification (NIC) / editors, Gloria M. Bulechek... [et al.].-
6th ed.
Nursing outcame classification (NOC) : measurement of health outcomes /
editors, Sue Moorhead ... [et al.].- 5th ed.
Obet. 2010. Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,
diakses 24 April 2010)
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika
Intervensi (Perencanaan)
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan
(Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Kekurangan volume cairan # Fluid balance Manajemen Cairan
Definisi : Penurunan cairan # Hydration 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
intravaskular, interstisial, # Nutritional status: Food and Fluid akurat
dan intraseluler. Ini # Intake 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mengacu pada dehidrasi, kriteria hasil : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
kehilangan cairan saja tanpa 1. Mempertahankan urine output ortostatik ), jika diperlukan
perubahan pada natrium. sesuai dengan usia dan BB, BJ 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
Batasan karakteristik: urine normal (5) cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin,
- Perubahan status mental 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh total protein )
- Penurunan tekanan darah dalam batas normal (5) 4. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
- Penurunan tekanan nadi 3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
- Penurunan volume nadi Elastisitas turgor kulit baik, 6. Monitor status nutrisi
- Penurunan turgor kulit membran mukosa lembab, tidak 7. Berikan cairan oral
- Penurunan turgor lidah ada rasa haus yang berlebihan (5) 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
- Penurunan pengisian vena (50 – 100cc/jam)
- Membran mukosa kering 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Kulit kering 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
- Peningkatan hematokrit muncul meburuk
- Peningkatan suhu tubuh 11. Atur kemungkinan transfusi
- Peningkatan frekuensi 12. Persiapan untuk transfusi
nadi 13. Pasang kateter jika perlu
- Peningkatan kosentrasi 14. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
urin
- Penurunan berat badan
- Haus
- Kelemahan
Faktor yang
berhubungan:
-Kehilangan cairan aktif
-Kegagalan mekanisme
regulasi
2. Kelebihan volume cairan #Electrolit and acid base balance Monitor Cairan
berhubungan dengan #Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
mekanisme pengaturan #Hydration akurat
melemah Kriteria hasil : 2. Pasang urin kateter jika diperlukan
Definisi: Peningkatan 1. Terbebas dari edema, efusi, 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
retensi cairan isotonik anasarka (5) cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
Batasan karakteristik: 2. Bunyi nafas bersih, tidak ada 4. Monitor vital sign
-Bunyi nafas adventisius dyspneu/ortopneu (5) 5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
-Gangguan elektrolit 3. Terbebas dari distensi vena (cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
-Anasarka jugularis (5) asites)
-Ansietas 4. Memelihara tekanan vena sentral, 6. Kaji lokasi dan luas edema
-Azotemia tekanan kapiler paru, output jantung 7. Monitor masukan makanan / cairan
-Perubahan tekanan darah dan vital sign DBN (5) 8. Monitor status nutrisi
-Perubahan status mental 5. Terbebas dari kelelahan, kecemasan 9. Berikan diuretik sesuai intruksi
-Perubahan status atau bingung (5) 10. Kolaborasi pemberian obat
pernapasan 11. Monitor berat badan
-Penurunan hematokrit 12. Monitor elektrolit
-Penurunan hemoglobin 13. Monitor tanda dan gejala dari odema
-Dispnea
-Edema
-Peningkatan tekanan vena
sentral
-Distensi vena jugularis
-Oliguria
-Ortopnea
-Efusi pleura
-Perubahan tekanan arteri
pulmonal
-Gelisah
-Perubahan berat jenis urine
-Penambahan berat badan
dalam waktu sangat singkat
Faktor-faktor yang
berhubungan:
-Gangguan mekanisme
regulasi
- Kelebihan asupan cairan
-Kelebihan asupan natrium
3 Resiko ketidakseimbangan NOC Fluid Management:
#Fluid balance 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan
elektrolit
#Hydration 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
Definisi: #Nutritional status: Food and fluid akurat
#Intake 3. Monitor status hidrasi(kelembaban membran
Berisiko mengalami
Kriteria hasil: mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
perubahan kadar elektrolit 1. Mempertahankan urin output sesuai ortostatik), jika diperlukan
dengan usia dan BB, BJ urine normal, 4. Monitor vital sign
serum yang dapat
HT normal 5. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung
mengganggu kesehatan 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh intake kalori harian
dalam batas normal 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
Faktor resiko:
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 7. Monitor status nutrisi
-Difisiensi volume cairan 4. Elastisitas turgor kulit baik, membran 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 9. Dorong masukan oral
-Diare
yang berlebihan 10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
-Disfungsi endokrin 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
-Kelebihan volume cairan
12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
-Disfungsi ginjal 13. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
-Efek samping obat (mis, 14. Atur kemungkinan transfusi
15. Persiapan untuk transfusi
medikasi drain)
-Muntah

Anda mungkin juga menyukai