Disusun Oleh :
Dosen Pengajar :
Ns. Amila, M.Kep, Sp.Kep.MB
BAB I
PEMERIKSAAN DETEKSI DINI STROKE (FAST)
1.1. Pengertian
FAST merupakan singakatan yang yang dipakai sebagai teknik termudah dalam
mendeteksi gejala stroke, sehingga keluarga dapat segera memberikan pertolongan
pasien ke rumah sakit. Singkatan terdiri dari F= facial (wajah) yang menunjukkan tidak
simetris, A = arm (lengan) mengalami kelemahan, S = speech (bicara) mengalami
kesulitan, T = time (waktu) untuk segera membawa pasien ke rumah sakit. Menurut
Misbach (2011) alasan tertinggi ketrlambatan membawa pasien stroke ke rumah sakit
adalah 56,3% tidak menyadari terkena stroke, selain 21,5% alasan transportasi, 11%
melakukan pengobatan tradisional, 4,2% berobat ke dukun dan 6,2 % tidak tahu kalau
harus mencari pertolongan ke rumah sakit.
1.2. Tujuan
Identifikasi hemiparesis, gangguan sesorik satu sisi tubuh, vertigo, afasia, disfagia,
ataksia, penurunan kesadaran yang terjadi secara mendadak.
1.3. Persiapan
a. Persiapan Alat
1. Tidak diperlukan alat khusus
2. Format penilaian FAST
3. Pulpen
b. Persiapan Pasien dan Lingkungan
1. Informed Consent (jelaskan tujuan dan prosedur tindakan)
2. Jaga privasi pasien
1.4. Prosedur Pelaksanaan
Pemeriksaan FAST dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Facial, merupakan penilaian pada otot wajah dengan cara minta pasien untuk
tersenyum atau menunjukkan giginya. Amati kesimetrisan dari bibir pasien, tandai
pilihan “Yes” bila terlihat ada deviasi dari sudut mulut saat diam atau tampak
tertarik lalu tandai apakah sebelah kiri atau sebelah kanan.
b. Arm, meminta pasien untuk menjulurkan kedua lengan (arm), apakah ada salah
satu lengan tangan dan tungkai atau tungkai dan lengan lebih rendah dengan tangan
yan lain. Sisi tangan yang lebih rendah dengan tangan yang lain disebabkan oleh
gangguan peredaran darah menuju otak. Gangguan peredaran darah otak disebelah
kanan akan menyebabkan kelemahan anggota gerak disebelah kiri dan sebaliknya.
c. Speech, mengajak orang untuk berbicara dengan kalimat yang sederhana, seperti
menanyakan nama dan aamat. Dengarkan apakah bicaranya tidak jelas (pelo/cadel)
atau tidak dapat berbicara dengan bahasa asing.
d. Time, jika orang menunjukkan tanda-tanda seperti test yang telah dilakukan waktu
memegang peranan penting untuk meminta pertolongan medis untuk
meminimalisir kerusakan otak lebih lanjut. (Wirawan & Putra, 2013).
1.5. Evaluasi
1. Respon Pasien
2. Interpratsi hasil pemeriksaan dan komunikasi kepada pasien
1.6. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan
2. Catat tindakan yang sudah dilakukan
3. Catat hasil pemeriksaan FAST
4. Catat nama dan tanda tangan petugas
BAB II
PENGKAJIAN AFASIA FRENCHAY APHASIA SCREENING TEST (FAST)
2.1. Pengertian
Kompetensi ini merupakan penilaian gangguan berbahasa pada pasien dengan gangguan
neurologi. Menurut lumbantobing (2011) afasia merupakan gangguan berbahsa. Dalam
hal ini pasien menunjukkan gangguan dalam bicara spontan, pemahaman, menamai,
repitisi (mengulang), membaca dan menulis.
Menurut Bulechek & McClockey (2000), hasil pengkajian dan identifikasi yang
ditemukan dapat digunakan dalam klasifikasi intervensi keperawatanpada defisit
komunikasi (poslawsky, Schuurman, Lindeman& hafsteidottir, 2010).
2.2. Tujuan
Gangguan berbahasa, meliputi gangguan dala berbicara spontan, pemahaman menamai,
repitisi (mengulang), membaca dan menulis.
2.3. Persiapan
a. Persiapan Pasien dan Lingkungan
1. Informed Consent (jelaskan tujuan dan prosedur tindakan)
2. Privasi Pasien
3. Pastikan pasien dapat mendengar kita dengan baik, suara harus jelas
b. Persiapan Alat
1. Kertas Gambar
2. Pensil
3. Kertas
4. Stopwatch
2.4. Prosedur Pelaksanaan
No Aspek Komunikasi Item Penilaian Skoring
1 Pemahaman Perhatikan gambar pemandangan dan
gambar bentuk ini, dengarkan apa yang
saya katakan dan tunjukkan gambar
yang dimaksud, jika meminta
pengulangan instruksi berarti nilainya
error. Berikan skor 1 untuk setiap
jawaban yang benar. Skor 1-10
1. Skema Pemandangan Alam
a. Sawah
b. Gunung
c. Pohon
d. Orang ditengah sawah
e. Rumah dipinggir sawah
2. Gambar Bentuk :
a. Persegi panjang
b. Persegi empat
c. Kerucut dan lingkaran
d. Kerucut
e. Segilima (Piramida)
2 Pengucapan a. Tunjukkan pasien gambar
pemandangan alam dan katan
“sebutkan sebanyak mungkin gambar
yang dapat kamu lihat atau namai
segala sesuatu yang kamu lihat pada
gambar ini”. Range skor 0-5
1. Tidak mampu menyebutkan nama
objek satu pun
2. Dapat menamai 1-2 objek
3. Dapat menamai 3-4 objek
4. Dapat menamai 5-7 objek
5. Dapat menamai 8-9 objek
6. Dapat menamai 10 objek
b. Pindahkan kartu bergambar dari
hadapan pasien dan informasikan
bahwa sekarang kamu mencoba
kondisi yang sedikit berbeda,
kemudian katakan padanya
menyebutkan nama-nama binatang
yang dia mampu/yangada dalam
pikirannya selama 1 menit. Skor 0-5
1. Tidak mampu menyebutkan
satupun binatang
2. Dapat menyebutkan 1-2
3. Dapat menyebutkan 3-5
4. Dapat menyebutkan 6-9
5. Dapat menyebutkan 10-14
6. Dapat menyebutkan 15 atau lebih
3 Membaca Tunjukkan pasien skema pemandangan
alam dan kartu membaca, katakan pada
pasien agar membaca, katakan pada
pasien membaca dalam hati saja, tidak
dengan suara keras dan lakukan
instruksi yang dia baca. Berikan skor 1
untuk setiap jawaban yang benar.
Skor 0-5
1. Tidak dapat melakukan insruksi
2. Tunjuk gambar pohon
3. Ambl kertas bergambar
4. Ambil pensil
5. Tunjuk gambar gunung
6. Tunjuk gambar orang ditengah
sawah
4 Menulis Tunjukkan skema pemandangan alam
pada pasien dan katakan “tulis sebanyak
mungkin yang kamu bisa tentang apa
yang terjadi didalam gambar. Jika
tangan dominan yang terkena, maka
gunakan tangan tidak dominan selama 5
menit”. Skor 0-5
1. Tidak mampu menuliskan
satupun
2. Dapat menuliskan 1-2
3. Dapat menuliskan 2-3
4. Dapat menuliskan 4
5. Dapat menuliskan 5 (tetapi ada
yang tidak sesuai dengan
gambar)
6. Dapat menuliskan 5 dengan
tepat
Total Skor :
Kesimpulan hasil tes :
Afasia : jika skor >
Jenis Afasia : Afasia Motorik Afasia Sensorik Afasia Global
Hasil Penilaian, dikatakan afasia jika :
Usia sampai 60 tahun mempunyai nilai dibawah 27
Usia diatas 60 mempunyai nilai dibawah 25
Berikut ini gambar peandangan untuk skrinning afasia
Gambar Bentuk :
2.5. Evaluasi
1. Respon Pasien
2. Interpretasi hasil pemeriksaan dan komunikasikan kepada pasien
2.6. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan dan tindakan yang sudah dilakukan
2. Catat hasil pemeriksaan pengkajian afasia
3. Catat nama dan tanda tangan petugas
BAB III
PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS
3.1. Pengertian
Pemeriksaan refleks fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi
lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan,
kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot
anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom. Interpretasi
pemeriksaan refleks fisiologis tidak hanya menentukan ada tidaknya tapi juga
tingkatannya.
Penentuan lokasi pengetukan :
a. Tendon, periosteum dan kulit
b. Anggota gerak yang akan diketuk harus dalam keadaan santai
c. Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris
4. Reflek Trisep
a. Pasien duduk rileks
b. Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa
c. Pukullah tendon trisep melalui fosa olekrani
d. Respon : ekstensi lengan bawah di siku.
5. Reflek Brakhioradialis
a. Lengan bawah difleksikan serta dipronasikan sedikit
b. Pukullah tendon brakhioradialis pada radius distal dengan palu reflek
c. Respon : lengan bawah akan fleksi dan supinasi
9. Reflek Plantar
a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu reflek
b. Respon : plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari
Reflek Superfisialis
1. Reflek Kornea
Kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat runcing. Respon
: Hal ini mengakibatkan dipejamkannya mata (m.orbikularis okuli). Pada
pemeriksaan ini harus dijaga agar datangnya kapas ke mata tidak dilihat oleh pasien,
misalnya dengan menyuruhnya melirik ke arah yang berlawanan dengan arah
datangnya kapas. Reflek kornea akan berkurang atau menghilang bila terdapat
kelumpuhan m.orbikularis okuli yang dipersyarafi oleh nervus VII.
2. Reflek Kremaster
a. Ujung tumpul palu reflek digoreskan pada paha bagian medial
b. Respon : elevasi testis ipsilateral. Reflek ini dapat negatif pada orang lanjut usia,
pasien hidrokel, varikokel, epididimitis.
3.4. DOKUMENTASI
1. Catat waktu pelaksanaan
2. Catat tindakan yang sudah dilakukan
3. Catat respon pasien
4. Catat nama dan tanda tangan petugas.