TESI NOVIANA
2114901074
3. Rentang Respon
a. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang
pengalaman sukses.
b. Konsep diri positif
Pasien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya,
dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam
menilai asuatu masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat jika menyimpang ini merupakan respon adaptif.
c. Harga diri rendah
Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung
berfikir ke arah negatif.
d. Kerancuan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek masa kanak – kanak ke
dalam kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara
harmonis.
e. Depersionalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan
dirinya dari orang lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.
Sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai dan tidak diterima lingkungan. Perkembangan harga diri
seseorang sejalan dengan perkembangan konsep diri, dimana konsep diri seseorang
menurut Stuart, (2009 dalam Satrio, dkk) tidak terbentuk waktu lahir tetapi
dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia. Hal ini berarti harga diri akan
meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri seseorang,
maka mulai dari masa kanak-kanak anak diberi kesempatan untuk sukses;
menanamkan cita-cita; mendorong aspirasi; dan membantu untuk membentuk
pertahanan diri terhadap persepsi diri (Coopersmith, 1967; Mruk, 1999 dalam
Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk).
Harga diri sangat mengancam pada masa adolescence/remaja, ketika konsep diri
sedang diubah dan banyak keputusan diri dibuat. Sedangkan pada usia dewasa
harga diri menjadi stabil memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan
cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya dan kurang idealis dari
remaja (Stuart, 2009). Hal ini dapat dikaitkan dengan kematuran seseorang, dimana
semakin dewasa seseorang maka semakin lebih baik cara berfikirnya. Dengan
banyaknya perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikososial serta banyak
keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sehingga remaja harus mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Kondisi lain yang dapat mengancam
harga diri remaja adalah tuntutan yang harus dipilihnya, posisi peran, kemampuan
meraih sukses serta kemampuan berpartisipasi atau penerimaan dilingkungan
masyarakat. Apabila remaja tidak dapat melakukan penyesuaian dengan kondisi
tersebut, maka akan menyebabkan harga diri rendah (Hawari, 2001). Harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional (trauma) atau kronis (penilaian yang negatif
terhadap diri yang telah berlangsung lama).
Model Stress Adaptasi Stuart dari keperawatan jiwa memandang perilaku manusia
dalam perspektif yang holistik terdiri atas biologis, psikologis dan sosiokultural dan
aspek- aspek tersebut saling berintegrasi dalam perawatan. Komponen
biospikososial dari model tersebut termasuk dalam faktor predisposisi, presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping dan mekanisme koping (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk). Menurut Stuart (2009 dalam Satrio,
dkk), masalah harga diri rendah dapat dijelaskan dengan menggunakan
psikodinamika masalah keperawatan jiwa seperti skema dibawah ini.
Faktor predisposisi
Stresor presipitasi
Sumber koping
Mekanisme koping
Konstruktif Destruktif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Skema Psikodinamika Masalah Keperawatan Jiwa
(Stuart, 2009
1. Model Stress Adaptasi dalam Satrio, dkk)
Stuart
1. Faktor Predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah kronis juga di pengaruhi beberapa faktor
predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.
a. Faktor biologis
Faktor predisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu
keadaan atau faktor resiko yang dapat mempengaruhi peran manusia
dalam menghadapi stressor. Adapun yang termasuk dalam faktor biologis
ini adalah:
1) Neuroanatomi
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada pasien depresi
dan skizoprenia sehingga pasien mengalami masalah harga diri rendah
kronis adalah:
a) Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu
kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
pikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi (Townsend, 2009 dalam
Satrio, dkk). Biasanya kerusakan pada lobus frontal ini akan
dapat menyebabkan gangguan berfikir dan gangguan dalam
bicara serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga kognitif
pasien negatif tentang diri, orang lain dan lingkungan serta
berperilaku yang maladaptif sebagai akibat kognitif negatif.
Kondisi seperti ini menunjukkan gejala harga diri rendah pada
pasien.
b) Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat
dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan
dengan pendengaran, keseimbangan dan juga sebagian dari emosi
dan memori (Boyd & Nihart, 1998; Townsend, 2009 dalam
Satrio, dkk). Fungsi utama lobus temporalis adalah bahasa,
ingatan dan emosi (Kaplan, et al, 1996). Lobus temporal anterior
mempunyai hubungan dengan sistim limbik dalam peranannya
pada proses emosi. Gangguan dalam menerima dan
menyampaikan informasi secara verbal yang juga dipengaruhi
oleh daya ingat pasien akan mempengaruhi emosi pasien yang
akan menimbulkan harga diri rendah.
c) System Limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi
dipermukaan medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi
pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah mengatur persarafan
otonom dan emosi (Suliswati, 2002 : Stuart & Laraia, 2005 dalam
Satrio, dkk). Kerusakan sistem limbik menimbulkan beberapa
gejala klinik seperti hambatan emosi, perubahan kepribadian
(Kaplan, et al, 1996). Menurut Boyd dan Nihart, (1998)
perubahan hipotesa dalam sistem limbik menunjukkan perubahan
yang signifikan pada kelainan mental, skizoprenia, depresi dan
kecemasan. Hambatan emosi yang kadang berubah seperti sedih,
dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus akan
membuat pasien mengalami harga diri rendah
d) Hipothalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam
dari serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku
terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi (Suliswati,
2002; Stuart & Laraia, 2005 dalam Satrio, dkk). Kerusakan
hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi
sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu.
Kondisi seperti ini sering kita temui pada pasien dengan harga diri
rendah, dimana pasien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan
terutama dari keluarga dan juga oleh perawat dalam
melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama.
2) Neurotransmiter
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Neurotransmiter adalah
kimiawi otak yang ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain
(Stuart & Laraia, 2005 dalam Satrio, dkk). Neurotransmiter yang
sangat berhubungan dengan depresi adalah norepinefrin, dopamin,
serotonin, acetilkolin seperti:
a) Norepinephrine (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati, 2002) berfungsi
untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan dan
peningkatan harga diri rendah sehingga perilaku yang ditampilkan
pasien cendrung negatif.
b) Serotonin (Boyd & Nihart, 1998) berperan sebagai pengontrol
nafsu makan, tidur, alam perasaan, halusinasi, persepsi nyeri,
muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam
pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) (Hawari,
2001). Jika mengalami penurunan akan mengakibatkan
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
pasien lebih dikuasai oleh kognitif-kognitif negatif dan rasa tidak
berdaya.
c) Acetylcholine (Ach) (Boyd & Nihart,1998) berperan penting
untuk belajar dan memori. Jika terjadi peningkatan kadar
acetylcholine akan dapat menurunkan ‘atensi dan mood’,
sehingga pada pasien dengan harga diri rendah dapat kita lihat
adanya gejala kurangnya perhatian dan malas dalam beraktifitas.
d) Dopamine, fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi,
emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd &
Nihart,1998 ; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi
pada penyebab gangguan emosi tertentu. Di samping itu pada
pasien skizoprenia menurut Hawari (2001) dopamin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam
perasaan) dan psikomotor (perilaku). Kondisi ini pada pasien
harga diri rendah memperlihatkan adanya kognitif-kognitif
negatif, pasien selalu dalam keadaan sedih berkepanjangan serta
menunjukkan perilaku yang menyimpang seperti menarik diri dan
berkemungkinan untuk melakukan bunuh diri.
b. Faktor Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu menjalankan peran dan fungsi. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran. termasuk dalam
harga diri rendah situasional. Harga diri rendah situasional merupakan
pengembangan persepsi negatif tentang dirinya sendiri pada suatu
kejadian (NANDA, 2011). Jika lingkungan tidak memberi dukungan
positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus
akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis .
Harga diri rendah kronis terjadi diawali dari individu berada pada suatu
situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul kognitif bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Harga
diri rendah juga merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia,
2005). Harga diri rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka
berkepanjangan (Stuart, 2009). Harga diri rendah adalah emosi normal
manusia, tapi secara klinis dapat bermakna patologik apabila mengganggu
perilaku sehari-hari, menjadi pervasif dan muncul bersama penyakit lain.
Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis (Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk) meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistik.
2. Faktor presipitasi
Seluruh faktor predisposisi yang dialami pasien akan menimbulkan harga diri
rendah setelah adanya faktor presipitasi yang berasal dari dalam diri sendiri
ataupun dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan
transisi peran sehat-sakit (Stuart & Laraia, 2005 dalam Satrio, dkk).
Faktor pencetus ini telah dialami dalam waktu yang lama oleh pasien. Lama
kelamaan pasien kehilangan kemampuan untuk mengatasi faktor pencetus
tersebut.
a. Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
1) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan
atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan.
Kemampuan dan strategi dalam menghadapi perubahan yang dialami sebelum
terjadi harga diri rendah disebut mekanisme koping. Mekanisme koping jangka
pendek yang biasa dilakukan pasien harga diri rendah adalah kegiatan yang
dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonton tv terus menerus. Hal ini digunakan untuk mencegah
kecemasan dan ketidaktentuan dari kebingungan identitas (Stuart & Laraia,
2005 dalam Satrio, dkk). Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya
ikut kelompok sosial, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi
dukungan sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes
popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak
memberi hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme
koping jangka panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana pasien
terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang
berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. Identitas
negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat, sedangkan mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan
adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah
berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
Sedangkan Tanda dan gejala harga diri rendah (NANDA, 2009 ; Stuart, 2009
dalam Satrio, dkk) merupakan perilaku yang telah dipertahankan dalam waktu
yang lama atau kronik yang meliputi ungkapan negatif tentang diri sendiri
dalam waktu lama dan terus menerus. Perilaku yang ditampilkan berupa sikap
malu/minder/rasa bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan
ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang
lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif. Perilaku lain yang juga sering muncul
seperti: mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain, gangguan dalam
berhubungan, rasa diri penting berlebihan, mudah tersinggung atau marah
yang berlebihan, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang
pesimis, khawatir, bimbang dan ragu-ragu, menolak umpan balik positif dan
membesarkan umpan balik negatif mengenai dirinya serta ada juga yang
menyalahgunakan zat.
Menurut Westermeyer (2006), empat area gejala umum yang menunjukkan
masalah harga diri rendah adalah :
a. Fisik
Respon fisiologis tersebut merupakan tanggapan dari fisik seseorang
yang dirasakan dan mempengaruhi fungsi tubuh. Tanda dan gejala dari
respon fisiologi terhadap penurunan harga diri antara lain penurunan
energi, lemah, agitasi, penurunan libido, insomnia/hipersomnia,
penurunan/peningkatan nafsu makan, anoreksia, sakit kepala
(Westermeyer, 2006 ; Stuart & Sundeen, 2005). Kondisi ini akan
menunjukkan perilaku yang maladaptif pada pasien dimana pasien akan
malas beraktivitas, lebih banyak tidur sehingga kurang berinteraksi
dengan orang lain.
b. Kognitif
Menurut Stuart and Laraia (2005) kognitif adalah tindakan atau proses
dari pengetahuan. Proses ini diperlukan dan memungkinkan mengetahui
kondisi otak untuk proses informasi dalam hal ketelitian, penyimpanan
dan keterangan. Seseorang dengan skizoprenia sering kali tidak sanggup
untuk menghasilkan logika berfikir yang kompleks dan mengungkapkan
kalimat yang berhubungan karena neurotransmitter dalam memproses
sistem informasi otak mengalami kelainan fungsi.. Proses informasi
memerlukan pengorganisasian dari input sensori dengan proses otak
untuk respon perilaku. Input sensori dari kedua perasaan internal dan
eksternal menyaring kesesuaian untuk perhatian seseorang, kemampuan
untuk mengingat, belajar, diskriminasi, menafsirkan dan
pengorganisasian informasi. Terjadinya penurunan kemampuan kognitif
menurut Laeckenote (1996) adalah karena faktor neuroanatomic,
psikologis, lingkungan dan faktor lain dan kejadian.
Kognitif yang sering muncul pada pasien dengan masalah harga diri
rendah (Stuart & Laraia, 2005 ; Boyd & Nihart, 1998) adalah :
1) Bingung
Kebingungan adalah kumpulan perilaku termasuk tidak adanya
perhatian dan pelupa, perubahan perilaku seperti agresif, bimbang,
delusi (efek dari perilaku) dan ketidakmampuan atau kegagalan
dalam kegiatan sehari-hari (defisit perilaku) (Mehta, Yaffe, and
Covinsky, 2002 dalam Stuart & Laraia, 2005). Biasanya
kebingungan tidak spesifik digunakan untuk istilah apatis (tidak
menghiraukan), menarik diri atau pasien tidak kooperatif.
3) Kurangnya perhatian
Perhatian merupakan proses mental yang komplek yang meliputi
konsentrasi seseorang terhadap aktivitas yang dilakukan (Boyd &
Nihart, 1998). Menurut Stuart dan Laraia, 2005 perhatian adalah
kemampuan untuk menfokuskan kegiatan pada satu aktivitas dan
sikap konsentrasi secara terus menerus.
c. Perilaku
Perilaku adalah respons individu terhadap stimulus baik yang berasal dari
luar maupun dari dalam dirinya (Matra,1997). Menurut Notoadmodjo,
(2010) perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku atau aktivitas individu tidak muncul dengan sendirinya,
tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh individu yang
bersangkutan baik dari stimulus ekternal maupun internal. Skiner, (1938
dalam Notoadmodjo, 2010) mengemukakan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar).
Sunaryo (2004) bahwa perilaku adalah aktivitas yang timbul dari
stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon.
Pada pasien dengan masalah harga diri rendah perilaku yang ditampilkan
maladaptif seperti:
1) Kurang aktivitas dan menurunnya aktifitas yang menyenangkan
Aktifitas sehari-hari adalah keterampilan yang penting untuk
kehidupan sendiri, seperti pekerjaan rumah tangga, belanja,
menyiapkan makanan, mengelola uang dan kebersihan diri. Tujuan
utama dari rehabilitasi psikososial adalah untuk membantu individu
untuk mengembangkan kemandirian keterampilan hidup (Stuart
&Laraia, 2005).
2) Menarik diri
Menurut Keliat dkk, (2010) menarik diri merupakan suatu keadaan
di mana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Karakteristik seseorang yang menarik diri adalah perasaan kesepian
atau ditolak oleh orang lain, merasa tidak aman berada dengan
orang lain, merasa hubungan yang tidak berarti dengan orang lain,
merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu, tidak mampu
berkonsentrasi dan membuat keputusan, merasa tidak berguna dan
tidak yakin dapat melangsungkan hidup
3) Kurang sosialisasi/kurang keterampilan bersosialisasi
Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa sosialisasi adalah
kemampuan seseorang untuk lebih kooperatif dan saling
ketergantungan dengan orang lain. Kondisi ini dipengaruhi oleh
fungsi otak karena masalah dengan orang lain kita harus
memahami konsekwensi hubungan dari respon neurobiologik yang
maladaptif. Masalah sosial sering menjadi sumber utama perhatian
dari keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan karena efek nyata
dari penyakit yang sering menonjol dari gejala yang berhubungan
dengan kognitif dan persepsi.
d. Afek
Afek merupakan sifat emosional yang nyata (Stuart & Laraia, 2005)
Gambaran emosi yang sering kita temui pada pasien harga diri rendah
(Stuart & Laraia, 2005; Westermeyer, 2006) adalah kemarahan,
kecemasan, rasa kesal, murung, ketidakberdayaan, keputusasaan,
kesepian dan kesedihan, merasa berdosa, dan kurang motivasi
4. Penilaian Stressor
Apapun masalah dalam konsep diri dicetuskan olah stressor psikologis,
sosiologis, atau fisiologis. Eleman yang penting adalah persepsi pasien tentang
ancaman
5. Sumber Koping
Semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya mempunyai
beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah
b. Hobi dan kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pendidikan atau pelatihan
f. Pekerjaan, vokasi atau posisi
g. Bakat tertantu
h. Kecerdasan
i. Imajinasi dan kreativitas
j. Hubungan interpersonal
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka
panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri
sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan jangka
pendek mencakup:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misal: ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau geng)
c. Aktivitas sementara yang menguatkan atau meningkatkan perasaan diri
yang tidak menentu (misal: olahraga yang kompetitif, prestasi akademik,
kontes untuk mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup:
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi atau potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pengalihan (displacement), splitting, berbalik marah terhadap diri
sendiri dan amuk.
C. POHON MASALAH
HARGA DIRI
CORE PROBLEM RENDAH
KOPING INDIVIDU
CAUSE TIDAK EFEKTIF
(Direja, 2011)
Objektif:
- Mengkritik diri sendiri
- Perasaan tidak mampu
- Pendangan hidup yang pesimistis
- Tidak menerima pujian
- Penuruan produktivitas
- Penolakan terhadap kemampuan
diri
- Kurang memerhatikan perawatan
diri
- Berpakaian tidak rapi
- Berkurang selera makan
- Tidak berani menatap lawan bicara
- Lebih banyak menunduk
- Bicara lambat dengan nada bicara
lemah
TUJUAN KHUSUS: 1. Setelah … X pertemuan klien menunjukkan Identifikasi fokus masalah klien, dengan:
Pertemuan Pengkajian tanda-tanda percaya kepada perawat dan Sapa klien dengan ramah baik verbal maup
Klien mampu mengenali masalah yang dialami, dengan Perkenalkan nama, nama panggilan peraw
menunjukkan tanda-tanda kriteria: berinteraksi
percaya kepada perawat o Ekspresi wajah bersahabat. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klie
dan mengenali masalah o Menunjukkan rasa senang. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepa
yang dialami o Ada kontak mata. berinteraksi
o Mau berkenalan. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
o Bersedia menceritakan masalah yang Buat kontrak interaksi yang jelas
dialami. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
Dengarkan dengan penuh perhatian ungka
Pertemuan I o Menceritakan evaluasi/penilaian diri Bantu klien mengidentifikasi HDR:
Klien mampu yang negatif Mendiskusikan pikiran/ evaluasi/penilaian
mengidentifikasi HDR o Membuat daftar evaluasi/penilaian diri Aspek negatif yang dimilik klien, kelu
dan mampu yang negatif Membuat daftar evaluasi/penilaian dir
mengendalikan HDR yang o Memilih penilaian negatif yang paling Memilih evaluasi/penilaian diri yang n
dialami dengan latihan menganggu menganggu
kegiatan positif pertama o Mengganti penilaian negatif diri dgn Mendiskusikan pikiran/ evaluasi/penilaian
penilaian positif dimasa lalu mengganti penilaian negatif
o Membuat daftar kemampuan/kegiatan Aspek positif yang dimilik klien, kelu
positif yang masih dimiliki Membuat daftar evaluasi/penilaian dir
o Memilih kemampuan/kegiatan positif Membuat daftar kegiatan/kemampuan
yang akan dilatih dimiliki
Memilih kemampuan/kegiatan positif yang
Beri pujian yang realistis, hindarkan memb
2. Setelah … X pertemuan klien mengendalikan 1. Latih klien mengendalikan HDR dengan lat
HDR yang dialami dengan latihan kegiatan Diskusikan kemampuan/kegiatan positif ya
positif pertama, dengan kriteria: evaluasi/penilaian diri yang positif
o Menyebutkan pengertian kegiatan Meminta klien memilih satu kegiatan posit
pertama evaluasi/penilaian diri yang positif
o Menjelaskan alat dan bahan yang Diskusikan pengertian kegiatan posistif pe
dibutuhkan Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhka
o Menyebutkan cara melakukan kegiatan Diskusikan cara melakukan kegiatan posit
positif Memberi contoh cara melakukan kegiatan
o Mempraktekkan kegiatan positif yang Anjurkan klien Mempraktekkan kegiatan
dicontohkan dicontohkan
Beri pujian yang realistis, hindarkan memb
Masukan pada jadwal kegiatan untuk latih
pertama
Pertemuan II
mampu mengendalikan 1. Setelah … X pertemuan klien mengendalikan 2. Latih klien mengendalikan HDR dengan lat
HDR yang dialami dengan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilat
latihan kegiatan positif positif kedua, dengan kriteria: Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang
kedua o Menyebutkan pengertian kegiatan Diskusikan pengertian kegiatan posistif ya
pertama Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhka
o Menjelaskan alat dan bahan yang Diskusikan cara melakukan kegiatan posit
dibutuhkan Memberi contoh cara melakukan kegiatan
o Menyebutkan cara melakukan kegiatan Anjurkan klien mempraktekkan kegiatan p
positif Beri pujian yang realistis, untuk meningka
o Mempraktekkan kegiatan positif yang diri yang positif
dicontohkan Masukkan pada jadual kegiatan untuk latih
masing2 dua kali per hari
Pertemuan III
mampu mengendalikan 1. Setelah … X pertemuan klien mengendalikan 3. Latih klien mengendalikan HDR dengan la
HDR yang dialami dengan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang
latihan kegiatan positif positif ketiga, dengan kriteria: berikan pujian
ketiga o Menyebutkan pengertian kegiatan Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang
pertama Diskusikan pengertian kegiatan posistif ya
o Menjelaskan alat dan bahan yang Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhka
dibutuhkan Diskusikan cara melakukan kegiatan posit
o Menyebutkan cara melakukan kegiatan Memberi contoh cara melakukan kegiatan
positif Anjurkan klien mempraktekkan kegiatan p
o Mempraktekkan kegiatan positif yang Beri pujian yang realistis, untuk meningka
dicontohkan diri yang positif
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latih
masing2 dua kali per hari
Pertemuan IV
mampu mengendalikan 1. Setelah … X pertemuan klien mengendalikan 4. Latih klien mengendalikan HDR dengan lat
HDR yang dialami dengan HDR yang dialami dengan latihan kegiatan Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan keti
latihan kegiatan positif positif keempat, dengan kriteria: dan berikan pujian
keempat o Menyebutkan pengertian kegiatan Bantu pasien memilih kegiatan keempat y
pertama Diskusikan pengertian kegiatan posistif ya
o Menjelaskan alat dan bahan yang Diskusikan alat dan bahan yang dibutuhka
dibutuhkan Diskusikan cara melakukan kegiatan posit
o Menyebutkan cara melakukan kegiatan Memberi contoh cara melakukan kegiatan
positif Anjurkan klien mempraktekkan kegiatan p
o Mempraktekkan kegiatan positif yang Beri pujian yang realistis, untuk meningka
dicontohkan diri yang positif
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latih
masing2 dua kali per hari
Pertemuan V dst
Klien mampu 1. Setelah … X pertemuan klien mengendalikan 5. Latih klien mengendalikan HDR dengan car
mengendalikan HDR yang HDR yang dialami dengan latihan kegiatan 1,2,3,4 dan kegiatan terjadwal.
dialami positif pertama, kedua, ketiga dan keempat, Evaluasi kegiatan. Beri pujian
dengan kriteria: Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhi
o Mempraktekkan latihan pertama Nilai kemampuan yang sudah mandiri
o Mempraktekkan latihan kedua Nilai apakah HDR klien meningkat
o Mempraktekkan latihan ketiga
o Mempraktekkan latihan keempat
o Mempraktekkan latihan kegiatan
terjadwal
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta : FK-
UI
Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta :
EGC
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th
ed. Missouri : Mosby, Inc.
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed. Missouri :
Mosby, Inc.
Satrio, Damayanti, Ardinata (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2KM), IAIN Radin Intan Lampung,
Lampung