Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Nadi atau Definisi Nadi

Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba diberbagai
tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Sirkulasi
merupakan alat melalui apa sel menerima nutrien dan membuat sampah yang
dihasilkan dari metabolisme. Supaya sel berfungsi secara normal, harus ada
aliaran darah yang kontinu dan dengan volume sesuai yang diditribusikan
darah ke sel-sel yang membutuhkan nutrien.

Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah
arteri yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung.

Nadi disebabkan oleh gelombang tekanan yang bergerak menuruni


cabang vaskular. Bentuk nadi arterial dimodifikasi oleh kompliansi dan
ukuran arteri.

B. Fisiologi dan Regulasi Nadi

Pembuluh Arteri disebut juga dengan pembuluh nadi. Pembuluh jenis


ini adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang memiliki
dinding tebal dan kaku. Pembuluh darah arteri terdiri dari dua jenis, yaitu
pembuluh aorta dan pembuluh pulmonalis. Pembuluh aorta merupakan
pembuluh arteri yang datang dari bilik jantung sebelah kiri dan bertugas
mengangkut oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya, pembuluh
pulmonalis merupakan pembuluh arteri yang berasal dari bilik kanan.
Pembuluh pulmonalis berfungsi membawa darah yang telah terkontaminasi
oleh karbondioksida dari seluruh tubuh menuju ke paru- paru.

1
Aliran darah mengaliri tubuh dalam sirkuit yang kontinu. Impuls
elektris berasal dari nodus sinoatrial (AV) berjalan melalui otot jantung untuk
menstimulasi kontraksi jantung. Pada setiap kontraksi ventrikel, darah yang
masuk ke aorta 60 sampai 70 ml(volume sekuncup). Pada setiap ejeksi
volume sekuncup, dindin aorta berdinstensi, menciptakan gelombang denyut
yang dengan cepat berjalan melalui bagian akhir arteri. Gelombang denyut
bergerak 15 kali lebih cepat melalui aorta dan 100 kali lebih cepat melalui
arteri kecil dari pada volume darah yang diejeksikan (guyton, 1991). Pada saat
nadi mencapai arteri perifer, dapat dirasakan dengan mempalpasi arteri
dengan ringan pada dasar tulang atau otot. Nadi adalah aliran darah yang
menonjol pada arteri perifer yang dapat diraba. Jumlah denyut yang terjadi
dalam 1 menit adalah kecepatan nadi.
Volume darah yang dipompa oleh jantung dalam 1 menit adalah curah
jantung, hasil dari frekuensi jantung memompa 5000 ml darah/menit.
Perubahan frekuensi jantung atau volume sekuncup tidak selalu mengubah
curah jantung atau jumlah darah dalam arteri. Misalnya, jika denyut jantung
individu 70 kali/menit dan volume sekuncup 70 ml, curah jantung adalah
4900 ml/menit.
Faktor mekanis, neural dan kimia meregulasi kekuatan kontraksi
jantung dan volume secukupnya. Tetapi bila faktor mekanis, neural atau kimia
tidak dapat mengubah volume sekuncup, perubahan frekuensi jantung akan
mengakibatkan perubahan pada tekanan darah. Jika frekuensi jantung meni
ngkat, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi jantung menjadi lebih sedikit.
Jika frekuensi jantung meningkat tanpa perubahan pada volume sekuncup,
tekanan darah akan menurun. Jika frekuensi jantung perlahan, waktu
pengisian ditingkatkan dan tekanan darah meningkat. Ketidakmampuan
tekanan darah berespons terhadap peningkatan dan penurunan frekueinsi
jantung dapat mengindikasikan deviasi kesehatan dan dilaporkan pada dokter.
Penyebab nadi yang menjadi lambat, cepat atau tidak regular secara
normal dapat mengubah curah jantung, perawat mengkaji kemampuan jantug
untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh terhadap nutrient dengan cara
mempalpasi nadi perifer atau dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengar bunyi jantung (frekurnsi apikal).

Penghitungan Curah Jantung


Frekuensi nadi*volume sekuncup=curah jantung
70 denyut/mnt*70ml/denyut=4,9 L/menit
60 denyut/mnt*85ml/denyut=5,1L/mnt

2
C. Fungsi Nadi

Fungsi utamanya adalah sebagai aliran darah yang menghantarkan


oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperti karbon
dioksida. Pada negara berkembang, dua kejadian kematian utama disebabkan
oleh infark miokardium dan stroke pada sistem pembuluh nadi, misalnya
arterosklerosis.
Mfungsi lainnya adalah mangatur resistensi perifer total, mengatur
tekanan filtrasi dan mengatur volume vena.

D. Pengkajian Nadi

Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan
arteri karotid dapat dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi
klien tiba-tiba memburuk, area karotid adalah yang terbaik untuk menemukan
nadi dengan cepat. Jantung akan menghantar darah melalui arteri karotid
secara terus menerus ke otak. Bilah curah jantung menurun secarah
signifikan, nadi perifer akan melemah dan sukar untuk diraba.
Nadi radialis dan apikal merupakan tempat yang paling sering
digunakan untuk mengkaji frekuensi nadi. Tempat-tempat tersebut digunakan
oleh individu untuk memantau frekuensi jantung mereka sendiri (mis, atlet,
individu yang mendapatkan medikasi jantung, dan klien yang memulai
program latihan yang di tetapkan). Jika nadi radialis pada pergelangan tangan
tidak normal atau intermiten akibat disritnia, atau jika nadi yang tidak dapat
diraba karena balutan, gips atau halangan lain, yang di kaji adalah nadi apikal.
Pada saat klien menggunakan medikasi yang mempengaruhi frekuensi
jantung, nadi apical dapat memberikan pengkajian yang lebih akurat terhadap
fungsi jantung, nadi apical merupakan tempat terbaik untuk mengkaji nadi
bayi atau nadi anak kecil karena nadi perifer dalam dan sulit untukdipalpasi
dengan akurat.
Pengkajian dari tempat apikal lainnya seperti arteri brakialis atau
femoralis tidak penting jika tanda vital diperiksa dengan rutin. Nadi perifer
lain dikaji bila pemeriksaan fisik komplet telah dilakukan, bila pembedahan
atau pengobatan mengganggu aliran darah kebagian tubuh, atau bila ada
indikasi klinis gangguan aliran darah perifer.

E. karakteristik nadi
pengkajian nadi radialis termaksud pengukuran frekuensi, irama,
kekuatan dan kesamaan. Pada saat mengauskultasi nadi apikal, perawat hanya
mengkaji frekuensi dan irama.

3
a. Frekuensi
Sebelum mengkaji nadi, perawat meninjau ulang frekuensi darah klien
sebagai perbandingan. Banyak praktisi lebih menyukai untuk membuat dasar
pengukuran dari frekuensi nadi saat klien dalam posisi duduk, berdiri dan
berbaring. Perunahan postur menyebabkan perubahan frekuensi nadi karena
perubahan volume darah dan aktivitas simpatik. Secara temporer frekuensi
jantung meningkat saat seseorang berubah posisi dari berbaring ke duduk atau
berdiri.
Pada saat mangkaji nadi, perawat harus mempertimbangkan perbedaan
faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi. Perpaduan dari faktor ini dapat
menyebabkan perubahan yang siknifikan. Jika perawat mendapati frekuensi
abnormal saat mempalpasi nadi perifer, langkah selanjutnya adalah mengkaji
frekuensi apikal. Frekuensi apikal merupakan pengkajian kontraksu jantung
yang lebih akurat.
Perawat mengkaji frekuensi nadi apikal dengan cara mendengarkan
bunyi jantung. Perawat mencoba untuk mengidentifikasi bunyi jantung
pertama dan kedua (S1 dan S2). Pada frekuensi normal yang lambat, S1
adalah bunyi nada rendah dan bising dan terdengar sebagai “lub”. S2 nadnya
lebih tinggi dan lebih pendek, menghasilkan bunyi “dub”. Setiap pasang dari
“lub-dub” dihitung satu denyut jantung. Dengan menggunakan diagfragma
atau bel stetoskop, perawat menghitung jumlah lub-dub yang terjadi dalam 1
menit.
Pengkajian frekuensi nadi perifer dan apikal dapat menyatakan
perbedaan frekuensi jantung. Dua jenis ketidak normalan yang bisa terjadi
pada frekuensi nadi adalah takikardia dan bradikardia. Takikardia adalah
frekuensi juntung yang meningkat secara tidak normal, di atas 100
denyut/menit pada dewasa. Bradikardia adalah frekuensi yang lambat,
dibawah 60 denyut per menit pada dewasa.

b. Irama

Secara normal irama merupakan interval reguler yang terjadi antara


setiap denyut nadi atau jantung. Interval yang diselah oleh denyut diawal atau
di akhir atau tidak ada denyut menandakan irama yang tidak normal atau
disritnia. Disritnia mengancam kemampuan jantung menyediakan curah
jantung yang adekuat, terutama bila terjadi secara berulang. Perawat
mengidentifikasi disritmia dengan cara mempalpasi interupsi pada gelombang
nadi yang berturut-turut atau mengauskultasi iterupsi antara bunyi jantung.

4
Jika disritimia terjadi, regularitas kejadiannya harus dikaji. Disritmia dapat
digambarkan sebagai ketidakteraturan yang teratur atau ketidakteraturan yang
tidak teratur.
Untuk mencatat disritmia,dokter dapat memberikan program medic
elektokardiogram, pemantauan Holter stsu telemetrik. Elektrokardiogram
mencatat aktifitas listrik jantung dalam interval 12 detik. Tes ini dilakukan
dengan meletakkan elektroda di atas dada klien yang diikuti dengan
pencatatan irama jantung. Pemantauan Holter merekam aktifitas listrik 24 jam
dalam tape recorder kecil yang dipakai klien. Informasi yang direkam tidak
dapat diakses sampai setelah 24 jam telah dilewati dan data dicetak untuk
peninjauan. Telemetri jantung memberikan pemantauan yang kontinu
terhadap aktifitas listrik jantung yang ditransmisikan ke monitor stasioner.
Telemetri memungkinkan observasi hariannya dengan demikian
memungkinkan penanganan yang segera jika irama menjadi tidak menentu
atau stabil.
Anak-anak sering mengalami disritmia sinus, yang merupakan denyut
jantung tidak teratur yang mempercepat inspirasi dan melambatkan ekspirasi.
Hal ini merupakan temuan normal dan dapat diuji dengan menyuruh anak
menahan napasnya, frekuensi jantung akan menjadi teratur.
Kontraksi jantung yang tidak evisien yang gagal mentransmisikan
gelombang nadi kebagian nadi perifer menimbulkan defisit nadi. Untuk
mengkaji deficit nadi, prawat dan koleganya mengkaji frekuensi nadi radialis
dan apical secara simultan dan kemudian membandingkan frekuensi.
Perbedaan antara frekuensi nadi apical dan radial merupakan deficit nadi. Mis,
frekuensi nadi apical 92 dan frekuensi nadi radialis 78 menyisakan nadi deficit
14 denyut nadi deficit seringkali berhubungan dengan disritmia.

c. Kekuatan

Kekuatan atau amplitudo dari dani menunjukkan volume darah yang


diejeksikan ke dinding arteri pada setiap kontraksi jantung dan kondisi
system pembuluh darah arterial yang mengarah pada nadi. Secara normal,
kekuatan nadi tetap sama pada setiap denyut jantung. Kekuatan dani dapat di
kelompokkan atau digambarkandengan kuat, lemah, berurutan atau
bersamaan. Hal ini diikutsertakan selama pengkajian terhadap system
pembuluh darah.

5
Nadi
Laju, Regularitas, Karakteristik:
Normal Kolaps

Lemah Meningkat lambat

Pulsus alternas Pulsus bigeminus

d. Kesamaan

Nadi kedua tempat dari system pembuluh darah perifer harus dikaji.
Perawat mengkaji ke dua nadi radialis untuk membandingkan karakteristik
masing-masing. Nadi pada satu ektrenitas mungkin tidak sama kekuatannya
atau tidak ada pada kebanyakan keadaan sakit (mis. Formasi trombus
[bekuan], pembuluh darah yang menyimpang, sindrom iga servikal atau
diseksi aorti) semua nadi simetris dapat dikaji secara simultan kecuali untuk
nadi katorid. Nadi karotid tidak pernah boleh dikaji secara simultan karena
tekanan yang besar dapat menyumbat pasokan darah ke otak.

F. Denyut Nadi atau Palpasi

Palpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut nadi adalah getaran/


denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri
jantung. Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah saat kita

6
bangun pagi dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu kita
masih relaks dan tubuh masih terbebas dari zat-zat pengganggu.

 Cara Palpasi ada tiga (3) metode atau cara yakni:

1. Metode Riva Rocci


Segala bentuk pakaian harus dilepskan dari lengan atas dan manset
dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak
terpasang dengan ketat maka dapa diperoleh pembacaan yang
abnormal tinggi. Saluran karet dari manset
Kemudian dihubungkan dengan manometer.
Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba
dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai denyut
nadi (denyut nadi radialis ) menghilang. Tekanan dalam manset
kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-
lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana deyut
arteri radialis teraba kembali menunjukkkan tekanan darah sistolis.
Dengan metode ini tidak dapat ditentukan tekanan darah sistolis.
Metode palpasharus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk
menentukan tinggi tekanan sistolis yang diharapkan.

2. Cara Auskultasi
Metode ini pertama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter rusia
yaitu korotkoff pada tahu 1905. Kedua tekanan sistolis dan diastolis
dapat diukur dengan metode ini, dengan cara endengar (auskultasi)
bnyi yang timbul pada arteri barachialis yang disebut bunyi korotkoff.
Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang
disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara
aukultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling
sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Mula-
mula rabalah arteri barachealis untuk mengetahui tempat meletakkan
stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanan melebihi
tekanan sistolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkanlah manset
perlahahn-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachealis
pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan
terdengar binyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewti arteri yang
tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang
terdengar disebut bunyi korotkoffdan dapat dibagi dalam (4) empat
fase yang berbeda:

Fase I :timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas


dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-
14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.

7
Fase II :bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama
penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya
Fase III :bunyi sedikit berubah dalam kwalitasnya tetapi menjadi
lebih jelas dank eras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg
berikutnya.
Fase IV :bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
berikutnya, setelah itu bunyi menghilang.
Fase V :titik di mana bunyi menghilang.

3. Cara Osilasi
Yaitu dengan menglihat osilasi air raksa pada manometer. Manset
dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis
yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan manset
diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa
manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer meninjukkan
tekanan sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi
menghilang yang menunjukkan tekanan diastilis.

G. Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi


Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak
faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

a. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat
berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari
usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi
sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia.

No. Usia Frekuensi Nadi (denyut / menit)


1. < 1 bulan 90 – 170
2. < 1 tahun 80 – 160
3. 2 tahun 80 – 120
4. 6 tahun 75 – 115
5. 10 tahun 70 – 110
6. 14 tahun 65 – 100
7. > 14 tahun 60 – 100

8
b. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita
lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50%
maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita
138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja
mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit.

c. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan
Rumus :
BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m)
Keteranan :
IMT = Indek Masa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan.

d. Kehamilan
Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa
kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang frekuensinya
berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil.

e. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat.

f. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia
(kurang darah)akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga
Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

g. Rokok dan Kafein


Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu
studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10
sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang dalam bekerja
tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan
yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal
dan sub maksimal.

9
h. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja
sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi selama kerja)
mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat.
Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis
kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.

i. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi
berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan
dengan posisi kerja duduk.

j. Faktor Fisik
Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran.
Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi
parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan dalam
kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal
ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental
dan dapat memperberat beban kerja.

k. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan
dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang.
Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat memperlambat frekuensi
nadi seseorang.

H. Frekuensi denyut nadi

Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit):

Pada bayi baru lahir 140

Selama tahun pertama 120

Selama tahun kedua 110

10
Pada umur 5 tahun 96-100

Pada umur 10 tahun 80-90

Pada orang dewasa 60-80

Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit):

Bayi baru lahir 100 – 180

Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220

Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150

Usia 10 –21 tahun 60 – 90

Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut nadi diklasifikasikan :


 Tidak teraba denyut : 0
 Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,
 Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang
: +2
 Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap
ujung jari serta tidak mudah hilang : + 3

I. Pola nadi

Pola nadi Deskripsi

Bradikardia Frekuensi nadi lambat.

Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada ketakutan,


Takikardia menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang menunjukan
penyakit jantung.

11
Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama
Sinus
ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak,
Aritmia
khususnya selama tidur.

Pulsus Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan kemungkinan
Alternans menunjukan gagal jantung.

Pulsus
Denyut berpasangan dan berhubungan dengan denyut prematur
Begeminus

Pulsus
Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi
Paradoksus

Thready Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya tanda shock,
Pulse nadi sukar di palpasi tampak muncul dan menghilang

Pulsus Denyut nadi kuat dan berdetak detak. Hal itu disebabkan oleh
Corrigen variasi yang luas pada tekanan nadi.

J. Cara Mengukur Nadi yang Tepat

Melihat pembuluh berwarna biru di permukaan kulit, itu bukan arteri tetapi
pembuluh vena. Arteri terletak lebih di dalam, namun dinding dan tekanannya
lebih kuat sehingga teraba denyutnya. Sebaliknya, pembuluh vena itu lebih tipis,
lebih ke permukaan, dan tidak berdenyut. Tapi untungnya, letak kedua
pembuluh darah ini berdekatan.
Umumnya nadi diraba pada pergelangan tangan. Tetapi pada korban yang
pingsan, nadi utama yang diraba adalah pada leher. Beberapa pembuluh nadi
lain yang dapat diraba manual, antara lain:

1. Pergelangan tangan di sebelah sisi yang berdekatan dengan jempol (a.


Radialis).
2. Lipat siku pada sisi berlawan dari a. Radialis (a. Brakialis),
3. Sisi samping leher (a. Karotis interna),
4. Pangkal paha (a. Femoralis),
5. Lipat siku (a. Poplitea),
6. Sedikit di atas tumit kaki (a. Tibialis posterior),
7. Permukaan punggung kaki (a. Dorsalis pedis).
8. Diatas Perut (Abdominal aorta)
9. Dada (aorta). Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi
mungkin untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.

12
 Penggunaan stetoskop
Pada saat mengkaji frekuensi denyut apikal, perawat menggunakan
stetoskop. Lima bagian utama stetoskop earpiece, binaural, selang, bel,
dan diafragma.
Karet atau plastic earpiece harus tepat masuk dan nyaman di telinga
perawat. Binaural harus melengkung dan cukup kuat sehingga earpiece
berada tepat pada telingatanpa mengakibatkan ketidaknyamanan. Untuk
mendapatkan bunyi terbaik, earpiece yang mengikuti bentuk lobang
telinga mengarah ke wajah pada saat stetoskop berada pada tempatnya.
Selang polivinil harus fleksibel dan panjangnya 30 sampai 40 cm.
makin panjang selang akan mengurangi transmisi gelombang suara.
Dinding selang harus tebal dan cukup keras untuk mengeliminasi
transmisi suara bising lingkungan dan mencegah selang terlipat, yang akan
mendistrorsi transmisi gelombang suara. Stetoskop dapat memiliki satu
atau dua selang. Dua selang akan meningkatkan kejernihan dengan cara
meminimalkan jumlah gelombang suara yang kembali sebelum mencapai
earpiece.

13
Raba pergelangan tangan dengan ujung jari tangan sebelah. Meraba nadi
kiri atau kanan sama saja, namun, lebih baik jika mengukur kedua sisi. Lokasi
tepatnya berada sesisi dengan jempol. Jangan terlalu kuat atau terlalu lemah
dalam menekan nadi. Setelah merasakan denyut nadi, mantapkan perabaan dan
mulailah menghitung.
rekuensi nadi idealnya dihitung dalam 60 detik. Dapat pula diukur dalam
30 detik lalu hasilnya dikali 2. Pengukuran 15 detik yang hasilnya dikali 4 tidak
direkomendasikan.
Bukan hanya frekuensi, Anda juga dapat merasakan kualitas dari nadi:
kekuatannya, irama teratur atau tidak, serta ekual/tidaknya dengan nadi sisi
sebelahnya. Perbandingan sisi kiri dan kanan hanya boleh dilakukan pada nadi
yang sama. Jangan membandingkan nadi di pergelangan tangan dengan yang di
lipat siku. Tentu berbeda hasilnya!
Bagi kaum medis sendiri, teknik meraba nadi ini adalah suatu skill yang
tidak mudah dan harus terus dilatih. Anda pun dapat berlatih dengan semakin
sering meraba nadi.
Frekuensi nadi normal ialah 60-100 kali/menit dengan irama reguler.
Kurang dari 60 kali/menit disebut bradikardia. Lebih dari 100 kali/menit disebut
takikardia.
Kecepatan nadi (umumnya takikardia) ini sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor eksternal: stres, emosi, aktivitas fisik barusan, maupun obat-obatan.
Pesannya ialah hati-hati dalam menginterpretasikan hasil frekuensi nadi ini.
Namun bila menemukan irama yang direguler, denyut yang berbeda-beda,
sudah dipastikan itu adalah kondisi tidak normal.
Adanya bradikardia (setelah diperiksa berkali-kali dalam kurun waktu yang
berbeda) perlu pemeriksaan lebih lanjut. Namun, bradikardia umumnya
ditemukan normal pada atlet. Bradikardia yang harus diwaspadai ialah bila
disertai keluhan lemas, cepat lelah, atau pingsan.

Beberapa penyakit yang dapat dideteksi dari perabaan nadi:


1. Nadi radialis lemah atau tidak teraba — syok, kekurangan cairan,
kontraksi jantung lemah
2. Nadi radialis iregular — gangguan irama jantung
3. Nadi karotis tidak teraba (10 detik) — henti jantung
4. Nadi pada kaki lemah atau tidak teraba — sumbatan pembuluh darah
kaki. Sering disertai gejala cepat lelah dan nyeri berjalan.

K. Alat, Persiapan dan Cara Pemeriksaan Nadi


Ada Sembilan (9) letak nadi tapi yang sering diperiksa yakni:
1. Arteri radialis
2. Arteri Brankialis
3. Arteri Karotid

14
a. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara
rutin.

Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri Radialis:


1. Persiapan alat
a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku catatan nadi ( kartu status )
c. Alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Buatlah pasien rilek dan nyaman .
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa
b. Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah
c. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada
posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
d. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan
tangan
e. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur
f. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,
g. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

b. Arteri Brankialis

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku
(fossa antekubital).
Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest
pada infark.

Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri Brakialis:


1. Persiapan alat
a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku catatan nadi ( kartu status )
c. Alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan
b. Buatlah pasien rilek dan nyaman
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa
b. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas

15
c. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada
posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.
d. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku).
e. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur.
f. Hitung jumlah denyut selama satu menit.
g. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

c. Arteri Karotid
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid
berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan
untuk bayi, kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.

Pemeriksaan Frekwensi Denyut Arteri Karotis:


1. Persiapan alat
a. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
b. Buku catatan nadi ( kartu status )
c. Alat tulis
2. Persiapan pasien
a. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.
b. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin
3. Cara pemeriksaan
a. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih
b. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
c. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha
d. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis
e. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan
dengan yang akan diperiksa.
f. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk
menghindari
rangsangan sinus carotid.
g. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian medial.
h. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan
napas
i. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik,
kemudian hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1
menit.

16
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan

Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba diberbagai
tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi.
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri
yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung.
Fungsi utamanya adalah sebagai aliran darah yang menghantarkan
oksigen dan nutrisi ke semua sel, serta mengangkut zat buangan seperti karbon
dioksida.

karakteristik nadi yakni:


 Frekuensi
 Irama
 Kekuatan
 Kesamaan

Cara Palpasi ada tiga (3) metode atau cara yakni:

1. Metode Riva Rocci


2. Cara Auskultasi
3. Cara Osilasi

Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi


a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Ukuran Tubuh
d. Kehamilan
e. Keadaan kesehatan
f. Riwayat kesehatan
g. Rokok dan kafein
h. Intensitas dan lama kerja
i. Sikap kerja
j. Faktor
k. Kondisi psikis

17
Beberapa pembuluh nadi lain yang dapat diraba manual, antara lain:

1. Pergelangan tangan di sebelah sisi yang berdekatan dengan jempol (a.


Radialis).
2. Lipat siku pada sisi berlawan dari a. Radialis (a. Brakialis),
3. Sisi samping leher (a. Karotis interna),
4. Pangkal paha (a. Femoralis),
5. Lipat siku (a. Poplitea),
6. Sedikit di atas tumit kaki (a. Tibialis posterior),
7. Permukaan punggung kaki (a. Dorsalis pedis).
8. Diatas Perut (Abdominal aorta)
9. Dada (aorta). Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi
mungkin untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.

B. Saran

kami berharap tugas makalah kami ke depannya lebih baik lagi dari
makalah kami ini, karena kami sadari di dalam makalah kami ini masih banyak
sekali kekurangan apalagi keterbatasan materi kami, dan kami berharap tugas
makalah kami ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi yang
positif dalam masyarakat terkhusus kepada para mahasiswa STIK AVICENNA
KENDARI.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang positif dan dapat
berkontribusi dalam pembuatan makalah kami ke depannya. Terimakasih,
Assalamualaikum warah matullahi wabarakatuh.

18
DAFTAR PUSTAKA

Potter & perry. 1997: fundamental keperawatan,volum 1, edisi 4, EGC: Jakarta.

Philip I. Aoronson, dkk. 2007: At a glance system kardio vascular, edisi 3, penerbit
Erlangga: Jakarta

Tim pembimbing. 2013: penuntun praktikum biomedik. Avicenna: Kendari.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2171026-definisi-fungsi-
pembuluh-darah-arteri/#ixzz2inVXNgae

19

Anda mungkin juga menyukai