Anda di halaman 1dari 5

A.

Menurut Depkes dalam buku pedoman PPGD menyatakan sistem


Penanggulangan Gawat Terpadu adalah sistem yang merupakan koordinasi
berbagai unit kerja (multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi
(multi disiplin dan multi profesi) untuk menyelenggarakan pelayanan terpadu
bagi penderita gadar baik dalam keadaan bencana maupun sehari-hari.
pelayanan medis sistem ini terdiri 3 subsistem yaitu pelayanan pra RS, RS dan
antar RS dan memiliki 8 komponen yaitu (Wirjoatmodjo, 2017):
1. Komponen/ Fase Deteksi
2. Komponen/ Fase Supresi
3. Komponen/ Fase Pra Rumah Sakit
4. Komponen / Fase Rumah Sakit
5. Komponen/Fase Rehabilitasi
6. Komponen Penanggulangan Bencana
7. Komponen Evaluasi/”Quality Control”
8. Komponen Dana Universitas

B. Safe Community
Bencana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak (bisa perlahan)
disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan
menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil
pembangunan. Indonesia merupakan super market bencana. Bencana pada
dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah
terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan
menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas
(efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional
ditetapkan BNPB, BPBD Propinsi dan BPBD dikabupaten kota. Unsur
kesehatan tergabung didalamnya. Dalam keadaan sehari-hari maupun
bencana, penanganan pasien gadar melibatkan pelayanan pra RS, di RS
maupun antar RS. Memerlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam
sistem. Ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (seharihari dan bencana) dalam
Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya. Disadari untuk peran jajaran
kesehatan mulai tingkat pusat hingga desa memerlukan kesiapsiagaan dan
berperan penting dalam penanggulangan bencana, mengingat dampak yang
sangat merugikan masyarakat. Untuk itu seluruh jajaran kesehatan perlu
mengetahui tujuan dan langlah-langkah kegiatan kesehatan yang perlu
ditempuh dalam upaya kesiapsiagaan dan penanggulangan secara menyeluruh.

Hamurwono(2018) menyatakan bahwa Safe Community, (SC) adalah


keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat.
Pemerintah dan teknokrat merupakan fasilitator dan pembina. Pelayanan
kasehatan di Indonesia beralih ke dan berorientasi pada paradigma sehat

Untuk mencapai hal tsb. dicanangkan program Safe Community oleh


Depkes pada HKN 36 ( Hari Kesehatan Nasional ) di Makasar adalah gerakan
agar masyarakat merasa sehat, aman dan sejahtera dimanapun mereka berada
yang melibatkan peran aktif himpunan profesi maupun masyarakat. Gerakan
ini juga terkandung dalam konstitusi WHO. Mempunyai dua aspek, care dan
cure, Care adalah adanya kerja-sama lintas sektoral terutama jajaran non
kesehatan untuk menata perilaku dan lingkungan di masyarakat untuk
mempersiapkan, mencagah dan melakukan mitigasi dalam menghadapi
berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan.
Cure adalah peran utama sektor kesehatan dibantu sektor lain terkait
dalam upaya melakukan penanganan keadaan dan kasus-kasus gadar.
Kemampuan masyarakat melakukan pertolongan pertama yang cepat dan
tepat pra RS merupakan awal kegiatan penanganan dari tempat kejadian dan
dalam perjalanan ke RS untuk mendapatkan pelayanan yang lebih efektif di
RS. Melalui gerakan SC diharapkan dapat diwujudkan upaya-upaya untuk
mengubah perilaku mulai dari kelompok keluarga, kelompok masyarakat dan
lebih tinggi hingga mencapai seluruh masyarakat Indonesia.

Gerakan ini harus dikembangkan secara sistematis dan


berkesinambungan dengan mengikutsertakan berbagai potensi. Gerakan ini
ditunjang komponen dasar : Subsistem komunikasi, transportasi, yankes
maupun non kesehatan termasuk biaya yang bersinergi. Syaiful (2017 )
menjelaskan bahwa sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian masyarakat dan


profesi kese hatan dalam kewaspadaan dini kegadaran.
2. Terlaksananya koordinasi lintas sektor terkait dalam SPGDT, baik untuk
keamanan dan ketertiban (kepolisian), unsur penyelamatan (PMK) dan unsur
kesehatan (RS, Puskesmas, ambulans dll) yang tergabung dalam satu kesatuan
dengan mewujudkan PSC.
3. Terwujudnya subsistem komunikasi dan transportasi sebagai pendukung
dalam satu sistem, SPGDT.

Fasilitas dan Peralatan yang diperlukan adalah:


1. Fasilitas yang disediakan harus dapat menjamin efektifitas bagi pelayanan
kepada masyarakat termasuk pelayanan UGD di RS dengan waktu pelayanan
24 jam.
2. Sarana dan prasarana, peralatan dan obat yang disiapkan sesuai dengan
standard yang ditetapkan Depkes.
3. Adanya subsistem pendukung baik komunikasi, transportasi termasuk
ambulans dan keselamatan kerja.
Kebijakan dan prosedur Safe community yaitu:
1. Tertulis agar dapat dievaluasi dan disempurnakan.
2. Ditetapkan kebijakan pelayanan kasus gadar pra RS, RS dan rujukannya
termasuk adanya perencanaan RS dalam penanganan bencana (Hospital
disaster plan).
3. Ditetapkan adanya PSC ditiap daerah dan memperhatikan hal-hal yang
berkaitan dengan keselamatan kerja dan kegadaran sehari-hari

C. SPGDT bertujuan untuk tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal,


terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam
keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat
darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau
cacat yang mungkin terjadi (Depkes, 2006)..
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi :
a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian;
b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke sarana
kesehatan yang lebih memadai;
c. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat;
d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.
e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan (unit
gawat darurat dan ICU).
f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.

DAFPUS
(Wirjoatmodjo, Syaiful 2017, Universitas Sumatra Utara )
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57487/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=12A85D83C87207489FD5EC999A489E2C?
sequence=4

Anda mungkin juga menyukai