Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKA BEDAH I

“ Mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis “

Dosen pengampu

Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd

Disusun oleh :

1. Amalia P07220118063
2. Tiara Apriliawati Putri P07220118106

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS C


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Segala puji dan
syukur bagi Allah swt yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-
pengikutnya yang setia mendamping beliau. Terima kasih kepada keluarga, dosen -
dosen, dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan do'a
dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Kami juga memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam
menyusun makalah ini. Semoga makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan
pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa dimafaatkan semaksimal
dan sebaik mungkin.

Balikpapan, 13 Juli 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................... 1
C. Sistematika penulisan ................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian .................................................................................................. 3
B. Anatomi fisiologi. ..................................................................................... 3
C. Etiologi ...................................................................................................... 6
D. Patofisiologi .............................................................................................. 7
E. Pathway ..................................................................................................... 8
F. Tanda dan gejala ....................................................................................... 9
G. Pemeriksaan penunjang............................................................................. 9
H. Penatalaksanaan medis .............................................................................. 10
I. Komplikasi ............................................................................................... 10
J. Konsep dasar keperawatan ........................................................................ 11
1. Pengkajian .................................................................................... 11
2. Diagnosa........................................................................................ 11
3. Intervensi ....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit gastroenteritis hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama
pada bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-
430 / seribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan,
angka kesakitan di RS dapat ditekan menjadi < dari 3 %. Penggunaan istilah diare
sebenarnya lebih tepat dari pada gasteroentritis, karena istilah yang disebut terakhir ini
memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan
walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarangmengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal / bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi BAB sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan
untuk bayi berumur > 1 bulan dan anak, bila frekuensi sudah > 3 kali.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan definisi gastroenteritis
2. Agar mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan patofisiologis gastroenteritis
3. Agar mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
gastroenteritis
4. Agar mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan tanda-tanda dan gejala
gastroenteritis
5. Agar mahasiswa mampu mengerti dan menjelaskan penatalaksanaan
gastroenteritis
C. Sistematika penulisan
Penulisan membagi penulisan asuhan keperawatan ini menjadi 3 bab, yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, serta sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
BAB III : PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gastroenteritis adalah infeksi pada lambung dan usus yang disebabkan oleh
beberapa jenis virus dan bakteri. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah flu perut atau
flu lambung. Gastroenteritis bisa menyebabkan mual, muntah, diare, kram perut, atau
terkadang demam pada penderitanya.
Gastroenteritis bisa menyebar melalui kontak jarak dekat dengan orang yang sudah
terinfeksi atau melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi virus. Infeksi
ini mudah sekali menyebar di fasilitas umum yang tertutup, seperti di dalam ruang
kelas, tempat perawatan anak, atau ruang perawatan umum.

B. Anatomi fisiologi

Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian:

1. kardiak bagian ujung lambung teratas yang berhubungan langsung dengan


esofagus
2. fundus/gastric adalah area berbentuk lengkungan di bagian atas lambung dan
terletak di bawah diafragma.
3. Pilorus anatomi lambung paling akhir yang terhubung lamgsung dengan usus
halus. Pada pilorus terdapat sfingter pilorus yaitu cincin otot tebal yang berfungsi
sebagai katup yang mengatur keluarnya makanan dari lambung ke duodenum.
Dinding lambung disusun menjadi empat lapisan, yaitu:
1. Mukosa adalah lapisan di mana sel-sel mensekresi berbagai jenis cairan, seperti
enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk
meningkatkan rasio antara daerah dan volume meningkatkan volume asam
lambung yang dapat dikeluarkan.
2. Submukosa adalah lapisan di mana arteri dan vena dapat ditemukan untuk
mendistribusikan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa
nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel.
3. Lapisan otot dari otot-otot perut yang membantu dalam pencernaan mekanis.
Lapisan ini dibagi menjadi tiga lapisan otot, yang merupakan otot melingkar,
memanjang, dan diagonal. Jenis ketiga kontraksi otot dan lapisan yang dihasilkan.
4. Peristaltik menyebabkan makanan di perut bergejolak. Lapisan terluar adalah
serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung lambung. Sel-sel di lapisan ini
mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan antara perut dengan
anggota tubuh lainnya

Anatomi fisiologi usus halus

Bagian - bagian usus halus terdiri dari :


1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus 12 jari merupakan bagian usus halus yang paling dekat dengan lambung,
makanan yang sifatnya asam dari lambung akan diteruskan menuju usus dua belas
jari, sifat asam tersebut kemudian akan direspon oleh dinding usus.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya
sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis.

3. Usus Penyerapan (illeum)


Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.

Anatomi fisiologi usus besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
1. Usus buntu adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan sehingga usus
buntu itu akan terlihat bengkak dan juga akan mengganggu sistem eksresi pada
manusia. Fungsi usus buntu berperan sebagai sekresi imunoglobin
2. Kolon assendens berfungsi sebagai penyerap nutrisi air dan juga penyerap
nutrisi yang belum sepenuhnya diserap oleh bagain usus halus
3. Kolon desenden kolon ini terletak ada di sisi perut bagian kiri
4. Kolon transversum terletak dibagian kanan perut kemudian ke kiri bagian perut
5. Rectum berfungsi sebagai penyimpanan sementara limbah pencernaan
sebelum dikeluarkan melalaui anus

C. Etiologi
1. Faktor infeksi
Penyebab utama gastroenteritis adalah infeksi virus dan bakteri, yang meliputi:
a. Infeksi virus
1) Rotavirus penyebabnya tersering diare akut pada bayi, sering
didahului atau disertai dengan muntah dan dapat ditemukan demam
atau muntah
2) Enterovirus biasanya timbul pada musim panas
3) Adenovirus dapat menyebabkan gejala pada saluran pencernaan
b. Infeksi bakteri
1) Shigella insiden paling tinggi pada umue 1-5 tahun dan ditandai
denga demam
2) Salmonella menyerang semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umue
1 tahun
3) E. Coli biasanya fases berdarah, pasien biasanya bayi dan terlihat
sangat sakit
4) Campylobacter fases yang berdarah dan bercampur mukus pada bayi
dan dapat menyebabkan fases berdarah, kram abdomen meningkat
dan sering muntah
2. Faktor non infeksi
a. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi protein
3) Malabsorbsi lemak
b. Faktor makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi makanan
c. Faktor psikologis rasa takut dan cemas
Berikut ini beberapa kelompok individu yang berisiko tinggi mengalami
gastroenteritis, di antaranya:
1. Anak sekolah dan yang tinggal di asrama. Infeksi ini bisa menular dengan
mudah di tempat-tempat yang terdapat banyak orang berkumpul dengan jarak
dekat.
2. Orang lanjut usia. Sistem kekebalan pada orang tua akan menurun. Infeksi ini
bisa dengan mudah menular ke orang lanjut usia jika mereka tinggal
berdekatan dengan orang yang berpotensi menyebarkan kuman.
3. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Orang dengan kondisi medis
tertentu, seperti HIV dan menjalani kemoterapi, lebih berisiko tertular infeksi
karena kekebalan tubuh mereka diserang oleh kondisi yang mereka derita.

D. Patofisiologi
Gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel yang
menyebabkan infeksi pada sel-sel mukosa usus atau melekat pada dinding usus pada
gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke
klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
ronggausus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan
hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan
gangguan sirkulasi darah. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

E. Patoflowdiagram
F. Tanda dan gejala
Gejala awal adalah anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan menurun kemudian timbul diare tinja cair, mungkin
mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu, anus dan sekitarnya menjadi lecet karena tinja menjadi asam
akibatnya, gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah dehidrasi diare. Bila
penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.berat
badan menurun pada bayi, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik yang meliputi :
1. Pemeriksaan Feses
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
d. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasite
e. Kultur feses (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses atau diare
yang berkepanjangan), untuk menentukan pathogen
f. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
2. Pemeriksaan Darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium,
dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Darah samar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada
gastroenteritis yang berasal dari bakteri)
d. Hitung darah lengkap dengan diferensial

3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )

a. Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
b. Aspirasi duodenum (jika diduga G.lamblia)
4. Uji antigen immunoassay enzim, untuk memastikan adanya rotavirus
5. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi; organisme
Shigella keluar melalui urine)

H. Penatalaksanaan medis
Penatalaksaan klien dengan gastroenteritis adalah :
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis
a. Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang diberikan peroral
berupa cairan berisikanNaCl dan Na HCO, KCL dan glukosa untuk diare
akut
b. Cairan parental, cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien,
tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setempat. Pada
umumnya cairan Ringer Laktat (RL) diberikan tergantung berat/ringan
dehidrasi yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan
umur dan berat badannya.
2. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja
dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa/karbohidrat lain.
3. Education
Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu tentang anak-anak yang
sehat atau makanan untuk anak diare

I. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
J. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian menurut Carpenito (2009), yaitu, tahap pertama proses keperawatan
yang meliputi pengumpulan data secara sistematis dan cermat untuk menentukan
status kesehatan klien saat ini dan riwayat kesehatan masa lalu, serta menentukan
status fungsional serta mengevaluasi pola koping klien saat ini dan masa lalu.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi,
peninjauan catatan dan laporan diagnostik, kolaborasi dengan rekan sejawat.
a. Identitas klien
b. Awalan Serangan
Cemas, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare
c. Keluhan Utama
Tinja semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak cairan dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun.
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Riwayat penyakit yang diderita.
e. Pola Fungsional menurut Gordon :
1) Pola Nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
2) Pola eliminasi
Mengalami perubahan yaitu BAB 4X sehari
3) Pola Istirahat Tidur
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola Aktivitas.
Akan terganggu kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
disentri abdomen.

2. Diagnosa keperawatan
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan dan berlebihan
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
c. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan rasa nyaman dengan
kram/nyeri abdomen
d. Perubahan pola eliminasi defekasi (diare) berhubungan dengan proses
peradangan pada usus
3. Intervensi
a. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan output cairan dan berlebihan
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Observasi tanda-tanda dehidrasi
3) Ukur input dan output cairan
4) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum air
putih (2.000–2.500 cc/hari).
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan,
pemeriksaan Lab. Elektrolit.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah
1) Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi.
2) Timbang BB klien.
3) Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
4) Beri diet dalam kondisi hangat, porsi kecil tapi sering.
5) Kolaborasi dengan tim gizi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan rasa nyaman dengan
keram/nyeri abdomen
1) Obeservasi tanda-tanda vital
2) Kaji tingkat rasa nyeri
3) Atur posisi yang nyaman pada klien
4) Beri kompres hangat pada daerah abdomen
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
d. Perubahan pola eliminasi defekasi (diare) berhubungan dengan proses
peradangan pada usus
1) Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan buang air besar (frekwensi
dan konsistensi).
2) Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.
3) Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
4) Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk
mengurangi bau.
5) Kurangi makan atau minuman yang menjadi faktor pencetus diare
(jika di ketahui).
6) Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan
antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus.
7) Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare merupakan suatu gejala dari bermacam-macam penyakit. Penyebab pasti
dari diare ini tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi haruslah dengan melakukan
berbagai macam pemeriksaan dan riwayat penyakit sekarang, serta apa saja yang
dilakukan oleh penderita diare terakhir sekali. Barulah diketahui klien itu menderita
penyakit apa.
Dengan munculnya diare pada anak, terutama yang masih bayi tidak dapat
dianggap remeh walaupun hanya diare beberapa kali dalam sehari (diare ringan).
Karena 80% lebih tubuh bayi terdiri dari air. Yang bila terjadi diare berarti cairan dan
elektrolit dalam tubuh bayi keluar, sehingga bayi rentan untuk kekurangan cairan dan
elektrolit. Apalagi bila diare berat maka dehidrasi tidak dapat dihindari lagi dan dapat
terjadi hipovolemik shock.
Oleh karena itu sebagai perawat perlu dan penting sekali untuk memberi
penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang tua yang mempunyai anak dan
bayi. Agar selalu memelihara kesehatan dan mencegah timbulnya diare, dengan jalan
menjaga kebersihan baik fisik dan psikologis. Karena bila bayi stress juga dapat terjadi
diare. Memperhatikan gizi makanan juga sangat penting. Bila terjadi diare maka
segeralah beri minum yang banyak atau dengan memberikan oralit (larutan gula
garam) untuk pertolongan pertama, kemudian segeralah bawa kepada tenaga
kesehatan atau rumah sakit.
Daftar pustaka

azahra, A. (2012, maret 25). komplikasi gastroenteritis. Retrieved from


www.scribd.com: https://www.scribd.com/doc/227525538/Komplikasi-
Gastroenteritis-Dan-DD

Bencoolen, R. (2011, februari 27). askep gastroenteritis. Retrieved from


http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com:
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/02/askep-
gastroenteritis_26.html

Kuniawan, A. (2017, mei 3). www.gurupendidikan.co.id. Retrieved from fungsi-


lambung: www.gurupendidikan.co.id/fungsi-lambung/

Nurmala, R. (2014, oktober 23). asuhan keperawatan dengan gastroenteritis.


Retrieved from kumpulanmaterikeperawatanrimanurmala:
kumpulanmaterikeperawatanrimanurmala.blogspot.com/2014/10/makalah-
gastroenteritis.html

Riawati, D. (2014, mei 15). patofisiologi gastroenteritis. Retrieved from


www.alomedika.com: https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/gastroenteritis/patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai