Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang dicurahkan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gastroenteritis”. Terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, dan juga orang tua, atas dorongan
yang telah diberikan kepada penyusun sehingga askep ini dapat terbentuk.
Asuhan keperawatan ini juga tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada penyusun, kepada dosen penyusun mohon
maaf. Kami menyadari sepenuhnya askep ini masih jauh dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan,
pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat
kami harapkan.
Semoga askep ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri, dan dapat berguna
dimasa yang akan datang.
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ………………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang …………………………………………………………….……… 3
II. Tujuan …………………………………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi fisiologi sistem pencernaan ………………………………………….…..4
B. Defenisi Gastroenteritis ………………….……………………………….………8
C. Klasifikasi …………………………………………………………………….…..9
D. Etiologi ………………………………..………………………………………….9
E. Patofisiologi …………….………………………………………………..……… 10
F. Manifestasi Klinis ……………..……………………………..…………………..11
G. Tanda dan gejala………………………………………………………………….12
H. Pemeriksaan Fisik dan diagnostik………………………………………….……. 12
I. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan ……………………………….………,..13
Pengkajian ………………………………………………….…………………………16
Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon …………………………………..………….17
Perumusan NANDA, NOC, dan NIC ……………………………………. ………….20
Evaluasi ………………………………………………………………………………22
BAB III PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………………….23
Saran …………………………………………………………………………..………23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….24
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi
di Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang pada semua kelompok usia. Tidak
jarang penyakit ini menyebabkan kematian pada si penderita. Hal ini dikarenakan oleh
ketidakmampan si penderita menoleransi kehilangan elektrolit dan cairan dari
tubuhnya.
Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian
akibat diare 23 per 100 ribu penduduk. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di
16 provinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya
disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak
sehat (Tadda, asri. 2010).
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya diare,
seperti masyarakat harus menyadari bahwa kesehatan itu lebih dari segalanya.
Berdasarkan hal di atas penulis menyusun makalah dengan judul “ Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gastroenteritis” .
II. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari sistem pencernaan.
b. Untuk mengetahui dan mengerti tentang landasan teoritis penyakit
gastroenteritis.
c. Untuk mengetahui dan mengerti tentang landasan teoritis askep pada klien
gastroenteritis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan
terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan dan
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan teriri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
(molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari
kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang
4
bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang
sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan
bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah. Bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan
orofaring dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani:
οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar
adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung
dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan
pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna
memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar
).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
6. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk
ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
7. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan
mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
6
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet
dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa
Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
8. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum,
dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
9. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : Kolon
asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum).
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
10. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
11. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
7
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
12. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang
berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari
usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
B. Defenisi Gastroentritis
Menurut soedoyo (2006), diare adalah buang air beasar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair (setengah padst) kandungan air lebih banyak dari biasanya lebihdari 200 gr atau 200 ml/
24 jam. Sedangkan menurut hendarwanto (2002), diare adalah buang air besar dengan tinja
berbentuk cair atau setengah padat, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi.
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
8
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh
bakteri, virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
C. Klasifikasi
Menurut mansoer dkk (2006) jenis diare terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
Diare akut, berlangsung kurang dari 14 hari umumnya kurang dari 7 hari sehingga
mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare
Diae persisten, berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus sehingga
mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolism
Diare disentri, disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah anorexia sehongga
mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada
mukosa
Diare masallah lain, anakyang menderit diare akut persisten mungkiin juga disertai
penyakit lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya.
D. Etiologi
Tingginya angka kematian akibat diare masih disebabkan oleh beberapa factor antara lain :
kesehatan linhgkungan yang belum memadai, keadaan gizi yang belum memuaskan, kepadatan
penduduk, sosial ekonomi maupun pendidikan pengetahuan dan perilaku masyarakat yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyakit diare ini ( depkes RI 2003).
Menurut mansoer dkk (2003) factor diare adalah sbb :
1. Faktor infeksi
Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai berikut
a. Infeksi bakteri : Vibrio, ecoli, salomonela, shigela, complylobacter, virginia,
aeromonas, dll.
b. Infeksi virus : enterovirus (virus echo, loksicicihie, plyomielitis) adenovirus,
rotavirus, aslecovirus, dll.
c. Infeksi parasit : cacing (oscaris, trichuris, dxyuris, strongloides) protozoa
(eutamoebo hystolitica, glardia lambia, trichomonashominis) jamur (candida
albicaus).
Infeksi parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: otitis media akut,
tonsilitis, broncop, pneumonia, ensetalitis, dll. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 th.
9
2. Faktor mal absorbsi
E. Patofisiologi
Yang merupakan dampak dari timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmolitik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak diserap akan
menyebabkan tekanan osmolitik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus menegeluarkannya hingga timbul diare
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu ( misalnyaa oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus
3. Gangguan motilits usus , hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usu untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic uus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare.
10
F. Manifestasi Klinis
Mula –mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disretai lender ataupun
darah. Warna tinja makin lama akan berbah kehijauan karena tercampur empedu , karena
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makan lama maikn asam akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorpsi oleh usus selama diare.
1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )
2. Rasa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Perut kembung
7. Rasa panas di dada dan perut
11
8. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )
9. Diare
10. Demam
11. Membran mukosa mulut dan bibir kering
12. Lemah
Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui data subjektif dari klien. Pada pemeriksaan
fisik abdomen sistem yang sering digunakan adalah inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi
(IAPP) . Kontur dan simetrisitas dari abdomen diinspeksi dengan mengidentifikasi penonjolan
12
lokal, distensi, atau gelombang peristaltik. Auskultasi dilakukan sebelum perkusi dan palpasi
(yang dapat meningkatkan motilitas usus dan dengan demikian merubah bising usus). Karakter,
lokasi dan frekuensi bising usus dicatat. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa
abdomen atau area nyeri tekan.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
13
o Cairan peroral : dehidrasi ringan dan sedang ( NaCl, NaaHCO3, KG Glukosa),
diare akut ( kadar Na 90 meq/L), dehidrasi ringan dan sedang <6bulan (kadar Na
50-60 meq/L)/(oralit)
o Cairan parenteral : garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Umumnya ringer laktat.
Dietetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
1) Memberikan asi.
b) Keperawatan
Penyakit diare walaupun semua tidak menular (misal diare karena faktor malabsorbsi),
tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk
mencegah infeksi (selalu tersedia disinfektan dan air bersih) serta tempat pakaian kotor
sendiri.
J. Komplikasi
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
K. Pencegahan diare
Memberikan ASI
Beri makanan pendamping ASI
Menggunakan air bersih
Mencuci tangan
Menggunakan jamban/WC
Membuang tinja balita yan benar
14
Pemberian imuniasi campak
15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS GE
Identitas Klien
Nama : ……………………………
Umur : ……………………………
Alamat : ……………………………
Agama : ……………………………
Pekerjaan : ……………………………
Pendidikan : ……………………………
No. RM : ……………………………
1. Keluhan Utama
Biasanya klien sering mengeluhkan Feces semakin cair, muntah, terjadinya dehidrasi, dan berat
badan menurun.
Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun dari biasanya, nafas
cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga tidak mau makan, nyeri dada, cepat kenyang,
nyeri abdomen, mual dan muntah, serta feses yang encer.
Biasanaya klien mengatakan pernah mengkonsumsi alkohol dan obat – obatan seperti
OAINS/NSAID, Kortikosteroid, Aspirin. Sering jajan disembarang tempat sehingga
kebersihannya tidak terjaga.
16
Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, Kebersihan klien sehari-sehari kurang
baik.
Biasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan berat badan.
Pola Eliminasi
Biasanya klien BAB lebih dari 4 kali sehari, dan BAK jarang.
Biasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen, aktivitas klien dibantu keluarga/ orang lain.
Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Biasanya klien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri pada
abdomennya.
Biasanya klien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologisnya terganggu
sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
Biasanya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran klien pada kehidupan
sehari-hari mengalami gangguan (ex: tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga).
Biasanya klien mengalami gangguan seksual- reproduksi (ex: tidak teraturnya siklus menstruasi).
Biasanya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress.
17
Pola Nilai & Kepercayaan
Biasanya klien tidak dapat melaksanakan sholat seperti biasanya Karena posisi klien dalam
keadaan tirah baring.
B. Perumusan Diagnosa (NANDA), Perumusan Kriteria Hasil (NOC), dan Perumusan Intervensi
Keperawatan (NIC)
– Pilih dan
siapkan intravena
infusion pump sesuai
indikasi
– Monitor TTV
18
2 Ketidakseimbangan Status nutrisi: asupan Monitoring cairan
nutrisi: kurang dari makanan dan cairan
Aktivitas:
kebutuhan tubuh
Indicator:
berhubungan dengan – Monitor
19
diprediksi, durasi nyeri – Berikan
kurang dari 6 bulan. analgetik untuk
mengurangi nyeri
Analgesic
administarton
Aktivitas:
– Tentukan
lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
– Cek orderan
tentang jens obat,
dosis, dan frekuensi
– Cek riwayat
alergi
– Monitor TTV
sebelum dan sesudah
pemebrian analgesic
20
– Sediakan diet
yang sesuia dengan
ketidakseimbangan
cairan
– Monitor TTV
Manajemen
elektrolit
Aktivitas:
– Timbang BB
tiap hari
– Pertahankan
intake yang akurat
– Berikan terapi
IV
– Pantau TTV
21
antisipasi terhadap Koping – Berikan
bahaya. pengobatan untuk
– Menunjukkan
menurunkan cemas
fleksibilitas peran
dengan cara yang
– Melibatkan tepat
keluarga dalam membuat
– Monitor TTV
keputusan
Peningkatan koping
– Peduli terhadap
kebutuhan keluarga Aktivitas:
– Hargai
pemahaman pasien
tentang proses
penyakit
– Tentukan
kemampuan klien
untuk mengambil
keputusan.
C. Evaluasi
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gastroenteritis (biasa disebut diare) adalah peradangan pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen dimana gejala yang umum
terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer) dalam frekuensi yang lebih banyak dari
biasanya. Gastroenteritis dapat menyerang semua usia. Masalah keperawatan yang sering
terjadi pada penderita gastroenteritis adalah kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko
kerusakana integritas kulit, san ketidakseimbangan nutrisi: kurangan dari kebutuhan
tubuh.
Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan khususnya
gastroenteritis teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca dan khususnya penulis sendiri.
23
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny.K DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTROENTERITIS
A.PENGKAJIAN
Tgl pengkajian : 27 jan 2018
Tgl MRS : 25 jan 201
Ruang : marwah 3
Jam : 09.15
No. rekam medis : 162127
Diagnosa masuk : Gastroenteritis
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.K
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/bangsa : WNI
Alamat : jalan asing 00 mataram
Status perkawinan : Kawin
24
- Irama jantung teratur
- Jenis pernapasan normal
- Suara napas vesikuler
MK : tidak muncul masalah keperawatan
3) Pengkajian sirkulasi/ kardiovaskular (B2)
- Irama jantung regular dan mengeluh nyeri dada
- Suara jantung normal
- CRT : 3 detik
- Akral : hangat
- MK : Tidak ada
4) Pengkajian neurosensori/persyarafan (B3)
- GCS : 456
- Saat pengkajian klien mengatakan pusing.
- Sclera anemis
- Konjungtiva anemis
- Tidak ada masalah gangguan pandangan,pendengaran dan penciuman
- Klien istirahat /tidut >8 jam/hari
- MK : kekurangan volume cairan
5) Pengkajian eliminasi/perkemihan (B4)
- Saat pengkajian klien mengatakan BAK normal 3-4x/hari
- Produksi urin <1000/hari
- Warna kuning jernih
- Bau amoniak
- MK : Tidak ada masalah keperawatan
6) Pengkajian makanan dan cairan /pencernaan (B5)
- Mulut kotor
- Mukosa kering
- Saat di pengkajian klien mengatakan tidak ada masalah dengan tenggorokan dan abdomen
tetapi klien belum BAB terakhir tanggal 25-01-2014
- Nafsu makan menurun
- Makan hannya 3 sendok
- MK : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
makanan tak adekuat.
7) Pengkajian musculoskeletal dan integument (B6)
- Pergerakan sendi bebas
- Kekuatan otot 5 5
5 5
- Turgor kulit kurang elastic
- Kulit kering
- MK : resiko kekurangan volume cairan.
8) Pengkajian system endokrin
- Tidak pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening
- MK : Tidak ada masalah keperawatan
9) Personal Hygine dan Kebesaran
- Klien hannya disiplin 2x/hari
- Ganti pakain 1x/hari
25
- Tidak keramas maupun gosok gigi
- MK : Defisit perawatan diri,hygine
10) Pengkajian psikososial
- Klien mengatakan bahwa sakit yang diderita hukuman karena sakitnya dibuat oleh ulah
klien sendiri
- Perilaku klien terhadap penyakit yang diderita cenderung murung/diam
- Klien sangat kooperatif saat berinteraksi
- MK : Tidak ada masalah keperawatan.
11) Pengkajian spiritual
- Kebiasaan beribadah
- Selama sakit klien tidak pernah beribadah
- Sebelum sakit klien rajin beribadah
- MK : Hambatan religious b.d kurangnya interaksi sosikultural.
12) Terapi Obat
- Infuse RL 30 tpm
- Cefotaxim 3x1
- Vomcerun 3x1
- Per oral : - unalium 2x5 mg
-lanzoprazo 2x1
-Biodiar 3x1 tab
13) Pemeriksaan Penunjang (28-01-2014)
- Hematologi
BBS/LED : 38 ( L: 0-15/p : 0-20 mm/jam)
- Kadar gula
-BSN : 70 (70-110 mg/dl)
-2JPP : 140 (<125 mg/dl)
- Profil lemak
- Cholesterol : 131 (<200 mg/dl)
- HDL : 34 (>35mg/dl)
- LDL : 85 (<150 mg/dl)
- Triglicerid : 140 (<150 mg/dl)
- Elektrolit
- Natrium : 149 (135-155 m mol/L)
- Kalium : 4,1 (3,5- 5,5 m mol/L)
- klorida : 101 ( 98-107 m mol/L)
- calcium : 2,37 (2,3 – 2,8 mmol/L)
- LFT
- Bill D : 0,14 (<0,25 mg/dl)
- Bill T : 0,35 (<1,0 mg/dl)
- SGOT : 31,6 ( L:36/P: 31 n/L)
- SGPT : 20,7 ( L:40/P:31 n/l)
- tot prot : 6,67 (6,6-8,79 g/dl)
- albumin : 3,84 (3,6-5,2 g/d)
- globulin : 2,83 (2,6 – 3,6 g/d)
- RFT
- creatinin : 0,98 (L :0,8-1,5 / P: 0,7 -1,2)
26
- Bun : 9,9 (Bun :4,7 – 23,4 / urea : 10- 50 dl)
- uric acid : 3,8 (L : 3,1 -7,0 /P: 2,4 – 7 mg/dl)
ANALISA DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
27
1 Senin.27 Resiko kekurangan Setelah diberikan 1.monitor TTV 1.hipotensi
jan 2014 volume cairan b.d asuhan 2.tingkatkan takikardial,demam
menurunnya intake keperawatan cairan per oral 1- dpat menunjukkan
cairan secara oral selama 3x30 menit 2 gelas setiap 24 respon terhadap
klien mampu jam dadn efek
memnuhi 3.observasi kehilangan cairan
kebutuhan volume tanda’’ dehidrasi 2.catatan masukan
cairan yang 4.kolaborasi membantu
adekuat dengan dengan tim mendeteksi tanda
criteria hasil medis dalam dini
-KU baik pemberian terapi ketidakseimbangan
-Turgor kulit cairan infus bcairan
kurang elastic 3.mengetahui
-sclera tdk anemis keadaan klien
-TTVdalam batas untuk
normal mempermudah
-mukosa lembab tindakan
-kulit lembab selanjutnya
4.mengganti cairan
dan elektrolit
secara adekuat.
2 Senin,27 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1.anjurkan klien 1.menjaga
jan 2014 nutrisi kurang dari asuhan untuk menjaga kebersihan mulut
kebutuhan b.d asupan keperawatan kebersihan mulut dapat
makanan tak adekuat selama 1x24 jam 2.jelaskan meningkatkan
klien dapat pentingnya nafsu makan
memnuhi konsumsi nutrisi 2.dapat
kebutuhan nutrisi dan cairan yang terrpenuhnya
dengan criteria adekuat nutrisi sesuai
hasil : 3.motivasi kebutuhan
-ku baik keluarga untuk metabolism
-mukosa lembab member 3.makanan yang
-TTV dalam batas makanan yang bervariasi dapat
normal bervariasi meningkatkan
4.kolaborasi nafsu makan
dengan ahli gizi 4.memberikan
untuk kebutuhan asupan diet/nutrisi
nutrisi yang yang tepat
dibutuhkan
28
pagi 27 jan Resiko kekurangan 08.00 1.memonitor TTV 14.00 S : klien
2014 volume cairan b.d S: 36 0 c N mengatakan
menurunnya intake :70x/mnt badannya
cairan secara oral T:130/90 mmHg cukup
Rr : 20x/mnt membalik
2.meningkatkan O:
cairan per oral 1-2 -Ku cukup
gelas setiap 24 jam -turgor kulit
Respon : klien akan kurang
berusaha elastic
meningkatkan -sclera
cairan sedikit demi anemis
sedikit -TTV
3.mengobservasi Td :130/85
tanda-tanda mmHg
dehidrasi N : 72 x/mnt
-turgor kulit kurang R : 20 x/mnt
elastis S : 360 C
-sclera anemis A : Masalah
-ku lemah teratasi
4.berkolaborasi sebagian
dengan tim medis P :lanjutkan
dalam pemberian intervensi
terapi cairan infuse 1,2 dan 4
Respon : klien
tegang saat di
injeksi.
pagi 27 jan Ketidakseimbangan 08.00 1.menganjurkan 14.00 S: klien
2014 nutrisi dari klien untuk mengatakan
kebutuhan b.d menjaga nafsu makan
asupan makanan kebersihan mulut meningkat
tak adekuat Respon: klien O:
gosok gigi 1x/hri -mulut
2.menjelaskan cukup
pentingnya berbau
konsumsi nutrisi -mukosa
dan cairan yang kering
adekuat -TTV
Respon:klien akan T:120/80
berusaha mm Hg
menghabiskan N:75 x/mnt
porsi makan,dan RR:20
makan sedikit tapi x/mnt
sering S:36 0C
3.memotivasi
keluarga untuk
29
member makanan A: masalah
yang bervariasi teratasi
Respon : klien mau sebagian
makan makanan P:intervensi
yang bervariasi di lanjutkan
sprit bubur kedelai 1 dan 4
4.berkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk kebutuhan
nutrisi yang
dibutuhkan
Diet ml b1 1900 kal
CATATAN PERKEMBANGAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, andra. Putri, yessi. 2014. Keperawatan medical bedah (keperawatan dewasa). Nuha medika.
Yogyakarta.
http://asuhankeperawatangastroenteritis.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ny-s-
dengan.html
http://askep-hrlz.blogspot.com/2012/10/askep-gastroenteritis_5933.html
http://lindamariani.blogspot.com/2014/02/contoh-askep-gastroenteritis-ge.html
https://kennymarinda.wordpress.com/2013/09/17/askep-pada-pasien-gastroenteritis/
http://jhondrissamloy.blogspot.com/2014/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-ge.html
http://subhan0455.blogspot.com/2013/01/askep-gastroenteritis.html
31