Anda di halaman 1dari 27

PEMERIKSAAN FISIK

ABDOMEN

OLEH : KELOMPOK 5

1. DITA AULIA RAHMAH


2. HENDRA PRATAMA YUDHA
3. MAHFUZOH
4. NUR FAIZAH
5. WIRDA SALSABILA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Pemeriksaan Abdomen ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Maternitas ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Mataram, 28 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................2
C. TUJUAN............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEMERIKSAAN ABDOMEN………………………………3


B. TUJUAN PEMERIKSAAN ABDOMEN.......................................................12
C. LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN ABDOMEN..............................12

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN.....................................................................................................21
B. SARAN............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari


seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit (Wikipedia. 2010).

Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tapat dan akurat maka
diperlukan suatu pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik.
Dengan demikian nantinya bisa ditentukan apakah pemeriksaan fisik yang
dilakukan itu memberikan hasil yang normal ataukah abnormal.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik,


ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang
lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem
organ yang spesifik.

Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada


pasien, makalah ini memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan
fisik khususnya pada abdomen. Makalah ini membahas entang bagaimana
anatomi dan fisiologi tubuh khususnya pada abdomen, kemudian pemeriksaan

1
apa saja yang bisa dilakukan pada abdomen, serta abnormalitas yang mungkin
ditemukan dalam abdomen.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pemeriksaan abdomen?

2. Bagaimana tujuan pemeriksaan abdomen?

3. Bagaimana langkah-langkah pemeriksaan abdomen?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian fisik pada abdomen

2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan abdomen pada abdomen

3. Untuk mengetahui langkah-langkah pemeriksaan abdomen

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi

a. Sistem Pencernaan Makanan


Sistem pencernaan makanan merupakan suatu saluran yang menerima
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserapkan oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan) dengan
bantuan enzim dan zat cair. Susunan saluran pencernaan terdiri dari :
mulut (oris, faring, oesofagus, lambung, intestinum minor (usus halus)
yang terbagi tiga bagian (doedenum, Yeyenum, dan ileum), Intestinum
mayor yang terbagi 5 bagian yaitu seikum – colon asendens – colon
transversum – colon desendens – colon sigmoid – rectum dan berakhir
pada anus.
b. Usus halus dan Usus besar
Usus halus atau Intestinum minor adalah bagian dari system
pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus lambung dan berakhir
pada sekum, usus halus memiliki panjang sekitar 6 meter. Lapisan usus
halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Ada 3 bagian utama pada usus
halus yaitu :
Duodenum disebut juga usus 12 jari panjangnya kira-kira 25 cm,
berjalan melengkung kekiri pada lengkungan kiri terdapat pankreas dan
bagian lengkungan kanan terdapat saluran empedu. Dinding duodenum
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar berfungsi
untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum memiliki panjang sekitar 6 meter. Dua perlima
bagian atas yeyenum dengan panjang kira-kira 2-3 meter dan ileum
dengan panjang kira-kira 4-5 meter. Sambungan antara yeyenum dan
ileum tidak mempunyai batas yang tegas ujung bawah ileum berhubungan
dengan sekum yang disebnut Orifisium Ileosekalis, orifisium inii

3
diperkuat oleh spinter yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolon
asendens tidak masuk kembali kedalam ileum.
Usus besar atau intestinum mayor memiliki panjang kira-kira 1,5
meter, lebarnya 5-6 cm berfungsi dalam penyerapan air dan mineral dan
juga sebagai tempat tinggal bakteri dan tempat sementara feces sebelum
dikeluarkan. Ada beberapa bagian dari usus besar yaitu :
1) Seikum, dibawah sekum terdapat apendiks/umbai cacing dengan
panjang 6 cm seluruhnya ditutupi oleh rongga peritoneum.
2) Colon Asendens, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ileum dan membengkok kekiri membentuk fleksure
hepatica dilanjutkan ke colon transversum.
3) Colon transversum, panjangnya kira-kira 38 cm membujur dari colon
asendens sampai dengan colon desendens berada dibawah abdomen,
sebelah kanan terdapat flexsure hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksure lienalis.
4) Colon Desendens, panjangnya kira-kira 25 cm, terletak dibawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas kebawah dari fleksure lienalis
sampai kedepan ileum kiri, bersambung dennngan kolon sigmoid.
5) Colon Sigmoid, merupakan lanjutan dari colon desendens terletek
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf
S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
6) Rectum, terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan
os sacrum dan os cocsigis.
7) Anus, adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rectum dengan dunia luar. Terlek didasar pelvis.

B. Patologi saluran pencernaan yang berhubungan abdomen


Pada umunya untuk patofisiologi abdomen diindikasikan dalam 2 macam
yaitu Akut Abdomen dan Non Akut Abdomen. Istilah akut abdomen diartikan
sebagai gejala-gejala pada abdomen yang datangnya mendadak (tanpa
persiapan), sedangakan non akut abdomen merupakan gejala-gejala yang
datangnya sudah diketahui sebelumnya.

4
a. Akut Abdomen
1) Ileus merupakan sumbatan pada colon yang disebabkan oleh trauma
atau hernia yang dapat mengakibatkan terjadinya distensi/desakan
terhadap colon yang tersumbat. Ileus dapat dibagi menjadi 2 yaitu
Ileus Paralitik dan Ileus Obstruktif.
2) Perforasi, adalah adanya udara bebas pada rongga abdomen sebagai
akibat dari usus yang mengalami kebocoran.
3) Ascites, merupakan istilah patologis untuk cairan bebas yang berada
dalam rongga abdomen.
4) Massa intra abdominal, adalah suatu massa pada abdomen dapat
berupa tumor atau kanker yang berakibat terganggunya fungsi
fisiologis tubuh.
5) Abdominal surgery adalah indikasi yang timbul setelah pasca operasi.
b. Nonakut abdomen
Untuk nonakut abdomen dalam patologsinya sering disebabkan oleh kasus
batu ginjal yang terdapat dalam saluran sistem urinary. Dalam kasus non akut
abdomen gejala-gejala baru dapat teridentifikasi jika sudah mengganggu
fungsi fisiologis.

C. Topografi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai
untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1) Pembagian atas empat kuadran, dengan
membuat garis vertikal dan horizontal
melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah
kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah,
dan kiri bawah.
a. Kuadran kanan atas/Right Upper
Quadrant (RUQ).
b. Kuadran kanan bawah/Right Lower Quadrant (RLQ)
c. Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)

5
d. Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)Garis tengah/Midline
yang terdiri dari :
1) Epigastrik
2) Periumbilikal
3) Suprapubik
2) Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal
dan dua garis vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga
kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior
superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat
masing-masing melalui
titik pertengahan antara
SIAS dan mid-line
abdomen.
Terbentuklah daerah
hipokondrium kanan,
epigastrium,
hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik,
dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus
dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam
keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid
teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan
saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang
merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba.
Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah
suprapubik.

Pemeriksaan fisik, dalam prakteknya tidah hanya cukup menggunakan


pemeriksaan fisik saja namun juga pengkajian secara utuh. Dimana pengkajian

6
yang bisa dilakukan untuk abdomen seperti halnya pada pengkajian secara
keseluruhan adalah anamnesa atau wawancara serta pemeriksaan fisik.
1. Anamnesa
Anamnesa adalah metode atau cara untuk mendapatkan informasi
dengan menanyakan pertanyaan tertentu pada pasien (Wikipedia. 2010).
Anamnesa yang dilakukan ini adalah menyangkut tentang :
· Biodata pasien
· Keluhan-keluhan pasien
· Penyakit sekarang
· Riwayat Kesehatan yang lalu
· Status Kesehatan Terakhir
· Riwayat Keluarga
· Riwayat Psikososial
Terdapat 2 kriteria Anamnesa diantaranya :
1) Auto anamnesa
Anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien.
Contoh auto anamnesa :
 Jenis makanan apa yang membuat Anda diare ?
 Aktivitas apa yang dapat menyebabkan Anda nyeri ?
 Aktivitas apa saja yang dapat mengurangi nyeri pada perut Anda ?
 Aktivitas apa saja yang dapat menambah nyeri pada perut Anda ?
 Di daerah mana Anda merasakan nyeri ?
 Apakah nyeri yang Anda rasakan menyebar ?
 Seberapa Anda merasakan nyeri ?
 Apa yang Anda lakukan ketika perut Anda terasa sakit ?
 Kapan Anda merasakan nyeri pertama kali?
 Nyeri itu dating secara tiba-tiba ataukah bertahap?
 Bagaimana Frekuensinya ?
 Apakah Anda sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada
perut Anda ?
 Bagaimana pola defekasi Anda ?
 Apakah sekarang Anda sedang mengalami Stress ?

7
 Apa yang menyebabkan Anda Stress ?
 Apakah Anda mempunyai kebiasaan merokok ?
 Apakah Anda mempunyai kebiasaan minum alkohol ?
 Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat?
 Apakah Anda suka mengkonsumsi kafein (kopi) ?
 Bagaimana kondisi feses Anda ?
 Apakah Anda merasakan kesulitan ketika menelan ?
 Apakah Anda pernah mengalami tindakan pembedahan ?
2) Allo anamnesa
Anamnesa yang dilakukan tidak secara langsung kepada pasien,
misalnya anamnesa pada keluarga pasien, atau tenaga medis yang merujuk
pasien.
Contoh allo anamnesa :
 Apakah pasien baru datang dari luar negeri ?
 Terapi apa saja yang sudah diberikan pada pasien ini?
 Bagaimana kondisi pasien sebelumnya?
 Apa yang paling dikeluhkan pasien?
 Bagaimana riwayat kesehatan yang dimiliki pasien?
 Apakah pasien memiliki riwayat penyakit menular?
 Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami gejala ini?
 Bagaimana pola hubungan/kekerabatan masing-masing anggota
keluarga anda, jika ada yang mengalami sakit ?

2. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan 4 teknik pemeriksaan fisik
yang bias disingkat dengan IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukskultasi).
Teknik Pemeriksan yang dilakukan pada abdomen, diantaranya :
a. Inspeksi
Saat bertemu dan melihat pasien, tentunya akan terbersit kesan
keadaan umum pasien tersebut dalam pikiran kita, bila hal ini dicermati
maka akan didapatkan informasi-informasi tentang pasien tersebut.
Inspeksi yang dilakukan pada abdomen, diantaranya meliputi :
a) Kulit Abdomen

8
Pada pemeriksaan kulit di daerah abdomen ini yang perlu diperhatikan
:
 Kebersihan kulit
 Warna kulit
 Ada tidaknya luka atau bekas luka termasuk jaringan parut
 Adanya benjolan
b) Bentuk Abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datranya abdomen,
tidak terjadi penumpukan cairan/ lemak yang berlebihan.
b. Palpasi
Palpasi ialah metode pemeriksaan di mana penguji merasakan ukuran,
kekuatan, atau letak sesuatu dari bagian tubuh pasien (di mana penguji
ialah praktisi kesehatan) (Wikipedia. 2010).
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk,
serta konsistensi organ yang ada di dalam abdomen. Palpasi dilakukan
dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan ujung jari,
dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang
relative paling sensitive dalam berfungsi sebagai indra perabaan. Palpasi
dibagi atas :
 Palpasi Dangkal
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan menggunakan
tekanan dengan berat jari tangan.
 Palpasi Dalam
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan meletakkan jari-jari
tangan yang sebelah/satunya dari tangan yang lain tepat diatas jari
tangan yang terdahulu, sehingga kita akan mendapatkan kesan
pengkajian yang lebih baik dari semula.
 Palpasi Bimanual
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan kedua belah jari
tangan kanan dan kiri sekaligus, dimana kita posisikan ujung-ujung
jari kita pada tepi organ atau benjolan yang diperiksa. Dengan
menggerakkan kedua jari tangan secara bergantian atau bersamaan
akan diperoleh kesan tentang ukuran, konsistensi, adanya perlekatan
dengan sekitar atau tidak, serta tekstur permukaaan objek tadi.
Cripitasi : pada saat palpasi kita merasakan/ seras ada seperti sesuatu

9
yang bergesekan, seperti ada barang yang hancur, ataupun bergesekan
dengan yang lain.
 Palpasi Ballotement
Mirip dengan palpasi Bimanual, hanya saja pergerakan jari hanya
dilakukan secara bergantian, sehingga diperoleh kesan apakah objek
tadi mengapung dalam suatu wadah ataukah melekat pada bagian
tubuh yang lain.
 Palpasi Khusus
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan ujung-ujung jari
telunjuk saja atau jari telunjuk dengan jari tengah, yang kita kenal
dengan Toocher. Sebagai contoh yaitu pada Rectal Toucher dan
Vaginal Toucher.
 Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:
a. Permukaan Abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk
mengetahui
• adanya benjolan atau kerusakan kulit
• ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
• tekstur kulit abdomen
• turgor kulit abdomen
• konsistensi abdomen
• suhu abdomen
b. Hepar/hati
Palpsi hepar dilakukan dengan palasi bimanual, hal ini
dimaksudkan dengan tujuan terutama untuk mengetahui bila ada
pembesarab hepar. Langkah palpasi hepar :
• Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada
tulang rusuk ke 11 atau 12.
• Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat
dinding dada.
• Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi
kanan, sudut kira-kira 450 dengan otot rektus abdominal atau
parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-jari kea rah
tulang rusuk.
• Pada pasien ekhalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5cm ke
arah bawah pada batas tulang rusuk.

10
• Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas
dalam).
• Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang
secara normal terasa dengan kontur regular. Bila hepar tak
terasa/teraba minta pasien untuk mebarik nafas dalam sementara
posisi tangan tetap dipertahankan atau lebih sedikit diberi
tekanan lebih dalam.
• Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang
rusuk kanan.
c. Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa
baru teraba bila terjadi abnormalitas. Langkah melakukan palpasi
limpa pada intinya sama dengan hepar, yang membedakan hanya
tempat melakukan palpasi. Palpasi limpa dilakukan pada batas
bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola seperti pada
palpasi hepar.
d. Ginjal
Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan
ginjal turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah
dipalpasi daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lenih
bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang
rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi ginjal, pasien diatur pada
posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien,
langkah-l2ngkah palpasi ginjal adalah:
 Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di
bawah panggul dan elevasikan ginjal ke arah anterior.
 Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis
midclavicularis dari tepi bawah batas costa.
 Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien
menarik nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal tidak
teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal
kanan dapat dirasakan.

11
 Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran,
dan adanya nyeri tekan.
 Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan di sisi seberang
tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul
kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
e. Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu
atau dua tangan. Kandung kemih teraba terutama bila mengalami
distensi akibat penimbunan urin.
c. Perkusi
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pantulan getaran gelombang
suara, dari ketukan-ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan
jari tangan, dimana salah satu dari jari tangan berfungsi sebagai dasar, dan
salah satu jari tangan dari tangan yang lainnya menjadi pengetuk.
Pantulan suara/ suara perkusi yang biasadijumpai diantaranya :
• Sonor Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru
pada orang yang normal.
• Hypersonor Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada
paru-paru dengan kelainan (emphysema, pneumothoraks,
hypermeteorisme) serta bagian tubuh yang menggandung udara.
• Tympani Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan
pada lambung yang penuh dengan udara, serta usus yang kembung.
• Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti
hepar.
Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya :
a. Lambung
Pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani
b. Hepar
Didapatkan suara pekak
c. Usus
Pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara
tympani.
d. Kandung Kemih
Perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara sonor.

12
d. Aukskultasi
Aukskultasi adalah salah satu cara pemeriksaan fisik dengan
mendengarkan organ atau bagian tubuh pasien menggunakan stetoskop.
Istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemriksaan ini diantaranya :
ronchi, rochelen, klinken, murmur, wheezing, friksi, dan gallop.
a. Pemeriksaan aukskultasi pada abdomen yaitu bertujuan untuk
mendengarkan bising usus serta pembuluh darah.
b. Bising usus merupakan suara yang terjadi saat peristaltik yang
disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang
mediastinum. Banyak atau sedikitnya bising usus yang didengarkan
saat aukskultasi tergantung dari pergerakan atu motalitas usus,
normalnya bising usus adalah 5-12kali permenit.
c. Selain digunakan untuk kedua hal tersebut diatas, pada pasien yang
sedang mengalami kehamilan aukskultasi pada abdomen dilakukan
untuk mengetahhui DJJ dan kondisi rahim yang dikandung pasien.
d. Langkah aukskultasi bising usus adalah:
1. Letakkan diafragma pada tekanan ringan pd tiap kuadran abdomen
dan dengarkan suara peristaltik aktif dan gurgling tiap 5-20 detik.
Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan ada/tdk nya
makanan pada saluran pencernaan. Bila bising usus terdengar
jarang sekali/tidak ada, dengarkan 3-5 menit sebelum dipastikan.
2. Langkah aukskultasi pembuluh darah :
3. Letakkan bagian bel stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri
iliaka. Auskultasi aorta dari arah superior ke umbilikus. Auskultasi
arteri renalis dg meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen
ke arah kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul.
Pada orang normal aukskultasi pembuuh darah tidak didapatkan
suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.

D. Tujuan Pemeriksaan Abdomen

13
1. Mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji tanda
luka, umbilical, kulit dinding perut, bentuk dan gerakan perut

2. Memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan


vascular/ mendengarkan suara peristaltik usus

3. Memperkirakan ukuran hepar, adanya udara pada lambung dan usus


(timpani atau redup)

4. Untuk mendengarkan atau mendeteksi adanya gas, cairan atau massa


dalam perut

5. untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan


struktur-struktur dalam perut (intra abdominal)

6. untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial, dan adanya


massa

7. untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung kemih

E. Langkah-Langkah Pemeriksaan Abdomen

1. Persiapan alat

a) Stetoskop

b) Penggaris kecil

c) Pensil gambar

d) Bantal kecil

e) Pita pengukur

f) Ruangan yang tenang dan terang

g) Kursi/ tempat tidur

14
2. Persiapan pasien

a) Pasien dan keluarga dijelaskan dan atur posisi pasien senyaman mungkin

b) Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu

c) Menyuruh pasien berbaring dan membuat pasien dalam keadaan rileks

d) Menyuruh pasien membuka pakaian bagian atas sehingga daerah dari px


ke simpisis pubis harus terbuka

e) Pasien telentang dengan bantal yang tipis di bawah kepala dan bantal yang
tebal di bawah lutut dan lutut menekuk

f) Kedua tangan diletakkan disamping badan atau menyilang di dada pasien

g) Gunakan tangan yang hangat dan diafragma stetoskop yang hangat dengan
cara menggosokkan kedua telapak tangan dan menggosokkan bagian
diafragma stetoskop

3. Prosedur pelaksanaan

 Inspeksi

a) Atur pencahayaan yang baik

b) Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien

c) Posisikan pasien dengan tepat, yaitu berbaring terlentang dengan


tangan di kedua sisi dan sedikit menekuk. Bantal kecil diletakkan di
bawah lutut untuk menyokong dan melemaskan otot-otot abdomen

d) Buka abdomen mulai prosesus sifoideus sampai simpisis pubis

e) Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan


perut, retraksi, penonjolan, ketidak simetrisan, jaringan parut, striae,
dll

15
f) Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan adanya inflamasi / pengeluaran
umbilicus

g) Observasi gerakan-gerakan kulit pada perut pada saat inspirasi dan


ekspirasi

 Auskultasi

a) Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop

b) Letakkan sisi diafragma ststoskop tadi di atas kuadran kanan bawah


pada area sekum. Berikan tekanan yang sangat ringan, minta pasien
agar tidak berbicara.

c) Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi serta karakternya

d) Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif, atau
hipoaktif

e) Jika bising usus tidak terdengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis,


dengarkan setiap kuadran abdomen

f) Diperlukan 5 menit secara terus menerus untuk mendengar sebelum


pemeriksa menentukan tidak adanya bising usus

g) Letakkan bagian bell/ sungkup stetoskop di atas aorta, arteri renalis,


arteri iliaka dan arteri femoralis

h) Letakkan bagian bell stetoskop pada daerah preumbilikal/ sekeliling


pusat untuk mendengarkan bising vena

 Perkusi

a) Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah


jarum jam

16
b) Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri
tekan

c) Lakukan perkusi pada area timpani dan redup

d) Suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan, yang
mana suara ini dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi
udara seperti lambung, usus, kandung kemih

e) Suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari
pada resonan. suara ini dapat didengarkan pada masa padat misalnya
keadaan acites, keadaan distensi kandung kemih, serta pada
pembesaran atau tumor hepar dan limfe

- Perkusi Untuk Menentukan Posisi Dan Ukuran Hati

a) Berdiri di sisi kanan pasien

b) lakukan perkusi dari garis midklavikula kanan tepat di bawah


umbilikus ke atas melewati area timpani sampai terdengar suara
redup, beri tanda dengan pensil pada tempat mulai ditemukannya
suara redup (merupakan batas bawah hepar)

c) lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan yang dimulai dari


area resonan paru-paru ke bawah sampai ditemukan suara redup,
beritanda pada tempat mulai ditemukan suara redup (merupakan
batas atas hepar)

d) ukur jarak antara 2 tanda tadi dalam satuan sentimeter. Normalnya


panjang hepar pada garis midclavikula adalah 6-12 cm dengan
batas bawah terletak pada atau sedikit di bawah tulang rusuk

e) jika diduga ada pembesaran ukur penurunan hati dengan meminta


pasien menarik nafas dalam dan menahan, lalu pemeriksa

17
melanjutkan perkusi ke atas dari abdomen ke garis midclavikula
kanan

- Perkusi Lambung

a) Atur posisi pasien tidur terlentang

b) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien

c) Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian
epigastrium kiri

d) Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani

 Palpasi

- Palpasi ringan

a) Palpasi ringan abdomen di atas setiap kuadran. Hindari area yang


sebelumnya sebagai titik bermasalah

b) Perawat meletakkan tangan secara ringan di atas abdomen dengan


jari-jari ekstensi dan berhimpitan

c) Perawat meletakkan tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari


pararel terhadap abdomen

d) Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1 cm

- Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau


adanya massa

a) Selama palpasi, observasi wajah pasien untuk mengetahui adanya


ketidaknyamanan

b) Jika ditemukan rasa nyeri, uji adanya nyeri lepas. Nyeri lepas bisa
diketahui dengan cara menekan dalam kemudian lepas dengan

18
cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul setelah tangan
dilepaskan

c) Lakukan palpasi di sekitar umbilikus dan cincin umbilical

- Palpasi dalam

a) Gunakan metode palpasi bimanual

b) Tekanan dinding abdomen sedalam 4-5 cm

c) Catat adanya massa dan struktur organ di bawahnya. Jika terdapat


massa, maka catat ukuran, lokasi, mobilitas, kontur dan
kekuatannya

- Palpasi hepar/ hati

a) Berdirilah disamping kanan pasien

b) Letakkan tangan kiri anda pada torak posterior kira-kira pada


tulang rusuk ke 11 atau 12

c) Tekankan tangan kiri tersebut keatas sehingga sedikit mengangkat


dinding dada

d) Letakkan tangan kanan pada atas bawah tulang rusuk sisi kanan
dengan membentuk sudut kira-kira 450 dengan otot rektus
abdominal dengan jari-jari kearah tulang rusuk

e) sementara pasien ekhalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 kearah


bawah pada batas bawah tulang rusuk

f) jaga posisi tangan anda dan suruh pasien inhalasi / menarik nafas
dalam

19
g) sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang
tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur regular. bila
hepar tak terasa/teraba dengan jelas, maka suruh pasien untuk
menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan posisi
tangan atau memberikan tekanan sedikit lebih dalam. kesulitan
dalam merasakan hepar ini sering dialami pada pasien obesitas

h) Bila hepar membesar, maka lakukan palpasi di batas bawah tulang


rusuk kanan. catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan
berapa cm pembesaran terjadi di bawah batas tulang rusuk

- Palpasi limp

a) Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien, pegang secara menyilang


abdomen pasien dengan tangan kiri pemeriksa serta letakkan
tangan di bawah pasien dan di atas sudut kontrovertebral. Tekan ke
atas dengan tangan kiri diikuti dengan tangan kanan di bagian
secara bersamaan

b) Tempatkan telapak tangan kanan dengan jari-jari di atas abdomen,


di bawah tepi kiri kostal

c) Tekan ujung jari ke arah limpa kemudian minta klien menarik


nafas dalam

d) Palpasi tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah ke arah tangan


pemeriksa

- Palpasi pasien asites

Cara pemeriksaan asites:

a) Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).

20
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya
adalah ketukan pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan
gelombang cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain. Pasien
tidur terlentang, pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada
satu sisi abdomen dan tangan kanan melakukan ketukan berulang-
ulang pada dinding abdomen sisi yang lain. Tangan kiri kan
merasakan adanya tekanan gelombang.

b) Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen


terendah. Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai
peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien
diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai
tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya
peralihan suara redup.

- Palpasi ginjal

a) Ketika melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di


bawah puggung, dan elevasikan ginjal ke arah anterior

b) Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior tepat di garis


midclavikula pada tepi bawah kosta

c) Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sambil meminta


pasien menarik nafas panjang. Pada orang dewasa normal, ginjal
tidak teraba, tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah
ginjal kanan dapat dirasakan

d) Jika ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan adanya


nyeri tekan

21
e) Lakukan palpasi ginjal kiri dengan posisi pemeriksa berada di sisi
sebelah tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di bawah panggul
kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan

22
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pemeriksaan Abdomen adalah Suatu tindakan yang meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk mengetahui bentuk dan
fungsi serta kelainan organ yang ada di dalam rongga abdomen dan
sekitarnya. Pembagian daerah abdomen menjadi 9 regio yaitu: Hipokondrial
kanan, Epigastrik, Hipokondrial kiri, Lumbal kanan, Umbilical, Lumbal kiri,
Inguinal kanan, Hipogastrik, dan Inguinal kiri. Untuk tujuan pemeriksaannya
sendiri yaitu Mengetahui kesimetrisan dinding perut saat respirasi, mengkaji
tanda luka, umbilical, kulit dinding perut, bentuk dan gerakan perut,
Memperkirakan gerakan usus dan kemungkinan adanya gangguan vascular/
mendengarkan suara peristaltik usus, Memperkirakan ukuran hepar, adanya
udara pada lambung dan usus (timpani atau redup), Untuk mendengarkan atau
mendeteksi adanya gas, cairan atau massa dalam perut, untuk mengetahui
bentuk, ukuran, dan konsistensi organ-organ dan struktur-struktur dalam perut
(intra abdominal), untuk mengetahui area-area nyeri tekan, nyeri superficial,
dan adanya massa, untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung
kemih

B. Saran

Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang pemeriksaan abdomen.


Kami sadar bahwa dalam makalah ini masi terdapat banyak kekurangan dan
perlu perbaikan terutama dari bapakdan ibu dosen dalammata kuliah
metodologi keperawatan untuk memberikan arahan dan bimbingan sehingga
masalah yang dibahas dalam makalah ini dapat dipahami, dan kepada teman-
teman kami mohon kritik dan sarannya sehingga apa yang kurang bisa
menjadi bahan evaluasi bagi tim penyusun makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anatomidianhusada.blogspot.com/t/pembagian-regio-abdomen.htm?m=1
Https://www.google.co.id/amp/s/tintamerah.wordpress.com/2016/03/12/pemeriksaan-
abdomen/amp/
Ginanjar Satrio Utomo, BAB II makalah pemeriksaan fisik
http://www.scribd.com/document/347690090/BAB-II-makalah-pemeriksaan-
fisik-abdomen-docx (Diakses, 20 Oktober 2018)

24

Anda mungkin juga menyukai