Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI PATOFISIOLOGI MANUSIA


SISTEM PENCERNAAN

DOSEN PEMBIMBING :
apt. Yusuf Anggoro Mukti, M.Farm
KELAS A
KELOMPOK 7
NAMA MAHASISWA :
1. Putri Ayu NIM : 11194762310110
2. Retha Utiara Tonik NIM : 11194762310111
3. Reva Amellia NIM : 11194762310112
4. Reva Kamelia NIM : 11194762310113
5. Safina Restu Eka. P NIM : 11194762310121
6. Salsabila Syifa A.P NIM : 11194762310122
7. Yazna NIM : 11194762310148

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehinnga kami bisa menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Anatomi Fisiologi
Patofisiologi Manusia dengan judul “Sistem Pencernaan”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan
bisa maksimal jika tidak mendapat dungukan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik
dri penyusunan maupun tatabahasa penyampaian dalam materi ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan keritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki materi kami ini. Kami juga berharap semoga materi yang kami susun
ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Banjarmasin, Januari 2024


Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2.Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II LATAR BELAKANG ............................................................................... 3
2.1.Pengertian Sistem Pencernaan ....................................................................... 3
2.2.Organ yang Berperan dalam Sistem Pencernaan ........................................... 3
2.2.1. Rongga Mulut ( Cavitas oris) ................................................................. 5
2.2.2.Faring..................................................................................................... 10
2.2.3.Oesophagus (kerongkongan) ................................................................. 12
2.2.4.Ventriculus (lambung) ........................................................................... 13
2.2.5.Intestinum tenue (saluran pencernaan) .................................................. 14
2.2.6.Anus....................................................................................................... 18
2.2.7.Kelenjer Saliva ...................................................................................... 19
2.2.8.Pankreas ................................................................................................. 20
2.2.9.Hati (hepar)............................................................................................ 20
2.3.Fisiologi Sistem Pencernaan ........................................................................ 21
2.3.1.Fungsi Utama Sistem Pencernaan ......................................................... 21
2.4.Mekanisme Sistem Pencernaan ................................................................... 24
2.5.Gangguan Pada Sistem Pencernaan ............................................................. 27
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Istilah anatomi merupakan bahasa latin, yaitu ana yang berarti bagian,
memisahkan; dan tomi (tomie) yang berarti iris, potong. Sedangkan istilah
fisiologi merupakan bahasa latin yaitu fisis (physis) yang berrti alam atau cara
kerja; dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi, dari bahasa latin tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengertian anatomi secara umum adalah ilmu yang
mempelajari tentang potongan bagian dari tubuh manusia. Sedangkan
pengertian fisiologi secara umum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
cara kerja bagian tubuh manusia.
Anatomi tubuh manusia disusun kedalam beberapa bagian tubuh, yaitu
sistem rangka, sistem otot, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
indera, sistem pencernaan, sistem urinaria dan sistem reproduksi. Pada
pembahasan kali ini akan membahas mengenai sistem pencernaan.
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses penguraian bahan
makanan ke dalam zat-zat makanan agar dapat diserap dan digunakan oleh
jaringan-jaringan tubuh sistem pencernaan makanan terdiri dari alat-alat
pencernaan yang berhubungan langsung membentuk saluran pencernaan.
Saluran pencernaan adalah saluran yang kontinyu berupa tabung dikelilingi
otot. Saluran pencernaan akan mencerna makanan, memecahnya menjadi
bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah.
Saluran pencernaan meliputi mulut, kerongkorangan, lambung, usus halus,
usus besar dan anus (Waluyo, 2019).
Pada dasarnya, sistem digestorialah (sistem pencernaan) yang menjadi lini
pembongkaran untuk memecah makanan menjadi molekul kecil seperti asam
amino dan monosakarida sehingga dapat diabsopsi dan diangkut ke dalam sel.
Sistem digestoria berfungsi memproses makanan, mengekstrak nutrien dari
makanan dan mengeliminasi zat residu. Hal ini dilakukan melalui beberapa

1
2

tahap yaitu ingesti, proses mekanisme, digesti, sekresi, absorpsi, kompaksi dan
defekasi (Saladin et al., 2019; Martini et al., 2019).

1.2.Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui beberapa organ sistem pencernaan pada manusia.
2. Untuk pengetahui proses pencernaan pada manusia.
3. Untuk mengetahui organ yang berperan dalam sistem pencernaan manusia.
4. Untuk mengetahui mekanisme pencernaan pada manusia.
5. Untuk mengetahui beberapa gaangguan sistem pencernaan pada manusia.
BAB II LATAR BELAKANG
BAB II
LATAR BELAKANG

2.1.Pengertian Sistem Pencernaan


Proses mengubah makanan dari besar menjadi lebih kecil dan lebih halus
disebut sistem pencernaan dan membuka pencernaan terbagi menjadi
pencernaan mekanik dan kimiawi. Pencernaan mekanis adalah proses dimana
makanan dipecah menjadi potongan-potongan kecil. Proses dimana tubuh
menyerap partikel makanan dengan baantuan enzim pencernaan disebut dengan
pencernaan kimiawi.
Sistem pencernaan makanan terlibat dalam pencernaan mkanan pada
manusia. Organ pencernaan manusia adalah organ tubuh yang mencerna
makanan. Sistem pencernaan dibagi menjadi saluran pencernaan dan kelenjer
pencernaan (G. Liviani, 2015).
Tractus Digestivus (Saluran Pencernaan) merupakan saluran yang
berkeseimbangan dari mulut sampai anus, dimulai dari regio caput, melalui
regio colli (leher), cavitas thoracis (rongga dada), cavitas abdominis (rongga
perut), cavitas pelvis (rongga panggul) dan berakhir di regio.
Saluran pencernan dari oral ke anal meliputi rongga mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), ventriculus (lambung), duodenum (usus 12 jari), jejunum (usus
kosong), ileum (usus penyerapan), cecum (usus tengah), appendix vermiformis
(usus buntu), colon ascendens (bagian awal yang dilewati dari usus kecil,
berada di usus besar), colon transversum (usus besar bagian atas), colon
descendens (sisi kiri usus besar), colon sigmodeum (bagian terakhir kolon
sebelum sisa makanan masuk ke rektum), recrum, canalis analis dan anus.

2.2.Organ yang Berperan dalam Sistem Pencernaan


Organ yang berperan dalam sistem pencernaan dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Saluran pencernaan makanan

3
4

Saluran pencernaan adalah saluran yang kontinyu berupa tabung yang


dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya
menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju
pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalamnya adalah mulut,
faring, esofagus, lambung, usus halus serta usu besar. Dari usus besar
makanan akan dibung keluar tubuh melalui anus.
b. Organ pencernaan tambahan (aksesoris)
Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu saluran
pencernaan melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam rongga
mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan
kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan
tambahan akan memproduksi sekret yang berkontribusi dalam pemecahan
bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan
seperti kelenjar ludah, hati, dan pankreas.

Gambar 2.1 Sistem Pencernaan


5

2.2.1. Rongga Mulut ( Cavitas oris)


Rongga mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air. Mulut merupakan jalam masuk untuk sistem pencernaan.
Rongga mulut terdiri dari pipi, bibir, lidah, gigi dan langit-langit mulut.

Cavitas oris (Rongga mulut) berfungsi :


1. Sebagai pintu masuk sistem digestoria yang terlibat dalam
pemprosesan awal makan.
2. Untuk emanipulasi suara yang dihasilkan oleh laring sehingga dapat
berbicara.
3. Untuk bernafas (Drake et al., 2018).
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Cavitas oris
terbagi menjadi dua bagian :
1. Vestibulum oris dibagian luar, terletak diantara arcus dentalase
dan facies profundi bucca dan labium oris. yaitu rongga mulut
yang dibatasi di sisi-sisinya dengan tulang maksilaris dan semua
gigi dan di sebelah belakang bersambung dengan awal tekak atau
faring. Atap mulut dibentuk oleh palatum dan lidah terletak di
lantainya dan terikat pada tulang hoid
2. Cavitas oris propria dibgian dalam, terletak disebelah internal
arcus dentalas (Drake et al., 2018).
Di garis tengah sebuah lipatan membran mukosa menyambung
lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak papila sublingualis yang
memuat lubang kelenjar ludah submandibularis, tempat lubang-lubang
halus kelenjar ludah sublingalis bermuara. Selaput lendir mulut ditutupi
oleh epitelium yang berlapis-lapis. Di bawahnya terletak kelenjar halus
yang mengeluarkan lendir. Selaput ini sangat kaya akan pembuluh darah
dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
6

Gambar 2.2 Rongga Mulut


Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Kelenjar air liur mengandung enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk
mencerna polisakarida (amilum) menjadi disakarida. Proses menelan
dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis (Syaifuddin, 2019,
Pearce, 2015).
1. Pipi dan Bibir
Mengandung otot-otot yang diperlukan dalam proses
mengunyah dan bicara. Di sebelah luar, pipi dan bibir
diselaputi oleh kulit.
2. Lidah (Lingua)
Lidah merupakan organ berotot yang membentuk sebagian
dasar rongga mulut dan sebagain dinding faring. Lidah
7

mengandung dua jenis otot, yaitu otot ekstrinsik yang berorigo


di luar lidah, insersi di lidah dan otot intrinsik yang berorigo
dan insersi di dalam lidah. Bagian atas dan samping lidah
dipenuhi papilla, perluasan lamina propria mukosa, yang
dilapisi epitel skuamosa berlapis. Papilla lidah merupakan
tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga
bentuk dan fungsinya berbeda.

Facies superior pars oralis linguae dilapisi oleh ratusan tonjoln


mucosa yang disebut papillae, yaitu :
a) Papila filimorfis, yaitu tonjolan mukosa berbentuk kerucut,
sangat banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah.
Memiliki reseptor sentuhan yang membantu lidah
menggerakkan makanan di dalam mulut.
b) Papila fungiformis, yaitu berbentuk jamur, menutupi
sebagian besar lidah, dan cenderung lebih besar di bagian
belakang lidah dan lebih kecil di ujung dan samping.
Mengandung puting pengecap yang tersebar pada
permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela
antara papilla filiformis yang banyak jumlahnya
c) Papila valata (circumvallata), yaitu merupakan papilla
terbesar, terletak berderet tepat di anterior sulcus terminalis
linguae.
d) Papila foliata, yaitu lipatan linear mukosa di tepi lidah di
dekat sulcus terminalis linguae.

Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi


untuk menutup jalan napas waktu menelan makanan, supaya makanan
tidak masuk ke jalan napas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat
puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap.
8

Gambar 2.3 Lingua


Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva). Kelenjar
ludah dalam rongga mulut, yaitu:
 Kelenjar submandibular, yang berada di dasar mulut, mengeluarkan
air lius ke dalam mulut melalui saluran submandibular.
 Kelenjar sublingual, yang teletak di bawah lidah, menggunakan
saluran sublingual kecil untuk mengeluarkan air liur ke dalam rongga
mulut.
 Kelenjar parotis, teletak di antara kulit dan otot maseter, dekat telinga.
Mengeluarkan air liur ke dalam mulut melalui saluran parotis, yang
terletak di dekat gigi molar kedua atas.

Gambar 2.4 Anatomi Kelenjar


9

3. Gigi
Gigi adalah organ yang mirip dengan tulang yang digunakan
untuk merobek, menggiling, dan memecah makanan secara
mekanis. Setiap lengkung barisan gigi pada rahang
membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar
dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan
menutup (overlap) gigi bawah. Manusia memiliki 2 susunan
gigi, yaitu gigi primer (desiduous, gigi susu) ada 20 buah dan
gigi sekunder (permanen) ada 32 buah. Gigi dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu:
a. Gigi seri, empat atas dan bawah adalah gigi depan
tajam yang digunakan memotong dan menggigit.
b. Gigi taring, mempunyai mahkota yang runcing
berguna untuk merobek dan mecabik-cabik makanan.
c. Gigi geraham, berbentuk datar dengan benjolan-
benjolan. Bila uda dataran dari kedua geraham yang
berpasangan saling bergesek, maka gerakan tersebut
akan menghaluskan makanan yang berbeda di
antaranya.
Gigi diamankan dalam proses alveolar (soket) rahang atas dan
mandibula. Gingiva (biasa disebut gusi) merupakan jaringan
lunak yang melapisi prosesus alveolar dan mengelilingi leher
gigi. Gigi juga ditahan pada soketnya oleh jaringan ikat yang
disebut ligamen periodontal. Dua bagian utama gigi
adalah mahkota, yaitu bagian yang menonjol di atas garis
gusi, dan akar, yang tertanam di dalam rahang atas dan
mandibula. Kedua bagian tersebut mengandung rongga
pulpa bagian dalam, berisi jaringan ikat longgar yang dilalui
saraf dan pembuluh darah. Daerah rongga pulpa yang
melewati akar gigi disebut saluran akar. Di sekeliling rongga
pulpa terdapat dentin, jaringan mirip tulang. Pada akar setiap
gigi, dentin ditutupi oleh lapisan mirip tulang yang lebih keras
yang disebut sementum. Pada mahkota setiap gigi, dentin
10

ditutupi oleh lapisan luar enamel, yang merupakan zat terkeras


dalam tubuh.

Gambar 2.5 Gigi

4. Langit-langit Mulut
Langit-langit (palatum) terletak pada dinding atas (atap)
rongga mulut. Langit-langit dapat dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu langit-langit keras (palatum durum) yang membatasi
rongga mulut dengan rongga hidung, dan langit-langit lunak
(palatum mole) yang membatasi rongga mulut dengan faring.

2.2.2.Faring
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak persimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan
11

berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang


bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut
dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri
dari 3 bagian sebagai berikut :
a. Bagian Superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
b. Bagian Media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut.
Bagian media disebut dengan orofaring. Bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah.
c. Bagian Inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian inferior disebut dengan laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

Gambar 2.6 faring


12

2.2.3.Oesophagus (kerongkongan)
Oesophagus merupakan salurn berotot dengan panjang 25cm,
menghubungkan pharynx dan ventriculus. Oseophagus ini terdiri atas
oesophagus cervicalis (paling atas, dekt mulut), oesophagus thoracica
(bagian tengah) dan oesophagus abdominalis (paling bawah).
Oesophagus merupakan saluran yang berfungsi sebagai penghubung
antar rongga mulut dan lambung (Allouch dan Kaddi, 2018).
Terdapat otot yang berada di bagian bawah kerongkongan (lower
oesophagus sphincter) yang berbentuk seperti cincin serta dapat
membuka dan menutup saluran kerongkongan. Otot ini dibentuk oleh :
a. Otot-otot instrinsik dibagian bawah esofagus.
b. Serabut-serbut clasp (gesper/jepitan) di sisi knan esofagus.
c. Serabut-serabut sling (ambin/gendongan) di sisi kiri esofagus.
d. Diperkuat oleh serbut melingkar ekstrinsik dari crus dexter
diaphragma. ( Barr H dan Almond LM, 2019).

Gambar 2.7 Susunan Lapisan


Otot Oesophagus Dan Gaster.
13

Oesophagus memiliki 4 titik penyempitan (angustia oesophagii)


sehingga dapat menjadi tempat bersarang corpus alienum. Penyempitan
tersebut terjadi:
a. Di tempat paling proximal (oral) setinggi vertebra C6 (setinggi
cartilago cricoidea)
b. Di titik persilangan dengan arcus aortae
c. Di titik persilangan dengan bronchus primarius sinistra
d. Ketika melalui diaphragma (hiatus oesophagii) setinggi vertebra
T10 (Hansen, 2019).

Gambar 2.8 Tempat Penyempitan


Oesophagus (Angustia Oesophagii)

2.2.4.Ventriculus (lambung)
Ventriculus merupakan organ tractus gastrointestinalis yang paling
berdilatasi dan berbentuk seperti huruf J. Lambung adalah organ yang
letaknya berada di kuadran kiri atas perut atau abdomen. Bagian tepi
14

atasnya terhubung langsung dengan esofagus yang berada di bawah


diafragma. Batas bawah organ lambung yang terletak di sebelah kanan
garis tengah menyatu dengan duodenum. Ukuran lambung bervariasi,
tergantung pada volume makanan yang ada. Organ lambung berperan
penting untuk menyimpan dan mencerna baik makanan maupun
minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga sangat penting
untuk dijaga.

Gambar 2.9 ventriculus

2.2.5.Intestinum tenue (saluran pencernaan)


Intestinum tenue merupakan bagian terpanjang pada sistem
pencernaan (6-7 m) dan terbentang dari orificium pyloricum sampai
ileocecal junction. Saluran ini terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum
(Drake et al., 2018; Hansen, 2019).
a. Duodenum
Duodenum berbentuk huruf C dengan panjang 20-25 cm. Lumen
duodenum terluas dibandingkan organ intestinum tenue yang lain.
Duodenum terletak retroperitoneal, kecuali pada bagian
15

permulaannya yang dihubungkan ke hepar oleh ligamentum


hepatoduodenale. Duodenum terbagi menjadi 4 bagian:
o Pars superior (bagian pertama) terbentang dari orificium
pyloricum sampai sebatas collum vesicae felleae. Secara klinis,
pars superior duodeni dirujuk sebagai ampulla (duodenal cap).
Ulcus duodeni paling banyak terjadi di bagian ini
o Pars descendens (bagian kedua) terbentang dari collum vesica
fellea sampai tepi bawah vertebra LIII. Bagian ini mengandung
papilla duodeni major (pintu masuk ductus choledochus dan
ductus pancreaticus major) dan papilla duodeni minor (pintu
masuk ductus pancreaticus minor/ductus pancreaticus
accessorius). Junction dari foregut dan midgut terletak tepat di
bawah papilla duodeni major o Pars inferior (bagian ketiga)
adalah bagian terpanjang

o Pars ascendens (bagian keempat) berjalan ke atas atau ke kiri dan


berakhir sebagai flexura duodenojejunalis. Flexura
duodenujejunalis dikelilingi oleh lipatan peritoneum yang
mengandung otot polos yang disebut musculus (ligamentum)
suspensorium duodeni (ligamentum Treitzi) (Drake et al., 2018).
b. Jejunum
Jejunum dimulai dari duodenojejunal junction. Jejunum mewakili
2/5 proximal intestinum tenue, terletak sebagian besar di kuadran kiri
atas. Dibandingkan ileum, jejunum memiliki diameter yang lebih
besar, dinding lebih tebal, lemak mesenterica lebih sedikit, plica
circularis lebih tinggi dan lebih banyak, arcade arterialis yang kurang
menonjol, dan vasa recta lebih panjang (Drake et al., 2018; Hansen,
2019; Wineski, 2019).
c. Ileum
Ileum membentuk 3/5 distal intestinum tenue, terletak sebagian besar
di kuadran kanan bawah. Dibandingkan jejunum, ileum memiliki
dinding lebih tipis, plica circularis lebih sedikit dan kurang
16

menonjol, vasa recta lebih pendek, lemak mesenterica lebih banyak,


dan arcade arterial lebih banyak (Drake et al., 2018).

Gambar 2.10 Perbedaan Eksternal dan


Internal Jejunum dan Ileum. A. Jejunum, B. Ileum

d. Intestinum Crassum (usus besar)


Intestinum crassum terbentang dari ujung distal ileum ke anus
dengan panjang sekitar 1,5 meter pada orang dewasa. Intestinum
crassum melengkung di sekitar dan menutupi gulungan intestinum
tenue dan cenderung lebih terfiksir dibandingkan intestinum tenue.
Ia terdiri atas cecum, appendix vermiformis, colon, rectum, dan
canalis analis. Karakteristik umum intestinum crassum:
o Diameter internalnya lebih besar dibandingkan intestinum
tenue
o Ada akumulasi lemak terbungkus peritoneum yang disebut
appendix omentalis (appendix epiploicum)
o Ada pemisahan stratum longitudinale tunica muscularis
menjadi tiga pita yang sempit, yaitu taenia coli. Taenia ini
terutama terlihat di cecum dan colon dan tidak terlihat (less
visible) di rectum
o Sakulasi colon yang disebut haustra coli (Drake et al., 2018;
Wineski, 2019).
17

Gambar 2.11 Usus Besar

e. Cecum
Cecum adalah bagian pertama intestinum crassum, berupa
kantung berujung buntu. Ia terletak inferior dari ileocecal junction di
fossa iliaca dextra. Cecum merupakan struktur intraperitoneal
karena mobilitasnya, bukan karena alat penggantung peritoneumnya.
Cecum berlanjut menjadi colon ascendens setinggi pintu masuk
ileum ke cecum (Drake et al., 2018; Wineski, 2019).
f. Appendix vermiformis
Appendix vermiformis adalah saluran berbentuk cacing dan
berujung buntu, berlubang, dan sempit yang muncul dari dinding
posteromedial cecum. Ia memiliki aggregasi jaringan limfoid yang
besar di dindingnya. Ia tergantung ke ileum terminalis oleh
mesoappendix (mesenteriolum). Titik perlekatan appendix
vermiformis ke cecum konsisten dengan taenia libera cecum yang
mengarah langsung ke basis appendix, tetapi lokasi bagian appendix
lain sangat bervariasi. Proyeksi permukaan basis appendix adalah di
junction antara 1/3 lateral dan 1/3 intermedia dari garis antara SIAS
(spina iliaca anterior superior) dexter ke umbilicus (McBurney’s
point). Pasien dengan gangguan appendix vermiformis dapat
mendeskripsikan nyeri di dekat lokasi ini (Drake et al., 2018;
Wineski, 2019).
18

g. Colon
Kolon atau usus besar dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari fases (Diyono, 2013). Kolon merupakan salah satu bagian dari
usus besar pada sistem pencernaan yang disebut juga bagian terakhir
dari gastrointestinal. Bagian pertama dari usus besar adalah kolon,
sebuah tabung muskular yang memiliki panjang sekitar 1,5m dan
diameter 5cm. Kolon memiliki 4 bagian yaitu, kolon asendens, kolon
tranversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Kolon berada
dibagian proksimal usus besar sedangkan rektum memiliki panjang
sekitar 15 cm dan berada sekitar 2-3 cm di atas tulang ekor. Air dan
nutrisi diserap dari bahan makanan yang menuju ke kolon. Zat-zat
sisa yang tidak berguna dari proses sebelumnya dari kolon sigmoid
akan menuju ke rektum, kemudian dikeluarkan melalui anus dalam
bentuk tinja (Alteri, et al, 2017:3).

Gambar 2.12 Anatomi Kolon

2.2.6.Anus
Canalis analis berakhir di anus yang membuka ke luar. Ada 2 otot
sfingter, yaitu m. sphincter ani internus yang dibentuk oleh otot polos
dan bersifat involunter dan m. sphincter ani externus yang dibentuk oleh
otot skelet dan bersifat volunter (Marieb dan Keller, 2018). M. sphincter
19

ani externus tersusun atas pars profundi, pars superficialis, dan pars
subcutanea.

Gambar 2.13 Anatomi Anatomi

2.2.7.Kelenjer Saliva
Disamping kelenjar-kelenjar kecil yang tersebar di seluruh rongga
mulut, terdapat 3 pasang kelenjar saliva yang besar: kelenjar parotis,
submandibularis (submaxilaris). dan sublingualis. Kelenjar saliva
tersusun atas unit-unit morfologik dan fungsional yang dinamakan
adenomer. Suatu adenomer memiliki bagian sekretoris yang terdiri atas
sel-sel glandularis. Dekat basis sel sekretoris dan duktus interkalaris
terdapat sel-sel otot polos yang disebut mioepitel. Kelenjar saliva yang
besar tidak semata-mata kelompokan adenomer tetapi mengandung
unsur-unsur lain seperti jaringan penyambung, pembuluh darah dan
limfe, dan saraf-saraf. Saluran yang terdapat dalam lobulus dinamakan
duktus intralobularis-bergabung menjadi duktus ekstralobularis. Fungsi
kelejar saliva adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dan isinya,
memulai pencemaan makanan, menyelenggarakan eksresi zat-zat
tertentu seperti urea dan tiosianat, dan mereabsorpsi natrium dan
mengeksresi kalium. Fungsi utama pankreas adalah menghasilkan
enzim-enzim pencernaan yang bekerja dalam usus halus dan mengeksresi
hormone insulin dan glukagon ke dalam aliran darah.
20

2.2.8.Pankreas
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian
endokrin terdiri atas pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas
kelenjar asiner, maka disebut bagian asini pankreas. Sel asiner pankreas
merupakan sel serosa, dan memilki sifat memsintesis protein. Setelah
disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim selajutnya
meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi.
Proenzim tersebut dikumpulkan dalam vesikel-vesikel sekresi yang
disebut sebagai granula prozimogen. Granula sekresi yang matang
(granula zimogen), melekat pada membran dan terkumpul pada bagian
apical (ujung) sel.
Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon - sekretin dan
kolesistokinin (dahulu dinamakan pankreoenzim) yang dihasilkan oleh
mukosa duodenum. Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga
akan meningkatkan sekresi pankreas.
 Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim)
dan kaya akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah
transport air dan ion. Hasil sekresi ini berperanan untuk menetralkan
kimus yang asam (makanan yang baru dicernakan sebagian)
sehingga enzim-enzim pankreas dapat dapat berfungsi pada batas pH
netral optimalnya.
 Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak
protein dan enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses
pengeluaran granulagranula zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim
tersebut menghasilkan sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim.

2.2.9.Hati (hepar)
Hati (Hepar) Merupakan kelenjar pencernaan yang terbesar dalam
tubuh dengan berat sekitar 2 kg dan berwarna kemerahan. Terletak di
dalam rongga perut sebelah kanan, di bawak sekat rongga dada.
21

Menghasilkan cairan empedu (bilus) yang ditampung dalam kantung


empedu (vesica felea). Setiap hari vesica felea menghasilkan 0,5 liter
cairan empedu. Kandungan Empedu :
a) Garam kholat yang berfungsi :
- Mengaktifkan lipase pancreas
- Menurunkan tekanan permukaan butir-butir lemak sehingga
dapat diemulsikan dalam pencernaan
- Bersenyawa dengan asam lemak membentuk senyawa yang
mudah larut dalam air dan mudah diserap.
b) Natrium karbonat, berfungsi mengatur keasaman empedu sehingga
membuat pH empedu menjadi 7, 1-8,5.
c) Kolesterol, merupakan lemak netral yang memiliki daya larut sangat
kecil dalam air. Merupakan prekusor dari aktivitas steroid seperti
vitamin dan hormone. Empedu menghasilkan zat warna empedu
(bilirubin dan biliverdin).

2.3.Fisiologi Sistem Pencernaan

2.3.1.Fungsi Utama Sistem Pencernaan


Menurut Ziser (2014), setiap tubuh pasti membutuhkan nutrisi yang
diperoleh makanan yang berguna untuk sel-sel dalam tubuh. Nutrisi
berguna untuk proses sintesis, atau gula yang digunakan untuk
membentuk energi. Fungsi utama sistem pencernaan adalah mencerna
makanan baik secara fisik ataupun kimi, proses absorsi, mengumpulkan
dan membuang komponen dari mkanan yang tidak dibutuhkan (sisa-sisa
makanan).
a. Ingestion (Ingesti)
Adanya zat padatan atau cair yang masuk ke dalam perut. Rute
normal dari pencernaan dalah melalui kaviti oral atau mulut (Mc
Graw Hill, 2019).
b. Masticatin (Mengunyah)
Proses dimana mkanan masuk melalui mulut dan dikunyah oleh
gigi. Proses mastikasi adalah mengubah makanan dalam jumlah yang
besar menjadi jumlah yang partikel kecil yang mampu dicerna tubuh.
Dengan adanya makanan yang masuk ke dalam mulut, dapat
22

menstimulasi reseptor yang dapat mengaktifkan refleks dimana


menyebabkan otot dari mastikasi relax. Otot tertarik bersamaan
dengan menurunnya mandibula, dan tertariknya otot dapat
mengaktifkan refleks yang menyebabkan kontraksi dari otot
mastikasi. Jika mulut sudah tertutup, makanan akan menstimulasi
kembali otot dari mastikasi relax dan tahap proses mastikasi
terjadi kembali.
c. Propulsion (Mendorong)
Adalah pergerakan makanan dari akhir saluran pencernaan ke
yang lain. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam proses pencernaan
sekitar 24-36 jam
d. Mixing
Terdapat kontraksi yang disebut dengan kontraksi segmental,
dimana kontraksi bercampur dan muncul ke dalam usus kecil.
e. Sekresi
Setelah makanan masuk ke dalam saluran cerna, sekresi
bertujuan untuk lubrikasi, mencairkan, dan mencerna makanan.
Mukus disekresi di sepanjang saluran cerna, sehingga melubrikasi
makanan dan sepanjang saluran. Enzim disekresi oleh mulut,
lambung, usus, dan pankreas untuk memecah molekul makanan yang
besar menjadi molekul yang lebih kecil yang dapat diabsorbsi
di dinding usus.
f. Digestion
Pemecahan dari molekul organik yang besar menjadi beberapa
komponen: karbohidrat menjadi monosakarida; protein menjadi
asam amino; dan trigiserida menjadi asam lemak dan gliserol.
Pencernaan terjadi dari mekanisme pencernaan yang terdiri dari
mastikasi dan pencampuran makanan, dan pencernaan kimia yang
dilakukan dengan adanya enzim yang disekresi di saluran cerna.
Mineral dan air tidak dipecah sebelum diabsorbsi. Vitamin juga
diabsorbsi tanpa dicerna dan akan hilang fungsinya jika ikut dicerna.
23

Pencernaan fisik (memecah potongan besar menjadi potongan kecil),


sedangkan pencernaan kimia (memecah molekul yang besar
[protein, lemak, starches] menjadi molekul kecil [asam amino,
asam lemak, gula]).
g. Absorption
Pergerkana molekul keluar dari saluran cerna dan masuk ke
dalam sirkulasi atau sistem limfatik. Mekanisme absorbsi muncul
tergantung dengan tipe molekul yang masuk ke dalam saluran cerna.
Molekul keluar melewati saluran cerna dengan proses seprti difusi,
transport aktif, dan kontransport.
h. Elimation
Proses dimana produk sisa dari pencernaan dibuang dari dalam
tubuh. Selama proses ini, banyak terjadi pada usus besar dan
mengabsorbsi air dan garam dan mengganti material di dalam
saluran pencernaan menjadi semisolid. Produk semisolid ini
dinamakan feses, yang kemudian dibuang dari saluran cerna oleh
proses yang disebut defikasi.

Gambar 2.14 Proses Sistem Pencernaan


24

Secara keseluruhan proses pencernaan tediri dari pencernaan,


asorbsi, dan transport. Pencernaan dibagi menjadi dua, yaitu pencernaan
fisik (memecaha makanan yang berukuran besar menjadi potongan-
potongan yang kecil) dan kimia (memecah ikatan molekul pada molekul
organik dengan enzim pencernaan).
Proses pencernaan ini dimulai pada mulut hingga lambung, tapi
proses pencernaan yang paling banyak terjadi di usus kecil dan usus
besar. Kemudian terjadi absorbsi dan transport dimana molekul akan
bergerak keluar ke arah saluran pencernaan dan menuju sirkulasi untuk
distribusi ke seluruh tubuh. Tidak semua molekul seperti (vitamin,
mineral, air) yang sudah dipecah kemudian diabsorbsi. Setelah produk
pencernaan diabsorbsi, kemudian ditransport ke bagian tubuh lain
dengan dua rute yang berbeda. Air, ion, dan produk yang larut dalam air
seperti glukosa, asam amino masuk ke sistem portal hepatik dan
ditransport ke hati.
2.4.Mekanisme Sistem Pencernaan
Pencernaan secara mekanis merupakan proses pencernaan yang melibatkan
beberapa gerakan otot, seperti gerakan mengunyah dan gerak peristalsis.
Pencernaan secara kimiawi merupakan proses pemecahan bahan makanan
dengan bantuan enzim-enzim pencernaan yang berasal dari kelenjar
pencernaan. Enzim merupakan molekul protein yang berfungsi sebagai
katalisator di dalam berbagai reaksi kimia. Sebagai katalisator enzim itu sendiri
tidak ikut berubah.
Proses pencernaan berlangsung di dalam saluran pencernaan. Makanan
yang kita makan ketika masuk ke mulut dipotong dan dihaluskan oleh gigi yang
ada dalam mulut. Proses pencernaan semacam ini disebut pencernaansecara
mekanik. Di dalam mulut, makanan dibasahi oleh air liur yang dikeluarkan oleh
tiga pasang kelenjar air liur. Ekskresi air liur dapat terjadi karena rangsangan
penglihatan, bau, rasa, atau pikiran tentang makanan. Air liur merupakan cairan
agak pekat dan licin karena mengandung musin (lendir). Air liur membantu
menelan makanan.
25

Selain mengandung musin, air liur juga mengandung enzim ptyalin yang
disebut juga amilase. Enzim ini mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana
(maltosa atau glukosa) yang dapat larut sehingga mudah dicerna. Oleh karena
itu, kita merasakan manis di mulut pada mengunyah makanan yang
mengandung karbohidrat misalnya nasi. Proses pencernaan semacam ini
disebut pencernaan secara kimiawi.
Makanan dari mulut masuk ke dalam kerongkongan melalui hulu
kerongkongan (faring). Pada saat menelan makanan, epiglotis (katup pangkal
tenggorok) menutup tenggorokan. Dengan demikian makanan tidak masuk ke
dalam saluran pernapasan melainkan ke dalam kerongkongan. Makanan dari
mulut masuk ke dalam kerongkongan dalam bentuk gumpalan-gumpalan yang
disebut bolus.
Dinding kerongkongan mengandung kelenjar yang mengeluarkan musin
untuk membasahi jalan makanan. Bergeraknya makanan di dalam
kerongkongan dikendalikan oleh otot di kerongkongan. Otot yang melingkari
kerongkongan mengerut dan mengendur bergantian menimbulkan gerakan
meremas dan mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Caranya, di
dalam saluran kerongkongan bagian tepat di depan bolus mengendur,
sedangkan tepat di belakang bolus mengerut sehingga bolus didorong ke bawah.
Gerak seperti pada kerongkongan itu disebut gerak peristaltik.
Makanan dari kerongkongan masuk ke dalam lambung. Saat makanan
masuk, otot lingkar membuka dan menutup kembali agar makanan tetap di
dalam lambung. Saat makanan masuk, lambung akan menghasilkan getah
lambung yang bersifat asam karena banyak mengandung HCl. Asam lambung
akan mematikan bakteri yang terbawa makanan yang tertelan dan mengubah
sifat protein dalam makanan sehingga mudah dicerna. Asam lambung juga
berfungsi untuk mengaktifkan pepsin yang berasal dari pepsinogen. Di dalam
lambung, makanan mengalami pencernaan kimiawi oleh enzim yang dihasilkan
dinding lambung, yaitu pepsin dan renin. Makanan berada di lambung sekitar 4
jam, tergantung pada jenis makanannya. Cairan lebih singkat berada di
lambung, sedangkan makanan padat dan kaya protein tinggal lebih lama.
26

Protein yang ada dalam makanan diubah menjadi pepton oleh enzim pepsin.
Jika makanan mengandung protein susu (kasein) maka oleh enzim renin akan
digumpalkan.
Makanan dari lambung masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus.Di
usus halus terjadi pencernaan kimiawi oleh enzim yang terdapat pada usus
halus. Enzim pencernaan tersebut dihasilkan oleh pankreas yang terletak di
bawah lambung. Enzim pencernaan yang dihasilkan pankreas antara lain tripsin,
amilopsin, dan lipase. Sehingga pada usus 12 jari, pepton akan diubah menjadi
asam amino oleh enzim tripsin. Amilopsin akan mengubah pati yang telah
tercerna sebagian atau seluruhnya sejak dari mulut menjadi gula sederhana.
Pada usus 12 jari, pencernaan lemak dimulai oleh enzin lipase sehingga lemak
menjadi asam lemak dan gliserol. Lemak akan diemulsi oleh cairan empedu
yang dihasilkan oleh empedu.
Dalam usus halus bagian jejenum pepton diubah menjadi asam amino oleh
enzim tripsin. Karbohidrat berbentuk amilum akan diubah menjadi maltosa oleh
enzim amilase, sedangkan yang berbentuk sukrosa diubah menjadi fruktosa
oleh enzim sukrase. Jika kita memakan karbohidrat yang mengandung laktosa
maka akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Akhir
pencernaan menghasilkan disakarida dan monosakarida dari karbohidrat; asam
amino dari protein dan asam lemak serta gliserol dari lemak. Vitamin dan
mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus
halus. Di dalam jonjot usus halus terdapat pembuluh kapiler darah dan
pembuluh kil. Pembuluh darah berfungsi menyerap dan mengangkut sari-sari
makanan berupa glukosa, asam amino, vitamin, dan mineral ke seluruh tubuh.
Pembuluh kil bertugas menyerap dan mengangkut asam lemak dan gliserol
menuju ke pembuluh balik besar di bawah tulang selangka. Di ujung usus halus,
semua sari makanan, vitamin, dan mineral yang berguna bagi tubuh telah
diserap. Sisanya berupa ampas makanan yang akan masuk ke dalam usus besar.
Ampas makanan terdiri dari makanan yang tidak dapat dicerna(terutama
selulosa), bakteri, sel saluran pencernaan yang mati, dan air. Ampas makanan
yang masuk ke dalam usus besar berbentuk cairan. Hal itu disebabkan selama
27

pencernaan berlangsung, banyak terjadi penambahan air untuk membantu


pencernaan makanan. Air tersebut berasal dari sekresi kelenjar di mulut,
lambung, dan usus halus. Di usus besar, kelebihan air akan diserap oleh dinding
usus besar sehingga ampas makanan menjadi berbentuk padat yang disebut
feses (tinja). Feses dikeluarkan dari dalam tubuh melalui anus. Lamanya sisa
makanan berada di usus besar tergantung keadaan feses dan jumlah air yang
diserap. Umumnya feses berada di usus besar selama 12-14 jam. Jika terjadi
gangguan usus besar karena virus atau bakteri, makanan akan cepat lewat usus
besar dan penyerapan air sangat sedikit, sehingga feses berbentuk cair. Keadaan
ini disebut diare. Bila diare terjadi dalam waktu yang lama, penderita dapat
mengalami kekurangan cairan tubuh yang disebut dehidrasi. Sebaliknya, usus
besar dapat menahan feses untuk waktu yang lama. Akibatnya feses menjadi
sangat kering karena terlalu banyak air yang diserap. Keadaan ini disebut
sembelit (konstipasi).
2.5.Gangguan Pada Sistem Pencernaan
Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya ialah faktor luar seperti makanan yang beracun
atau toksin bakteri dan faktor dalam, seperti kelainan alat pencernaan
makanan. Gangguan tersebut antara lain :
a. Konstipasi (sembelit)
Konstipasi atau yang sering kita sebut dengan “sembelit” adalah
keadaan yng dialami seseorang dengan gejala fases mengeras sehingga
susah dikeluarkan. Sembelit disebabkan oleh adanya penyerapan air pada
sisa makanan. Akibatnya fases kekurangan air dan menjadi keras. Ini
terjadi dari kebiasaan buruk menunda-nunda buar air besar. Selain itu,
karena kurangnya dalam mengonsumsi makanan berserat, kurang air putih,
stres dan lain-lain. Oleh karena itu, banyaklah mengonsumsi buah-buahan
dan sayur-sayuran berserat, minum banyak air, makan teratur dan olahraga
teratur dapat mencegah gangguan ini.
28

Gambar 2. 15 Konstipasi
b. Refluks gastroesofagus (GERD)
Refluks gastroesofagus (penyakit asam lambung ) atau dikenal juga
sebagai GERD merupakan kondisi yang terjadi ketika asam lambung naik
ke keronggongan akibat cincin otot esofagus tidak dapat menutup secara
baik.
Esofagus atau kerongkongan merupakan saluran yang
menghubungkan mulut dengan lambung. Cincin esofagus bekerja sebagai
katup satu arah dimana ketika kita menelan makanan, bagian ini akan
terbuka dan mempersilakan makanan lewat untuk menuju lambung.
Setelah makanan lewat, cincin esofagus akan tertutup secara otomatis guna
mencegah makanan dan asam lambung naik ke kerongkongan.

Gambar 2.16 GERD

GERD biasanya mudah didiagnosis oleh dokter hanya dengan


menanyakan gejala yang dirasakan penderitanya secara detail.
Pemeriksaan lebih lanjut biasanya dilakukan jika pasien diduga menderita
29

kondisi lain seperti sindrom iritasi usus atau tukak lambung. Pada kasus
GERD dengan gejala parah dan tidak mempan terhadap obat-obatan,
penanganan biasanya dilakukan melalui operasi.

c. Apendisitis
Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh
benda asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh
peradangan dari apendiks verivormis. Apendisitis merupakan peradangan
yang berbahaya jika tidak ditangani segera bisa menyebabkan pecahnya
lumen usus (Williams & Wilkins, 2017). Apendisitis adalah suatu
peradangan yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat ileosekal
(Reksoprojo, 2014).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2016).
Klasifikasi apendisitis menurut Nurafif & Kusuma (2015) terbagi
menjadi 3 yaitu :
a. Apendisitis akut, radang mendadak di umbai cacing yang memberikan
tanda, disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum lokal.
b. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang di perut
bagian kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama sembuh
spontan.
c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu (sumbatan di lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama di mukosa), dan keluhan hilang
setelah apendiktomi.
30

Gambar 2.17 Apendisitis


Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Sesuai dengan
pengamatan epidemiologi bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan
makanan yang rendah serat. Pada stadium awal apendisitis, terlebih
dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke
submukosa dan melibatkan peritoneal. Cairan eksudat fibrinopurulenta
terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan
peritoneal yang bersebelahan. Dalam stadium ini mukosa glandular yang
nekrosis terkelupas ke dalam lumen yang menjadi distensi dengan pus.
Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan
apendiks yang kurang suplai darah menjadi nekrosis ke rongga peritoneal.
Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses local akan
terjadi (Burkit, Quick & Reed, 2016).
BAB III KESIMPULAN
BAB III
KESIMPULAN

Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran


besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul
makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan
menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh
organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang
akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan yang dicerna akan diserap oleh tubuh
dalam bentuk yang lebih sederhana.
Sistem pencernaan berfungsi untuk menyediakan makanan, air, dan
elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Organ
pencernaan pada manusia terdiri atas: mulut, faring, kerongkongan, lambung,
hati, pankreas, usus halus, usus besar, dan anus. Proses pencernaan makanan
meliputi ingesti, mastikasi, deglutisi, digesti, absorpsi, dan defekasi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Husairi et al. (2020). Sistem Pencernaan - Tinjauan Anatomi, Histologi,


Biologi, Fisiologi dan Biokimia. Banjarmasin: CV IRDH.
Allouch MG, Kaddi M. 2018. Surgical Anatomy of the Esophagus in Cats and
Removal of Esophageal Foreign Bodies (Sneeze Spine) Using Laryngoscope
Technique. Journal of Dairy and Veterinary Sciences 5(5): 1-5.
Alteri, R. et al. 2017. Colorectal Cancer Facts & Figure. Atlanta:
American Cancer Society.
Barr H, Almond LM. Abdominal esophagus and stomach. In: Standring S, editor.
Gray’s Anatomy, The Anatomical Basis of Clinical Practice. 41st ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016. pp. 1111-1112.
Burkitt, H. G., Quick, C. R. G., and Reed, J. B., 2016. Appendicitis. In: Essential
Surgery Problems, Diagnosis & Management. Fourth Edition
London: Elsevier.
Diyono., & Mulyati. (2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah : sistem
pencernaan dilengkapi contoh studi kasus dengan aplikasi NNN (NANDA,
NIC, NOC). Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Drake, R., Vogl, W. and Mitchell, A. (2018). Gray's basic anatomy. 3rd ed.
Hansen JT 2019. Netter's Clinical Anatomy 4th ed. Elsevier, Philadelphia
Heni Puji Wahyuningsih dan Yuni Kusmiyati. (2017). Bahan Ajar Kebidanan:
Anatomi Fisiologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Keperawatan & Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Koes Irianto. (2017). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Penerbit Alfabet.
Martini, Rita, Zulkifli, Hartati, Sukmini, & Widyastuti, Endah. 2019. Dimension of
Village Expenditure in Development Sector. Proceedings of the 3rd Forum in
research, Science, and Thecnology (FIRST 2019). Advances in Social
Science, Education and Humanities Research, Volume 431.
Nurarif, AH. Dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction.

32
33

Pearce, E, C. (2015). Anatomi & fisiologi untuk paramedis . Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama. Philadelphia: Elsevier.
Ralmundus Chalik. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Reksoprodjo. 2014. Judul Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Editor Soelarto
Reksoprodjo. Gedung Karisma Jl. Moh Toha No. 2 Pondok Cabe. Ciputat
Tangerang ; Binarupa Aksara Publiksher.
Saladin, B. et al. 2018. Data from: Environment and evolutionary history shape
phylogenetic turnover in European tetrapods. Dryad Digital Repository
Sjamsuhidajat. (2016). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-deJong Edisi
3. Jakarta: EGC.
Surtiretna. Nina. 2014. Mengenal Sistem Pencernaan. Bandung: PT.
Kiblat Buku Utama.
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Williams, L., & Wilkins. (2017). Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta: PT Indeks.
Wineski LE 2019. Snell's Clinical Anatomy by Regions 10th ed. Wolters
Kluwer, Philadelphia.
34

Anda mungkin juga menyukai