Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


PEMERIKSAAN ABDOMEN
Dosen Pengempu: Dewi Purnamawati M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. Ardi Sofyanandi P07120122008


2. Diah Afrianing Safitri P07120122016
3. Maryanis Solihah P07120122031
4. Meylinda Hasni P07120122032
5. Ni Wayan Novi Sugiantini P07120122038
6. Rosida Ika Putri P07120122046

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN MATARAM
DIPLOMA TIGA (D.III) KEPERAWATAN MATARAM
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalahKeperawatan
Medikal Bedah 1 ini dengan judul "Pemeriksaan Abdomen" sebagai salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang di ampu oleh ibu Dewi
Purnamawati M.Kep
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimkasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 yang telah memberikan bimbingan kepada
kami dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, olehkarena itu kami mengharapkan kritk dan saran yang membangun.
Dan kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 07 September 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................1
BAB II..................................................................................................................4
PEMBAHASAAN...............................................................................................4
2.1 Definisi Pemeriksaan Abdomen................................................................2
2.2 Tujuan Pemeriksaan Abdomen.................................................................3
2.3 Pedoman Klinis.........................................................................................3
2.4 Pembagian Region Abdomen....................................................................3
2.5 Pemeriksaan Abdomen..............................................................................5
2.6 Indikasi Dan Kontraindikasi....................................................................11
2.7 Komplikasi..............................................................................................11
BAB III...............................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang rutin
dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun trauma
abdomen. Cavum abdomen dibagi menjadi 4 bagian dengan garis imajiner
yang saling tegak lurus melewati umbilikus. Keempat bagian ini adalah
kuadran kanan atas dan bawah, serta kuadran kiri atas dan bawah.
Kuadrankuadran ini merepresentasikan organ-organ yang terletak di dalamnya.

Selain itu, cavum abdomen juga bisa dibagi menjadi regio hipokondrium
kiri dan kanan, epigastrik, umbilikal, hipogastrik, lumbar kiri dan kanan, serta
inguinal kiri dan kanan. Pemeriksaan fisik abdomen kemudian dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang lainnya sesuai dengan arah
diagnosis.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi,


dan auskultasi. Pemeriksaan fisik abdomen akan menilai segala kelainan organ
dan struktur yang berada di abdomen, seperti gastrointestinal, hepar, kandung
empedu, dan organ-organ genitourinaria.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian abdomen?
2. Apa saja tujuan pemeriksaan abdomen?
3. Bagaimana pedoman klinisnya?
4. Apa saja pembagian region abdomen?
5. Bagaimana cara pemeriksaan abdomen?
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasinya?
7. Apa saja komplikasinya?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian abdomen.
2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan abdomen.
3. Untuk mengetahui pedoman klinisnya.
4. Untuk mengetahui pembagian region abdomen.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan abdomen.
6. Untuk mengetahui indikasi dan kontarindikasinya.
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasinya.
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Abdomen


Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh
yang berada di antara toraks (dada) dan pelvis pada hewan mamalia dan
vertebrata lainnya.

Pada arthropoda, abdomen adalah bagian tubuh paling posterior yang berada
di belakang toraks atau sefalotoraks (cephalothorax). Dalam bahasa Indonesia
umum, abdomen sering disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau
dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut dan
mulut Pada vertebrata, abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi
oleh otototot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis
di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae.
Cavitas abdominalis berbatasan dengan rongga dada atau cavitas thorax melalui
otot diafragma dan sebelah bawah dengan rongga panggul atau cavitas pelvis.
Cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis.

Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti


sebagian besar organ sistem pencernaan dan sistem perkemihan. Berikut adalah
organ yang dapat ditemukan di abdomen:

1) Komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar
(kolon), usus buntu (sekum), dan umbai cacing (appendix).
2) Organ pelengkap dari saluran cerna: hati (hepar), kantung empedu, dan
pankreas.
3) Organ saluran kemih: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria).
Organ lain seperti limpa (lien).

Terdapat pula organ khusus yang khas pada beberapa hewan seperti
struktur lambung pada ruminansia yang dibagi menjadi empat ruangan, yaitu
rumen, retikulum, omasum, dan abomasum
2.2 Tujuan Pemeriksaan Abdomen
Teknik pemeriksaan fisik abdomen tentunya diawali dengan anamnesis
berkaitan dengan keluhan pasien, baik yang berhubungan dengan keluhan
gastrointestinal, urogenital, maupun keluhan lainnya. Anamnesis kemudian
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan
untuk mendapatkan gambaran klinis organ-organ dan ruang intraabdomen.

Secara anatomis, cavum abdomen dibagi menjadi, kuadran kanan atas


dan bawah serta kuadran kiri atas dan bawah. Kuadran kanan atas terdiri dari
lobus kanan hepar, kantung empedu, pilorus, sebagian duodenum, caput
pankreas, kelenjar adrenal kanan, ginjal kanan, colon bagian fleksura hepatika
kanan, colon ascendens, dan setengah bagian colon transversal.

2.3 Pedoman Klinis


Sebetulnya tidak ada pedoman klinis khusus terkait pemeriksaan fisik
abdomen. Pemeriksaan ini sederhana, cepat, dan bermanfaat dalam
mengarahkan diagnosis pasien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
pemeriksaan fisik abdomen adalah :

 Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisik umum


yang harus dilakukan pada pasien dengan atau tanpa keluhan pada bagian
abdomen
 Pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan
perkusi pada seluruh regio abdomen dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran klinis pasien berdasarkan organ intraabdomen yang diperiksa
 Pemeriksaan fisik abdomen dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan darah lengkap, USG, CT scan, dan
MRI
 Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan fisik abdomen harus disampaikan
kepada pasien dan ditulis di rekam medis pasien sebagai bukti temuan yang
didapatkan.

2.4 Pembagian Region Abdomen


Dinding anterior abdomen adalah muskulus rectus abdominis, dapat
ditemukan apabila seseorang dalam posisi terlentang mengangkat kepala
dan bahunya (gambar 1). Untuk tujuan deskripsi, biasanya abdomen dibagi
menjadi 4 kuadran menurut dua garis imaginer yang saling tegak lurus dan
berpotongan di umbilikus. Berdasarkan pembagian ini didapatkan 4
kuadran, yaitu :
RUQ : Right upper quadrant
LUQ : Left upper quadrant
RLQ : Right lower quadrant
LLQ : Left lower quadrant
Sistem pembagian yang lain, abdomen dibagi menjadi sembilan regio :
1) Hypokhondrium dekstra
2) Epigastrium
3) Hypokhondrium sinistra
4) Lumbalis dekstra
5) Umbilikalis
6) Lumbalis sinistra
7) Iliaka dekstra
8) Hipogastrium
9) Iliaka sinis

M. Rectus
abdominis
Lineamediana
Umbilicus

Liginguinalis
Simphisis
pubis

Gambar 1. Dinding anterior abdomen

Gambar 2. Dinding abdomen (Adopted From Bates Guide To Physical


Examination and History Tak
Hepar
Aortaabdominalisabdominis
Colontransversa
ArteriIliaka
Uterus
Vesikaurinaria

Gambar 3. Topografi organ abdomen

Pemeriksaan abdomen pada kelainan jantung terutama mencari


keadaankeadaan yang disebabkan oleh payah jantung, misalnya bendungan
hepar/hepatomegali kadang- kadang disertai dengan asites. Pada payah jantung,
hepar akan membesar karena bendungan dari ventrikel kanan. Hepar akan terasa
kenyal dan nyeri tekan. Pada keadaan lanjut dan menahun hepar akan teraba
keras dan mungkin tak nyeri tekan lagi. Pada regurgitasi trikuspid yang berat,
kadang- kadang kita akan meraba hepar yang berdenyut sesuai dengan kontraksi
ventrikel, kadang-kadang disertai pula dengan bendungan pada hepar.
Pada beberapa keadaan pulsasi aorta abdominalis akan teraba kuat di
daerah abdomen misalnya pada insufisiensi aorta. Pada aneurisma aorta
abdominalis, aorta teraba membesar dengan pulsasi nyata. Palpasi abdomen pada
keadaan ini harus hati- hati karena dapat menyebabkan kedaruratan jika
aneurisma tersebut pecah.
Pada pemeriksaan abdomen sering akan ditemukan adanya bruit atau
bising pembuluh yang dapat disebabkan oleh stenosis dan biasanya menyangkut
pemb uluh- pembuluh cabang aorta.
Pada insufisiensi trikuspid yang berat, misalnya karena stenosis mitral
denyutan vena femoralis akan lebih mencolok dibandingkan dengan arteri yang
pada keadaan itu akan mengecil karena aliran sistemik yang rendah.

2.5 Pemeriksaan Abdomen

 INSPEKSI
Dengan berdiri di sebelah kanan penderita, perhatikan :
1. Kulit
Perhatikan tinggi dinding perut dibanding dinding dada, wujud kelainan kulit,
jaringan parut pelebaran vena. Kemungkinan yang ditemukan : pink purple
striae pada Cushing’s syndrome, dilatasi vena pada sirosis hepatis atau
obstruksi vena cava inferior, jaringan parut bekas operasi, cullen”s sign dan
grey turner’s sign (hematoma pada daerah umbilikus dan pinggang), sebagai
tanda pankreatitis akut.
2. Umbilikus
Perhatikan bentuk, lokasi dan adanya tanda-tanda inflamasi atau hernia.
3. Bentuk perut
Perhatikan simetris, pembesaran organ atau adanya massa. Perhatikan juga
daerah inguinal dan femoral. Kemungkinan yang ditemukan : tonjolan nyata,
tonjolan suprapubik, hepar atau limpa yang membesar, tumor, pembesaran
perut seperti bentuk perut katak.
4. Adanya gelombang peristaltik
Normal ditemukan pada orang yang kurus. Abnormal pada obstruksi
gastrointestinal.
5. Adanya pulsasi
Normal : pada orang kurus terlihat pulsasi aorta abdominalis Aneurisma aorta :
terlihat massa dengan pulsasi
Pulsasi epigastrium : pembesaran ventrikel kanan

 AUSKULTASI

Dengarkan suara bising usus dan catat jumlah frekuensi dan karakter bising.
Normal 5 sampai 34 kali permenit. Ada beberapa kemungkinan yang dapat
ditemukan, antara lain :
1. Bising usus dapat meningkat atau menurun. Perubahan didapatkan pada
diare, obstruksi usus, ileus paralitik dan peritonitis.
2. Desiran, didapatkan pada stenosis arteri renalis.

3. Friction rubs, didapatkan pada tumor hepar, infark splenikus.

4. Borborygmi dan metalic sound, didapatkan pada ileus obstruktif.

Gambar 4. Tempat-tempat untuk pemeriksaan auskultasi abdomen

 PERKUSI
Berguna untuk orientasi abdomen, untuk meyakinkan pemeriksaan hati, lien dan
mengidentifikasi adanya cairan asites, benda padat, massa yang terisi cairan dan
udara bebas di perut serta usus.

1. PERKUSI HEPAR
Prosedur pemeriksaan :

• Perkusi ringan perut di linea medioklavikularis kanan di bawah level


umbilikus ke arah cranial (mulai dari daerah timpani kedaerah pekak). 
Beri tanda tempat perubahan pekak yang merupakan batas bawah hati.
• Perkusi ringan dinding dada di linea medioklavikularis kanan dari cranial
ke caudal (mulai dari daerah sonor ke daerah redup).
• Beri tanda batas peralihan ke redup.
• Ukur panjang antara 2 tanda tersebut yang merupakan ”liver spans” (lebar
hati).

• Bila hati membesar perkusi tempat lain dan beri tanda batas tepi hati.

Liver span normal : 6-12 cm pada linea medioklavikularis kanan sedangkan


pada linea mid sternalis 4-8 cm.
Pada penyakit paru obstruktif pekak hati menurun tetapi liver span normal.

Liver span melebar : hepatomegali (hepatitis, CHF), efusi pleura kanan.

Liver span menyempit : hepar kecil (sirosis hepatis), udara bebas di bawah
diafragma.

Gambar 5. Menentukan besar hepar, dengan perkusi

Langkah perkusi bila mencurigai adanya splenomegali :

 Perkusi sela iga terendah di linea aksilaris anterior kiri. Pada daerah ini
terdengar suara timpani. Minta penderita tarik napas dalam dan tahan
nafas. Perkusi lagi di tempat yang sama. Dalam keadaan normal suara
tetap terdengar timpani. Berarti tidak ada splenomegali.
 Bila dicurigai terdapat splenomegali maka lakukan perkusi dari berbagai
arah mulai dari redup atau timpani ke arah daerah pekak yang diduga
limpa sehingga bisa memberikan gambar batas-batas lien.

 PALPASI
1. PALPASI HATI
Langkah pemeriksaan :
• Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita sejajar dan menopang iga 11
dan 12.
• Ingatkan penderita untuk rileks.
• Tekankan tangan kiri ke ventral sehingga hati akan mudah teraba dari depan.
• Letakkan tangan kanan anda pada perut sisi kanan lateral otot rektus dengan
ujung jari tangan tepat di bawah daerah pekak hati.
• Arah jari bisa ke arah cranial penderita.
• Minta penderita menarik nafas dalam. Raba tepi hepar yang menyentuh jari
anda. Catat dan berikan tanda pada tempat hati teraba.
• Lakukan penilaian ukuran hati, bentuk tepi hati, permukaan, konsistensi ,
nyeri tekan atau tidak.
• Untuk mengetahui pembesaran hati dilakukan pengukuran jarak dari tepi
kanan arkus kosta pada garis midklavikula ke arah garis yang dibuat.

Gambar 6. Menilai tenderness pada hepar yang tak teraba

Gambar 7. Deep Palpation


2. PALPASI LIEN

• Dengan melingkari penderita, tangan kiri diletakkan di belakang bagian


bawah iga- iga kiri dan didorongkan keventral .
• Untuk memulai palpasi letakkan tangan kanan di bawah dugaan tepi limpa
dan tekankan ke arah limpa.
• Minta penderita bernapas dalam dan rasakan tepi limpa yang akan turun ke
caudal dan menyentuh jari anda.
• Setelah tepi limpa teraba lanjutkan palpasi ke arah lateral dan medial di
mana akan teraba incisura lienalis.
• Ukuran pembesaran mengikuti garis Shuffner. Garis Shuffner adalah garis
imaginer yang dibuat mulai dari pertengahan arcus costa kiri melalui
umbilikus menuju ke SIAS kanan. Garis ini dibagi menjadi 8 skala
shuffner.

Gambar 8. Pemeriksaan lien, palpasi lien dengan tangan kanan

3. PALPASI GINJAL

Ginjal kanan :
 Letakkan tangan kiri di belakang penderita tepat di bawah dan paralel
dengan iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan, kemudian
dorong ginjal ke arah ventral.
 Letakkan tangan kanan secara halus di kwadran kanan atas di lateral dan
paralel terhadap tepi otot rektus sedikit di caudal lengkung iga kanan.
 Minta penderita inspirasi dalam. Pada akhir inspirasi tekan tangan kanan
kuat dan dalam dan raba ginjal kanan antara 2 tangan.
 Penderita disuruh ekspirasi, bersamaan itu tekanan tangan kanan dikurangi
pelan-pelan.

Ginjal kiri :

Prinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya :


• Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita.
• Gunakan tangan kanan untuk mendorong ginjal ke arah dorsal.
• Gunakan tangan kiri untuk melakukan palpasi dari ventral.
Gambar 9. Pemeriksaan ginjal

4. NYERI KETOK GINJAL

Dilakukan penekanan atau pukulan pada sudut kostovertebra.

Gambar 10. Pemeriksaan nyeri ginjal

5. PALPASI AORTA ABDOMINALIS

• Letakkan tangan kanan di perut bagian atas lateral dari linea mediana.
• Tekan agak kuat dan dalam dan identifikasikan pulsasi.

Gambar 11. Ilustrasi pemeriksaan aorta abdominalis. Menilai


pembesaran aorta
2.6 Indikasi Dan Kontraindikasi
Indikasi pemeriksaan fisik abdomen adalah berbagai keluhan dan penyakit
yang melibatkan organ dan struktur di abdomen. Banyak sekali keluhan yang
memerlukan pemeriksaan fisik abdomen untuk evaluasi klinisnya, misalnya:

 Gastrointestinal: diare, konstipasi, nyeri perut, mual, muntah, anoreksia,


kecurigaan alergi atau keracunan makanan
 Hepatologi: ikterus, massa abdomen, hepatomegali, splenomegali, ascites,
spider naevi
 Urologi: retensi urin, oliguria, hematuria, disuria, pyuria, kolik renal

 Genital dan reproduksi: dismenorea, leukorrhea, massa regio genital §


Trauma: trauma tembus abdomen, trauma tumpul abdomen

Belum ada kontraindikasi khusus untuk pemeriksaan fisik abdomen.


Pemeriksaan fisik abdomen merupakan bagian dari prosedur pemeriksaan fisik
umum yang penting dilakukan pada pasien dengan atau tanpa keluhan pada area
abdomen. Pemeriksaan fisik abdomen sederhana, cepat, dan relatif aman
dilakukan, sehingga tidak menimbulkan risiko komplikasi yang bermakna.

2.7 Komplikasi
Komplikasi pemeriksaan fisik abdomen jarang terjadi. Namun, pada
keadaan seperti akut abdomen (appendicitis, ulkus peptikum, tifoid) nyeri dan
rasa tidak nyaman pada abdomen akan bertambah dengan manuver pemeriksaan
fisik yang dilakukan, misalnya dengan palpasi atau perkusi.
Perlu disampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan abdomen tidak akan
memperberat penyakit pasien, sehingga pasien juga dapat merasa tenang selama
pemeriksaan dilakukan.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik abdomen merupakan prosedur diagnostik yang


rutin dilakukan pada berbagai kondisi dan keluhan yang terkait sistem
gastrointestinal seperti diare, gastritis, massa intraabdomen, ataupun
trauma abdomen.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan inspeksi, palpasi,


perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik abdomen akan menilai segala
kelainan organ dan struktur yang berada di abdomen, seperti
gastrointestinal, hepar, kandung empedu, dan organ-organ genitourinaria.

3.2 Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini kami masih jauh dari kata


sempurna, maka dibutuhkan saran dari Dosen maupun teman teman.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, T. J. dan Vaccaro, A. R. 2013. Pemeriksaan Fisik Saraf Spinal. Jakarta:


EGC
Ambardini, R. 2010. Aktivitas Fisik Pada Lanjut Usia. Laporan Penelitian.
Universitas Negeri Yogyakarta.

American College of Rheumatology. 2014. Osteoarthritis. Lake Boulevard NE.


Atlanta.

Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono.

Bate’s Guide to Physical Examination and History Taking, electronic version,


115-208

Paulsen F, Waschke J (2013) Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th. ed.


London : Urban & Fischer

Anda mungkin juga menyukai