Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PEMBEDAHAN GASTER

MATA KULIAH EVIDANCE BASED PRACTISE (EBP)

Dosen Pengampu: Wilis Sukmaningtyas, SST., S.Kep., Ns., M.Kes

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 KELAS 4C

RANITA FIRANTI (200106131)

RINDI PUTRI LESTARI (200106139)

RISTA (200106143)

RIZKY AYU W (200106155)

SABNA MEISYA LESTARI (200106151)

SALSABILA AGUNG AZZAHRA (200106155)

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Pembedahan Gaster”. Penyusun berharap tulisan ini bisa memberikan wawasan
luas untuk memahami tentang materi Pembedahan Gaster. Selain itu penyusun
berharap tulisan ini dapat menjadi dasar pengantar dan pemenuhan materi
perkuliahan.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih


jauh dari kesempurnaan maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat sangat membangun, penulis mengharapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan tulisan ini.

Purwokerto, 01 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................2
1. Anatomi Gaster....................................................................................................2
2. Fisiologi Gaster.....................................................................................................3
BAB III.............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
a. Fase pra operasi....................................................................................................5
b. Fase intra operasi.................................................................................................5
c. Fase pasca operasi................................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
Kesimpulan...................................................................................................................8

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saluran cerna adalah saluran yang berfungsi untuk mencerna makanan,
mengabsorbsi zat-zat gizi, dan mengeksresikan sisa-sisa pencernaan. Saluran
cerna terdiri mulut, kerongkongan, lambung usus halus, usus besar dan anus.
Pada penyakit saluran cerna, terapi gizi merupakan salah satu hal yang
diperlukan untuk mempertahankan status gizi pasien. Gangguan pada saluran
cerna atas yang terdiri dari mulut, esofagus dan lambung yang memiliki
implikasi gizi yag memerankan fungsi mekanis dan kimia dalam proses
pencernaan.
Gangguan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas sebagian besar
berakibat terhadap asupan makan dan toleransi terhadap tekstur serta jenis
makanan tertentu. Kondisi intestinal failure karena penurunan fungsi dan
pengurangan saluran pencernaan (short bowel syndrome, SBS). SBS dapat
didefinisikan sebagai ketidakmampuan absorbsi yang merupakan akibat dari
pengurangan panjang atau penurunan fungsi defekasi setelah dilakukan
pembedahan.
Perforasi gaster adalah suatu penetrasi yang kompleks dari dinding
lambung, usus besar, usus halus akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam
rongga perut. Perforasi dari lambung berkembang menjadi peritonitis kimia
yang disebabkan karena kebocoran asam lambung dalam rongga perut. Pasien
dengan kondisi ini sering memiliki masalah dengan pemberian cairan,
elektrolit dan masalah gizi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan anestesi pada pembedahan gaster?

C. Tujuan Masalah
Mengetahui penatalaksanaan pasien bedah saluraran cerna (perforasi gaster)

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Anatomi Gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang berada
di intraabdominal, terletak di antara esophagus dan duodenum. Terletak pada
daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri, berbentuk
melengkung seperti huruf “J” dengan mempunyai paries anterior (superior)
dan paries posterior (inferior). Seluruh organ lambung terdapat di dalam
rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.

Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik yaitu : pars cardiaca, bagian
gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya terdapat
ostium cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti kubah yang
berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi
pada bagian gastroesofageal junction. Korpus gaster, merupakan 2/3 bagian
dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah
yang melengkung ke kanan membentuk huruf ‘J’. Pars pilori, terdiri dari dua
bangunan yaitu anthrum pyloricum dan pylorus. Didalam antrum pyloricum
terdapat canalis pyloricus dan didalam pylorus terdapat ostium pyloricum
yang dikelilingi M. sphincter pyloricus. Dari luar M. sphincter pylorus ini
ditandai adanya V. prepylorica (Mayo).

2
Otot dinding lambung dikatakan terdiri dari tiga lapis otot yaitu obliq,
sirkuler, longitudinal, namun lapis-lapis ini saling menyatu pada bidang
temunya dan tidak jelas batas-batasnya.

2. Fisiologi Gaster
Gaster merupakan organ yang berfungsi sebagai reservoar, alat untuk
mencerna makanan secara mekanik, dan kimiawi. Makanan yang ditelan
mengalami homogenisasi lebih lanjut oleh kontraksi otot dinding gaster, dan
secara kimiawi diolah oleh asam dan enzim yang disekresi oleh mukosa
lambung. Saat makanan sudah menjadi kental, sedikit demi sedikit mendesak
masuk ke dalam duodenum.
Gaster memiliki fungsi motorik serta fungsi pencernaan dan sekresi.
Fungsi motorik meliputi fungsi menampung dan mencampur makanan serta
pengosongan lambung sedangkan fungsi pencernaan dan sekresi meliputi
pencernaan protein, sintesis dan pelepasan gastrin, sekresi faktor intrinsic,
sekresi mukus serta sekresi bikarbonat. Fungsi penyimpanan gaster yaitu
ketika makanan masuk ke dalam gaster, makanan membentuk lingkaran
konsentris makanan dibagian oral gaster, makanan yang paling baru terletak
paling dekat dengan dinding luar gaster. Normalnya, bila makanan
meregangkan gaster, “reflex vasocagal” dari gaster ke batang otak dan
kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di dalam dinding otot
korpus gaster sehingga dinding menonjol keluar secara progresif, menampung
jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas saat
gaster berelaksasi sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter. Tekanan dalam gaster
akan tetap rendah sampai batas ini dicapai.
Sekresi gaster dikendalikan oleh mekanisme neural dan humoral.
Komponen saraf adalah refleks otonom lokal yang melibatkan neuron-neuron
kolinergik dan impuls-impuls dari susunan saraf pusat melalui saraf vagus.
Aktivitas sekresi gaster sangat ditingkatkan pada awal makan saat kemo dan
mekanoreseptor dalam rongga mulut dirangsang oleh pengunyahan dan
pengecapan makanan. Impuls aferen dan reseptor ini menuju ke otak dan

3
diteruskan ke serat eferen dalam saraf vagus yang bekerja langsung pada sel-
sel oksintik untuk meningkatkan sekresi asam.
Bersamaan waktu neuron dalam pleksus saraf intrinsik terangsang oleh
eferen vagus, membangkitkan impuls yang menginduksi sel-G untuk
membebaskan gastrin, yang memiliki efek stimulasi kuat pada sel-sel
oksintik. Ada bukti bahwa pembebasan gastrin dapat distimulasi oleh peptida
dan produk asam amino dari pencernaan oleh kafein, dan oleh konsentrasi
rendah alkohol yang masuk bersama makanan. Hormon-hormon dasar atau
neurotransmitter yang secara langsung merangsang sekresi kelenjar gaster
adalah histamin, asetilkolin, dan gastrin.
Sekresi asam lambung dirangsang oleh histamin melalui reseptor H2,
asetilkolin melalui reseptor muskarinik M1 dan oleh gastrin melalui reseptor
gastrin di membran sel parietal. Reseptor H2 meningkatkan AMP siklik
intrasel sedangkan reseptor muskarinik dan reseptor gastrin menimbulkan
efek melalui peningkatan kadar Ca2+ bebas intrasel. Proses-proses intrasel
saling berinteraksi sehingga pengaktifan salah satu jenis resesptor akan
memperkuat respon reseptor lain terhadap rangsangan.

4
BAB III

PEMBAHASAN

Diambil dari jurnal :. PENATALAKSANAAN PASIEN BEDAH SALURAN


CERNA (PERFORASI GASTER) DI RUMAH SAKIT EMANUEL
BANJARNEGARA. JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol.9 No.2 2021 e
ISSN: 2622-8483; p ISSN: 2338-3380

Peri anestesi pada pembedahan gaster

a. Fase pra operasi


Pasien seorang laki - laki berusia 45 tahun datang ke Rumah Sakit
Emanuel dengan keluhan nyeri ulu hati. Pasien berencana rawat jalan tetapi
pada saat menunggu obat di bagian farmasi, pasien mengeluh kesakitan.
Kemudian pasien diperiksa oleh dokter IGD dan diagnosa Abdominal pain.
Selanjutnya pasien dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah (SpB) dan
dilakukan USG dan didapatkan diagnosa dari SpB adalah peritonitis dan
cholelithiasis. Kemudian pasien berencana dilakukan tindakan operasi
(laparotomy). Pasien juga dikonsultasikan oleh dokter spesialis anastesi
(SpAn) untuk persiapan operasi.
Setelah semua prosedur pemeriksaan untuk persiapan operasi sudah
dilakukan, pasien dibawa ke ruang operasi untuk dilakukan tindakan operasi.

b. Fase intra operasi


Ahli gizi melakukan assesmen kepada pasien terkait dengan pola diet
harian pada hari ke-2 perawatan. Assesmen dilakukan kepada keluarga pasien
dan didapatkan hasil sebagai berikut : -
 Pasien memiliki kebiasaan makan 2-3x/hari, jarang mengkonsumsi
selingan dan kebiasaan minum air putih ± 6 gls/hari. Bentuk makanan
yang dikonsumsi berupa makanan lunak/saring (bubur nasi/bubur
sumsum/biskuit)

5
 Pasien memiliki riwayat sakit gigi, sudah berobat ke beberapa rumah sakit
namun tidak kunjung sembuh. Pasien sering mengkonsumsi obat pereda
nyeri dengan dosis tinggi (dibeli di apotik dan tanpa resep dokter).
 Pasien sering mengeluh perut terasa begah dan penuh selama 3 bulan
terakhir.
 Pasien berprofesi sebagai videographer.
 Riwayat merokok (+) dan konsumsi kopi (sudah berhenti minum kopi ± 3
bulan terakhir).

c. Fase pasca operasi


Setelah tindakan operasi selesai, pasien dirawat di ruang ICU dengan
kesadaran somnolent dan terpasang O2 by ET on ventilator. Advis dari SpB
pasien dipuasakan 5 hari.
Pemberian diet disesuaikan dengan advis DPJP dan kemampuan makan
pasien.
 Pada hari pertama pasca operasi keadaan pasien lemah, kesadaran
somnolent, pasien terpasang O2 on ventilator, terpasang NGT yang
dialirkan.
 Pada hari kedua dan ketiga pasca operasi keadaan pasien masih lemah,
kesadaran compos mentis (tersedasi), pasien masih menggunakan O2 on
ventilator dan terpasang NGT yang dialirkan, residu NGT (-). Pasien masih
dipuasakan, dan mendapatkan terapi nutrisi parenteral berupa kalbamin,
tutofusin ops, dan triofusin.
 Pada hari keempat pasca operasi, pasien mengeluh nyeri luka operasi
berkurang, terpasang NGT (dialirkan) residu NGT 250 cc hijau (dialirkan).
Advis DPJP pasien diperbolehkan minum air putih 1 sdm/jam. Kemudian
DPJP juga mengadviskan untuk mulai diberikan diet makanan cair
sebanyak 6 x 25 ml dengan NGT diklem selama ½ jam dan selanjutnya
dialirkan. DPJP juga mengadviskan program diet pada hari selanjutnya
untukdiberikan diet makanan cair sebanyak 50 ml, apabila kondisi

6
membaik maka NGT dapat dilepas dan dilanjutkan dengan diet makanan
saring.
 Pada hari ke lima pasca operasi pasien mendapatkan diet lambung bertahap
dengan bentuk makanan saring (sesuai advis DPJP). Dan pada hari itu juga
pasien. diperbolehkan pulang dan oleh ahli gizi diberikan konsultasi gizi
kepada pasien dan keluarga pasien.

Prinsip diet pasca bedah adalah mengupayakan agar status gizi pasien segera
kembali normal untuk mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien dengan cara memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi,
protein), mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi dan zat gizi lain serta
memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Syarat diet pasca bedah
adalah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring,
lunak dan biasa. Pemberian makanan dari tahap ke tahap ini bergantung pada
macam pembedahan dan keadaan pasien.

7
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan
Pasien pasca operasi bedah saluran cerna perforasi gaster di Rumah Sakit
Emanuel, Banjarnegara diberikan diet bertahap lambung, mulai dari makanan cair
via NGT - makanan cair via oral - makanan saring - makanan lunak. Pada pasien
bedah saluran cerna, diberikan diet bertahap bertujuan supaya tidak memperberat
kerja lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang
berlebih. Pasien bedah saluran cerna diharapkan memenuhi nutrisi yang baik
sehingga proses penyembuhan luka pasca operasi dapat segera membaik

8
DAFTAR PUSTAKA

Haspari, Theresia Murti. 2021. Penatalaksanaan Pasien Bedah Saluran Cerna


(Perforasi Gaster) Di Rumah Sakit Emanuel Banjarnegara.
(Journal of Nutrition and Health) Vol.9 No.2.

Anda mungkin juga menyukai