GASTROINTERTINAL
Kelompok 1
Aulya(616081520001)
TINGKAT II
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik.
Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah interaksi obat dan
makanan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan kemampuan dan pengetahuan
penulis yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian penulis berusaha semaksimal
Akhir kata Penulis mengharapkan semoga makalah yang disusun ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
BAB II pembahasan...........................................................................................................
2.3obat-obatan............................................................................................................
3.1kesimpulan ...........................................................................................................
PENDAHULUAN
Penyakit saluran cerna yang paling sering terjadi adalah radang kerongkongan
(refluxoesophagitis), radang mukosa di lambung (gastritis), tukak lambung-usus
(ulcus pepticum),dan kanker lambung-usus.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, kerongkongan tahan terhadap ludah, tetapi peka
terhadap getah lambung dan getah duodenum. Bila otot penutup
cardia(permulaan/mulut lambung) tidak menutup dengan sempurna dan peristaltik
tidak bekerja dengan baik, dapat terjadi aliran balik/reflux dari isi lambung ke
esophagus.Bila reflux ini berlangsung sering atau untuk jangka waktu yang cukup
lama, mukosa dikerongkongan dapat dirusak oleh asam lambung-pepsin. Luka (erosi)
yang timbulsetelah berubah menjadi peradangan (oesophagitis) dan akhirnya bahkan
dapatberkembang menjadi tukak. Gejala penyakit ini berupa perasaan terbakar
(pyrosis) dan perih di belakang tulangdada, yang disebabkan karena luka-luka
mukosa yang bersentuhan dengan makananatau minuman yang merangsang (alcohol,
saribuah, minuman bersoda). Timbul pula perasaan asam atau pahit di mulut akibat
mengalirnya kembali isi lambung (reflux). Sebagai reaksi terhadap rangsangan asam
itu, pada mukosa esophagus secara otomatis akan timbul sekresi ludah. Sifat alkalis
dari ludah selanjutnya akan menetralkan keasaman getah lambung. Akan tetapi bila
refluxnya terlalu banyak, mekanisme perlindungan tersebut tidak mencukupi.Terapi
gangguna ini adalah sebagai berikut. Tindakan umum yang perlu diamati adalah
meninggikan bagian kepala dari tempat tidur dengan 10-15 cm, juga
janganmengenakan pakaian ketat atau membungkukkan badan ke depan. Pengobatan
terdiri dari zat-zat yang menetralkan asam lambung (antasida), obat-obat
penghambatproduksi asam (H2-blockers dan penghambat pompa-proton), atau obat-
obat yang menstimulasi peristaltik lambung (prokinetika, propulsive). Antasida
bekerja cepat,tetapi efeknya hanya bertahan singkat.
b. Gastritis
adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung. Dua tipe yang
tersering adalah superfisial akut dan atrofik kronik. Gastritis akut adalah penyakit
jinak yang sering terjadi disebabkan oleh beragam faktor mencakup infeksi H. Pylori
dan iritan lokal seperti kafein, alkohol atau aspirin. Gastritis atrofik kronik dicirikan
dengan atrofi progresif epitel kelenjar, hilangnya sel chief dan parietal dan
hipokhlorhidria atau akhlorhidria. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa
mempunyai permukaan yang rata. Gastritis kronis tipe A dianggap sebagai penyakit
autoimun yang tidak lazim berkaitan dengan hilangnya faktor intrinsik dan anemia
pernisiosa. Gastritis kronis tipe B tidak berkaitan dengan anemia permisiosa dan
biasanya disebabkan oleh infeksi H. Pylori. Ulkus peptikum adalah putusnya
kontinuitas mukosa lambung yang meluassampai di bawah epitel. Ulkus kronis
(berbeda dengan ulkus akut) memiliki jaringan parut di dasarnya.
C. Tukak lambung-usus
(ulcus pepticum) Selain gastritis masih terdapat banyak faktor lain yang memegang
peranan pada terjadinya tukak lambung-usus. Hanya kira-kira 20% dari semua tukak
terjadi di lambung (ulcus ventriculi), bagian terbesar terjadi di usus dua belas-jari
(ulcus duodeni). Tukak lambung dan usus sering menghinggapi orang-orang berusia
antara 20 dan 50 tahun, dan empat kali lebih banyak pada pria daripada wanita. Rata-
rata 90% dari semua tukak lambung diakibatkan oleh infeksi kuman H. pylori,
dibandingkan dengan 100% dari tukak usus.
d. Tukak usus
Dudodenum tahan terhadap garam-garam empedu, lisolesitin, dan tripsin, tetapi peka
terhadap asam. Akibat hiperreaktivitas lambung, gangguan dalam motilitas dan/atau
gangguan fungsi pylorus, isi lambung yang asam dapat diteruskan ke usus terlampau
cepat dan dalam jumlah berlebihan. Bila mukosa duodenum untuk jangka waktu lama
bersentuhan denganasam tersebut, timbullah radang usus halus (duodenitis) dan
kemudian tukak duodenum. Fungsi bikarbonat dari getah pancreas adalah untuk
menetralkan asam tersebut. Oleh karena itu, pada patogenesis tukak usus asam
lambung memegang peranan utama: lazimya tukak usus disertai hiperaciditas di
bagian proksimal duodenum. Hal ini berlainan dengan tukak lambung, di mana
derajat asam adalah normal atau bahkan lebih rendah daripada orang-orang sehat.
Helicobacter pylori adalah kuman berbentuk spiral dengan 4-6 benang-cambuk, yang
mengikat diri pada bagian dalam selaput lendir. Bila kuman memperbanyak diri,
terbentuklah amat banyak enzim dan protein toksis yang merusak mukosa.
Khususnya urease, yang mengubah urea ammonia dan air. Ammonia menetralkan
HCl, lagi pula adalah toksis bagi mukosa. Tempat-tempat yang rusak tersebut tidak
dilindungi lagi oleh barrier mucus dan dapat ‘dimakan’ oleh HCl (dan pepsin).
Akibatnya adalah reaksi peradangan mukosa kronis (gastritis, duodenitis) yang pada
umumnya berlangsufng tanpa gejala dan bertahan seumur hidup. Hanya pada 10-20%
dari pasien gastritis berkembang menjadi tukak. H. pylori ditemukan di seluruh dunia
pada hampir separo dari semua orang sehat, terutama pada lansia dan anak-anak
kecil. Ternyata di Negara-negara berkembang banyak infeksi sudah terjadi pada usia
anak-anak dengan jalan fekal-oral. Antara insidensi infeksi dan status sosial-ekonomi
rendah terdapat hubungan erat, yang berkaitan dengan keadaan hygiene yang kurang
baik. Diagnosa standar untuk infeksi H. pylori terdiri dari gastroduodenosccpy
dengan penyelidikan mikroskopis dan biakan dari jaringan (biopsy). Di samping itu,
masih diperlukan tes-tes tambahan berupa tes darah terhadap antibodies dalam darah
terhadap H. pylori dipecah menjadi amoniak dan karbondioksida. Gas ini dapat
dideteksi dalam napasnya.
Tumor Gigi
Tahukah kamu bahwa tumor juga bisa tumbuh pada gigi? Seperti tumor
pada bagian tubuh lainnya, tumor gigi juga merupakan kondisi yang
cukup berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak
ditangani segera. Ketika mengalami tumor gigi, terdapat pertumbuhan
daging yang seperti parasit dan bisa membuat jaringan hidup area gigi
dan mulut menjadi rusak.
Sariawan
Hampir semua orang pernah mengalami yang namanya sariawan atau
stomatitis. Jamur Candida albicans merupakan penyebab dari sariawan.
Meski tak menular, kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
pada pengidapnya. Sariawan juga dikatakan sebagai bentuk kelainan yang
terjadi di selaput lendir mulut yang tampak seperti luka dengan rupa
bercak yang warnanya agak putih kekuningan dan bertekstur cekung.
Glositis
Tak hanya gusi, lidah juga bisa mengalami peradangan. Radang pada
lidah ini disebut glositis. Pada beberapa kasus yang lebih parah, glositis
mampu memicu penyumbatan pernapasan saat lidah membengkak sangat
parah. Untuk pengobatanya sendiri bisa mengkonsumsi antibiotik
Mengonsumsi antibiotik kemungkinan diperlukan jika bakteri pemicu
infeksi terdapat di mulut dan jika infeksi diakibatkan penyebaran dari
bagian tubuh lainnya. Namun perlu diingat, penggunaan antibiotik
haruslah sesuai anjuran dan resep dokter.
Interkasi nya
Gingivitis
Gingivitis atau radang gusi adalah kondisi yang terjadi karena kurang
terjaganya kebersihan mulut, atau menumpuknya karang gigi. Infeksi
akan terjadi di bagian gusi disebabkan oleh banyaknya bakteri di bagian
plak dan karang gigi. Kondisi akan semakin parah dan serius jika
gingivitis tidak segera ditangani dengan benar, sehingga bisa berkembang
menjadi penyakit lainnya. Obat yang sering digunakan adalah obat pereda
nyeri seperti ibu profen dan paracetamol
Interkasi nya
Obat-obat penghilang sakit/penurun demam yang istilah medisnya
disebut analgetik, contoh yang paling populer adalah parasetamol.
Obat ini terbaik diberikan dalam keadaan perut kosong karena
makanan akan memperlambat penyerapan obat. Jangan minum
alkohol bila sedang mengkonsumsi obat ini karena dapat
berdampak terhadap kerusakan hati atau pendarahan pada saluran
cerna. Obat anti alergi, seperti cetiridin, loratadin, CTM juga
sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong. Efek samping
obat ini menyebabkan kantuk yang mengurangi kewaspadaan.
Sehingga sangat berbahaya jika minum obat ini berbarengan
dengan minum alkohol, karena akan memperparah efek samping
tersebut.