DISUSUN OLEH :
Citra Arum R.O., S. Ked
PEMBIMBING :
dr. Wuri Iswarsigit, Sp. BA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya-Nya, penulis dapat menyelesaikan
referat dengan judul Tukak Lambung. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan ajaran yang sempurna dan menjadi anugerah serat rahmat bagi
seluruh alam semesta.
Selama pembuatan referat ini penulis mendapat banyak dukungan dan juga
bantuan dari berbagai pihak maka dari itu penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada orang tua penulis, dokter pembimbing penyusuan referat dr.
Wuri Iswarsigit, Sp.BA, dan seluruh dokter bagian Ilmu Bedah serta teman-teman
kepaniteraan klinik Ilmu Bedah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan referat ini. Akhir kata penulis memohon maaf atas segala
kekurangan yang ada dalam referat ini.
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
(5,6)
perbedaan anatomik, histologi, dan fungsional yaitu fundus, korpus, dan antrum.
(2)
permukaan yaitu simple columnar epithelium yang membentuk lekukanlekukan ke arah dalam yang disebut foveola gastrica dan berfungsi sebagai
tempat dikeluarkan dan dicurahkannya isi kelenjar pada lambung (7)
Serabut parasimpatis berasal dari n.vagus dan mempersarafi sel parietal di fundus
dan korpus lambung. Sel ini berfungsi menghasilkan asam lambung. N. vagus
anterior (sinistra) memberikan cabang ke kandung empedu, hati, dan antrum
sebgai saraf Laterjet anterior, sedangkan n. vagus posterior (dextra) memberikan
cabang ke ganglion seliakus untuk visera lain di perut dank e antrum sebagai saraf
Laterjet posterior. (5)
intraluminal tanpa peregangan dinding (relaksasi reseptif). Fungsi ini diatur oleh
nervus vagus sehingga vagotomi dapat menghilangkan fungsi ini. Hal ini yang
mendasari turunnya kapasitas penampungan pada penderita tumor lambung lanjut
sehingga mereka seperti cepat kenyang. (5)
Peristaltik terjadi bila lambung mengembang akibat adanya makanan dan
minuman. Kontraksi antrum yang kuat mencampur makanan dengan enzim
lambung kemudian mengosongkannya ke duodenum secara bertahap. Rata-rata
makanan seperti daging tanpa lemak, nasi, dan sayuran meninggalkan lambung
dalam waktu 3 jam. Sedangkan makanan yang tinggi lemak dapat bertahan di
lambung selama 6 12 jam. (5)
2.2.2 Cairan Lambung
Cairan didalam lambung jumlahnya dapat bervariasi antara 500 1500
mililiter per hari. Cairan lambung ini mengandung lendir, pepsinogen, faktor
intrinsik, dan elektrolit terutama larutan HCl. Sekresi basal cairan ini selalu ada
dalam jumlah sedikit. Proses produksi asam lambung merupakan hal yang
kompleks, namun secara garis besar dibagi menjadi tiga fase perangsangan yaitu
fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal yang saling mempengaruhi dan
berhubungan. (5)
1. Fase sefalik. Rangsang yang timbul akibat melihat, menghirup, merasakan,
bahkan berpikir tentang makanan akan meningkatkan produksi asam
melalui aktivasi nervus vagus. (5)
2. Fase gastrik. Distensi lambung akibat adanya makanan atau zat kimia,
seperti kalsium, asam amino, dan peptida dalam makanan akan
merangsang produksi gastrin, refleks vagus, dan refleks kolinergik
intramural. Semua itu akan merangsang sel parietal untuk memproduksi
asam lambung. (5)
3. Fase intestinal. Hormon enterooksitin merangsang produksi asam lambung
setelah makanan sampai di usus halus.
Seperti halnya proses sekresi dalam tubuh, cairan lambung bertindak
sebagai penghambat sekresinya sendiri berdasarkan prinsip umpan balik.
Keasaman yang tinggi di daerah antrum akan menghambat produksi gastrin
oleh sel G sehingga sekresi fase gastrik akan berkurang. Pada pH dibawah 2,5
produksi gastrin mulai dihambat. (5)
2.3 Perforasi Tukak Peptik
2.3.1
Definisi
Tukak Lambung adalah putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sapai dibawah epitel. Tukak lambung bisa juga dikatakan sebagai suatu
gambaran bulat atau semi bulat/oval dengan ukuran >5 mm kedalaman
submukosa pada mukosa lambung akibat terputusnya kontinuitas/integritas
mukosa lambung. Tukak Lambung merupakan luka terbuka dengan pinggiran
edema disertai indurasi dengan dasar ulkus ditutupi debris.(1)
Perforasi tukak lambung merupakan suatu komplikasi yang terjadi akibat
tukak lambung yang membandel karena tidak berespons terhadap pengobatan atau
seringnya terjadi kekambuhan. (5)
2.3.2
Epidemiologi
Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara
usia 40 dan 60 tahun. Tetapi, relative jarang pada wanita menyusui, meskipun ini
telah diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering
daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir
sama dengan pria. Setelah menopause, insiden tukak lambung pada wanita hampir
sama dengan pria. (8)
Prevalensi infeksi H. pylori di Negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan dengan Negara maju. Prevalensi pada populasi di Negara maju
sekitar 30-40% sedangkan di Negara berkembang mencapai 80-90%. (9)
Di Britania Raya sekitar 6-20% penduduk menderita tukak lambung pada
usia 55 tahun dengan prevalensi 2-4%. Di USA ada 4 juta pasien gangguan asampepsin, prevalensi pada pria 12% dan 10% pada wanita dengan angka kematian
pasien 15.000 pertahun dan menghabiskan dana $10 milyar/tahun. (1) Prevalensi
tukak peptik di Indonesia pada beberapa penelitian ditemukan antara 6-15 %
terutama pada usia 20-50 tahun. Distribusinya pada pria lebih tinggi dengan 1015% serta pada wanita mencapai 4-15%. (10)
Etiologi
Patogenesis
gastrin meningkat dan merangsang sel parietal mengeluarkan asam lambung yang
berlebihan. (1)
meningkat sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang lebih hebat lagi jika
pertahanan mukosa menurun
Beberapa factor resiko yang memudahkan terjadinya tukak lambung pada
pengguna NSAIDs adalah :
2.3.5
Gambaran Klinis
Diagnosis
tukak
akibat
keganasan
adalah
:Boorman-I/polipoid,
B-
Tatalaksana
2.3.8 Komplikasi
Komplikasi Tukak dapat berkomplikasi pada perdarahan. Pendarahan
berlaku pada 15-20% pasien tukak peptik. Perdarahan adalah komplikasi tersering
pada tukak peptik yaitu pada dinding posterior bulbus duodenum, karena pada
tempat ini dapat terjadi erosi arteria pankreatikaduodenalis atau arteria
gastroduodenalis. Dikatakan 25% daripada kematian akibat tukak peptik adalah
disebabkan komplikasi pendarahan ini (Kumar, 2005).
Komplikasi lain yang bisa terjadi adalah perforasi di lambung sehingga
menyebabakan terjadinya peritonitis. Perforasi terjadi pada 5% pasien tukak
peptik. Diagnosis dipastikan melalui adanya udara bebas dalam rongga peritoneal,
dinyatakan sebagai bulan sabit translusen antara bayangan hati dan diafragma.
BAB III
KESIMPULAN
mukosa gaster yang meluas sampai di bawah epitel. Penyakit ini terjadi karena
adanya ketidak seimbangan antara faktor agresif (gastrin, pepsin) menembus
faktor defensive yang melibatkan resistensi mukosa (mucus, bikarbonat,
mikrosirkulasi, prostaglandin, dinding mukosa). Di Amerika didapatkan insidensi
mencapai 500.000 orang/tahun. &)% terjadi antara usia 20 dan 60 tahun.
Penyebab paling sering adalah infeksi H. pylori dan penggunaan obat
NSAID tanpa pengawasan oleh praktisi kesehatan. Komplikasi yang mungkin
terjadi selain perdarahan yakni adanya perforasi dimana terjadi erosi menembus
didnding lambung hingga isi dari lambung keluar ke rongga abdomen. Hal ini
jarang terjadi namun wajib kita waspadai karena merupakan suatu kegawat
daruratan yang mengancam nyawa. Semakin cepat ditangani tentunya angka
mortalitas semakin kecil. Pembedahan yang dilakukan biasanya HSV, V+D
atauV+A.
DAFTAR PUSTAKA
Emory
University
School
of
Medicine.
2009.