Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

ILEUS OBSTRUKSI

Oleh:

Majesty Anita Imran 1940312034 Refi Amalia Utami 1940312126

Pereseptor:
dr. Jon Efendi, SpB, Sp. BA

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR. M DJAMIL
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, danShalawat beserta salam


untuk Nabi Muhammad SAW, berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Case Report Session dengan judul “Ileus Obstruksi” yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti
KepaniteraanKlinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, RSUPDr. M
Djamil Padang.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepadaBapak dr. Jon Efendi,
Sp. B, Sp. BA selaku preseptor yang telah bersediameluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
memberikan bimbingan, saran, danarahan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat danhidayah-Nya
kepada semua pihak yang telah banyak membantu. Semoga makalahini dapat bermanfaat bagi
akademisi, dunia pendidikan, instansi terkait, danmasyarakat luas. Akhir kata, segala saran dan
masukan akan penulis terima dengansenang hati demi kesempurnaan makalah ini.

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ileus obstruksi merupakan penyumbatan usus yang mengganggu pergerakanisi usus, menyebabkan
akumulasi di bagian proksimal sumbatan. Hambatanpasaseusus dapat disebabkan oleh penyumbatan
lumen usus maupun oleh gangguanperistaltik usus. Etiologi ileus obstruksi di negara-negara maju yaitu
adhesi (74%), Crohn disease (7%), neoplasia (5%), hernia (2%), radiasi (1%) dan lain-lain(11%)
sedangkan pada negara berkembang, etiologi meliputi adhesi (34%), hernia (16%), keganasan (13,5%)
dan striktur tuberkulosis (10%); obstruksi usus akut akibat bendaasing jarang terjadi pada orang
dewasa.1
Ileus Obstruksi adalah penyebab penting morbiditas dan mortalitas yangmenyebabkan hampir 30.000
kematian per tahun.2 Obstruksi usus menyumbang15persen dari semua kunjungan IGD dengan keluhan
sakit perut yang bersifat akut dan20% dari kasus tersebut membutuhkan tatalaksana bedah . 3
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Meskipunobstruksi dapat terjadi di usus
besar, hampir 80% dari obstruksi mekanis terjadi di usus kecil. 4,5 Pasien dapat mengalami tingkat
komplikasi yang tinggi, dan hingga30% pasien dengan obstruksi pada usus halus dapat mengalami
strangulasi.6 Pasienusia lanjut sangat beresiko tinggi untuk mengalami obstruksi dan komplikasinya.
Hampir 12-25% pasien lansia yang mengalami nyeri perut akhirnya didiagnosisdengan obstruksi. Selain
itu, angka kematian obstruksi usus halus keseluruhanadalah <3% namun pada pasien usia lanjut dapat
mencapai 7- 14%.7
Kecurigaan klinis ileus obstruksi biasanya dibuat berdasarkan riwayat pasien, gejala dan tanda fisik
(nyeri perut kram, distensi perut, mual dan muntah). Keterlambatan dalam diagnosis dan
penatalaksanaan penyakit ini menyebabkanrisiko reseksi usus yang lebih tinggi, komplikasi dapat
berupa strangulasi dannekrosis usus, dan keduanya pada akhirnya dapat menyebabkan perforasi, sepsis,
dan

1
kematian.8,9

Penegakkan diagnosis penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas hiduppenderita.


Diagnosa klinis merupakan dasar dalam menentukan penatalaksanaanselanjutnya sehingga
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan dalammenentukandiagnosa serta perlunya pengetahuan
mengenai tatalaksana awal sebagai tatalaksanakegawatdaruratan pada penyakit ini.

1.2 Batasan Masalah


Batasan masalah penulisan makalah Case Report Session ini adalahmembahas mengenai
anatomi dan fisiologi usus, definisi, epidemiologi, etiologi danfaktor risiko, patofisiologi, diagnosis,
tatalaksana, komplikasi, dan prognosis ileusobstruksi.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah Case Report Session ini adalah untukmeningkatkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai ileus obstruksi.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan makalah Case Report Session ini adalah menggunakantinjauan
kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

10,11,12
2.1 Anatomi dan Fisiologi Usus

2.1.1 Anatomi Usus

Usus halus adalah tabung berliku-liku yang memanjang dari sfingter piloruske katup ileocecal di mana
akan bergabung dengan usus besar. Ini adalahbagianterpanjang dari saluran pencernaan, tetapi hanya
sekitar setengah diameter ususbesar, berkisar 2,5 hingga 4 cm. Meskipun panjang 6–7 m, dalamkadaver
usus kecil hanya 2-4 m selama hidup karena kontraksi otot. Usus halus memiliki tigasubdivisi, yaitu
duodenum, yang sebagian besar retroperitoneal, dan jejunumdanileum, keduanya organ intraperitoneal.
Duodenum yang relatif tidak bergerakyangmelengkung di sekitar kepala pankreas, memiliki panjang
sekitar 25 cm(10 inci).

Gambar 2.1. Bagian dari Usus Halus

3
Jejunum sekitar 2,5 m (8 kaki) panjangnya, membentang dari duodenumkeileum. Ileum
sekitar 3,6 m (12 kaki) panjangnya, bergabung dengan usus besar di katup ileocecal. Jejunum dan
ileum menggantung di gulungan seperti sosis di bagiantengah dan bawah rongga perut, digantung di
dinding perut posterior olehmesenterium.

Pada usus halus terdapat serabut saraf parasimpatis dari vagus dan simpatikdari saraf
splanknikus torak, keduanya diteruskan melalui pleksus mesenterikasuperior (dan seliaka). Pasokan
arteri terutama dari arteri mesenterika superior. Vena paralel dengan arteri dan biasanya mengalir ke
vena mesenterika superior. Dari sana, darah vena yang kaya nutrisi dari usus kecil mengalir ke vena
portal hepatik, yang membawanya ke hati.
Usus besar membingkai usus halus di tiga sisi dan memanjang dari katupileocecal ke anus.
Diameternya, sekitar 7 cm, lebih besar dari usus halus tetapi jauhlebih pendek (1,5 m berbanding 6 m).
Usus besar menunjukkan tiga hal yangtidakterlihat di tempat lain teniae coli, haustra, dan pelengkap
epiploik. Kecuali ujungterminalnya, lapisan otot longitudinal dari muscularisnya sebagian besar
direduksi menjadi tiga pita otot polos yang disebut teniae coli. Taniae coli mengerutkan dindingusus
besar ke dalam kantong-kantong seperti saku yang disebut haustra. Ciri lainyang jelas dari usus besar
adalah apendik epiploiknya. yang merupakan kantongkecil berisi lemak dari peritoneum visceral yang
menggantung dari permukaan usus besar.

4
Gambar 2.2. Anatomi Kolon
Usus besar memiliki bagian sebagai berikut: sekum, usus buntu, usus besar, rektum, dan anus
(Gambar 2.2). Sekum yang terletak di bawah katup ileosekal di fossa iliaka kanan yang merupakan
bagian pertama dari usus besar. Terletakpadapermukaan posteromedial dari sekum adalah apendiks.
Apendiks mengandungmassa jaringan limfoid, dan sebagai bagian dari MALT yang memainkanperan

5
penting dalam kekebalan tubuh. Selain itu, berfungsi sebagai gudang bakteri danmerekolonisasi usus
saat dibutuhkan. Namun, apendiks memiliki struktur yangbengkok memudahkan bakteri enterik untuk
berakumulasi dan berkembang biak.

Usus besar memiliki beberapa daerah yang berbeda. Secara proksimal, sebagai kolon asendens,
ia bergerak naik ke sisi kanan rongga perut ke tingkat ginjal kanan. Di sini ia berbelok ke kanan, fleksi
kolik (hepatik) kanan, dan bergerakmelintasi rongga perut sebagai usus transversal. Langsung ke
anterior limpa, membentuk lengkungan pada fleksik kolik (limpa) kiri dan turun ke sisi kiri dindingperut
posterior sebagai kolon desenden. Setelah itu, ia memasuki panggul, di manaiamenjadi kolon sigmoid
berbentuk S. Usus besar terletak pada retroperitoneal, kecuali untuk bagian transversal dan sigmoid.
Bagian-bagian ini intraperitoneal dan lengket ke dinding perut posterior yaitu pada mesenterium yang
disebut mesocolon.Di panggul, pada tingkat vertebra sakralis ketiga, kolon sigmoid bergabung
denganrektum, yang berjalan posteroinferior tepat di depan sakrum. Posisi rektummemungkinkan
sejumlah organ panggul (mis., Prostat ) diperiksa dengan jari melalui dinding rektum anterior. Rektum
memiliki tiga kurva lateral atau belokanyangdisebut katup rektal. Katup-katup ini menghentikan kotoran
agar tidak mengalir bersama gas (flatus). Anus merupakan segmen terakhir dari usus besar, terletakdi
perineum, seluruhnya di luar rongga abdominopelvis. Sekitar 3 cmpanjangnya. Kanal anal memiliki dua
sfingter, sfingter anus interna yang terdiri dari otot polos(bagian dari muskularis), dan sfingter anal
eksternal yang terdiri dari otot rangka. Sfingter, yang bertindak untuk membuka dan menutup anus,
biasanya tertutupkecuali saat buang air besar.
Usus halus memproduksi campuran dari disakarida, peptida, asamlemak, dan monogliserida.
Sehingga sebanyak 90-95% dari nutrisi terjadi absorbsi di dalamusus halus ini. Akhir dari pencernaan
dan absorbsi terjadi di dalamvili, yangmerupakan lapisan permukaan dari usus halus. Pada bagian
permukaan dari sel epitel pada setiap vili ditutupi oleh mikrovili sehingga total permukaan dari usus
menjadi (biasa disebut sebagai "brush border") 200 meter kuadrat.4

6
2.1.2 Fisiologi Usus

Dua jenis pergerakan usus halus — segmentasi dan gerak peristaltikyangdisebut kompleks motilitas
migrasi — sebagian besar diatur oleh pleksus mienterika. Segmentasi mencampurkan makanan yang
dimakan dengan cairan pencernaandanmembawa partikel makanan berkontak dengan mukosa untuk
penyerapan. Segmentasi dimulai dengan kontraksi serat otot melingkar di sebagian usus kecil, suatu
tindakan yang mengkonstriksi usus menjadi segmen-segmen. Selanjutnya, serat-serat otot yang
melingkari tengah setiap segmen juga berkontraksi, membagi lagi setiap segmen. Akhirnya, serat-serat
yang pertama berkontraksi mengendur, dansetiap segmen kecil bersatu dengan segmen kecil yang
bersebelahan sehinggasegmen-segmen besar terbentuk lagi. Saat urutan kejadian ini berulang, makanan

akan bergerak bolak-balik. Segmentasi terjadi paling cepat di duodenum, sekitar 12kali per menit, dan
semakin lambat hingga sekitar 8 kali per menit di ileum. Gerakanini mirip dengan meremas tengah dan
ujung tabung pasta gigi secara bergantian.
Setelah sebagian besar makanan diserap, segmentasi berhenti dan peristaltikdimulai. Jenis peristaltik
yang terjadi di usus kecil, disebut migility motility complex(MMC), dimulai di bagian bawah lambung
dan mendorong makanan maju sepanjangbentangan usus kecil sebelum mati. MMC secara perlahan
bermigrasi ke usus halus, mencapai ujung ileum dalam 90-120 menit. Kemudian MMC lain dimulai di
perut. Secara keseluruhan, makanan tetap di usus kecil selama 3-5 jam. Bagian makanandari ileum ke
dalam sekum diatur oleh aksi sfingter ileocecal. Biasanya, katuptetaptertutup sebagian sehingga
lewatnya makanan ke dalam sekumbiasanya terjadi perlahan. Segera setelah makan, refleks gastroileal
mengintensifkan peristaltikdi ileum dan memaksa setiap makanan masuk ke dalam sekum. Hormon
gastrinjugamelemaskan sphinter. Setiap kali sekum berdilatasi, tingkat kontraksi sfingter ileocecal
meningkat.

7
Pergerakan usus besar dimulai ketika zat melewati sfingter ileocecal. Karenamakanan bergerak melalui
usus kecil pada kecepatan yang cukup konstan, waktuyang diperlukan untuk makan untuk masuk ke
usus besar ditentukan olehwaktupengosongan lambung. Saat makanan melewati sfingter ileocecal,
makanan mengisi sekum dan menumpuk di usus besar yang naik. Salah satu ciri pergerakan usus besar
adalah pengadukan haustral. Dalam proses ini, haustra tetap rileks dan menjadi berdistensi saat terisi.
Ketika distensi mencapai titik tertentu, dinding berkontraksi dan memeras isinya ke dalam haustrum
berikutnya. Peristaltik juga terjadi, walaupunpada tingkat yang lebih lambat (3–12 kontraksi per menit)
daripada di bagiantraktusyang lebih proksimal. Jenis terakhir dari pergerakan adalah massa peristaltik,
gelombang peristaltik yang kuat yang dimulai pada sekitar bagian tengah dari kolontransversal dan
dengan cepat mendorong isi kolon ke dalam rektum. Karena makanandalam lambung memicu refleks
gastrokolik di usus besar ini, massa peristaltikbiasanya terjadi tiga atau empat kali sehari, selama atau
segera setelah makan.

Gerakan massa peristaltik mendorong bahan tinja dari usus sigmoid ke dalamrektum. Distensi
yang dihasilkan dari dinding rektum merangsang reseptor peregangan, yang memulai refleks buang air
besar yang menghasilkan buangair besar, pembuangan tinja dari rektum melalui anus. Refleks buang air
besar terjadi sebagai berikut: Sebagai respons terhadap distensi dinding rektum, reseptor mengirim
impuls saraf sensoris ke medula spinalis sakralis. Impuls motorikdari umbilikus berjalan sepanjang saraf
parasimpatis kembali ke kolon desendens, kolonsigmoid, rektum, dan anus. Kontraksi yang dihasilkan
dari otot rektal longitudinal memperpendek rektum, sehingga meningkatkan tekanan di dalamnya.
Tekananini, bersama dengan kontraksi simpatis diafragma dan otot abdomen, ditambah stimulasi
parasimpatis, membuka sphincter anal internal.
Sfingter anal eksternal dikendalikan secara simpatis. Jikaterjadi relaksasi, buang air besar terjadi dan
tinja dikeluarkan melalui anus; jika dibatasi secarasimpatis, buang air besar dapat ditunda. Kontraksi
simpatis dari diafragma danotot abdomen membantu buang air besar dengan meningkatkan tekanan di
dalamperut, yang mendorong dinding kolon sigmoid dan rektum ke dalam. Jika buang air besar

8
tidak terjadi, tinja kembali ke usus sigmoid sampai gelombang peristaltikmassaberikutnya merangsang
reseptor peregangan, lagi-lagi menciptakan keinginanuntukbuang air besar. Pada bayi, refleks buang air
besar menyebabkan pengosonganrektum secara otomatis karena kontrol simpatis dari sfingter anal
eksternal belumberkembang. Jumlah buang air besar yang dimiliki seseorang selama periode
waktutertentu tergantung pada berbagai faktor seperti diet, kesehatan, dan stres. Rentangnormal
aktivitas usus bervariasi dari dua atau tiga buang air besar per hari hinggatigaatau empat buang air besar
per minggu.

2.2 Definisi dan Epidemiologi

Ileus obstruksi adalah penyumbatan usus yang mengganggu pergerakanisi usus, menyebabkan
akumulasi di bagian proximal pada penyumbatan. 1 Setiap

tahunnya, 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosis ileus. Obstruksi usussering disebut juga
ileus obstruksi yang merupakan kegawatan dalambedah abdomenyang sering dijumpai. Ileus obstruksi
merupakan 60-70%seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendiksitis akut. 14
Insiden dari ileus obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16%dari populasi dunia.Statistic dari
databerbagai Negara melaporkan terdapat variasi angkakejadian ileus obstruksi. Di amerika serikat,
insiden kejadian ileus obstruksi adalahsebesar 0,13%. Selain itu laporan data dari Nepal tahun 2007
menyebutkanjumlahpenderita ileus obstruksi dan paralitik dari tahun 2005-2006 adalah
1053kasus(5,32%).15 Di Indonesia tercatat 7.059 kasus obstruksi ileus paralitik dan obstruktif tanpa
hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004. 15
Penyebab ileus obstruksi berkaitan pada kelompok usia yang terserangdanletak obstruksi, 50% terjadi
pada kelompok usia pertengahan dan tua akibat perlekatan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas
dan volvulus merupakanpenyebab tersering obstruksi usus besar pada usia pertengahan dan orang tua,
kanker kolon merupakan penyebab dari 90% ileus obstruksi yang terjadi. 16

9
2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab paling umum dari obstruksi usus yaitu berupa adhesi (60%), neoplasma (20%), herniasi
(10%), inflamasi pada usus (5%), intususepsi (<5%), volvulus (<5%) dan lainnya (<5%). Adhesi yang
dihasilkan dari operasi abdominal sebelumnya adalah penyebab utama obstruksi usus halus (60%).
Operasi perut bagian bawah, termasuk operasi usus buntu, operasi kolorektal, prosedur ginekologis, dan
perbaikan hernia, memberikan risiko lebih besar akan terjadinyaobstruksi usus halus akibat adhesi.
Penyebab obstruksi yang kurang umumadalahintususepsi usus, volvulus, abses intra- abdominal, batu
empedu, dan benda asing.13
Penelitian lainnya juga menyatakan etiologi ileus obstruksi di negara- negaramaju yaitu adhesi
(74%), Crohn disease (7%), neoplasia (5%), hernia (2%), radiasi (1%) dan lain-lain (11%) sedangkan
pada negara berkembang, etiologi meliputi adhesi (34%), hernia (16%), keganasan (13,5%) dan
striktur tuberkulosis (10%); obstruksi usus akut akibat benda asing jarang terjadi pada orang dewasa. 1

2.4 Patofisiologi

Hal yang sangat dikhawatirkan pada obstruksi usus adalah pengaruhnyaterhadap keseimbangan
cairan / elektrolit seluruh tubuh dan efek mekanis yangakanmeningkatkan tekanan pada perfusi usus.
Pada titik obstruksi, saluran usus melebar karena terisi oleh sekresi usus dan udara. Kegagalan isi usus
untuk melewati saluranusus menyebabkan berhentinya gerakan flatus dan usus. Obstruksi usus
dapatsecaraluas dibedakan menjadi usus halus dan usus besar. 13
Kehilangan cairan akibat emesis, edema usus, dan hilangnya kapasitaspenyerapan menyebabkan
dehidrasi. Emesis menyebabkan hilangnya ion kalium, hidrogen, dan klorida lambung, dan dehidrasi
yang signifikan menstimulasi reabsorpsi tubulus proksimal ginjal bikarbonat dan hilangnya klorida
sehingga terjadi alkalosis metabolik. Selain gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, stasis
usus menyebabkan pertumbuhan berlebih. flora usus, yang dapat menyebabkanperkembangan emesis
feculent. Selain itu, pertumbuhan berlebih dari flora usus di

10
usus kecil menyebabkan translokasi bakteri di dinding usus. 13 Pelebaran usus yang terus-menerus
meningkatkan tekanan luminal. Ketikatekanan luminal melebihi tekanan vena, hilangnya drainase
vena menyebabkanpeningkatan edema dan hiperemia usus. Hal ini pada akhirnya dapat
menyebabkanaliran arteri yang terganggu ke usus, menyebabkan iskemia, nekrosis, dan perforasi.
Obstruksi loop tertutup, di mana bagian usus terhambat secara proksimal dandistal, seperti volvulus
usus yang merupakan obstruksi loop tertutup tertutup, yangmenyebabkan torsi aliran arteri dan
drainase vena, dan merupakan keadaandarurat bedah. 13

2.5 Klasifikasi18
Ileus obstruksi dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain :
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction): obstruksi terjadi sebagian sehinggamakanan masih bisa
sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit. 2. Obstruksi sederhana (simple obstruction):
obstruksi/sumbatan yangtidakdisertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran
darah). 3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai denganterjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhirdengan nekrosis atau gangren.

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanikdibedakan menjadi,


antara lain:
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gastersampai ileum
terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileumterminal
sampai rectum).

11
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pasien harus ditanyai tentang riwayat neoplasia perut, hernia, atauherniaperbaikan, dan
penyakit radang usus, karena kondisi ini meningkatkanrisikoobstruksi. Ciri-ciri obstruksi usus meliputi
nyeri perut kolik, mual dan muntah, distensi abdomen, dan berhentinya flatus dan buang air besar.
Pentinguntukmembedakan antara obstruksi mekanis sejati dan penyebab lain dari gejala-gejalaini.

Penyumbatan distal memungkinkan untuk usus menjadi lebih besar, denganrasa sakit dan
distensi lebih ditandai daripada emesis, sedangkan pasien denganobstruksi proksimal mungkin memiliki
distensi abdomen minimal tetapi ada emesis. Kehadiran hipotensi dan takikardia merupakan indikasi
dehidrasi parah. Palpasi abdomen dapat menunjukkan perut timpani yang buncit; Namun, temuanini
mungkin tidak hadir pada pasien dengan obstruksi dini atau proksimal. Auskultasi pada pasien dengan
obstruksi dini menunjukkan bunyi usus yang bernada tinggi, sedangkan yang dengan obstruksi lanjut
mungkin hadir dengan bunyi usus minimal karena saluran usus menjadi hipotonik. 13
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinyadisertai dengan
pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalamlumenususbagian oral dari obstruksi,maupun
oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akantimbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah
fekal walaupunobstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri
abdomenseringdirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan,
maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau
tidak ada pada obstruksi proksimal dansemakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang
meningkat dan

12
“metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengannyeri hebat.Hal
yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atauhernia. Bila dijumpai tanda-tanda
strangulasi berupa nyeri iskemik dimananyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka
dilakukan tindakanoperasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis
Obstruksi pada kolon timbul perlahan -lahan dengan nyeri akibat sumbatanbiasanya terasa di
epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis.
Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengannyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran
umum obstruksi komplit. Muntahlebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudiandantidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluksisi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan terjadi
kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yangpaten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan
perforasi sekumkarena tekanannyapaling tinggi dandindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis
akanmenunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasienyang kurus,
dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.

2.6.2 Pemeriksaan Penunjang


1. Tes Laboratorium13
Evaluasi laboratorium pada pasien yang diduga obstruksi harusmencakup hitung darah
lengkap dan zat-zat metabolisme. Alkalosismetabolik hipokalemik, hipokloremik dapat dicatat
pada pasien denganemesis berat. Kadar nitrogen urea darah yang meningkat konsisten
dengandehidrasi, dan kadar hemoglobin dan hematokrit dapat meningkat. Jumlahsel

13
darah putih dapat meningkat jika bakteri usus menginvasi ke dalamalirandarah, menyebabkan
sindrom respons inflamasi sistemik atau sepsis. Perkembangan asidosis metabolik, terutama
pada pasien denganpeningkatankadar laktat serum, dapat menandakan iskemia usus.

2. Radiografi
Evaluasi awal pasien dengan tanda-tanda klinis dan gejala obstruksi usus harus
meliputi foto polos abdomen. Radiografi dapat dengancepat menentukan apakah perforasi usus
telah terjadi; udara bebas dapat dilihat di atas hati dalam tampak depan atau dekubitus kiri.
Radiografi secara akurat
mendiagnosis obstruksi usus sekitar 60 persen kasus, dan nilai prediktif positifnya mendekati 80
persen pada pasien dengan obstruksi usus tingkat tinggi. Namun, foto polos abdomen dapat
tampak normal pada obstruksi dini dan pada obstruksi jejunal atau duodenum. 13 Oleh karena itu,
ketikakecurigaan klinis untuk obstruksi tinggi atau tetap ada meskipun radiografi awal negatif
harus dilakukan CT scan.17
14
Gambar 2.3. Gambaran rontgen foto polos abdomen posisi supine pada pasiendengan obstruksi
usus. Tampak dilatasi loop usus halus.

Gambar 2.4. Gambaran rontgen posisi lateral dekubitus, menunjukkan kadar cairanudara yang
konsisten dengan obstruksi usus.

Pada rontgen tampak depan dapan terlihat suaru dilatasi usus halus(Gambar 2.3). Pada
rontgen tampak depan maupun lateral akan menunjukkanair fluid level (Gambar 2.4) . Hal ini
berhubungan dengan kurangnya udaradan tinja di usus besar distal dan rectum dan sangat
menunjukkan obstruksi usus mekanik.13

3. CT scan
CT dibutuhkan pada evaluasi lebih lanjut pasien dengan dugaanobstruksi usus di mana
pemeriksaan klinis dan radiografi tidak menghasilkandiagnosis pasti. CT sensitif untuk
mendeteksi obstruksi tingkat tinggi (hingga90 persen dalam beberapa seri), dan memiliki
manfaat tambahanuntukmendefinisikan penyebab dan tingkat obstruksi pada sebagianbesar
pasien(Gambar 2.4).Selain itu, CT dapat mengidentifikasi penyebabtimbulnya obstruksi usus,
seperti volvulus atau strangulasi pada usus. 13

15

Gambar 2.5. CT SCAN aksial menunjukkan loop usus yang melebar danpenuhkontras di sebelah kiri
pasien (panah kuning), dengan usus kecil distal yangterkompresi di sebelah kanan pasien (panah
merah). Penyebab obstruksi, herniaumbilikalis inkerserata juga dapat dilihat (panah hijau), dengan usus
yang membesar secara proksimal memasuki hernia dan usus yang terkompresi keluar dari hernia.

Temuan CT pada pasien dengan obstruksi usus dapat berupa dilatasi loop usus
proksimal ke lokasi obstruksi, dengan usus terdekompresi padabagian distal. Tidak adanya
bahan kontras dalam rektumjuga merupakantanda penting untuk menunjukkan suatu obstruksi
total. Untuk alasanini, memasukkan kontras melalui anus harus dihindari. Dinding usus
yangmenebal dan aliran bahan kontras yang tidak rata ke bagianususmenunjukkan iskemia,
sedangkan pneumatosis intestinalis, freeair intraperitoneal, dan penipisan lemak mesenterika
menunjukkan nekrosis danperforasi.13
Meskipun CT sangat sensitif dan spesifik untuk obstruksi tingkat tinggi, nilainya
berkurang pada pasien dengan obstruksi parsial. Pada pasienini, bahan kontras oral dapat dilihat
melintasi panjang usus ke rektum, tanpadaerah transisi yang terpisah. Fluoroskopi mungkin
memiliki nilai lebihbesar dalam mengkonfirmasikan diagnosis. 13

16
4. USG
Pada pasien dengan obstruksi tingkat tinggi, evaluasi ultrasonografi abdomen
memiliki sensitivitas tinggi untuk obstruksi usus, mendekati 85persen. Namun, karena
ketersediaan CT yang luas, sebagian besar telahmenggantikan ultrasonografi sebagai
penyelidikan lini pertama pada pasienstabil yang diduga obstruksi usus. Ultrasonografi tetap
menjadi investigasi yang penting untuk pasien tidak stabil dengan diagnosis
yangmembingungkan dan pada pasien yang kontraindikasi paparan radiasi seperti wanita
hamil.13

5. MRI

Magnetic resonance imaging (MRI) mungkin lebih sensitif daripadaCT dalam


evaluasi obstruksi usus. MRI dapat menentukan lokasi danpenyebab obstruksi Namun,
karena kemudahan dan efektivitas biayaCTabdomen, MRI tetap menjadi modalitas
pencitraan investigasi atautambahanuntuk obstruksi usus. 13

13
2.7 Tatalaksana

Penatalaksanaan obstruksi usus ditujukan untuk memperbaiki gangguanfisiologis yang


disebabkan oleh obstruksi, istirahat usus, dan menghilangkan sumber obstruksi. Yang pertama diatasi
dengan resusitasi cairan intravena dengancairanisotonik. Penggunaan kateter kandung kemih untuk
memonitor output urinadalahpersyaratan minimum untuk mengukur kecukupan resusitasi; tindakan
invasif lainnya, seperti kanalisasi arteri atau pemantauan tekanan vena sentral, dapat digunakan sesuai
situasi klinis. Antibiotik digunakan untuk mengobati pertumbuhanbakteri yang berlebihan dan
translokasi di dinding usus. Adanya demamdanleukositosis harus mendorong dimasukkannya antibiotik
dalamrejimen pengobatanawal. Antibiotik harus memiliki cakupan terhadap organisme gramnegatif
dananaerob, dan pilihan agen spesifik harus ditentukan oleh kerentanan dan ketersediaan

17
lokal. Penggantian elektrolit yang agresif direkomendasikan setelah fungsi ginjal baik.
Keputusan untuk melakukan operasi untuk obstruksi usus bisa menjadi sulit. Peritonitis,
ketidakstabilan klinis, atau leukositosis atau asidosis yang tidakdapat dijelaskan berkaitan dengan sepsis
, iskemia usus, atau perforasi; Temuanini mengharuskan suatu eksplorasi bedah yang segera. Pasien
yang stabil dengan riwayat keganasan abdomen atau kecurigaan tinggi untuk keganasan harus
dievaluasi secaramenyeluruh untuk perencanaan bedah yang optimal. Keganasan abdomendapat diobati
dengan reseksi primer dan rekonstruksi atau terapi paliatif, atau penempatansaluran ventilasi dan selang
makanan.

Perawatan pasien stabil dengan obstruksi usus dan riwayat operasi abdomenmerupakan
tantangan. Manajemen konservatif obstruksi derajat tinggi harus dicobapada awalnya, menggunakan
intubasi dan dekompresi usus, rehidrasi intravenayangagresif, dan antibiotik. Pemberian magnesium
hidroksida oral, simetikon, danprobiotik mengurangi lamanya rawat inap dalam uji coba terkontrol
secara acakdari 144 pasien dengan obstruksi usus halus parsial (jumlah yang
diperlukanuntukmengobati = 7) . Perhatian khusus harus dilakukan ketika bukti klinis dan
radiologismenunjukkan obstruksi total , karena penggunaan stimulasi usus dapat
memperburukobstruksi dan memicu iskemia usus.
Manajemen konservatif berhasil pada 40 hingga 70 persen pasien yangsecaraklinis stabil,
dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi pada pasien denganobstruksi parsial. Meskipun
manajemen berkelanjutan dengan rawat inap awal yanglebih pendek (4,9 berbanding 12 hari), ada juga
tingkat yang lebih tinggi. Denganmanajemen konservatif, resolusi umum terjadi dalam 24 hingga 48
jam. Jikaobstruksi usus tidak berhasil dengan manajemen konservatif, evaluasi bedahdiperlukan.

18
14
2.8 Komplikasi
Keterlambatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan penyakit ini menyebabkan risiko reseksi
usus yang lebih tinggi, komplikasi dapat berupastrangulasi dan nekrosis usus, dan keduanya pada
akhirnya dapat menyebabkanperforasi, sepsis, dan kematian. 8,9
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekumyangberakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut denganakibat peritonitis umum. 14

14
2.9 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempatdan
lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupuntuamaka toleransinya terhadap penyakit
maupun tindakan operatif yang dilakukansangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada
obstruksi kolon mortalitasnyalebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus. 14
19
BAB 3
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Tuo Ilir Kecamatan Tebo Ilir, Jambi
Status : Menikah
Suku : Minang
Tanggal Pemeriksaan : 26 Januari 2021

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, berusia 66 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 22 Januari 2021, dengan:

Keluhan Utama:
Kesulitan BAB sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Muara Bungo. Pasiendatang ke IGD RSUP Dr.
M. Djamil Padang pada tanggal 22 Januari 2021 dengan mengeluhkan kesulitan BAB sejak
15 sebelummasukrumah sakit
• Awalnya pasien sudah mengalami kesulitan BAB sejak 3 bulanyanglalu, namun semakin
memberat sejak 15 hari sebelummasuk rumahsakit.
• Riwayat BAB berbentuk bulat bulat kecil menyerupai kotoran kambing. • Pasien dapat
BAB setelah mencongkel daerah anus.

20
• Riwayat BAB berdarah (-), BAB berlendir (-)
• Flatus (+), nafsu makan menurun (+), lemas (+), mual(-), muntah (-) • Riwayat nyeri pada perut
(+), BAK baik • Terdapat keluhan penurunan berat badan dari 75 kg menjadi 70kgdalam 15 hari
terakhir
• Demam (-)
• Riwayat alergi tidak ada

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah melakukan pengobatan di RS Muaro Bungo dan dilakukanrujukan ke RSUP
Dr. M. Djamil Padang

Riwayat Penyakit Dahulu


∙ Riwayat operasi prostat 1,5 tahun yang lalu
∙ Riwayat operasi hernia inguinalis lateral sinistra 1 tahun yang lalu ∙ Riwayat hipertensi (+)
∙ Riwayat diabetes (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.

• Riwayat hipertensi, diabetes, kanker pada keluarga disangkal.

Riwayat Pekerjaan dan Sosial


• Pasien merupakan seorang pensiunan pegawai

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

21
Nadi : 100 x/ menit
Nafas : 20 x/ menit
Tekanan darah : 140/80 mmHg
o
C

Suhu: 36,2

Status generalis :
Kepala : Normocephal, deformitas (-)
Mata : pupil isokhor 3 mm/3 mm, reflek cahaya +/+, konjungtiva tidakanemis, sklera tidak ikterik,
gerak bola mata normal
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Kulit : Turgor kulit baik
Gigi dan mulut: Tidak ditemukan kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP 5+0 cmH2O

Thorax : dalam batas normal


Dinding dada : Jejas tidak ada
Paru : Inspeksi : bentuk normal, simetris kiri dan kanan Palpasi : fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : SN bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS sinistraRIC V
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, bising (-), murmur (-)

Ekstremitas : Ekstremitas hangat, CRT<2 detik Kelemahan anggota gerak


tidak ada
Status lokalis :

22
Abdomen :

Inspeksi : Distensi (-), scar bekas operasi (+) di daerah hipogastrik, penonjolanpada
daerah inguinal kiri dan hipogastrik
Palpasi
: Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-), teraba massa pada perut bagianPalpasi
inguinalis sinistra sampai hypogastric dengan diameter 10cm, keras, terfiksir,
permukaan tidak bernodul
: Bising usus (+) normal
Auskultasi
: Timpani (epigastrium), Pekak (hipogastrik dan inguinal) Perkusi
Diagnosis Kerja :
Ileus Obstruksi ec. Suspect Tumor Intra Abdomen

23
Laboratorium :
Hb : 11,7 g/dL
Leukosit : 7920/ mm3
Trombosit : 193000 /mm3
Hematokrit : 33% Eritrosit : 3.950.000 /mm3
Basofil : 0%
Eosinophil : 6%
Neutrofil : 68% Limfosit : 17% Monosit : 9%
PT : 25,9 detik
Albumin : 3,5 g/dL
Globulin : 3,9g/dL
Ureum : 73 mg/dL
Kreatinin : 2,2 mg/dL
GDS : 104 mg/dL
Natrium : 144 mmol/L
Kalium : 4 mmol/L
Klorida : 112 mmol/L

Interpretasi :
- Eosinophilia
- PT melebihi nilai rujukan
- Albumin menurun, globulin meningkat
- Ureum dan kreatinin meningkat
- Klorida meningkat

24
Pencitraan :
- Rontgen Thorax

- Rontgen abdomen
Diagnosis :
Ileus Obstruksi ec. Suspect Tumor Intra Abdomen

25
Tatalaksana
o IVFD NaCl 0,9%500 cc/12 jamo Lacsative (Dulcolax ®) suppos
o Ketorolac 3x30 mg o Ranitidin 2 x 50 mg

Rencana dilakukan :
∙ CT Scan Abdomen ∙ Laparscopy diagnostic untuk Biopsi
26
BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien laki laki berusia 66 tahun datang ke IGDRSUPDr. M. Djamil Padang pada
tanggal 22 Janurai 2021. Pasien merupakan rujukandari RSMuaro Bungo. Pasien datang dengan
keluhan utama sulit BAB sejak 15 hari yanglalu. Terdapat riwayat BAB kecil menyerupai kotoran
kambing sebelumnyadanriwayat harus mencongkel anus terlebih dahulu untuk defekasi. Pada
pasiensaat ini lemas, masih terdapat flatus, dan terdapat riwayat penurunan nafsu
makansertapenurunan berat badan.
Pasien ini termasuk kategori berusia lanjut karena berusia >60 tahun. Usialanjut memiliki resiko
tinggi untuk mengalami obstruksi dan komplikasi. Hampir12-25% pasien lansia yang mengalami
nyeri perut akhirnya didiagnosis denganobstruksi. Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya
pasase isi usus yangdisebabkan oleh sumbatan mekanik, sehingga menyebabkan
penyempitanataupenyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.
Kecurigaan klinis ileus obstruksi didasarkan pada riwayat pasien, gejaladantanda fisik. Gejala
pada ileus obstruksi nyeri perut kolik, mual dan muntah, distensi abdomen, dan berhentinya flatus dan
buang air besar. Pada pasien terdapat keluhannyeri perut dan sulitnya BAB sejak 15 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri padaabdomen merupakan gejala penyerta yang berhubungan dengan
hipermotilitasintestinal proksimal daerah obstruksi. Pada awalnya, intestinal akan
berusahamembebaskan obstruksi mekanik dengan cara meningkatkan peristaltik. Periodeyang terjadi
ialah berturut-turut: terjadinya hiperperistaltik, intermittent quiescent interval, dan pada tingkat akhir
terjadi ileus. Saat nyeri menetap dan terus menerusharus mencurigai telah terjadi strangulasi dan infark.
Pada pasien, nyeri hilangtimbul, sehingga hal ini dihubungkan dengan hipermotilitas usu. Pada
ileusobstruksi, saluran usus akan melebar karena terisi oleh sekresi usus danudara. Kegagalan isi usus
untuk melewati saluran usus menyebabkan berhentinya gerakanflatus dan usus.

27
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien pernah melakukanoperasi perbaikan hernia 1,5
tahun yang lalu dan operasi prostat 1 tahun yang lalu. Operasi perut bagian bawah, termasuk operasi
usus buntu, operasi kolorektal, prosedurginekologis, dan perbaikan hernia, memberikan risiko lebih
besar akan terjadinyaobstruksi usus akibat adhesi, sehingga hal ini dapat meningkatkan risiko
terjadinyaileus pada pasien ini.
Obstruksi mekanik dari lumen intestinal biasanya disebabkan olehtigamekanisme. Pertama
adalah adanya blokade intralumen (obturasi) misalnyadari fekalit dan benda asing, kedua adalah
Intramural atau lesi intrinsik dari dindingususmisalnya karena inflamsai, dan ketiga adalah Kompresi
lumen atau kontriksi akibat lesi ekstrinsik dari intestinal, contohnya berasal dari adhesi, volvulus,
dantumor. Dari hasil pemeriksaan pada bagian abdomen, ditemukan kecurigaan terdapatnyamassa
intra abdomen pada regio hipogastrik dan inguinal kiri. Dari pemeriksaan, teraba massa pada perut
bagian inguinalis sinistra sampai hypogastric dengandiameter 10cm, keras, terfiksir. Tumor intra
abdomen merupakan salahsatupenyebab ileus obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi usus
yaituberupaadhesi (60%), neoplasma (20%), herniasi (10%), inflamasi pada usus (5%), intususepsi
(<5%), volvulus (<5%) dan lainnya (<5%). Neoplasma adalah penyebabkedua terbanyak dari ileus
obstruksi, sehingga harus dipastikan posisi danjenistumor pada pasien ini dengan menggunakan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti Biopsi dan CT Scan abdomen.
Pemeriksaan Dari hasil labor darah, pada pasien ini didapatkan peningkatanureum dan kreatinin.
Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan kekurangan Natrium, Khlorida
dan Kalium yang membutuhkanpenggantian cairan intravena dengan cairan salin isotonic. Pada kasus
obstruksi, penyerapan cairan akan berkurang karena terganggunya permeabilitas mukosasaluran cerna
yang akan mengakibatkan terjadinya imbalance elektrolit dancairan. Saat terjadi kekurangan cairan
atau disebut hipovolemik dapat menjadi factor risikoseseorang mengalami gangguan ginjal, sehingga
didapatkan peningkatannilai ureum dan kreatinin.

28
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis ileus obstruksi adalahdengan pencitraan
yaitu dengan radiologi foto rontgen abdomen. Evaluasi awal pasien dengan tanda-tanda klinis dan
gejala obstruksi usus harus meliputi fotopolosabdomen. Biasanya pada foto polos abdomen dilakukan
dengan 3 posisi. Namun, foto polos abdomen dapat tampak normal pada obstruksi dini dan pada
obstruksi jejunal atau duodenum. Jika hasil dari foto rontgen tidak mendukung ileus obstruksi, namun
ada kecurigaan klinis, harus dilakukan pemeriksaan CT Scan dengankontrasoral ataupun intravena,
karena dengan CT Scan akan memberikan informasi yanglebih jelas dibandingkan foto polos.
Penatalaksanaan obstruksi usus ditujukan untuk memperbaiki gangguanfisiologis yang
disebabkan oleh obstruksi, istirahat usus, dan menghilangkansumberobstruksi. Terapi awal yang
diberikan adalah pemberian cairan untuk mencegahterjadinya komplikasi lain seperti gangguan ginjal.
Pada pasien ini dibutuhkanpemberian supposituria laksantiva obat pencahar yang dapat
merangsanggerakperistaltik pada usus besar agar feses lebih mudah dikeluarkan. Pada pasiendiberikan
ketorolac 3x30 mg. Ketorolac adalah obat antiinflamasi nonsteroid(NSAID). Ketorolac bekerja
menghambat kerja dari enzim siklooksigenase (COX)yang menyebabkan pembentukan prostaglandin
dalam mekanisme peradangandannyeri pada tubuh. Digunakan dalam jangka pendek (5 hari atau
kurang) untukmengobati nyeri sedang hingga parah. Perlu dipertimbangkan efek
sampingpadagastrointestinal. Oleh karena itu, pada pasien diberikan obat ranitidine, untukmengurangi
produksi sekresi asam lambung yang berlebih. Sebagai H2 blocker, ranitidin secara kompetitif
menghambat histamin dengan berikatan pada reseptor H2di sel parietal lambung.
Setelah keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dan keadaan pasiensudahstabil, dapat
dilakukanlah tindakan operasi untuk mencari etiologi obstruksi, danmenghilangkan penyebab
obstruksi sebagai terapi definitif.

29
BAB 5
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ileus obstruksi adalah penyumbatan usus yang mengganggu pergerakanisi usus, menyebabkan
akumulasi di bagian proximal pada penyumbatan. Ileus obstruksi merupakan 60-70% seluruh kasus
akut abdomen yang bukan apendiksitis akut. Penyebab paling umum dari obstruksi usus yaitu berupa
adhesi, neoplasma, herniasi, inflamasi pada usus, intususepsi, volvulus dan lainnya. Kecurigaan klinis
ileusobstruksi biasanya dibuat berdasarkan riwayat pasien, gejala dan tanda fisik(nyeri perut kram,
distensi perut, mual dan muntah). Evaluasi awal pasien dengantanda tanda klinis dan gejala obstruksi
usus harus meliputi foto polos abdomen. Radiografi dapat dengan cepat menentukan apakah perforasi
usus telah terjadi; udara bebasdapat dilihat di atas hati dalam tampak depan atau dekubitus kiri.
Penatalaksanaanobstruksi usus ditujukan untuk memperbaiki gangguan fisiologis yang disebabkanoleh
obstruksi, istirahat usus, dan menghilangkan sumber obstruksi. Keterlambatandalam diagnosis dan
penatalaksanaan penyakit ini menyebabkan risiko reseksi ususyang lebih tinggi, komplikasi dapat
berupa strangulasi dan nekrosis usus, dankeduanya pada akhirnya dapat menyebabkan perforasi,
sepsis, dan kematian.

30
Daftar Pustaka

1. Tamburrini S, Lugarà M, Laselli F, Saturnino PP, Liguori C, Carbone R, et al. Diagnostic


Accuracy of Ultrasound in the Diagnosis of Small Bowel Obstruction. Diagnostics . 2019; 88:
1-9.
2. Cetena F, Simone BD, Coccolini F, Sartelli M, Ansaloni L. Bowel obstuction: a
narrative review for all physicians.World Journal of EmergencySurgery.2019;
14(20) : 1-8.
3. Gore RM, Silvers RI, Thakrar KH, et al. Bowel obstruction. Radiol ClinNAm.
2015;53(6):1225–40.
4. Maung AA, Johnson DC, Piper GL, et al. Evaluation and management of small-bowel obstruction:
an Eastern Association for the Surgery of Traumapractice management guideline. J Trauma
Acute Care Surg 2012;73(suppl 4):S362–9.
5. Murphy KP, Twomey M, McLaughlin PD, et al. Imaging of ischemia, obstruction and
infection in the abdomen. Radiol Clin NorthAm2015;53:847–69.
6. Long, B., Robertson, J., & Koyfman, A.Emergency Medicine EvaluationandManagement of
Small Bowel Obstruction: Evidence-BasedRecommendations. The Journal of Emergency
Medicine. 2018: 1-11
7. Sikirica V, Bapat B, Candrilli SD, et al. The inpatient burden of abdominal and gynecological
adhesiolysis in the US. BMC Surg 2011;11:13. 8. Hayden GE, Sprouse KL. Bowel obstruction
and hernia. Emerg MedClinNorth Am 2011;29:319–45.
9. Taylor MR, Lalani N. Adult small bowel obstruction. Acad EmergMed2013;20:528–44.
10. Marieb EN, Hoehn K. Human Anatomy and Physiology. Ed.9. USA: Pearson; 2013.

31
11. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamental of Anatomy &Physiology. Ed.9. San
Fransisco : Pearson Benjamin Cumming; 2012. 12. Tortora GJ, Derrickson B. Principle of
Anatomy and Physiology. Ed. 14. USA: Wiley; 2014.

13. Jackson PG, Raiji M. Evaluation and Management of Intestinal Obstruction. American
Family Physician. 2011; 83(2): 159-65.
14. Syamsuhidajat, R; De Jong, Wim. Buku ajar ilmu bedah edisi 2.Jakarta : EGC;2010
15. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen
kesehatan Republik Indonesia;2010 16. Kasminata,L., Dennison., Herman. H.Gambaran
karakteristik penderita ileusobstruksi rawat inap di RSUDRaden Mahattaher Jambi. Jambi:
UniversitasJambi;2013
17. Stoker J, van Randen A, Laméris W, Boermeester MA. Imaging patientswith acute abdominal
pain. Radiology. 2009;253(1):31-46.
18. Indrayani MN. Diagnosis dan Tatalaksana Ileus Obstruktif. FakultasKedokteran
Universitas Udayana.

32
33

Anda mungkin juga menyukai