Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OBSTRUKSI USUS

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

NURUL ANNISA ISSANG (R011181306)

FACRUDDIN UDIN (R011181324)

KELAS RB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan 0bstruksi usus” dapat selesai pada tepat waktu.

Makalah ini berisi uraian mengenai definisi, etiologi, patofisiologi,


manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, hingga asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit obstruksi usus.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata


kuliah Keperawatan Medikal Bedah II . serta teman-teman sekalian yang telah
ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga
saran dan kritik yang membangun diperlukan dalam makalah ini. Kami pun
berharap agar para pembaca dapat menambah wawasan melalui makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, 21 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

Bab I Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

Bab II Pembahasan

2.1. Definisi obstruksi usus


2.2. Etiologi obstruksi usus
2.3. Patofisiologi obstruksi
usus………………………………………………
2.4. Pathway obstruksi usus
2.5. Manifestasi Klinis obstruksi usus
2.6. Penatalaksanaan Medis obstruksi usus
2.7. Asuhan Keperawatan obstruksi usus
2.7.1. Pengkajian
2.7.2. Diagnosis keperawatan…………………………………………
2.7.3. Intervensi Keperawatan

Bab III Penutup

Daftar Pustaka

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ileus obstruksi merupakan salah satu kasus yang dapat


menimbulkan komplikasi serius sehingga sangat memerlukan penangangan dini
dan adekuat. Ileus obstruksi yang disebabkan karena adanya sumbatan dapat
terjadi pada usus halus maupun usus besar dan terdiri dari 2 tipe yaitu obstruksi
yang terjadi secara mekanik maupun non mekanik. Obstruksi mekanik terjadi
karena usus terblok secara fisik sehingga isi dari usus tersebut tidak bisa melewati
tempat obstruksi. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya
seperti volvulus (usus terpuntir) yang dapat terjadi karena hernia, pertumbuhan
jaringan abnormal, dan adanya benda asing dalam usus.

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau
oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.
Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus
harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi
usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali
disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah
obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. istilah obstruksi
digunakan untuk suatu kemacetan mekanik yang timbul akibat suatu kelainan
struktural yang menyebabkan suatu penghalang fisik untuk majunya isi usus.
Istilah ileus dimaksudkan untuk suatu paralitik atau variasi obstruksi fungsional.

Obstruksi pada intestinal juga dapat menimbulkan berbagai macam


komplikasi seperti peritonitis dan terganggunya keseimbangan cairan dan
elektrolit yang dapat menimbulkan gagal ginjal akut. Kedua kondisi tersebut

4
merupakan kondisi serius sehingga memerlukan penanganan cepat dan tepat
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortilitas akibat ileus
obstruksi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi dari obstruksi usus?


2. Bagaimana etiologi dari obstruksi usus?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit obstruksi usus?
4. Bagaimana manifestasi klinis penyakit obstruksi usus?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit obstruksi usus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit obstruksi usus?

1.3 Tujuan Penulisan


2. Mengidentifikasi definisi dari obstruksi usus;
3. Mengidentifikasi etiologi dari obstruksi usus;
4. Mengidentifikasi patofisiologi penyakit obstruksi usus;
5. Mengidentifikasi manifestasi klinis penyakit obstruksi usus;
6. Mengidentifikasi penatalaksanaan medis penyakit obstruksi usus.
7. Mengidentifikasi asuhan keperawatan penyakit obstruksi usus.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 1. Anatomi Fisiologi

a.. Usus halus (usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar
(M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal), dan lapisan serosa (Sebelah
Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Fungsi usus halus
1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

6
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3) Karbohirat diserap dalam bentuk monosakarida didalam usus halus.

b. Usus dua belas jari (Duodenum)


Panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri. Pada bagian
kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut papila vateri.Usus dua
belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung
dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus.
Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.

c. Usus Kosong (jejenum)


Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan
dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis

7
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak
Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris
modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

d.Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-
garam empedu.

e. Usus Besar (Kolon)


Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm. Usus besar atau kolon dalam anatomi
adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan).Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke
atas dari ileum sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm.
2) Kolon transversum.Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden
dengan panjang ± 28 cm.
3) Kolon desendens (kiri).Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur
dari anus ke bawah dengan panjangnya ± 25 cm.

8
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).Terletak dalam rongga pelvis
sebelah kiri yang membentuk huruf "S" ujung bawah berhubungan dengan
rektum.

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna


beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

2.2 Defenisi obstruksi usus

Ileus atau obstruksi usus


adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran usus.

Obstruksi usus adalah


penyumbatan yang terjadi pada usus,
baik besar maupun usus halus. Terjadi
ketika makanan atau tinja tidak dapat
bergerak (tersumbat) melalui usus.
Penyumbatan bisa sebagian atau total.
Jika penyumbatan terjadi, makanan, cairan, asam lambung dan gas
menumpuk di belakang tempat penyumbatan. Jika tekanan cukup besar, usus
dapat pecah sehingga bakteri berbahaya masuk ke dalam rongga perut. Hal ini
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa.

9
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
interstinal. Obstruksi usus dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan
propulsi (pendorongan) isi dari saluran cerna. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bentuk baik yang terjadi pada usus halus maupun usus besar (kolon).
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. 

Terdapat 2 jenis obstruksi usus:


1. Obstruksi Usus Mekanik.
Jenis obstruksi usus yang satu ini terjadi saat sumbatan muncul pada usus
kecil. Kondisi ini bisa dipicu oleh adhesi atau perlengketan usus yang umumnya
terjadi setelah operasi perut atau panggul. Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang
juga bisa memicu penyakit obstruksi usus mekanik, di antaranya penyakit hernia,
radang usus, benda asing tertelan, batu empedu, divertikulitis, hingga kanker usus
besar atau ovarium.
Penyakit ini juga bisa terjadi karena intususepsi alias usus yang melipat ke
dalam, penyempitan kolon akibat peradangan, penumpukan tinja, hingga volvulus
atau usus terpelintir.

2. Obstruksi Usus Nonmekanik.


Berbeda dengan obstruksi usus mekanik, pada obstruksi usus nonmekanik
gangguan terjadi pada usus besar dan usus kecil. Pada kondisi ini, terjadi gangguan
pada kontraksi usus besar dan usus kecil. Gangguan yang muncul bisa terjadi
sementara yang disebut ileus, atau dalam jangka panjang disebut pseudo-obstruction.
Ada beberapa hal yang bisa memicu kondisi ini, seperti pernah menjalani operasi
pada perut atau panggul, gastroenteritis, radang usus buntu, gangguan elektrolit,
gangguan saraf, hipotiroidisme, hingga efek samping dari obat tertentu.
Berdasarkan gradasinya ileus obstruksi dibagi atas:

1) obstruksi partial ( incomplete : sebagian makanan dan udara masih bias


lewat

10
2) obstruksi complete/total ( simple ) : seluruh isis usus tidak dapat lewat
belum menumpuk pada bagian proksimal sumbatan belum terjadi
gangguan vaskularisasi

3) obstruksi strangulasi : gangguan pasase isi usus disertai dengan adanya


gangguan vaskularisasi

2.3 Etiologi obstruksi usus

Berdasarkan penyebabnya, obstruksi usus dibagi menjadi dua jenis, yaitu


mekanik dan nonmekanik. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.

A. Obstruksi usus mekanik

Obstruksi usus mekanik terjadi ketika usus kecil tersumbat. Hal ini bisa dipicu
oleh adhesi atau perlengketan usus, yang biasanya muncul setelah operasi perut atau
panggul. Kondisi lain yang dapat memicu obstruksi usus mekanik adalah:

 Hernia yang mengakibatkan usus menonjol ke dinding perut. Hernia


(interna dan eksterna). Hernia bisa menyebabkan obstruksi

11
apabila hernia mengalami strangulasi dari kompresi sehingga
bagian tersebut tidak menerima supply darah yang cukup. Bagian
tersebut akan menjadi edematosus kemudian timbul necrosis.

 Radang usus, seperti penyakit Crohn.


 Benda asing yang tertelan (terutama pada anak-anak).
 Batu empedu
 Diverkulitis.

 Instususepsi atau usus yang melipat ke dalam. Intussusepsi adalah


invaginasi atau masuknya sebagian dari usus ke dalam lumen
usus yang berikutnya. Intussusepsi sering terjadi antara ileum
bagian distal dan cecum, dimana bagian terminal dari ileum
masuk kedalam lumen cecum.

 Meconium plug (feses pertama bayi yang tidak keluar).


 Kanker usus besar atau ovarium (indung telur).
 Penyempitan kolon akibat peradangan atau jaringan parut, misalnya
karena penyakit TBC usus.
 Penumpukan tinja.

 Volvulus atau kondisi usus yang terpelintir. Volvulus. Merupakan


usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180 derajat
sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada
akhirnya bisa menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak
segera ditangani karena terjadi gangguan supply darah yang
kurang .

 Tumor. Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen usus


atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
sehingga menyebabkan obstruksi usus.

12
 Limfoma, limfoma adalah sejenis kanker yang menyerang
limfosit sel T pada bagian usus yang erfungsi melawan infeksi.

 Bezoar, bezoar adalah massa padat bahan yang tidak bisa dicerna
sehingga menumpuk di saluran pencernaan yang menyebabkan
penyumbatan. Benzoate ini terdiri dari bahan nabati (contohnya,
buah kezemek), rambut, oabt-obatan, protein susu bayi ysng
diberi susu

 B. Obstruksi usus nonmekanik

Obstruksi usus nonmekanik terjadi ketika muncul gangguan pada kontraksi


usus besar dan usus kecil. Gangguan dapat terjadi sementara (ileus), dan dapat terjadi
dalam jangka panjang (pseudo-obstruction).

Obstruksi usus nonmekanik dipicu oleh sejumlah kondisi, seperti:

 Operasi daerah perut atau panggul. Adhesi atau perlengketan


pascabedah. Adhesi bisa terjadi setelah pembedahan abdominal
sebagai respon peradangan intra abdominal. Jaringan parut bisa
melilit pada sebuah segmen dari usus, dan membuat segmen itu
kusut atau menekan segmen itu sehingga bisa terjadi segmen
tersebut mengalami supply darah yang kurang.

 Gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan usus.


 Apendisitis atau radang usus buntu.
 Gangguan elektrolit.
 Penyakit Hirschsprung.
 Gangguan saraf, misalnya penyakit Parkinson atau multiple sclerosis.
 Hipotiroidisme

13
 Penggunaan obat-obatan yang memengaruhi otot dan saraf. Misalnya
obat golongan antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline, atau obat
nyeri oxycodone.

2.4 Patofisiologi penyakit obstruksi usus;

Peristiwa patofisiologis yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama


tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut disebab kan oleh penyebab
mekanik, ataupun fungsional. Perbedaannya adalah padaileus paralitik
(fungsional) peristaltik usus dihambat sejak awal, sedangkan pada obstruksi
mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermiten dan akhirnya
hilang.

.Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh


cairan dan gas (70% yang ditelan) akibatnya peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke
darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna
setiap hari, dengan adanya obstruksi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.Pengaruh
atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel, yang
mengakibatkan hipotensi, syok, penurunan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidasi metabolik.

Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan,


penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek lokal peregangan usus adalah ischemia. Akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas sehingga usus menjadi nekrosis disertai absorpsi
toksin bakteri,ke dalam rongga peritonium, dan sirkulasi sistemik.(Diyono &
Srimulyani,2016).

14
Pada obstruksi mekanik, usus bagian proksimal mengalami distensi
akibat adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus,
pankreas, dan sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus
ditarik oleh sirkulasi darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang
dimuntahkan keluar sehingga akan memperburuk keadaan pasien akibat
kehilangan cairan dan kekurangan elektrolit. Jika terjadi hipovolemia
mungkin akan berakibat fatal.

Obstruksi yang berlangsung lama mungkin akan mempengaruhi


pembuluh darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi
edema, anoksia dan iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis,
perforasi yang akan mengarah ke peritonitis, dan kematian. Septikemia
mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai akibat dari perkembangbiakan
kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus yang terletak di bawah
obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong.

Secara umum, pada obstruksi tingkat tinggi (obstruksi letak


tinggi/obstruksi usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat
munculnya muntah. Dan sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak
rendah (obstruksi usus besar), distensi setinggi pusat abdomen mungkin
dapat dijumpai, dan muntah pada umumnya muncul terakhir sebab
diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua lumen usus. Kolik abdomen
mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal. Hipotensi dan takikardi
merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta leukositosis
merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada
umumnya keras, dan frekuensinya meningkat, sebagai usaha untuk
mengalahkan obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin
menandakan suatu perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir
suatu obstruksi (J.Corwin, 2001).

15
16
Obstruksi fungsioanl

2.5 Pathway obstruksi usus

Obstruksi mekanik Ileus paralitik, lesi, urenia, efek obt-obatan, Apendisitis, Hirschsprung.

Hernia Adhesi, sragulata, karsinoma, volvulus, intiusepsi, obstipasi

Potrusi usus
Obstruksi usus
Aliran usus tersumbat

Penyempitan aliran darah Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah proksimal dan letak obstruktif

Airan darah ke usus


Kerja usus melemah Klien rawat inap
tersummbat Gelombang pristaltik berbalik arah, isi usus mekanik
Distensi abdomen Terdorong ke lambung kemudian mulut
Gangguan peristaltic Reaksi hospitalisasi
usus
Tekanan Asam lambung
cemas
Intralumen Kimus sulit di cerna
Kehilangan cairan Mual muntah
Menuju ruang ansietas
Tekanan vena & Sulit BAB
perinotorium
Arteri Dehidrasi
konstipasi
Pelepasan bakteri
Iskemik dingding & toksin ke Intake cairan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
usus Dalam perinium Kebutuhan tubuh
Cairan intrasel
Metabolism Resiko infeksi Resiko
anaerob ketidakseimbangan Gangguan pola tidur
Resiko syok cairan
Merangsang Merangsang gangguan rasa
Pengeluaran mediator Nyeri akut nyaman
Mediator kimia kimia 17
2.6 Manifestasi klinis penyakit obstruksi usus;

a.       Obstruksi Usus Halus


1)      Gejala awal biasanya nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian
epigastrium yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya
obstruksi dan bersifat intermitten. Jika obstruksi terletak di bagian tengah
atau letak tinggi dari usus halus maka nyeri bersifat konstan.
2)      Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal
dan tidak terdapat flatus.
3)      Umumnya gejala obstruksi usus berupa konstipasi, yang berakhir pada
distensi abdomen, tetapi pada klien dengan obstruksi parsial biasa
mengalami diare.
4)      Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi
sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kearah
mulut.
5)      Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.
Semakin kebawah obstruksi dibawah area gastrointestinal yang terjadi,
semakin jelas adanya distensi abdomen.
6)      Jika obstruksi usus berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi
shock hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma,
dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi. Suhu tubuh biasanya
normal tapi kadang-kandang dapat meningkat. Demam menunjukkan
obstruksi strangulate.
7)      Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan
peristaltic meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstrusi terus berlanjut,
peristaltic akan menghilang dan melemah. Adanya feces bercampur darah
pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan
intususepsi.
b.      Obstruksi Usus Besar

18
1)      Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan
obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
2)      Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada
klien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi
gejala satu-satunya dalam satu hari.
3)     Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi
dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.
4)     Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah. (suratun &
lusianah, 2010. Hal. 339 )
c. tanda gejalanya berdasarkan garis besarnya :
1. Muntah,
2. Nyeri kolik abdomen
3. Distensi abdomen
4. Konstipasi absolut (baik feses maupun flatus)
5. Dehidrasi dan hilangnya turgor kulit
6. Hipotensi
7. Takikardia
8. Distensi abdomen dan peningkatan bising usus
9. Rectum kosong pada pemeriksaan rectum toucher
10. Nyeri tekan atau nyeri lepas menandakan peritonitis
11. Perut bengkak
12. Sulit buang angin karena pergerakan usus terganggu
13. Hilang nafsu makan

2.7 Penatalaksanaan medis penyakit obstruksi usus


Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

19
1. Perawatan koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi, memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
2. Farmakologi Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati
atau mencegah infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa
nyeri.
3. Tindakan Bedah :
a) Kolostomi : kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma
(pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin
dilakukan sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus
yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk
menghilangkan udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat
membantu memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi.
Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam kantong
tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada bagian mana
dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma
mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah
sembuh.
b) Stent : stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas
daerah usus yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke
dalam usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang
ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan
udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk
membantu mengurangi gejala sebelum operasi.

2.8 Mengidentifikasi asuhan keperawatan penyakit obstruksi usus.

2.8.1 PENGKAJIAN

a.    Keluhan utama

20
Biasanaya klien datang dengan keluhan sakit perut yang hebat, kembung,
mual, muntah, dan tidak ada BAB/defekasi yang lama.
b.    Riwayat penyakit sekarang
1)   Perubahan BAB sejak kapan? (frekunsi, jumlah, karakteristik)
2)   Sakit perut? Kembung?
3)   Mual, muntah? (frekuensi, jumlah, karakteristik)
4)   Demam?
5)   Bisa flatus?
6)   Apakah diberi obat sebelum masuk RS?
c.    Riwayat penyakit dahulu
1)   Ada atau tidak riwayat tumor ganas, polip, peradangan kronik pada
usus?
2)   Riwayat pernah dioperasi pada daerah abdomen?
3)   Apakah ada riwayat hernia?
4)   Apakah pernah mengalami cedera/trauma abdomen?
d.   Pemeriksaan fisik
1)   Inspeksi
a)    Apakah klien tampak sakit, meringis
b)   Ada muntah?  Kaji warna dan karakteristik. Biasanya muntah fekal
c)    kelihatan sulit bernapas karena kembung?
d)   Distensi abdomen
e)    Tonjolan seperti bengkak pada abdomen
2)   Auskultasi
Pada awal, bising usus cepat meningkat di atas sisi obstruksi,
kemudian bising usus berhenti.
3)   Perkusi. timpany
4)   Palpasi. Nyeri tekan
e.    Pengkajian pola Gordon
1)   Aktivitas atau istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

21
Tanda  : Kesulitan ambulasi
2)   Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3)   Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda  : Perubahan warna urine dan feces
4)   Makanan atau cairan
Gejala : anoreksia,mual atau muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-
pecah. Kulit buruk.
5)   Nyeri atau Kenyamanan
Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan
6)   Pernapasan
Gejala   : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda    : Napas pendek dan dangkal

f. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
Selanjutnya ditemukan hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai
elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering
didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau
strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi.
Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas
darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolic bila muntah
berat, dan metabolic asidosis bila ada tanda – tanda syok, dehidrasi
dan kitosis.

22
2. Tes darah: hitung darah lengkap/LED dan pemeriksaan biokimia
darah selalu dilakukan. untuk menentukan kadar kalium dan
fungsi ginjal setelah muntah/obstruksi.

3. Pemeriksaan foto polos abdomen


Dapat memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai dengan
batas antara air dan udara atau gas (air fluid lever) yang membentuk
bagaikan tangga, terutama pada obstruksi bagian distal. Jika terjadi
strangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa
hilangnya mukosa yang regular dan adanya gas dalam dinding usus.
Udara bebas pada foto thorax tegak menunjukkan adanya perforasi
usus.
4. Pemeriksaan CT scan
Dikerjakan secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya
kelainan pada dinding usus (obstruksi komplet, abses, keganasan),
kelainan mesenterikus, dan peritoneum. Pada pemeriksaan ini dapat
diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
5. Pemeriksaan radiologi dengan barium enema
Pemeriksaan ini mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan
obstruksi usus halus. Pengujian enema barium terutama sekali
bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen.
6. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran penyebab dari
obstruksi.
7. Pemeriksaan MRI
Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenteric kronis.
8. Pemeriksaan angiografi

23
Angiografi mesenteric superior telah digunakan untuk mendiagnosis
adanya herniasi internal, intususepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi
(Suratun & Lusianah, 2010, hlm 340 – 341).

2.8.2 Diagnosis keperawatan


1. Nyeri akut
2. Konstipasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
5. gangguan rasa nyaman
6. Gangguan pola tidur
7. Resiko syok
8. Resiko infeksi
9. Ansietas

24
2.8.3 Intervensi Kepetawatan
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
(NANDA
Nyeri akut Control nyeri Manajemen nyeri
Definisi: pengalaman Setelah dilakukan asuhan Defenisi : pengurangan
sensorik dan emosional keperawatan selama 1 x atau redukdi nyeri sampai
tidak menyenangkan 24 jam diharapkan pasien: pada tingkat kenyamanan
berkaitan dengan 1. Skala nyeri > 5 yang dapat diterima oleh
kerusakan jaringan actual pasien
2. Pasien tidak
atau potensial, atau yang 1. Lakukan pengkajian
meringis
digambarkan sebagai nyeri komprhensif
3. Secara subjektif
kerusakan (internasional melaporkan nyeri yang meliputi lokasi,
association for the study berkurang atau karakteristik,
of plain);awitan yang dapat diadaptasi. onset/durasi, frekuensi,
tiba-tiba atau lambat 4. Penurunan kualitas, intensitas atau
dengan intensitas ringan intensital kolik beratnya nyeri dan
hingga berat, dengan abdominal Skala factor pencetus.
nyeri 0-1(0-4).
berakhirnya dapat 2. Berikan individu
5. Dapat
diantisipasi atau mengidentifikasi penurun nyeri yang
diprediksi, dan aktivitas yang optimal dangan resep
dapat
dengandurasi kurang dari analgesik
meningkatkan atau
3 bulan. menurunkan nyeri. 3. Dorong pasien untuk
(Domain 12. Kelas 1. 6. Pasien tidak menggunakan obat-
gelisah atau pada
Kode diagnosis 00132) obatan enurun nyeri
anak tidak rewel.
yang adekuat
Batasan karakteristik: 4. Ajarkan metode

25
a. Ekspresi wajah farmakologi untuk
nyeri menurunkan nyeri
b. Perubahan selera 5. Ajarkan prinsip-prinsip
makan manajemen nyeri
c. Focus pada diri 6. Kaloborasi dengan
sendiri pasien, orang terdekat
d. Sikap melindungi dan tenaga kesehatan
area nyeri laiinya untuk memilih
e. Indikasi nyeri yang dan
dapat diamati mengimplementasikan
f. Melaporkan nyeri tindakan penurun nyeri
secara verbal sesuai kebutuhan.

Konstipasi Tujuannya : Setelah di Manajemen konstipasi


Definisi : penurunan lakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
keperawtan selama 2x24
frekuensi normal gejala konstipasi
jam di harapkan pasien
defekasi yang disertai dapat BAB secara normal 2. Monitor pergerakan
kesulitan atau dengan kriteria evaluasi; usus (feses)
pengeluaran feses tidak meliputi frekuensi,
1. pola eliminasi
tuntas dan/atau feses dalam rentang yang konstitensi, warna,
yang keras, kering dan di harapkan . bentuk, volume,
2. feses lembut dan
banyak. dengan cara yang
berbentuk.
3. Mengeluarkan feses tepat.
Batasan karakteristik tanpa bantuan 3. Identifikasi factor-
1. Nyeri abdomen 4. Mengonsumsi faktor (misalnya
cairan dan serat
2. Nyeri tekan dngan adekuat. pengobatan,tirah
abdomen baring, dan diet)
3. Perubahan pola yang meyebabkan
defekasi atau berkonstribusi

26
4. Penurunan
pada terjadinya
frekuensi defekasi
konstipasi
5. Penurunan
4. Instruksikan pasien
volume feses
pada diet tinggi
6. Distensi
serat,dengan cara
abdoemen
yang tepat.
7. muntah
5. Instrusikan
pasien/keluarga
untuk mencatat
warna, volume,
frekuensi, dan
konstitensi dari
feses.
6. Ajarkan
pasien/keluarga
untuk tetap
memiliki diari.
7. Ajarkan
pasien/keluarga
mengenai proses
pencernaan normal

27
Hambatan rasa nyaman
domain 12 kelas 1 kode
00214 Status Kenyamanan: Terapi Relaksasi
Fisik Definisi: Penggunaan
Definisi ; merasa kurang Definisi: Kenyamanan teknik-teknik untuk
nyaman, lega, dan fisik yang berkaitan mendorong dan
sempurna dalam dimensi dengan sensasi tubuh dan memperoleh relaksasi demi
fisik, psikopiritual, mekanisme homeostatis. tujuan mengurangi tanda
lingkungan, lingkungan Kriteria hasil: dan gejala yang tidak
budaya atau social a. Kontrol terhadap diinginkan seperti nyeri,

28
gejala baik kaku otot, dan ansietas.
Batasan karakteristik b. Intake makanan yang Aktivitas-aktivitas:
1. Peubahan pola baik a. Monitor penurunan
tidur c. Tidak ada mual tingkat energi saat ini,
2. Merasa tidak Tidak ada muntah konsentrasi, dan gejala
nyaman lain yang
3. Merintih mempengaruhi kognisi
4. Berkeluh kesah b. Dorong pasien untuk
5. gelisah mendapatkan posisi
nyaman
c. Dorong pasien untuk
bernafas dalam,
bernafas dengan perut,
dan membayangkan
sesuatu yang
menenangkan
d. Minta pasien untuk
rileks dan merasakan
Resiko syok sensasinya
Definisi : rentan e. Dorong kontrol diri
mengalami Tujuan : saat relaksasi Edukasi
ketidakcukupan aliran Setelah di lakukan pasien untuk
tindakan keperawatan
darah ke tubuh, yang mengulang-ulang
selama 1 x 24 jam di
dapat mengakibatkan harapkan keseimbangan teknik relaksasi secara
disfungsi seluler yang air dalam ruang intrasel berkala
dan ekstrasel tubuh
mengancam jiwa, yang
dengan kriteria evaluasi :
dapat menggangu Manajemen cairan
kesehatan 1. Menampilkan hidrasi 1. Monitor TTV
yang baik (membran
pasien
mukosa lembab, dan
Kondisi terkait mampu berkeriangat). 2. Monitor status

29
1. Infeksi 2. Memiliki asupan
cairan oral dan hidrasi (misalnya
2. Hipotensi
intravena yang membrane mukosa
3. hipoksia
adekuat. lembab, denyut
nadi adekuat, dan
tekanan darah
ortastik)
3. Tingkatkan asupan
oral (misalnya
memberikan
sedotan,menawrkan
cairan waktu
makan, mengganti
air es secara rutin,
memnggunakan es
untuk jus favorite)
4. Berikan cairan
dengan tepat
5. Dukung pasien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makanan
dengan baik
6. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda-tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
menetap dan
memburuk.

30
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
(Domain 2. Kelas 1)

Definisi :
Asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik.

Batasan Karakteristik :
a. Nyeri abdomen
Kram abdomen
b. Gangguan sensasi
rasa
a. .
c. Kurang minat pada
makanan
Setelah dilakukan
Membran mukosa pucat
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, Manajemen Nutrisi
diharapkan kebutuhan 1. Identifikasi adanya
nutrisi klien terpenuhi alergi atau
secara adekuat dengan intoleransi
kriteria hasil : makanan yang
 Asupan kalsium, dimiliki pasien
mineral, dan natrium 2. Tentukan status gizi
tidak adekuat pasien dan
 Asupan kalori, kemampuan pasien
protein, karbohidrat untuk memenuhi

31
dan serat dapat kebutuhan gizi
ditingkatkan 3. Pantau intake dan
output, anjurkan
untuk timbang berat
badan secara
periodik (sekali
seminggu)
4. Tentukan jumlah
kalori dan jenis
1.4.
Risiko nutrisi yang
ketidakseimbangan dibutuhkan untuk
volume cairan
(Domain 2 Kelas 5) memenuhi
Defenisi: persyaratan gizi
Rentan terhadap 5. Ciptakan
penurunan, peningkatan, lingkungan yang
atau pergeseran cepat
cairan intravascular optimal pada saat
mengkomsumsi
interstisial, dan/atau
makan (misalnya :
intraselular lain, yang
bersih, berventilasi,
dapat mengganggu
santai, dan bebas
kesehatan. Ini mengacu
dari bau yang
pada kehilangan,
menyengat)
peningkatan cairan
6. Kolaborasi untuk
tubuh, atau keduanya.
pemberian anti-
muntah
Batasan Karakteristik:
7. Kolaborasi dengan
a. Berkeringat
ahli gizi untuk
b. Trauma
menetapkan
c. Obstruksi intestinal
komposisi dan jenis
Mual muntah
diet yang tepat.

32
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
klien dapat menurunkan
atau meniadakan mual
muntah dengan kriteria
hasil :
1.Frekuensi dan
intensitas mual dan
muntah mengalami
penurunan hingga
tidak ada mual.

2.Menunjukkan
keseimbangan
elektrolit dalam
rentang normal. Manajemen
Elektrolit/Cairan
1. Monitor tanda-
tanda vital, yang
sesuai
2. Monitor kehilangan
cairan (muntah,
keringat
3. Monitor perubahan
status paru atau
jantung yang
memungkinkan

33
kelebihan cairan
atau dehidrasi
4. Tingkatkan intake
atau asupan cairan
per oral (misalnya,
cairan oral sesuai
preferensi pasien,
tempatkan tempat
yang mudah
5. dijangkau)
6. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
ketidakseimbangan
cairan atau
elektrolit menetap
atau memburuk
Risiko Infeksi Domain Tujuan : Pencegahan infeksi
11 kelas 1 kode Setelah dilakukan Aktivitas-aktivitas :
diagnosis 00004 tindakan keperawatan  Kaji tanda-tanda
Definisi: Mengalami selama 3 x 24 jam. infeksi : suhu tubuh,
peningkatan resiko Kriteria Hasil: nyeri, pendarahan, dan
terserang organisme 1. Klien bebas dari tanda pemeriksaan
patogeni. dan gejala infeksi laboratorium, radiologi
Batasan karakteristik 2. Mendeskripsikan  Monitor tanda dan
1. Gangguan proses penularan penyakit, gejala infeksi sistemik
peristaltic faktor yang dan lokal
2. Statis cairan mempengaruhi penularan  Pertahankan teknik
tubuh serta penatalaksanaannya asepsis pada pasien
3. Terpapar bakteri 3. Menunjukkan yang beresiko

34
4. Trauma jaringan kemampuan untuk  Menaikkan asupan gizi
5. Pengetahuan yang mencegah timbulnya yang cukup dan cairan
tidak cukup untuk infeksi. yang sesuai
menghindari 4. Jumlah leukosit dalam 1. Administrasikan
pemajangan batas normal antibiotik yang
pathogen 5. Menunjukkan perilaku sesuai
hidup sehat

Tingkat Kecemasan
Ansietas Domain 9.
Setelah dilakukan asuhan
Kelas 2. Kode keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan pasien:
diagnostic 00146
1. Stress berkurang
Definisi: Perasaan tidak 2. Tidak gelisah
3. Mampu mengontol
nyaman atauk khawatir
emosi
yan samar disertai respon 4. Sudah mampu Pengurangan Kecemasan
beristirahat
otonom (sumber sering
kali tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh
individu); perasaan takut
yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini Aktivitas-aktivitas :
merupakan isyarat 1. Identifikasi pada
kewaspadaan yang saat terjadi
memperingatkan individu perubahan tingkat
akan adanya bahaya dan kecemasan.

35
memampukan individu 2. Instruksikan klien
untuk bertindak untuk
menghadapi ancaman. menggunakan
Batasan Karakteristik tehnik relaksasi.
1. Gelisah 3. Gunakan
2. khawatir pendekatan yang
perubahan tenag dan
tentang menyakinkan.
perubahan dalam Tidur 4. Dorong keluarga
peristiwa hidup Setelah dilakukan asuhan untuk mendampingi
3. insomnia keperawatan selama 3 x klien dengan cara
Gangguan Pola Tidur 24 jam diharapkan pasien: yag tepat.
Domain 4 Kelas 1. Kode 1. Kualitas tidur membaik 5. Pahami situasi
diagnosis 00198 2. Nyeri berkurang krisis yang terjadi
Definisi: Interupsi dari pespektif klien
jumlah waktu dan
kualitas tidur akibat
factor eksternal.
Batasan karakteristik:
1. Kesulitan berfungsi
sehari-hari
2. Kesulitan memulai Manajemen Nyeri
tertidur Aktivitas keperawatan:
3. Ketidakpuasan tidur 1. Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
2. Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,

36
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
3. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamana
4.Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri.
5. Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
7. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

37
Obstruksi usus adalah penyumbatan yang terjadi pada usus,
baik besar maupun usus halus. Terjadi ketika makanan atau tinja tidak
dapat bergerak (tersumbat) melalui usus. Penyumbatan bisa sebagian
atau total.Jika penyumbatan terjadi, makanan, cairan, asam lambung dan
gas menumpuk dbelakang tempat penyumbatan. Jika tekanan cukup
besar, usus dapat pecah sehingga bakteri berbahaya masuk ke dalam
rongga perut. Hal ini merupakan komplikasi yang mengancam jiwa.
Penatalaksanaan yang penting yang harus dilakukan adalah pemberian cairan
yang hilang melalui muntah, dekompresi usus, dan tindakan operasi bila ada
indikasi. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
obstruksi usus adalah Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
dan distensi abdomen, Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi, Nyeri akut berhubungan
dengan peningkatan tekanan intralumen usus, dan Ansietas berhubungan
dengan perubahan dalam status kesehatan.

3.2 Saran
Sebagai perawat profesional daya analisis yang kuat, cermat dalam menilai,
teliti, tekun, sabar, serta ramah adalah sikap yang harus benar-benar terpatri
dalam dirinya. Karena dengan sikap-sikap tersebut, penyembuhan pasien
dapat dicapai sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tanpa sikap-sikap di
atas dapat menambah penderitaan kepada pasien. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya kita sebagai perawat perlu mendalami profesi ini dengan baik.
Pelayanan yang baik menghasilkan kepuasan diri pada pasien.

Daftar Pustaka

Grace,Pierce A, neil R. Borley.2007.At a Glance Ilmu


Bedah.edisi ketiga.Jakarta: Erlangga.
Patel Pradip R, 2007. Lecture Note Radiologi. Jakarta : Erlangga.

38
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa:
Rahmalia. A,dkk. Jakarta: Erlangga

Moorhead, Sue, et.al. (2016). Nursing outcomes classification (NOC)


pengukuran outcomes kesehatan edisi bahasa Indonesia, edisi kelima.
Singapore: Elsevier.

Bulecheck, Gloria M, et.al. (2016). Nursing interventions


classification (NIC) edisi bahasa Indonesia, edisi keenam. Singapore:
Elsevier.

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. (2018). Nanda-I


diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

J.Corwin, Elizabeth.,2001. Buku Saku Patofisiologi.  Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta.
Sjamsuhidayat & Jong. (2011). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC.
Suratun & Lusianah. (2010). Asuhan keperawatan klien gangguan sistem
gastrointestinal.

FORMAT EVALUASI PRESENTASI DAN DISKUSI


BLOK URINARI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

39
HARI/TANGGAL :
TOPIK :
KELOMPOK :
PENILAI :

NILAI KELOMPOK ( 0 – 100 )

SKORE SKOR DI
NO ASPEK YANG DI NILAI
MAKSIMAL PEROLEH
Mempersiapkan Makalah dan
10
Presentasi dengan Baik
Menerangkan Dengan Jelas 15
Mendorong Peserta Untuk Diskusi 15
Kemampuan Kelompok Menjawab dan
20
Menganalisa Pertanyaan Audiensi
Menggunakan Waktu Dengan Baik 10
Kelompok Saling Berkontribusi Pada Saat
15
Penyajian
Kemampuan Kelompok Menyimpulkan
15
Kesepakatan Bersama
Total Nilai 100

NILAI KEAKTIFAN INDIVIDU ( 0 – 100 )

NAMA MAHASISWA SKORE

Makassar,.................................... 2020

Penilai

(................................)

40
41

Anda mungkin juga menyukai