Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

Ai Cucuc Suryani, S.Kep


NIM. C03119087

MENGETAHUI :
PRESEPTOR
AKADEMIK
1. TGL :
TANGGAL
2. TEPAT WAKTU
PENGUMPULAN
3. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KONSEP DASAR ILEUS OBSTRUKTIF

A. Definisi
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus
tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda


adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).

Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus


dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

B. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:     
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu:
1. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir
dan pipi.
2. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang
bersambung dengan faring.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang belakang.
c. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk kedalam
abdomen ke lambung.
d. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara
lain:
1. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah
kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
2. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah notura minor.
3. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk
spinkter pilorus.
4. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum
kordi samapi pilorus.
5. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi
kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior.
e. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antaralambung dan usus besar. Dinding usus
kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenumadalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dankantung empedu.
Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas
jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,
yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong
dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar"
dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Laton, jejunus, yang berarti "kosong".Mukosa usus halus. Permukaan
epitel yang sangat halus melalui lipatan mukosa dan makro villi
memudahkan penernaan dan absorpasi
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar
Adalah bagain usus antara usus buntu dan rectum. Fungsi utama
adalah menyerap air. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-
zat gizi. Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas
7 bagian:
1. Sekum.
2. Kolon asenden
Terletak di abdomen sebelah kanan, membujur ke atas dari ileum
sampai ke hati, panjangnya ± 13 cm
3. Appendiks
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang ±      28 cm.
5. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6. Kolon sigmoid
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S"
ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
8. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar.

C. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen
dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan
ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat
diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan
Rontgen dengan pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi (Indrayani,2013).
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-
organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
(Indrayani,2013).

D. Patofisiologi
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terenggang oleh
cairan dan gas (70 % dari gas yang tertelan) akibat penekanan intralumen
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus kedarah. Sekitar 8
liter cairan diekskresi kedalam saluran cerna setiap hari, karena tidak
adanya absorpsi mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan merupakan sumber
utama kehilangan cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini
adalah penciutan ruang ekstra sel yang mengakibatkan syok hipotensi.
Pengaruh curah jantung, pengurangan perfusi jaringan dan asidosis
metabolic. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrotik, disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Kehilangan
sodium dan ion-ion klorida menyebabkan keluarnya potassium dari sel,
mengakibatkan alkalosis hipovolemik.
Menurut Susan C Smeltzer & Brenda G. Bare (2002), akumulasi isi
usus, cairan, dan gas terjadi didaerah diatas usus yang mengalami
obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan
merangsang lebih banyak sekresi cairan lambung. Dengan peningkatan
distensi, tekanan darah lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan
tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini akan
menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya rupture atau
perforasi. Muntah refluk dapat terjadi akibat distensi abdomen.

E. Manifestasi Klinis
a. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
c. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri
tekan abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus
menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
(Price &Wilson, 2007)

F. Klasifikasi
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a. Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain
karena atresia usus dan neoplasma
b. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi,
intususepsi, adhesi, dan volvulus (Pasaribu, 2012).

2. Menurut letak sumbatannya


Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada
di dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu,
2012).
4. Menurut stadiumnya
Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antaralain :
a. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan
defekasi sedikit.
b. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai
gangguan aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).
G. Komplikasi
a) Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh
terdapatnya bakteri dalam dalah (bakteremia).
b) Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan
volume cairan.
c) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam
rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
d) Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
e) Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
f) Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah
anus oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
g) Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
h) Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

H. Pemeriksa Diagnostik

1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :


meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk
melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012).

I. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan
kedua. Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jikadisebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan
konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-
Tidak ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter)(Nurarif& Kusuma,
2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat
dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri
lepas, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang,
timbul atau terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang
memperberat dan memperingan keluhan.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Apakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada
sistem pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem
pencernaan.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang
sama dengan klien.
5. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan
pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana
mood pasien.
2. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
3. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
4. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
5. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria,
jika syok hipovolemik
6. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau
tidak ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
7. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
8. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
9. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
10. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi

1. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien
dengan ileus obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan
Wong D.L)
1. Hipovolemia berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus.
2. Defisit nutrisi b/d gangguan absorbsi nutrisi.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan distensi abdomen
4. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Konstipasi
7. Gangguan pola tidur
8. Hipertermi
No Diagnosa keperawatan Luaran keperawatan Intervensi keperawatan
1 Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Manajemen Hipovolemia
dengan intake yang tidak diharapkan satatus cairan membaaik dengan Tindakan :
adequat dan ketidakefektifan kriteria hasil : Observasi
penyerapan usus halus.  Kekuatan nadi meningkat - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
 Output urine meningkat (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
 Membrane mukosa lembap meningkat teraba lemah, tekanan darah menurun,
 Pengisian vena meningkat tekanan nadi menyempit, turgor kulit
 Ortopnea menurun menurun, membrane mukosa kering,
 Dyspnea menurun volume urin menurun, hemotakrit
 Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) meningkat, haus, lemah)
menurun - Monitor intake dan output cairan
 Edema anasaraka menurun Terapeutik
 Edema perifer menurun - Hitung kebutuhan cairan
 Berat badan menurun - Berikan posisi modifield Trendelenburg
 Distensi vena jugularis menurun - Jberikan asupan cairan oral
 Suara napas tambahan menurun Edukasi
 Kongesti par mneurun - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
 Perasaan lemah menurun oral
 Rasa haus menurun - Anjurkan menghindari perubahan posisi
 Konsentrasi urine menurun mendadak
 Frekuensi nadi membaik Kolaborasi
 Tekanan darah membaik - Kolaborasi pemberian cairan IV isotinis
 Tekanan nadi membaik (mis. NaCl, RL)
 Turgor kulit membaik - Kolaborasi pemberian cairan IV
 Jugular Venous Pressure (JVP) membaik hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
 Hemoglobin membaik 0,4%)
 Hematocrit membaik - Kolaborasi pemberian cairan koloid
 Central Venous Pressure membaik (mis. Albumin, Plasmanate)
 refluks hepatojugular membaik Kolaborasi pemberian produk darah
 berat badan membaik
 hepatomegali membaik
 oliguria membaik
 intake vairan membaik
 status mental membaik
 suhu tubuh membaik

2 Defisit nutrisi b/d gangguan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Manajemen nutrisi
absorbsi nutrisi. diharapkan satatus nutrisi membaaik dengan Tindakan
kriteria hasil : Obeservasi
 Porsi makan yang dihabiskan meningkat - Identifikasi status nutrisi
 Kekuatan otot pengunyah dihabiskan - Identifikasi alergi dan intoleransi
 Kekuatan otot menelan meningkat makanan
 Serum albumin meningkat - Identifikasi makanan yang disukai
 Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrsi meningkat nutrient
 Perasaan cepat kenyang menurun - Identifikasi perlunya penggunaan selang
 Nyeri abdomen menurun nasogastric
 Diare menurun - Monitor asupan makanan
 Berat badan membaik - Monitor berat badan
 IMT membaik - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Frekuensi makan membaik Terapeutik
 Nafsu makan membaik - Lakukan oral hygiene sebelum makan,
 Bising usu membaik jika perlu
 Tebal lipatan kulit trisep membaik - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makana melalui
selang nasagrotik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogrmakan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Manajemen jalan napas
berhubungan dengan distensi pola napas membaaik dengan kriteria hasil : Tindakan
abdomen  Dispnea menurun Observsi
 Penggunaan otot bantu napas menurun - Monitor pola napas
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun - Monitor bunyi napas tambahan
 Ortopne menurun - Monitor sputum
 Pernapasan cuping hidung menurun Terapeutik
 Frekuensi napas membaik - Pertahankan kepatenan jalan napas
 Ventilasi semenit membaik dengan head-tilt dan chin-lift
 Kapasitas vital membaik - Posisikan semi – fowler
 Tekanan ekspirasi membaik - Berikan minuman hangat
 Tekanan inspirasi membaik - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lekukan penghisapan lendiri kurang
dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
4 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Manajemen nyeri :
dengan distensi abdomen diharapkan tingkat nyeri menurun degan Tindakan
kriteria hasil : Observasi
 Kemampuan menuntaskan aktivitas - Identifikasi lokasi, karakteristik,
meningkat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
 Keluhan nyeri menurun nyeri
 Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
 Sikap protektif menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
 Gelisah menurun - Identifikasi faktor yang memperbera
 Kesulitan tidur menurun dan memperingan nyeri
 Menarik diri menurun - Identifikasi pengetahuan dan
 Berfokus pada diri sendiri menurun keyakinan tentang nyeri
 Diaphoresis menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
 Perasaan depresi (tertekan) menurun respon nyeri
 Perasaan takut mengalami cedera berulang - Identifikasi pengatih nyeri pada
menurun kualitas hidup
 Anoreksia menurun - Monitor keberhasilan terapi
 Perineum terasa tertekan menurun komplementer yang sudah diberikan
 Uterus teraba membulat menurun - Monitor efek samping penggunaan
 Ketegangan otot menurun analgetik
 Pupil dilatasi menurun Terapeutik
 Muntah menurun - Berikan teknik non formakologis untuk
 Mual menurun mengurangi rasa nyeri
 Frekuensi nadi membaik - Control lingkungan yang memperberat
 Pola napas membaik rasa nyeri
 Tekanan darah membaik - Fasilitasi istrahat dan tidur
 Proses berpikir membaik - Pertimbangkan jeni dan sumber nyeri
 Focus membaik dalam pemilihan strategi meredakan
 Fungsi berkemih membaik nyeri
 Perilaku membaik Edukasi
 Nafsu makan membaik - Jelaskan penyebab, periode, dan
 Pola tidur membaik pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredaka nyeri
- Anjurkan memoitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
seacara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Reduksi ansietas
perubahan status kesehatan. diharapkan tingkat anseitas menurun dengan Tindakan
kriteria hasil : Observasi
 Verbalisasi kebingungan menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas
 Verbalisasi khwatir akibat kondisi yang berubah
dihadapi menurun - Identifikasi kemampuan mengambil
 Perilaku gelisah menurun keputusan
 Perilaku tegang menurun - Monitor tanda – tanda ansietas
 Keluhan pusing menurun Terapeutik
 Anoreksia menurun - Ciptakan suasana terapeutik untuk
 Palpitasi menurun menumbuhkan kepercayaan
 Diaphoresis menurun - Temani pasien untuk mengurangi
 Tremor menurun kecemasan
 Pucat menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
 Konsentrasi membaik - Dengarkan dengan penuh perhatian
 Pola tidur membaik - Gunakan pendekatan yang tenang dan
 Frekuensi pernapasan membaik meyakinkan
 Frekuensi nadi membaik - Tempatkan barang pribadi yang
 Tekanan darah membaik memberikan kenyamanan
 Kontak mata membaik Edukasi
 Pola berkemih membaik - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
 Orientasi membaik yang mungkin dialami
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat\
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat ansietas,
jika perlu
6 Konstipasi Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Manajemen konstipasi
diharapkan eliminasi fekal membaik dengan Tindakan
kriteria hasil : Observasi
 Control pengeluaran fese meningkat - Periksa tanda dan gejala konstipasi
 Keluhan defekasi lama dan sulit menurun - Periksa pergerakan usus, karakrteristik
 Mengejan saat defekasi menurun feses
 Distensi abdomen menurun - Identifikasi faktor risiko konstipasi
 Teraba massa pada rektal menurun - Monitor tanda dan gejala rupture usus
 Urgency menurun dan/atau peritonise
 Nyeri abdomen menurun Terapeutik
 Kram abdomen menurun - Anjurkan diet tinggi serat
 Konsisttensi feses menurun - Lakukan masase abdomen
 Frekuensi BAB menurun - Lakukan evakuasi feses secara manual
 Peristaltic usus menurun - Berikan enema atau irigasi
Edukasi
- Jelaskan etiologic masalah dan alasan
tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan cairan
- Latih buang air besar secara teratur
- Ajarkan cara mengatasi kosntipasi /
impaksi
Kolaborasi
- Konsultasi dengan tim medis tentang
penurunan / peningkatan frekuensi
suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat pencahar
7 Hipertermi Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Manajemen hipertermia
diharapkan termoreguasi membaik dengan Tindakan
kriteria hasil : Observasi
 Menggigil menurun - Identfikasi penyebab hipertermia
 Kulit merah menurun - Monitor suhu tubuh
 Kejang menurun - Monitor kadar elektrolit
 Akrosianosis menurun - Monitor haluaran urine
 Konsumsi oksigen menurun - Monitor komlikasi akibat hipertermia
 Piloereksi menurun Terapeutik
 Vasokuntriksi perifer menurun - Sediakan lingkungan yang dingin
 Kutis memort menurun - Longgarkan atau lepasakn pakaian
 Pucat menurun - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Takikardi menurun - Berikan cairan oral
 Tkipnea menuru - Ganti linen setiap hari atau lebih sering
 Bradikardi menurun jika mengalami hyperhidrosis
 Dasar kuku sianotik menuru Edukasi
 Hipoksia menurun - Anjurkan tirah baring
 Suhu tubuh membaik Kolaborasi
 Suhu kulit membaik - Kolaborasi pemberian cairan dan
 Kadar glukosa darah membaik elektrolit intravena
 Pengisian kapiler membaik
 Ventilsi membaik
 Tekanan darah membaik
8 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam Edukasi aktivitas / istrahat
diharapkan pola tidur membaik dengan kriteria Tindakan
hasil : Observasi
 Kemampuan beraktivitas meningkat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
 Keluhan sulit tidur menurun menerima informasi
 Keluhan sering terjaga menurun Terapeutik
 Keluhan tidak puas tidur menurun - Sediakan materi dan mendia pengaturan
 Keluhan pola tidur berubah menurun aktivitas dan istrahat
 Keluhan istrahat tidak cukup menurun - Jadwalkan pemberian penddikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan keada pasien dan
keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaksn pentingnya melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain,atau
aktivits lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
dan istrahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi target
dan jenis aktivitas lainnya
Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaiaan kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik dan menggambarkan criteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997).
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Penilaian keperawatan merupakan kegiatan
melaksanakan rencana tidakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Harrison. 2000. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam,  edisi XIII, EGC: Jakarta.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi III, Penerbit Erlangga: Jakarta
Buku saku Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 – NANDA International
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai