PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya
dengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam
sistem pencernaan menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan
jaringan tubuh, dan nutrisi yang membantu fungsi fisiologis tubuh. Pencernaan
makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran
yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks
menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ
pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya
tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah
permukaan saluran cerna dan fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya
makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungannya. Kelainan
inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus
gastrointestinal. ( Dona L.Wong, 2008 )
Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus
digestivus dan menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai,
merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis
akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus
(Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 orang
menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di Indonesia berdasarkan
data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007). Obstruksi pada usus dapat disebabkan oleh faktor mekanik dan
fungsional. Faktor mekanik diantaranya intususepsi, tumor dan neoplasma, stenosis,
striktur, perlekatan (adhesi), hernia dan abses. Sedangkan faktor fungsional
disebabkan oleh muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus
(Brunner and Suddarth, 2002). Terdapat 4 gejala utama (cardinal sign) pada ileus
obstruktif, yaitu nyeri abdomen, muntah, distensi dan kegagalan buang air besar
atau gas (konstipasi). Dampak ileus obstruktif terhadap kebutuhan dasar manusia
diantaranya kebutuhan oxigenasi, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan istirahat dan tidur.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi akibat ileus obstruksi, yaitu syok
hipovolemik, perporasi, peritonitis, sepsis dan kematian. (Brunner and Suddarth,
2002)
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai
angka kematian 5%. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah
lanjut usia. Sedangkan obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi
mempunyai angka kematian sekitar 8%, jika operasi dilakukan dalam jangka waktu
36 jam sesudah timbulnya gejala, dan 25% jika operasi diundurkan lebih dari 36
jam. Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30%.
Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat
dihindarkan. (Brunner and Suddarth, 2002)
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk menggambarkan
asuhan keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstrukstif yang dirawat di Ruang
Nusa Indah RSUD Majalengka.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah ini adalah asuhan keperawatan
pada Nn.Y dengan ileus obstruktif yang dirawat di Ruang Nusa Indah RSUD
Majalengka, yang meliputi Pengkajian, analiasa data, diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, implementasi, evaluasi dan catatan
perkembangan.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan ileus obstrutif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini adalah untuk
mendapatkan gambaran nyata tentang :
a. Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada Nn.Y dengan
ileus obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
b. Penyusunan diagnosa keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif di
Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
c. Penyusunan rencana tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileus
obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif di
Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
e. Pelaksanaan evaluasi keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif di
Ruang Nusa Indah RSUD Majalengka.
D. Metode Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriftif, yaitu suatu
metode yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan
dari kasus yang diamati dengan apa adanya. Data-data yang diperlukan diperoleh
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang meliputi :
1.Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara teori yang berhubungan
dengan konsep penyakit dan asuhan keperawatan ileus obstruktif.
2.Studi kasus secara langsung pada pasien serta berpartisipasi aktif dalam
memberikan asuhan keperawatan.
3.Wawancara dengan klien dan keluarga, petugas kesehatan yang mengetahui
tentang keadaan pasien dan memvalidasi melalui stasus.
4.Pemeriksaan fisik langsung pada pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut
jenis obstruksi usus, yaitu:
1) Mekanis
Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan
pada usus, diantaranya :
a. Intususepsi
b. Tumor dan neoplasma
c. Stenosis
d. Striktur
e. Perlekatan (adhesi)
f. Hernia
g. Abses
2) Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang
usus. (Brunner and Suddarth, 2002)
Refluks inhibisi spingter Akumulasi gas dan cairan dalam lumen Klien rawat inap
Terganggu bagian proksimal letak obstruksi
7. Komplikasi
20
1) Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2) Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra
abdomen.
3) Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4) Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001)
8. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi
dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena
seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda -
tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,
diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
b. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
c. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul
dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.
Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika
obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah
yang dilakukan pada obstruksi ileus :
1) Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-
strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang
“melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal,
Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma
colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena
penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007)
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya
terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-
menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10.
T: Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan
keluhan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien.
c. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
2. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
3. Sistem persarafan
Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan
4. Sistem perkemihan
Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika syok
hipovolemik
5. Sistem pencernaan
Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak ada,
ketidakmampuan defekasi dan flatus.
6. Sistem muskuloskeletal
Kelelahan, kesulitan ambulansi
7. Sistem integumen
Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
8. Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin
9. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi
3. Intervensi keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairan
dan elektrolit terpenuhi.
Kriteria hasil :
Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80
mmHg)
Intake dan output cairan seimbang
Turgor kulit elastic
Mukosa lembab
Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl:
94-111 mmol/L).
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital 2. Perubahan yang drastis pada tanda-
tanda vital merupakan indikasi
kekurangan cairan.
3. Observasi tingkat kesadaran dan 3. kekurangan cairan dan elektrolit
tanda-tanda syok dapat mempengaruhi tingkat
kesadaran dan mengakibatkan syok.
4. Menilai fungsi usus
4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2
jam
5. Monitor intake dan output secara ketat 5. Menilai keseimbangan cairan
6. Pantau hasil laboratorium serum
elektrolit, hematokrit 6. Menilai keseimbangan cairan dan
elektrolit
7. Beri penjelasan kepada pasien dan 7. Meningkatkan pengetahuan pasien
keluarga tentang tindakan yang dan keluarga serta kerjasama antara
dilakukan: pemasangan NGT dan perawat-pasien-keluarga.
puasa.
8. Kolaborasi dengan medik untuk 8. Memenuhi kebutuhan cairan dan
pemberian terapi intravena elektrolit pasien.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi
teratasi.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
2. Berat badan stabil.
3. Pasien tidak mengalami mual muntah.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yang 1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis : status puasa,
mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas.
2. Auskultasi bising usus; palpasi
abdomen; catat pasase flatus. 2. Menentukan kembalinya peristaltik
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan ( biasanya dalam 2-4 hari ).
diet dari pasien. Anjurkan pilihan 3. Meningkatkan kerjasama pasien
makanan tinggi protein dan vitamin C. dengan aturan diet. Protein/vitamin
C adalah kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan. Malnutrisi adalah fator
dalam menurunkan pertahanan
terhadap infeksi.
4. Observasi terhadap terjadinya diare; 4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadi
makanan bau busuk dan berminyak. setelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan
perubahan diet, mis: diet rendah
serat.
5. Mencegah muntah. Menetralkan
atau menurunkan pembentukan
5. Kolaborasi dalam pemberian obat-
asam untuk mencegah erosi
obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis:
mukosa dan kemungkinan ulserasi.
proklorperazin (Compazine). Antasida
dan inhibitor histamin, mis: simetidin
(tagamet).
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan 1. Mengetahui ada atau tidaknya
konsistensi feces kelainan yang terjadi pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus 2. Mengetahui normal atau tidaknya
pergerakan usus.
3. Kaji adanya flatus 3. Adanya flatus menunjukan
perbaikan fungsi usus.
4. Gangguan motilitas usus dapat
4. Kaji adanya distensi abdomen
menyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga terjadi
distensi abdomen.
5. Meningkatkan pengetahuan pasien
5. Berikan penjelasan kepada pasien dan dan keluarga serta untuk
keluarga penyebab terjadinya gangguan meningkatkan kerjasana antara
dalam BAB perawat-pasien dan keluarga.
6. Membantu dalam pemenuhan
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi kebutuhan eliminasi
pencahar (Laxatif)
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif 1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien
akibat adanya distensi abdomen
dapat menyebabkan peningkatan
hasil TTV.
2. Mengetahui kekuatan nyeri yang
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan
dirasakan pasien dan menentukan
skala nyeri yang dirasakan pesien
tindakan selanjutnya guna
sehubungan dengan adanya distensi
mengatasi nyeri.
abdomen
3. Posisi yang nyaman dapat
3. Berikan posisi yang nyaman: posisi
mengurangi rasa nyeri yang
semi fowler
dirasakan pasien
4. Relaksasi dapat mengurangi rasa
4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi nyeri
tarik nafas dalam saat merasa nyeri 5. Mengurangi nyeri yang dirasakan
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan pasien.
tehnik pengalihan saat merasa nyeri
hebat.
6. Analgetik dapat mengurangi rasa
6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi
nyeri
analgetik
Narasi Kasus
Nn. Y dirawat di RSUD Majalengka dengan keluhan mendadak nyeri perut, tidak
bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji klien masih mengalami nyeri perut,
nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut sekitar pusar (supra
umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan muntah 2 kali, tidak bisa buang
air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap 3-5 menit, nyeri bertambah jika tidur
terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurang dalam posisi setengah duduk
(semi fowler).
Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang menderita
penyakit keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit/kelainan bawaan lahir (congenital).
Di rumah klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam 04.30 dan jarang tidur siang.
Sudah 3 hari di RS Klien tidak bisa BAB dan flatus, BAK melalui catheter, warna urin
kekuningan, jumlah ± 900 cc/24 jam. Di rumah sakit klien menggunakan obat untuk
merangsang BAB/pencahar (dulcolax supp, per rectal).
Cairan NGT -
Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7 o C
Nadi : 84 x/menit
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
A. PENGKAJIAN
Waktu : 28/12/2023
Tempat : Ruang Nusa Indah
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Y
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Alamat : Desa Silihwangi palangkaraya
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26/12/2023
Cara Masuk Rumah Sakit : Masuk melalui UGD
Diagnosa Medis : Illeus Obstruktif Partial
Alasan dirawat : Perut nyeri, kembung, muntah , tidak
bisa buang air besar dan flatus
Keluhan Utama : Nyeri perut
Upaya yang telah dilakukan : Langsung di bawa ke UGD Rumah
Sakit Umum Daerah Doris silvanus
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan : IVFD RL 15 tetes/menit
Cefatoxim 2 x 1 gr, per IV
Ranitidin 2 x 1 ampul, per IV
Metronidazol 3 x 500 mg, per IV
Ketorolac 2 x 1 ampul, per IV
Dulcolak supp 0-0-1, per rectal
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
: Klien : Meninggal
4. Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill Time (CRT)
kembali kurang dari 2 detik, bunyi perkusi dullness pada daerah ICS 2
lineasternal dekstra dan sinistra, terdengar jelas bunyi jantung S1 pada ICS
4 lineasternal sinistra dan bunyi jantung S2 pada ICS 6 midklavikula
sinistra tanpa ada bunyi tambahan, irama jantung reguler.
5. Sistem Urinaria
Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat distensi pada
kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubis, terpasang
cateter.
6. Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
tremor (-), tidak ada kretinisme, tidak ada gigantisme.
7. Sistem Muskuloskeletal
a) Ekstremitas Atas
Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep positif
pada kedua tangan. ROM (range of motion) pada kedua tangan
maksimal, tidak ada atrofi otot kedua tangan, terpasang infuse pada
tangan kiri.
b) Ekstremitas Bawah
Kedua kaki dapat digerakkan, tidak ada lesi, reflek patella positif,
reflek babinski negative, tidak ada varises, tidak ada edema.
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Keterangan :
Skala 0 : Paralisis berat
Skala 1 : Tidak ada gerakkan, teraba / terlihat adanya kontraksi
otot sedikit
Skala 2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi
Skala 3 : Rentang gerak lengkap / normal menentang gravitasi
Skala 4 : (jari pergelangan tangan dan kaki, siku dan lutut, bahu
dan panggul) gerakan otot penuh sedikit tekanan
Skala 5 : (jari, pergelangan tangan dan kaki, siku dan lutut, bahu
dan panggul) gerakan otot penuh menentang gravitasi
dengan penahanan penuh
8. Sistem Reproduksi
Pertumbuhan payudara (+), tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada
payudara. Klien mengalami haid pertama pada usia 12 tahun (kelas 6
SD), siklus haid 28 hari, kadang-kadang nyeri haid (dismenorhoe).
9. Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih, rambut ikal
tumbuh merata, turgor kulit baik, tidak ada lesi, kuku pendek dan bersih.
10. Sistem Persyarafan
Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik.
a) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman hidung baik, terbukti klien dapat
membedakan bau kopi dan kayu putih.
b) Nerfus II (Optikus)
Fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca koran pada jarak
sekitar 30 cm.
c) Nerfus III (Oculomotorius)
Reflek pupil mengecil sama besar pada saat terkena cahaya,
klien dapat menggerakkan bola matanya ke atas.
d) Nerfus IV (Tochlearis)
Klien dapat menggerakkan bola matanya kesegala arah.
e) Nerfus V (Trigeminus)
Klien dapat merasakan sensasi nyeri dan sentuhan, gerakan
mengunyah baik.
f) Nerfus VI (Abdusen)
Klien dapat menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri.
g) Nerfus VII (Facialis)
Klien dapat menutup kedua mata, menggerakkan alis dan dahi,
klien dapat tersenyum, ada rangsangan nyeri saat dicubit.
h) Nerfus VIII (Aksutikus)
Fungsi pendengaran baik, klien dapat menjawab pertanyaan
perawat tanpa diulang.
i) Nerfus IX (Glosofaringeal)
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,
asin dan pahit.
j) Nerfus X (Vagus)
Reflek menelan baik.
k) Nerfus XI (Asesorius)
Leher dapat digerakkan kesegala arah, klien dapat
menggerakkan bahunya.
l) Nerfus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakkan dan menjulurkan lidahnya.
b. Pola Aktifitas Sehari-hari
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Klien berpandangan bahwa sehat itu sangat berharga karena saat
sakit ia tidak dapat melakukan aktivitas dengan bebas. Klien berusaha
untuk selalu berperilaku hidup sehat seperti cuci tangan sebelum makan
dan gosok gigi sebelum tidur dan sesudah makan, mengkonsumsi
makanan bergizi serta tidak menyalahgunakan obat-obatan.
2 CAIRAN
c. Intake
Oral
Jenis Air putih Puasa
Jumlah ±1500-2000cc/hari -
Intra vena
Jenis - Asering
jumlah - 2000 cc/hari
d. Out put
Urine ± 1200 cc/hari ± 900 cc/hari
3. Pola Eliminasi
Sudah 3 hari di RS Klien tidak bisa BAB dan flatus, BAK melalui
catheter, warna urin kekuningan, jumlah ± 900 cc/24 jam. Di rumah sakit
klien menggunakan obat untuk merangsang BAB/pencahar (dulcolax
supp, per rectal).
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Di RS sehari-hari hanya berbaring di tempat tidur, klien
mengatakan badanya terasa lemas, klien tampak lemah. Di rumah klien
sekolah dari jam 6.00 sampai dengan jam 14.00 dan langsung pulang ke
rumah. Penggunaan alat bantu (-), kesulitan gerak (-).
Di rumah klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam 04.30 dan
jarang tidur siang. Di RS klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam 05.00.
Gangguan tidur (-).
Di rumah klien berolah raga setiap hari minggu dengan lari pagi
bersama teman-temannya. Apabila mempunyai waktu luang, klien sering
bepergian dengan teman-temannya. Klien merasa lebih santai ketika
menggunakan waktu luangnya.
5. Pola Kognitif dan Perseptual
Klien dapat melihat dengan baik, klien mampu melihat dengan jelas
tulisan dari jarak kurang lebih 30 cm. Indra perasa klien juga berfungsi
baik, klien dapat mengecap rasa manis, asam, asin, dan pahit.
Klien mengetahui penyakitnya dengan bertanya kepada dokter dan
perawat, klien dapat mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya adalah
akibat adanya sumbatan pada ususnya, klien berharap proses
penyembuhan penyakitnya jangan sampai melalui tindakan pembedahan.
6. Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasakan sakitnya sebagai sebuah stressor dan
menganggapnya sebagai sesuatu yang harus dijalani. Secara lengkap
konsep diri klien dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Body image / gambaran diri
Klien mengatakan menerima dengan keadaan tubuhnya
meskipun belum bisa buang air besar.
b) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah,
berkumpul dengan keluarganya dan kembali sekolah.
c) Harga diri
Sejak klien dirawat di Rumah Sakit, semua kebutuhan klien
banyak dibantu oleh keluarganya serta perawat sehingga klien
merasa sangat diperhatikan.
d) Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama, umur, alamat dan lain-lain
pada saat dilakukan pengkajian.
e) Peran diri
Klien adalah seorang siswa SMP dan merasa dengan kondisi
sakitnya klien tidak dapat menjalankan perannya
7. Pola Hubungan dan Peran
Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Orang tuanya telah
berpisah, klien tinggal bersama ibunya. Klien merasa lebih dekat dengan
neneknya. Selama dirawat klien merasa bosan karena tidak dapat bertemu
dengan teman-temannya.
Klien lebih sering ditemani neneknya dan menurut neneknya klien
tampak senang sekali ketika teman-teman sekolahnya datang menjenguk. Klien
juga kooperatif terhadap dokter dan perawat.
8. Pola Reproduksi Seksual
Klien merasa sebagai seorang perempuan dan telah mengalami haid
pertama pada usia 12 tahun dengan siklus haid 28 hari, klien merasa
tertarik pada lawan jenis dan sudah mempunyai teman dekat seorang
lelaki teman sekolahnya.
9. Pola Penanggulangan Stress
Klien selalu menganggap masalah sebagai suatu cobaan hidup yang
harus dijalaninya, klien berpandangan bahwa setiap masalah pasti ada
jalan keluarnya. Walaupun kadang menangis ketika menghadapi beban stress
yang berat. Klien juga sering meminta bantuan dari teman dekatnya atau orang
tuanya terutama neneknya.
10. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Di lingkungan tempat tinggalnya terdapat kepercayaan masyarakat
yang berpandangan bahwa ketika sakit tidak boleh keramas, memotong
rambut dan kuku (pamali), dan apabila ada luka tidak boleh
mengkonsumsi makanan yang anyir-anyir.
11. Personal Higiene
Di Rumah Sakit klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
keramas belum pernah tetapi rambut klien tampak bersih, gunting kuku
juga belum pernah karena kukunya masih pendek. Semua aktivitas
personal hygiene dilakukan dengan bantuan keluarga.
12. Ketergantungan
Klien tidak mempunyai riwayat ketergantungan terhadap obat-obat
tertentu, termasuk alkohol, dan zat adiktif lainya.
c. Aspek Psikologis
Klien selalu menanyakan tentang kondisi penyakitnya, berapa lama
penyakitnya akan sembuh sehingga klien bisa beraktivitas seperti biasanya,
klien juga selalu menanyakan tindakan yang dilakukan. Ekspresi wajah klien
tampak lesu.
d. Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan klien dengan anggota keluarga, saudara dan dengan
lingkungan tempat tinggal klien baik. Klien juga kooperatif terhadap dokter
dan perawat.
e. Aspek Spiritual
Klien beragama islam dan meyakini bahwa sakitnya merupakan cobaan
dari Allah SWT, sehingga klien merasa yakin bahwa dirinya akan sembuh.
Dalam kesehariannya di rumah, klien selalu melakukan shalat 5 waktu,
namun selama klien dirawat di rumah sakit, klien merasa ada hambatan untuk
menunaikan kewajiban sholatnya, namun klien selalu berdoa agar cepat diberi
kesembuhan.
4. DIAGNOSTIC TEST
A. Laboratorium
JENIS
Tanggal HASIL NILAI NORMAL ANALISA
PEMERIKSAAN
B. Radiologi :
Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid dan
rectum.
C. TERAPI :
kali/menit
Sampai ke dorsal horn
prostaglandin
Melalui traktus
spinotalamikus antero
lateralis
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri abdomen
dipersepsikan
DATA ETIOLOGI MASALAH
Resiko hipovolemik
DATA ETIOLOGI MASALAH
4. Black & Hawk. Medical Surgical Nursing Clinical Managemen for Positive
Outcomes. Fifth Edition, Vol 1. St. Louis Missouri: Mosby; 2005.
5. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung
Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2002.
6. Donna Ignatavician. Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri: Elsevier
Sounders; 2006.
7. Lewis Heitkemper Diksen. Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri:
Mosby Elsevier; 2007.
9. Rahayu Rejeki handayani, bahar asril. Buku ajar ilmu penyakit Dalam Jilid III Edisi
IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.
10. Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC; 2005.
11. Doengoes, Marylin E & Moorhouse. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.