Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA

Ny.N DENGAN DIARE

Nama: Aristia Nurdayanti

NIM: 1490123174

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
Diare merupakan suatu keadaan dimana konsistensi feses lembek atau
cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih dari biasanya, 3 kali
atau lebih dalam sehari (Huda 2013). Diare biasanya merupakan gejala infeksi
di saluran pencernaan, yang dapat disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan
parasit. Infeksi dapat menyebar melalui makanan atau air minum yang
terkontaminasi, dari kebersihan lingkungan yang buruk (WHO, 2017).
Diare merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh, yang
dengan adanya diare, cairan yang tercurah kelumen saluran pencernaan akan
membersihkan saluran pencernaan dari bahan-bahan patogen (cleansing
effect). Apabila bahan patogen ini hilang, maka diare bisa sembuh sendiri.
Diare menyebabkan kehilangan cairan (air, elektrolit, dan basa) dan bahan
makanan dari tubuh. Sering kali dalam diare akut timbul berbagai penyulit,
seperti dehidrasi dengan segala akibatnya, gangguan keseimbangan elektrolit,
dan gangguan keseimbangan asam-basa. Penyulit tersebut akan
mengakibatkan pasien yang menderita diare meninggal (Dewi, dkk 2011).

2. Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).
Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare adalah suatu
keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
atau tanpa darah dan tanpa lender

3. Anatomi Fisiologi

Gambar: sistem pencenaan

Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan


terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus dan
usus besar. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrien
yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam
sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi).
Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak sepanjang
saluran pencernaan :

a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan
yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan
antara mulut dengan faring, terdiri dari:
1) Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi
bagian dalam. Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh
lipatan membran mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi membentuk
lateral vestibulum, disusun oleh M. buksinator ditutupi oleh
fasia bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua.
Bagian atas terdapat papilla kecil tempat bermuaranya duktus
glandula parotis.
2) Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan,
pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat
ditelan tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan
proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu
melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan
makanan, melicinkan, dan membasahi makanan yang kering
dengan saliva serta mengaduk makan sampai rata.
3) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan
otot serat lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah
berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan
menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-bagian lidah
adalah pangkal lidah dan ujung lidah.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak
lurus antara basis kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah
setinggi tulang rawan krikodea. Faring dibentuk oleh jaringan yang
kuat (jaringan otot melingkar), organ terpenting didalamnya adalah
tonsil yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
c. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring.
Panjangnya kira kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah
leher bawah faring sampai ujung bawah rongga dada dibelakang
trakea. Pada bagian dalam di belakang jantung menembus diafragma
sampai rongga dada. Fundus lambung melewati persimpangan sebelah
kiri diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke luar
meliputi : lapisan selaput selaput lendir, lapisan mukosa, lapisan otot
melingkar, dan lapisan otot memanjang.
d. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara
esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma
bagian depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang
dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik terutama di
daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah
makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ
lain dan postur tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari Fundus
ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor,
Kurvatura mayor dan Ostium kardia.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-
kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari
tempat proses pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan
susunannya berupa lipatan-lipatan melingkar. Makanan dalam
intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan dan
memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat
absorsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung dan pangkalnya
terdapat katup. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
f. Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira
1,5- 1,7meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang
tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus terbentang
dari valvula iliosekalis sampai anus.

4. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :

a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan


dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.

5. Patofisiologi
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya
karena faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya
terjadi perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan
fungsi usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan
adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor
aktif dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit meningkat.
Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran
cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus
sehingga terjadi diare. Pada faktor makanan dapat terjadi apabila toksin yang
ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan penurunan
peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan yang
kemudian terjadi diare.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah:

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan


mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok
dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfa

7. Penatalaksanaan
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:

a. Rehidrasi
Menggunakan Oralit osmolalitas rendah. Oralit merupakan campuran
garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan
trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk
mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
b. Zinc
Diberikan selama 10 hari berturut-turut Zinc merupakan salah satu zat
gizi mikro yang penting untuk kesehatan Zinc yang ada dalam tubuh akan
menurun dalam jumlah besar ketika mengalami diare. Untuk
menggantikan zinc yang hilang selama diare, dapat diberikan zinc yang
akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang
hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu
penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare penderita diare akan membantu
anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

8. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pada pasien diare ditandai dengan meningkatnya
frekuensi buang air besar/BAB, menurunya nafsu makan,
lemas, turgor kulit jejas (elastisitas kulit menurun),
terkadang disertai demam, dan penurunan berat badan.
b) Riwayat kesehatan sekarang Kondisi aktual klien saat ini
c) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah mengalami diare akut atau
belum, serta riwayat penyakit yang pernah diderita oleh
pasien.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Berisi tentang adanya penyakit keturunan, kebiasaan
keluarga, paparan penyakit menular yang menyerang
anggota keluarga, pohon keluarga, penyakit keturunan,
kebiasaan keluarga, lokasi geografis

3) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum: tampak lemah
2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu tubuh, nadi lemah dan cepat
3) Tinggi badan atau berat badan: sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan
4) Kulit: sianosis dan biasanya turgor kulit jelek
5) Mata: mata cenderug cekung
6) Hidung: (tidak ada yang begitu spesifik)
7) Mulut: mukosa bibir kering
8) Telinga: kebersihan (tidak ada yang begitu spesifik)
9) Leher: tidak ada pembesaran KGB dengan kelenjar tiroid
10) Jantung: (tidak ada yang begitu spesifik)
11) Paru-paru: (tidak ada yang begitu spesifik)
12) Abdomen: bising usus meningkat, nyeri kram abdomen, fekuensi
peristaltik meningkat
13) Genitalia: tidak ada gangguan
14) Anus: terdapat tuka karena terlalu sering defekasi
15) Ekstremitas: lemah, penurunan aktifitas

b. Analisa Data

No Analisa Data Etiologi Masalah


1 Ds: Kehilangan Cairan Hipovolemia
- Klien mengatakan Aktif
BAB encer lebih
dari 6 kali
- Klien mengatakan
sering mual dan
muntah

Do:
S: 36°c
N: 90/menit
TD: 120/90 mmHg
Mukosa bibir kering
2 Ds: Faktor Psikologis Resiko Defisit
Klien mengatakan sulit Nutrisi
makan
Do:
Makanan tampak tidak
habis

c. Diagnosa Keperawatan

1. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif turgor pada kulit menurun


(D.0023)
2. Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentan ideal (D.0019)
d. Perencanaan Dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Hipovolemi b.d Setelah dilakukan Manajemen
kehilangan cairan tindakan selama 3x24 hipovolemia (I.03116)
aktif turgor pada kulit jam diharapkan 1. Periksa tanda dan
menurun (D.0023) keseimbangan cairan gejala
(L.05020) meningkat hipovolemia
dengan kriteria hasil: 2. Monitor intake
1. Kelembaban dan output cairan
membran 3. Hitung kebutuhan
mukosa cairan
meningkat 4. Berikan asupan
2. Asupan cairan oral
makanan 5. Berikan posisi
meningkat modified
3. Dehidrasi trendelenburg
menurun 6. Anjurkan
4. Tekanan darah memperbanyak
membaik asupan
5. Denyut nadi Manajemen syok
radial hipovolemia (I.02050)
6. Membran 1. Monitor status
mukosa kardiopulmonal
membaik 2. Monitor status
7. Mata cekung oksigenasi
membaik 3. Monitor status
8. Turgor kulit cairan
membaik 4. Periksa tingkat
9. Berat badan kesadaran dan
membaik respon pupil
5. Periksa seluruh
permukaan tubuh
terhadap adanya
DOTS
6. Perhatankan jalan
napas paten
7. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
8. Kolaborasi
pemberian infuse
cairan kristaloid
20 mL/kgBB
pada anak
9. Kolaborasi
pemberian
transfusi darah,
jika perlu
2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
kurangnya asupan tindakan selama 3x24 (I.03119)
makanan berat badan jam diharapkan status 1. Identifikasi status
menurun minimal nutrisi (L.14125) nutrsi
10% dibawah rentan membaik dengan 2. Identifikasi alergi
ideal (D.0019) kriteria hasil: dan intoleansi
1. Posi makanan makanan
yang dihabiskan 3. Identifikasi
meningkat makanan yang
2. Perasaan cepat disukai
kenyang menurun 4. Idenifikasi
3. Nyeri abdomen kebutuhan kalori
menurun dan jenis nutrient
4. Diare menurun 5. Identifikasi
5. Berat badan kebutuhan kalori
membaik dan jenis nutrient
6. Indeks masa 6. Identifikasi
tubuh (IMT) perlunya
membaik penggunaan
7. Frekuensi makan selang nasogastric
membaik 7. Ajarkan diet yang
8. Nafsu makan diprogramkan
membaik 8. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukkan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu

e. Evaluasi

Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi


25 Hipovolemi b.d kehilangan S:
September cairan aktif turgor pada kulit Klien mengatakan mual
2023 menurun (D.0023) muntah sudah berkurang

Jam 10.00 O:
TD: 120/90 mmHg
RR: 28x/menit
S: 36 ̊C
N : 89x/menit

A:
Masalah teratasi
sebagian

P.
Intervensi dilanjutkan
25 Defisit nutrisi b.d kurangnya S:
September asupan makanan berat badan Klien mengatakan nafsu
2023 menurun minimal 10% makan bertambah
dibawah rentan ideal (D.0019)
Jam 13.00 O:
Klien tampak sedikit
lemas
TD: 120/90 mmHg
RR: 28x/menit
S: 36 ̊C
N : 89x/menit

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Intervensi dilanjutkan

10. Daftar Pustaka

Najah,H (2020) Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Diare Yang
Di Rawat Di Rumah Sakit
Andriani, V (2021) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diare Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan
Amalia (2021) Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Diare Di Rsud
Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Anda mungkin juga menyukai