Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA

MEDISDIARE DI RUANGAN ANAK


RSUDTRIKORA SALAKAN
Stase Keperawatan Anak

DI SUSUN OLEH :

ERLIN MARLINA SOLLITAN, S.KEP

NIM : 32023012

CI INSTITUSI

RESNA SAMAULING Amd Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN 2024
KONSEP TEORI

A. DEFENISI
Nursalam (2010), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi
buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih
encer. Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi
feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari
biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar
yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes, 2016).
WHO (2012), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari.Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari.
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses.
Diare pada anak dapat bersifat akut atau kronik (Carman, 2016)
Definisi diare dari berbagai pengertian diatas, yaitu suatu keadaan
dimana seseorang BAB lebih dari tiga kali sehari, dengan konsistensi lebih
cair dari biasanya.

B. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
balita. Diare akut didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen
infeksius dalam traktus GI. Diare akut biasanya sembuh sendiri
(berlangsung kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang
spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius akut (Gastroenteritis
Infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit yang patogen.
b. Diare kronis sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan (lamanya sakit lebih dari 14 hari).
Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makan,intoleransi laktosa, atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai
akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabel pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi
dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab
dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebab yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
d. Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan
yang tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak
yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal
dan pada anak-anak ini tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

C. ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan


Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran pencernaan
terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus dan
usus besar.Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrien
yang sudah dicerna secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam
sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi).Sebelum
zat ini diperoleh tubuh makanan harus berjalan/bergerak sepanjang saluran
pencernaan.
1) Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang
meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara mulut
dengan faring, terdiri dari :
a) Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian
dalam.Bagian atas dan bawah vestibulum dibatasi oleh lipatan
membran mukosa bibir, pipi dan gusi.Pipi membentuk lateral
vestibulum, disusun oleh M. buksinator ditutupi oleh fasia
bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua.Bagian atas
terdapat papilla kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis.
Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki atap yang
dibentuk oleh palatum durum (palatum keras) bagian depan, palatum
mole (palatum lunak) bagian belakang. Dasar mulut sebagian besar
dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik membrane mukosa.Sisa
lidah pada gusi diatas mandibula.Garis tengah lipatan membrane
mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan permukaan
bawah lidah dengan dasar mulut.Di kiri dan kanan frenulum lingua
terdapat papila kecil bagian puncaknya bermuara duktus duktus
glandula submandibularis.
b) Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel
besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan tanpamenimbulkan
tersedak. Proses ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami
makanan pada waktu melalui saluran pencernaan dengan tujuan
menghancurkan makanan, melicinkan, dan membasahi makanan yang
kering dengan saliva serta mengaduk makan sampai rata.
c) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat
lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah berperan dalam
proses mekanisme pencernaan di mulut dengan menggerakkan
makanan ke segala arah. Bagian-bagian lidah adalah pangkal lidah dan
ujung lidah.
2) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara
basis kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang
rawan krikodea.Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot
melingkar), organ terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.Untuk mempertahankan
tubuh terhadap infeksi, menyaring dan mematikan bakteri/mikrorganisme
yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernapasan.Faring melanjutkan
diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
3) Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring.Panjangnya kira
kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring
sampai ujung bawah rongga dada dibelakang trakea.Pada bagian dalam di
belakang jantung menembus diafragma sampai rongga dada.Fundus
lambung melewati persimpangan sebelah kiri diafragma. Lapisan dinding
esophagus dari dalam ke luar meliputi : lapisan selaput selaput lendir,
lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, dan lapisan otot memanjang.
4) Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan
usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan
pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat
mengembang karena adanya gerakan peristaltik terutama di daerah
epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan
yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur
tubuh. Bagian-bagian dari lambung terdi dari Fundus ventrikuli, Korpus
ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor, Kurvatura mayor dan
Ostium kardia. Fungsi lambung :
a) Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan
mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi
secara gerakan peristaltic setiap 20 detik.
b) Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
c) Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor
ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik
yang berguna untuk pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati.
5) Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-kira 6 meter,
merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses
pencernaan dan absorbs pencernaan. Bentuk dan susunannya berupa
lipatan-lipatan melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat masuk
karena adanya gerakan dan memberikan permukaan yang lebih halus.
Banyak jonjot-jonjot tempat absorsi dan memperluas permukaannya.Pada
ujung dan pangkalnya terdapat katup.Usus halus terdiri dari duodenum,
jejunum, ileum. Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima
cairan empedu dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus
pankreatikus, mencerna makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin,
protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat dalam monoksida, dan
menggerakan kandungan usus.
6) Usus besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas
atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter dan
penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U
terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari valvula iliosekalis sampai
anus. Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput
lendir atau (mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan
lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum, kolon
asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Fungsi
usus besar adalah sebagi berikut :
a) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk
massa yang lembek yang disebut feses.
b) Menyimpan bahan feses.
c) Tempat tinggal bakteri koli.

D. ETIOLOGI
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis
dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2 tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi
protein dan lemak.
d. Faktor Risiko Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
a) Faktor perilaku yang meliputi :
- Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan
makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi
kontak terhadap kuman.
- Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
- Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak.
- Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
b) Faktor lingkungan antara lain :Ketersediaan air bersih yang tidak
memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).

E. PATOFISIOLOGI
Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena
faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme ke
dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi perubahan
dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus dalam
mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan adanya toksis
bakteri maka akan menyebabkangangguan sistem transpor aktif dalam usus
akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit meningkat. Faktor malaborpsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat
meningkatkan rongga usus sehingga terjadi diare.Pada factor makanan dapat
terjadi apabila toksin yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi
peningkatan dan penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan
penyerapan makanan yang kemudian terjadi diare.
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan darah
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif &
Kusuma (2015) yaitu :
1) Diare Akut
 Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
 Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut
 Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
 Demam
2) Diare Kronik
 Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
 Penurunan BB dan nafsu makan
 Demam indikasi terjadi infeksi
 Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
diagnos medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,
Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu:
1. Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic),
karena:
a) Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
b) Walaupun susu diteruskan, sering dengan pencernaan dalam waktu
yang terlalu lama
c) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan
baik adanya hiperstaltik.
2. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi dara berupa renjatan atau syok hipovolemik.Akibat
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah
sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran
menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita meninggal.
3. Hiponatremia Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang
hanya mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130
mol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan pada
anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi
darin hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi
Na dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai
Ringer Laktat.

I. PENATALAKSANAAN
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah. Oralit merupakan
campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida
(KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan
untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat
diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum
tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuhsehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Sejak tahun
2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit dengan osmolaritas
rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan
kepada penderita diare akan:
- Mengurangi volume tinja hingga 25%
- Mengurangi mual muntah hingga 30%
- Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai
33%.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang
hilang selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu
penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc merupakan
salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan
anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika
anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama
diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare
serta menjaga agar anak tetap sehat.
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas)
penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena
diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi
akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan
meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu
diperhatikan:
a) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui
bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa
penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
b) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0- 6
bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula
berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif.
Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan
diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI
memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi.
c) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan. Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6–24 bulan dan
sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga
secara bertahap.
d) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2
minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau
diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek samping
dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan
fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh antibiotik.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian
Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa
anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
 Buang air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Mengalami rasa haus yang nyata
 Makan atau minum sedikit
 Demam
 Tinjanya berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari
A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua
perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat.
b. Riwayat Keperawatan
1) Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh anak meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.
2) Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
1) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.
2) Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
3) Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d. Riwayat sosial
1) Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak?
2) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman
sebayanya?
e. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
1) Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
 Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan
tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap
perawatan dan tindakan medis?
 Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita,
pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada
anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
2) Pola nutrisi
 Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan
bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang
dikonsumsi oleh anak?
 Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana
selera makan anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya
per hari?
3) Pola Eliminasi
 BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah
terdapat darah? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat
anak kencing.
 BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak?
Bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
4) Pola aktivitas dan latihan
 Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman
sebayanya ? Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam?
Aktivitas apa yang disukai?
5) Pola tidur/istirahat
 Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun
tidur jam berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan
tidur siang?
Pemeriksaan Fisik Keperawatan
1) Keadaan umum:
Anak tampak lemah.
2) Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis
metabolik. Keadaan ini terjadi pada pasien yang mengalami diare
berat dan mengalami gangguan biokimiawi akibat menurunnya
ion HCO3- dan H+.
3) Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg,
muka pucat, akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
4) Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang
karena terjadi penumpukan natrium dalam serum.
5) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi
pekat (jika terjadi syok hipovolemik).
6) Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir
/darah, bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut
teraba keras (kram abdomen).
7) Sistem integument
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit
didaerah perianal merah, lecet.
8) Sistem musculoskeletal
Kelemahan pada ekstremitas.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktul maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
(PPNI SDKI, 2018).
a. Diare berhubungan dengan malabsorbsi dibuktikan dengan data
mayor dan minor
b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
dibuktikan dengan data mayor dan minor
c. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan dibuktikan dengan
perubahan status nutrsi
d. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
e. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan
dengan data mayor dan minor

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan peniliaian klinik
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. (PPNI SIKI, 2018).
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil

Diare berhubungan Tujuan : Setelah Manajemen Diare


dengan malabsorbsi dilakukan tindakan Observasi
keperawatan, maka 1. Identifikasi penyebab
dibuktikan dengan
eliminasi fekal diare
data mayor dan membaik, dengan 2. Identifikasi riwayat
minor kriteria hasil: pemberian makanan
1. Keluhan defekasi 3. Identifikasi gejala
lama dan sulit invaginasi
menurun 4. Monitor warna,
2. Distensi abdomen volume, frekuensi, dan
menurun konsistensi tinja
3. Teraba massa pada 5. Monitor tanda dan
rektal menurun gejala hypovolemia
4. Urgency menurun 6. Monitor irigasi dan
5. Nyeri abdomen ulserasi kulit di daerah
menurun perineal
6. Kram abdomen 7. Monitor jumlah
menurun pengeluaran diare
7. Konsistensi feses 8. Monitor keamanan
membaik penyiapan makanan
8. Frekuensi feses Terapeutik
membaik 9. Berikan asupan cairan
9. Peristaltik usus oral
membaik 10. Pasang jalur intravena
11. Berikan cairan
intravena, jika perlu
12. Ambil sampel darah
untuk pemeriksaan
darah lengkap dan
elektrolit
13. Ambil sampel feses
untuk kultur, jika perlu
Edukasi
14. Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering
secara bertahap
15. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan
megandung laktosa
16. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
17. Anjurkan
mengkonsumsi cairan
minimal 3 liter/hari
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
Loperamide,
difenoksilat)
19. Kolaborasi pemberian
obat antispasmodic
atau spasmolitik (mis.
Papaverin, ekstra
belladonna,
mebeverine)
20. Kolaborasi pemberian
obat pengeras feses
(mis. Atapulgit,
smektif, kaolin-pektin).
Hipovolemia Tujuan : Setelah Manajemen Hioovelemia
berhubungan dilakukan tindakan Observasi
keperawatan, maka 1. Periksa tanda dan
dengan kehilangan
status cairan gejala hipovolemia
cairan aktif membaik. 2. Monitor intake dan
dibuktikan dengan Kriteria hasil: output cairan
1. Output urin Terapeutik
data mayor dan meningkat 3. Hitung kebutuhan
minor 2. Dyspnea menurun cairan
3. Rasa haus
4. Berikan posisi
menurun
4. Perasaan lemah modified
menurun Trendelenburg
5. Tekanan nadi 5. Berikan asupan cairan
membaik oral
6. Turgor kulit Edukasi
membaik 6. Anjurkan
7. Berat badan
memperbanyak asupan
membaik
8. Suhu tubuh cairan oral
membaik 7. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
9. Kolaborasi pemberian
cairan Iv hipotonis
10. Kolaborasi pemberian
cairan koloid
11. Kolaborasi pemberian
produk darah
Resiko gangguan Tujuan : Setelah Perawatan Integritas
integritas dilakukan tindakan Kulit
keperawatan, maka Observasi
kulit/jaringan
integrtitas kulit 1. Identifikasi penyebab
berhubungan meningkat. gangguan integritas
dengan perubahan Kriteria hasil: kulit
1. Elastisitas Terapeutik
status nutrsi
meningkat 2. Ubah posisi tiap 2 jam
dibuktikan dengan 2. Hidrasi meningkat jika tirah baring
data mayor dan 3. Perfusi jaringan 3. Lakukan pemijatan
meningkat pada area penonjolan
minor
4. Kerusakan tulang, jika perlu
jaringan menurun 4. Bersihkan perineal
5. Kerusakan lapisan dengan air hangat,
kulit menurun terutama selama
6. Nyeri menurun periode diare
7. Perdarahan 5. Gunakan produk
menurun berbahan petroleum
8. Kemerahan atau minyak pada kulit
menurun kering
9. Suhu kulit 6. Gunakan produk
membaik berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
7. Hindari produk
berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi
8. Anjurkan
menggunakan
pelembab
9. Anjurkan minum air
yang cukup
10. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
11. Anjurkan meningkat
asupan buah dan
sayuran
Risiko defisit nutrisi Tujuan : Setelah Manajemen Gangguan
berhubungan dilakukan tindakan Makan
dengan peningkatan keperawatan, maka Observasi
kebutuhan
status nutrisi 1. Monitor asupan dan
metabolism
dibuktikan dengan membaik, dengan keluarnya makanan
data subjektik Kriteria hasil: dan cairan serta
objektif 1. Porsi makanan kebutuhan kalori
yang dihabiskan Terapeutik
meningkat 2. Timbang berat badan
2. Kekuatan otot secara rutin
pengunyah 3. Diskusikan perilaku
meningkat makan dan jumlah
3. Kekuatan otot aktivitas fisik yang
menelan sesuai
meningkat 4. Lakukan kontrak
4. Nyeri abdomen perilaku (target berat
menurun badan, tanggungjawab
5. Berat badan perilaku)
membaik 5. Dampingi ke kamar
6. Frekuensi makan mandi untuk
membaik pengamatan perilaku
7. Nafsu makan memuntahkan kembali
membaik makanan
6. Berikan penguatan
positif terhadap
keberhasilan target dan
perubahan perilaku
7. Berikan konsekuensi
jika tidak mencapai
target sesuai kontrak
8. Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan di rumah
Edukasi
9. Anjurkan membuat
catatn harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan
10. Ajarkan pengaturan
diet yang tepat
11. Ajarkan keterampilan
koping untuk
penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target
berat badan, kebutuhan
kalori dan pilihan
makanan.
Hipertermia Tujuan : setelah ManajemenHipertermia)
dilakukan tindakan Observasi
berhubungan
keperawatan maka, 1. Identifikasi penyebab
dengan proses termoregulasi
hipertermia
membaik
penyakit dibuktikan 2. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil :
dengan data
13. 1. Menggigil menurun 3. Monitor kadar
2. Kulit merah elektrolit
subjektif objektif
Menurun 4. Monitor haluaran urine
3. Kejang menurun 5. Monitor komplikasi
4. Pucat menurun akibat hipertermia
5. Takikardi menurun
Terapeutik
6. Takipnea menurun
7. Bradikardi 6. Sediakan lingkungan
menurun yang dingin
8. Dasar kuku sianotik 7. Longgarkan atau
menurun lepaskan pakaian
9. Hipoksia menurun 8. Basahi dan kipasi
10. Suhu tubuh permukaan tubuh
membaik
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
11. Lakukan pendinginan
eksternal
12. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
14. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
cairan elektrolit
intravena, jika perlu

4 Hipertemi b.d Setelah Manajemen Manajemen


dilakukan Hipertermi Hipertermi
proses Observasi Observasi
intervensi
penyakit keperawatan 1) Identifikasi 1) Mengetahui
selama ….. maka penyebab penyebab
infeksi d.d hipertermi terjadinya
Termoregulasi
(mis. hipertermi
suhu tubuh Membaik dengan
Dehidrasi, 2) Mengetahui
kriteria hasil : terpapar
diatas nilai adanya
1) Suhu tubuh lingkungan
normal, membaik perubahan
panas,
2) Takipnea penggunaan suhu tubuh
takipnea dan 3) Mengetahui
menurun incubator)
kulit teraba 3) Suhu kulit 2) Monitor kadar
membaik suhu tubuh elektrolit
panas dalam darah
3) Monitor
kadar 4) Mengetahui
elektrolit tingkat
4) Monitor pengeluaran
haluaran urin urin
5) Monitor 5) Mengetahui
komplikasi adanya
akibat komplikasi
hipertermi akibat
Terapeutik hipertermi
1) Sediakan Terapeutik
lingkungan
1) Mengurangi
yang dingin
2) Longgarkan hipertermi
atau 2) Pakaian yang
lepaskan tipis bisa
pakaian mengurangi
3) Basahi dan demam
kipasi 3) Mengurangi
permukaan demam
tubuh 4) Cairan oral
4) Berikan yang banyak
cairan oral bisa
5) Ganti linen menurunkan
setiap hari
demam
6) Lakukan
pendinginan 5) Memberi rasa
eksternal nyaman
7) Hindari 6) Menurunkan
pemberian demam
antipiretik 7) Mencegah
dan aspirin adanya
Edukasi komplikasi
1) Anjurkan Edukasi
tirah baring 1) Tirah baring
Kolaborasi bisa
1) Kolaborasi mengurangi
pemberian panas tubuh
cairan dan Kolaborasi
elektrolit 1) Cairan dan
intravena, elektrolit
jika perlu
untuk
mencrgah
terjadinya
kekurangan
volume cairan
akibat
berkeringat
5 Resiko deficit Setelah dilakukan Manajemen Manajemen nutrisi
tindakan nutrisi Observasi
nutrisi d.d keperawatan selama Observasi 1) Mengetahui
ketidakmampua …. maka diharapkan 1) Identifikasi status nutrisi
nafsu makan status nutrisi 2) Mengetahui
n membaik dengan 2) Identifikasi adanya alergi
mengabsorbsika KH: alergi dan makanan
intoleransi 3) Untuk
n nutrisi 1) Keinginan makanan meningkatkan
makan 3) Identifikasi nafsu makan
membaik makanan yang 4) Mengetahui
2) Asupan disukai jumlah
makanan 4) Identifikasi kebutuhan
membaik kebutuhan nutrisi yang
3) Asupan kalori dan diperlukan
cairan jenis nutisi 5) Membantu
membaik 5) Identifikasi pemasukan
4) Rasa lapar perlnya makanan
mebaik penggunaan 6) Mengetahui
selang banyanknya
nasogastrik makanan yang
6) Monitor masuk
asupan 7) Mengetahui
makana tingkat
7) Monitor barat perubahan BB
badan 8) Mengetahui
8) Monitor hasil adanya
laboratorium kelainan pada
Terapeutik tubuh
1) Fasilitasi Terapeutik
menntukan 1) Mengatur pola
pedoman diet yang
diet(mis, dijalani
piamida 2) Meningkatkan
makanan) nafsu makan
2) Lakukan oal 3) Meningkatkan
hygine sebelm selera makan
makan,jika 4) Membantu
perlu menambah
3) Sajikan kalori Dan
makanan protein yang
secara menaik diperlukan
dan suhu yang tubuh
sesuai 5) Agar tidak
4) Berikan terjadi
makanan konstipasi
tinggi kalori 6) Untuk
dan tinggi membantu
protein menambah
5) Berikan nafsu makan
makanan 7) Agar pasien
tinggi sarat terbiasa
untuk dengan asupan
mencegah makan oral
konstipasi Edukasi
6) Berikan 1) Mengatur
suplemen jumlah dan
makanan, jika poresi
perlu makanan
7) Hentikan sesuai
memberi kebutuhan
makanan 2) Agar terpenuhi
melalui selang asupan nutrisi
nasogatrik yang
jika asupan diperlukan
oral dapat Kolaborasi
ditoleransi 1) Agar asupan
Edukasi gizi yang
1) Anjurlan diet dibutuhkan
yang sesuai dengan
diprogramkan kebutuhan
2) Anjurkan tubuh
posisi duduk,
jika perlu
Kolaborasi
1) Kolaborasikan
dengan ahli
gizi untuk
menentkan
jumblah
kalori dari
jenis nutrisi
yang
dibutuhkan,
jika perlu
D. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan


komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat
mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali
hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif,
perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi, proses
implementasi dan metode implementasi.

E. EVALUASI

Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan


keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah pasien, serta pencapaian tujuan
serta ketepatan ntervensi keperawatan.Tujuan evaluasi adalah untuk
memberikan umpan balik rencanaa keperawatan, menilai dan meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah ditentukan terebih dahulu.
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan DIARE
diharapkan sebagai berikut :
1) Status cairan membaik
2) Toleransi aktivitas meningkat
3) Tingkat nyeri menurun
4) Nafsu makan membaik
5) Termoregulasi membaik
DAFTAR PUSTAKA

PPNI DPD SDLKI Pikja Tim, 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SDLKI Pikja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta : DPP PPNI

PPNI DPD SDLKI Pikja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai