Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An “N” DENGAN DIARE

DIPUSKESMAS PADEMAWU

PAMEKASAN

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktik Stase Keperawatan Anak

Pelaksana Praktik

Tempat Ruang Puskesmas Pademawu

Tanggal: 11 Desember 2020

Disusun Oleh

Devi Dwi A Handayani

720630574

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Penyakit Diare
a. Definisi
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume,
keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih
dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012).
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses
yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu,
disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,
digolongkan pada diare kronik. Fases dapat dengan atau lendir, darah atau
pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas,
tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Lukman, 2015).
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu
hari. Penyebab diare digolongkan menjadi 6 golongan besar yaitu infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya
(Muhammad, 2016).
b. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin (2003), susunan pencernaan terdiri dari:
1. Mulut
Mulut terdiri dari:
a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi,
bibir, dan pipi. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di
sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot
orbikularis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat dan
depresor anguli oris menekan ujung mulut.
b. Pipi dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila,otot
yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c. Gigi
2. Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis disebelah
belakang bersambung dengan faring.
a. Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras)
yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang
maksilaris dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2
palatum.Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang
merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas
jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b. Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi
atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua =pangkal lidah, Dorsum
Lingua =punggung lidah dan Apek Lingua +11ujung lidah. Pada
pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah
(dorsum lingua) terdapat putting puting pengecapatau ujung saraf
pengecap. Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat
pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika tidak
digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c. Kelenjar ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus
wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar
ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat
dibawah tulang rahang atas bagian tengah,kelenjar ludah bawah
lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di
bawah lidah. Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar
ludah bawah lidah disebut koronkula sublingualis serta hasil
sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut
terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya
dibawah depan dari telinga diantara prosesus mastoid kiri dan
kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar
dari glandula parotis menuju kerongga mulut melalui pipi
(muskulus buksinator). Kelenjar submaksilaris terletak di bawah
rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara
di rongga 12 mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar
ludah di dasari oleh saraf-saraf tak sadar.
d. Otot lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (mandibularis,
oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk
anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada
lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal
dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks
lingua.
3. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
4. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada
dekat dengan kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung.
Esofagus melengkung ke depan, menembus diafragma dan
menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus ke dalam lambung
adalah kardia.
5. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian 13
atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium
pilorik, terletak dibawah diafragma di depan pankreas dan
limpa,menempel di sebelah kiri fudus uteri.
6. Intestinum minor (usus halus)
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan
usus halus terdiri dari :
a. apisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
(m.sirkuler)
b. otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa (sebelah
luar).
Pergerakan usus halus terdiri dari sebagai berikut:
1. Kontraksi pencampur (segmentasi). Kontraksi ini dirangsang oleh
peregangan usus halus yaitu desakan kimus.
2. Kontraksi pendorong. Kimus didorong melalui usus halus oleh
gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian
disebabkan oleh masuknya kimus kedalam duodenum, tetapi juga
oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh
peregangan lambung terutama di hancurkan melalui pleksus
mientertus dari lambung turun sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat
kontraksi sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang
berasal dari sekum. Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini di
perantarai oleh pleksus mienterikus. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim
yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat
pada mukosa usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat
menimbulkan apa yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan
peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam
beberapa menit.
7. Intestinium mayor (usus besar)
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar
dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari:
a. Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm
b. Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan
membujur keatas dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati membengkak
ke kiri, lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai
kolon transversum.
c. Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir
seikum.
d. Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
e. Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan
ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
f. Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung
bawahnya berhubung dengan rectum.Fungsi kolon : Mengabsorsi air
dan elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat
dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam :1) Pergerakan
pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan
longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang
menonjol keluar menjadi seperti kantong.2) Pergarakan pendorong
”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar yang mendorong feses
ke arah anus.
8. Rektum dan anus
Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan
os koksigis. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rectum dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak
diantara pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3 sfingter :
a. Sfingter Ani Internus
b. Sfingter Levator Ani
c. Sfingter Ani Eksternus
c. Etiologi
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
A. Faktor Infeksi
1. Bakteri: vibrio, E.coli, almonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas.
2. Virus: Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
3. Parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomona s
hominis), jamur (candida albicans)
B. Faktor Malabsopsi
1. Malaborpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit didaerah perut.
Jika sering tertekan diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang
disebut triglyserida. Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsin usus.
Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare
dapat terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya
adalah tinja mengandung lemak.
3. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi makanan
yang mengantung protein.
C. Faktor Makanan seperti makanan yang sudah basi, dari makanan
tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi
terhadap makanan.
Menurut Lukman (2015) , diare disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
sebagai berikut:
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%).
Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain rotavirus
serotype 1, 2, 8 dan 9 pada manusia, norwalk bowel structured
virus, cytomegalovirus.
2. Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), eteropathogenic e.coli (EPEC),
enteroaggregative e.coli (EIEC), entetohemorrhagic e.coli (EHEC),
shigella spp, campylobacter jejuni (helicobacter jejuni), vibrio
cholerae 01 dan v.choleare 0139, salmonella (non-thypoid)
3. Protozoa
Giardia lamblia, entamoeba histolytica, cryptosporidium,
microsporidium spp, isospora belli, cyclospora cayatanensis.
4. Helminths
Strong stercoralis, schistosoma spp, capilaria philippinensis,
trichuris trichuria.
d. Manifestasi Klinis
Menurut suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu BAB lebih
dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare
adalah anak gelisah, menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan
sesudah diare. Hal tersebut dapat menmyebabkan dehidrasi, karena
banyak kehilangan air dan elektrolit. Gejala muntah dapat timbul sebelum
dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi
yaitu berat badan turun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun
cekung, seraput lendir dan mulut ikut kering. Bila dehidrasi berat makan
volume darah akan berkurang dengan demikian nadi akan cepat dan kecil,
denyut jantung cepat, tekanan darah menurun, kesadaran menurun yang
akhirnya terjadi syok.
e. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Wong (2008), sebagai berikut:
1. Diare akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-
anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defektasi yang sering disebabkan oleh
agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat
pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri kurang lebih
dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi
tidak terjadi.
2. Diare kronis
Diare kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya
frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya
sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan
kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang
memadai
3. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom
pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu
tanpa ditemukannya dari mikroorganisme pathogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah konon iritabel pada anak
atau diare toodler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Fases
pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang
tidak dicerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang
menderita diare kronis non spesifikini akan tumbuh secara normal dan
tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah dalam fases serta tidak
tampak infeksi entric.
f. Penatalaksanaan
1. Penggantian cairan dan elektrolit
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan
keseimbangan eletrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan
rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali jika
tidak dapat minum atau diare hebat membahayakan jiwa yang
memerlukan hidrasi intravena. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus
terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5
gram kalium klorida dan 20 gram glukosa perliter.
2. Antibiaotik
Antibioatik diidikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi, seperti demam, fases berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamat jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised.
3. Obat anti diare
a. Kelompok anti-sekresi selektif
Terobosanterbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara
luas racecadotril yang bermanfaat sebagai penghambat enzim
enkephalinase, sehingga enkephalin dapat bekerja normal kembali.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan.
b. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCI,
serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat. Penggunaan kodein
adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2-4 mg/ 3-4 kali sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi,
peningkatan absorsi cairan, sehingga dapat mengurangi frekuensi
diare.
c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin,
atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyerap bahan infeksius atau toksin. Melalui efek tersebut, sel
mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit.
d. Zat hidrofilik
Ektrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari plantago oveta,
psyllium, karaya (strerculia), ispraghulla, coptidis dan catechu
dapat membentukkoloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan
mengurangi frekuensi dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektolit. Pemakaiannya adalah
5-10 mL/ 2kali sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam
bentuk kapsul atau tablet.
e. Probiotik
Kelompok probiotik terdiri dari lactobacillus dan bifidobacteria
atau sacchoromyces boulardii, bila meningkat jumlahnya disaluran
cerna akan memiliki efek positif karena berkompetesi untuk nutrisi
dan reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/ menghilangkan
diare harus diberikan dalam jumlah adekuat.
(Lukman, 2015)
g. Komplikasi
Menurut Vivian (2010), diare dapat menyebabkan beberapa
komplikasi sebagai berikut:
1. Dehidrasi: ringan, sedang dan berat
2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalah darah rendah dengan gejala
meteorismus (kembung perut karena pengempulan gas secara
berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagia akibat defesiensi enzim laktase
karena kerusakan vila mukosa hipotonik.
6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran
bertambah).
h. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebih dari beberapi hari diperlukan dilakukannya beberapa
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain:
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit,
hitung jenis leukosit) kadar elektrolit serum, urcum dan kreatinin
2. Pemeriksaan tinja
3. pemeriksaan enzym-linked immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi
giardiasis dan test scrologic amebiasis
4. foto x-ray abdomen
(Nikma, dkk. 2017)
i. Patofisiologi
Diare infeksi akut diklasifikasi secara klinis dan patofisiologis menjadi
diare non-inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi
bakteri dan sitotoksin dikolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan
diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis berupa mulus sampai nyeri
seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda
dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lendir
dan/atau darah, mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Diare dapat terjadi akibat lendir satumekanisme. Pada infeksi bakteri
setidaknya ada mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan
absorbsi diusus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan
toksin yang menyebabkan terjadi diare. Infeksi yang invasif
mengakibatkan pendarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen
meliputin penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa dan poduksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu
jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk
dapat mengatasi pertahanan mukosa usus (Lukman, 2015).
j. Patway
Terlampir
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Identitas orang tua
3. Identitas saudara kandung
B. Keluhan utama
C. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
2. Riwayat kesehatan masalalu
(khusus anak usia 0-5tahun)
a. Pre natal care
b. Natal
c. Post natal
3. Riwayat kesehatan keluarga
D. Riwayat imunisasi
E. Riwayat tumbuh kembang
1. Perubahan fisik
2. Perkembangan tiap tahap
F. Riwayat nutrisi
1. Pemebrian ASI
2. Pemberian susu formula
3. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
G. Riwayat psikososial
1. Tempat tinggal
2. Lingkungan rumah
3. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain
4. Hubungan antara anggota keluarga
5. Pengasuh anak
H. Riwayat spritural
1. Support sytem dalam keluarga
2. Kegiatan keagamaan
I. Reaksi hiotalisasi
1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
J. Aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi sebelum sakit dan saat sakit
2. Cairan sebelum sakit dan saat sakit
3. Eliminasi
a. BAB, sebelum sakit dan saat sakit
b. BAK, sebelum sakit dan saat sakit
4. Istirahat/tidur, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
5. Olahraga
6. Personal hygiene, sebelum sesudah sakit dan saat sakit
7. Aktivitas/mobilitas fisik
K. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum pasien
2. Tanda-tanda vital
3. Antropometri
4. Sistem pernafasan
5. Sistem kardiovaskuler
6. Sistem pencernaan
7. Sistem indra
a. Mata
b. Hidung
c. telinga
8. Sistem saraf
a. Fungsi cerebra
b. Fungsi cranial: nervus 1 sampai nervus 12
c. Fungsi motorik
d. Fungsi sensori
e. Reflex bisep
9. Sistem mukosa skeletal
a. Kepala
b. Vertebra
c. Pelvis
d. Lutut
e. Kaki
f. Tangan
10. Sistem integument
a. Rambut
b. Kulit
c. Kuku
11. Sitem endokrin
a. Kelenjar thyroid
b. Eksreasi urine
12. Sistem perkemihan
13. Sistem imunisasi
a. Riwayat alergi
L. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. 0 – 6 tahun
Dengan menggunakan DST
a. Motorik dasar
b. Motorik halus
c. Bahasa
d. Personal sosial
2. 6 tahun keatas
a) Perkembangan kongnitif
b) Perkembangan psikosexsual
c) Perkembangan psicososial
b. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal (D.0020)
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0032)
3. Gangguantumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik (D.0106)
4. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi (D.0130)
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare
(D.0037)
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
7. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor
mekanis (D.0129)

c. Luaran Keperawatan
No SLKI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Eliminasi Fekal (L.04033) membaik dengan kriteria
hasil:
1. Kontrol pengeluaran fases meningkat (5)
2. Distensi abdomen menurun (5)
3. Nyeri abdomen menurun (5)
4. Kram abdomen menurun (5)
5. Konsistensin fases membaik (5)
6. Frekuensi defekasi membaik (5)
7. Paristaltik usus membaik (5)
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Status Nutrisi (L.03030) Membaik dengan kriteria
hasil:
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat (5)
2. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat
meningkat (5)
3. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat
meningkat (5)
4. Perasaan cepat kenyang menurun (5)
5. Nyeri abdomen menurun(5)
6. Diare menurun(5)
7. Frekuensi makan membaik (5)
8. Nafsu makan membaik (5)
9. Bising usus membaik (5)
10. Membran mukosa membaik (5)
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Status Perkembangan (L.10101) Membaik dengan
kriteria hasil:
1. Keterampilan/perilaku sesuai usia meningkat (5)
2. Respon sosial meningkat (5)
3. Kontak mata meningkat (5)
4. Kemarahan menurun (5)
5. Regresi menurun (5)
6. Afek membaik (5)
7. Pola tidur membaik (5)
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Termoregulasi (L.14134) Membaik dengan kriteria
hasil:
1. Menggigil menurun (5)
2. Kulit merah menurun (5)
3. Pucat menurun (5)
4. Suhu tubuh membaik (5)
5. Suhu kulit membaik (5)
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Keseimbangan Elektrolit (L.03021) Meningkat
dengan kriteria hasil:
1. Serum natrium meningkat (5)
2. Serum kalium meningkat (5)
3. Serum klorida meningkat (5)
4. Serum kalium meningkat (5)
5. Serum magnesium meningkat (5)
6. Srum fosfor meningkat (5)
6. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30menit
diharapkan Tingkat Nyeri Menurun (L.08066) dengan kriteria
hasil:
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat (5)
2. Keluhan nyeri menurun (5)
3. Meringis menurun (5)
4. Sikap protektif menurun (5)
5. Gelisah menurun (5)
6. Kesulitan tiduer menurun (5)
7. Anoreksia menurun (5)
8. Ketegangan otot menurun (5)
9. Muntah menurun (5)
10. Mual menurun (5)
11. Frekuensi nadi membaik (5)
12. Pola nafas membaik (5)
13. Nafsu makan membaik (5)
14. Pola tidur membaik (5)
7. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Integritas Kulit Dan Jaringan (L.14125) Meningkat
dengan kriteria hasil:
1. Elastisitas meningkat (5)
2. Hidrasi meningkat (5)
3. Perfusi jaringan meningkat (5)
4. Kerusakan jaringan menurun (5)
5. Kerusakan lapisan kulit menurun (5)
6. Nyeri menurun (5)
7. Kemerahan menurun(5)
8. Hematoma menurun (5)
9. Pigmentasi abnormal menurun(5)
10. Jaringan parut menurun (5)
11. Nekrosis menurun (5)
12. Suhu kulit membaik (5)
13. Sensasi membaik (5)
14. Tekstur membaik (5)

d. Intervensi Keperawatan
No SIKI
1. Manajemen Diare (1.03101)
1. Observasi
- Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
gastrointestinal, iritasi gastrointertinal, proses infeksi,
malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-obatan,
pemberian botol susu)
- Indentifikasi riwayat pemberian makanan
- Indentifikasi gejala invaginasi (mis. Tangisan keras,
kepucatan pada bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi, dn konsistensi tinja
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
2. Teraupetik
- Berikan asupan caiaran oral (mis. Larutan garam gula,
oralit, pedialyte, renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis. Ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah dan
elektrolit
- Ambil sampel fases untuk kultur, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentukan gas,
pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik
(mis. Papaverin, ekstak belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
Atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
2. Manajemen Gangguan Makan (1.03111)
1. Observasi
- Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan
serta kebutuhan kalori
2. Terapeutik
- Timbang berat badan secara rutin
- Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
(termasuk olahraga) yang sesuai
- Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan,
tanggung jawab perilaku)
- Dampingi kekamar mandi untuk pengamatan perilaku
memuntahkan kembali makanan
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan target dan
perubahan perilaku
- Berikan konseling jika tidak mencapai trget sesuai
kontrak
- Rencanakan program pengobatan untuk perawatan
dirumah (mis. Medis, konseling)
3. Edukasi
- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan
ddan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis.
Pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
- Anjurkan pengaturan diet yang tepat
- Anjurkan keterampilan koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan makanan
3. Promosi Perkembangan Anak (1.10340)
1. Observasi
- Identifikasi kebutuhan khusus anak dan kemampuan
adaptasi anak
2. Terapeutik
- Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
- Dukungan anak berinteraksi dengan anak lain
- Dukung anak mengekspresikan perasaannya secara
positif
- Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi
sewajarnya
- Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
- Bacakan cerita/dogeng untuk anak
- Sediakan kesempatan dan alat-alat untuk menggambar,
melukis, dan mewarnai
3. Edukasi
- Jelaskan nama-nama objek yang ada dilingkungan
sekitar
- Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan
perilaku yang dibentuk
- Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi diantara
anak
- Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak lain, jika
perlu
- Ajarkan teknik asertif pada anak dan remaja
- Demonstrasikan kegiatan yang meningkatkan
perkembangan pada pengasuh
4. Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
4. Manajemen Hipertermia (1.15506)
1. Observasi
- identifikasi penyebab hipertermia (mi, dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator)
- monitor suhu tubuh
- monitor kadar eletrolit
- monitor haluaran urine
- monitor komplikasi akibat hipertermia
2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti line setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih) dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan eletrolit
5. Pemantauan Elektrolit (1.03122)
1. Observasi
- Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan
eletrolit
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor mual, muntah dan diare
- Monitor kehilangan cairan, jika perlu
2. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kodisi
pasien
- Dokumentasikan hasil pamantauan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
6. Manajemen Nyeri (1.03119)
1. Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasifaktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
2. Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi merendakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
7. Perawatan Integritas Kulit (1.11353)
1. Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobalitas)
2. Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika
perlu
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
kering
3. Edukasi
- Anurkan menggunakan pelembab (mis. Lation, serum)
- Ajurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrem
- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30
saat berada diluar rumah
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno. 2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Jurnal
Keperawatan BSI,vol.V. No2. September 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita(Studi Kasus: Puskesmas
Babakansari).
Lukman Zulkifli Amin, (2015). Tatalaksana Diare Akut. Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.
Muhammad Andin A. 2016. Diare Akut Dan Dehidrasi Ringan-Sedang +
Hipokalemia. Volume 4. Nomor 3. Fakultas kedokteran, Universitas
Lampung: J Medula Unila.
Nikma Kumala S, Alamsyah Lukoto, Aspri Astria. 2017. Hubungan Pengetahuan
Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Anak 1-4 Tahun Diwilayah
Puskesmas Pekan Bahorok. Vol 25. No 4. Oktober-Desember. Medan.
Suraatmaja. 2010. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1. DPP PPNI.
Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1. DPP PPNI.
Tim POKJA SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1. DPP PPNI
Wong Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC: Jakarta.
Laporan Kasus
A. Biodata
a. Identitas Pasien
1. Nama/Nama panggilan : An. N
2. Tempat tgl lahir/usia : Pamekasan/18 Bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Pademawu Barat
7. Tgl masuk : 10 -1 2- 20 20 (jam 16.00)
8. Tgl pengkajian : 10-12-2020
9. Diagnosa medik : GEA
b. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn. M
b. U s i a : 30 Tahun
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan :-
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Pademawu Barat
2. Ibu
a. N a m a : Ny. J
b. U s i a : 28 Tahun
c. Pendidikan :-
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. A g a m a : Islam
f. Alamat : Pademawu Barat
c. Identitas Saudara Kandung
No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS
KESEHATAN

B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama : Diare berkali-kali, napsu makan
menurun, lemas
2. Riwayat Keluhan Utama : Pasin dibawa kerumah kepuskesmas
oleh orang tuanya dengan keluhan diare berkali-kali, napsu makan
menurun dan lemas
3. Keluhan Pada Saat Pengkajian : Diare berkali-kali, napsu makan
menurun
b. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal Care
a. Ibu memeriksakan kehamilan setiap minggu dipuskesmas
b. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu tidak pernah sakit.
Obat yang diminum selama hamil yaitu penambah darah
c. Riwayat terkena radiasi tidak ada
d. Riwayat berat badan selama hamil ibu pasien mengatakan selama
kehamilan berat badan naik kurang lebih 10 kg
e. Riwayat imunisasi TT ibu pasien mengatakan melakukan
imunisasi TT 2x selama kehamilan. Pada usia kehamilan 4bulan
mendapatkan TT 1 dan TT b2 pada kehamilan 5bulan
f. Golongan darah ibu tidak mengetahaui golongan darahnya
g. Golongan darah ayah tidak mengetahui golongan darahnya
2. Natal
a. Tempat melahirkan dipuskesmas Pademawu
b. Jenis persalinan ibu mengatakan persalinanya secara normal
c. Penolongan persalinan ibu pasien mengatakan persalinan ditolong
oleh bidan
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan tidak ada
3. Post Natal
a. Kondisi bayi : berat badan bayi 2700gram
dan panjang bayi 49 cm
b. APGAR : Tidak ada
c. Anak pada saat lahir mengalami : Tidak ada
d. Pasien pernah mengalami penyakit : Tidak ada
e. Pada umur : Tidak ada
f. Diberikan obat oleh : Tidak ada
g. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit keluarga : Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki
penyakit yang menular
b. Genogram

c. Ket
Laki-laki :
Perempuan :
Pasien :
d. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)
No Jenis Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian
Immunisasi
1. BCG Pada usia 6 bulan Membentuk abses 1-2 bulan
2. DPT (I, II, Usia 3, 4, 5 bulan Demam 1 hari
III, IV)
3. Polio (I, II, Usia 3, 4, 5 bulan Tidak ada reaksi
III, IV)
4. Campak - -

5. Hepatitis Usia 0 bulan Tidak ada reaksi

e. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : 6300 gram
b. Tinggi badan : 60 cm
c. Waktu tumbuh gigi : An.N sudah tumbuh gigi
2. Perkembangan Tiap Tahap Usia Anak saat
a. Berguling : An. N berguling saat 4bulan
b. Merangkak : An. N sudah bisa duduk
c. Berdiri : An. N merangkak pada usia 7 bulan
d. Berjalan : An. N sudah berjalan
e. Senyum Kepada Orang Lain Pertama :-
f. Bicara Pertama Kali : An. N Sudah bisa bicara
Dengan Menyebut : Orang tuanya
g. Berpakaian tanpa bantuan : An. N masih dibantu dalam
berpakaian
f. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian : orang tua pasien ingin memberi ASI full
selama 6bulan
b. Jumlah pemberian :-
c. Cara pemberian : menyusui
g. Riwayat psikososial
1. Anak tinggal bersama : An.N diasuh kedua orang tuanya
dan tinggal dirumah yang sama
2. Lingkungan berada di : Perkampungan
3. Rumah dekat dengan : An.N dekat dengan rumah kepala
desa
4. Tempat bermain : Rumah An.N jauh dari tempat
bermain
5. Kamar pasien :-
6. Rumah ada tangga : Orang tua pasien mengatakan
tempat tinggalnya tidak mempunyai tangga
7. Hubungan antar anggota keluarga : Hubungan dengan keluarga baik-
baik saja
8. Pengasuh anak : An.N diasuh oleh kedua orang
tuanya
h. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga : Dalam keluarga mereka saling
mendukung dalam mengambil keputusan
2. Kegiatan keagamaan : dalam kegiatan keagamaan keluarga
selalu melakukan bersama-sama
i. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Ibu membawa anak ke RS karena : saat An.N sakit orangh tua
langsung membawa An.N kepuskesmas
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : dokter
menjelaskan kondisi, diagnosa dan rencana pengobatan yang akan
dilakukan oleh perawat
c. Perasaan orang tua saat ini : orang tua cemas dengan
kondisi anaknya
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : bila anaknya sakit orang tua
berkunjung kepuskesmas
e. Yang akan tinggal dengan anak : orang tua pasien yang
menemani atau tinggal dengan pasien pada saat ini
f. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : pasien belum
memahami karena dibawah umur, hanya saja orang tua pasien
mengatakan An.N menangis ketika melihat dokter anaknya
menangis
j. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Selera makan Selera makan sangat baik Selera makan
menurun

b. Menu makan Bubur Hanya ingin minum


susu

c. Frekuensi Makanan 3x sehari An.N tidak mau


makan

d. Pantangan makan - -

e. Cara makan An.N disuapin oleh ibunya An.N tidak mau


makan

2. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jenis minuman ASI dan air putih ASI dan air putih

b. Frekuensi minum An.N Cuma minum An.N minum 7-9


kurang lebih 7-12 sehari kali sehai

c. Kebutuhan cairan - -

d. Cara pemenuhan - -

3. Eliminasi (BAB & BAK)


a. BAB
Kondisi Sebelum Sakit Saat Salit
a. Tempat pembuangan Dipampers Dipampers
b. Frekuensi (waktu) 1x sehari 3xsehari

c. Konsistensi Padat, lembek Cair dan ampas

d. Kesulitan Tidak adak kesulitan -

e. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

b. BAK
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Tempat pembuangan Dipempers Dipempers

b. Frekuensi (waktu) 3x atau 4x sehari Lebih 3x sehari

c. Warna Jernih kekuningan Kuning pekat


(warna teh pekat)

d. Bau - -

e. Volume 1000cc 1000cc

f. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

4. Istirahat
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Jam tidur Teratur Tidak teratur

b. Pola tidur Ada kenyamanan Tidak ada kenyaman

c. Kebiasaan sebelum Disusui oleh ibunya An.N rewel


tidur

d. Kesulitan tidur Tidak ada Terganggu karena


sering BAB

5. Olahraga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Program olahraga - -
b. Jenis dan frekuensi - -
c. Kondisi setelah olah - -
raga

6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Mandi
- Cara An.N dimandikan oleh Belum pernah
ibunya mandi selama
dirawat
- Frekuensi 2x sehari -

- Alat Mandi Sabun -

b. Cuci Rambut
- Frekuensi 2x sehari -

- Cara Dicuci oleh ibunya -

c. Gunting Kuku
- Frekuensi 1x dalam seminggu -

- Cara Dipotong oleh ibunya -

d. Gosok Gigi
- Frekuensi - -

- Cara - -

7. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Kegiatan sehari-hari Tidak ada Tidak ada

b. Pengaturan jadwal harian Tidak ada Tidak ada

c. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada

d. Kesulitan pergerakan Tidak ada Terhalang oleh


tubuh infus
8. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
a. Perasaan saat sekolah - -
b. Waktu luang - -
c. Perasaan setelah rekreasi - -
d. Waktu senggang - -
keluarga
e. Kegiatan hari libur - -

k. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Pasien : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-Tanda vital
a. Tekanan Darah : -
b. Denyut Nadi :138x/menit
c. Suhu : 37̊C
d. Pernafasan : 30x/menit
4. Berat Badan : 8,2kg
5. Tinggi Badan : 60 cm
6. Kepala
a. Inspeksi
Keadaan Rambut & Hygine Kepala
- Warna rambut : Hitam
- Penyebaran : Merata
- Mudah rontok : Tidak
- Keberisahan rambut :
b. Palpasi
- Benjolan : Tidak ada
- Nyeri tekan : Tidak ada
- Tekstur rambut : Tidak ada
7. Muka
a. Inspeksi
- Simetris / tidak : simetris
- Bentuk wajah : bulat
- Gerakan abnormal : tidak ada
- Ekspresi wajah : murung
b. Palpasi
- Nyeri tekan/ tidak : tidak ada
- Data lain :-
8. Mata
a. Inspeksi
- Pelpebra :
- Sklera :
- Conjungtiva :
- Pupil :
1. Myosis/ midriasis :
2. Reflek pupil terhadap cahaya:
- Posisi mata : simestris
- Gerakan bola mata :-
- Penutupan kelopak mata : -
- Keadaan bulu mata :-
- Keadaan visus :-
- Penglihatan : normal
1. Kabur/tidak : tidak
2. Diplopia/tidak : tidak
b. Palpasi
- Tekanan bola mata : tidak ada
- Data lain :-
9. Hidung & Sinus
a. Inspeksi
- Posisi hidung : simetris
- Bentuk hidung :-
- Keadaan septum :-
- Secret/cairan :-
- Data lain :-
10. Telinga
a. Inspeksi
- Posisi telinga : simetris
- Ukuran/bentuk telinga : simetris
- Aurikel :-
- Lubang telinga : bersih
- Pemakaian alat bantu : tidak ada
b. Palpasi
- Nyeri tekan/tidak pemeriksaan : tidak ada
Uji pendengaran
- Rinne :-
- Weber :-
- Swabach :-
- Pemeriksaan vestibuler : -
- Data lain :-
11. Mulut
a. Inspeksi
- Gigi
a. Keadaan gigi : tidak ada
b. Karang gigi/karies : tidak ada
c. Pemakaian gigi palsu : tidak ada
- Gusi
a. Merah/radang/tidak : tidak
- Lidah
a. Kotor/tidak : tidak
- Bibir
a. Cianosis/pucat/tidak : tidak
b. Basah/kering/pecah : basah
c. Mulut berbau/tidak : tidak
d. Kemampuan bicara :-
e. Data lain :-
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa :
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
a. Inspeksi
- Kelenjar thyroid : tidak palpasi
- Kelenjar thyroid : tidak
- Kaku kuduk/tidak : tidak
- Kelenjar limfe : tidak
- Data lain : tidak
14. Thorax & Pernafasan
a. Inspeksi
- Bentuk dada : simetris
- Irama pernafasan :-
- Pengembangan diwaktu bernafas : -
- Tipe pernafasan :-
- Data lain :-
b. Palpasi
- Vokal fremitus :
- Masa/nyeri :
c. Auskultasi
- Suara nafas :
- Suara tambahan :
d. Perkusi
- Suara :
- Data lain :
15. Jantung
a. Palpasi
- Ictus cordis :
b. Perkusi
- Pembesaran jantung:
c. Auskultasi
- BJ I :
- BJ II :
- BJ III :
- Bunyi jantung tambahan :
- Data lain :
16. Abdomen
a. Inspeksi
- Membuncit :
- Ada luka/tidak :
b. Auskultasi
- Peristaltik :
c. Palpasi
- Hepar :
- Lien :
- Nyeri tekan :
d. Perkusi
- Tympani :
- Redup :
- Data lain :
17. Genitalia dan Anus : bersih tidak ada kelainan
18. Ekstrimitas Atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan/kiri :
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan/kiri :
- Tonus otak kanan/kiri :
- Koordinasi gerak :
b. Refleks :
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsangan suhu :
- Rasa raba :
19. Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Pergerakan kanan/kiri :
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan/kiri :
- Tonus otak kanan/kiri :
- Koordinasi gerak :
b. Refleks :
c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsangan suhu :
- Rasa raba :
20. Status Neuologi
1. Saraf-saraf cranial
a. Nervus I (Olfactorius) penghidung : tidak ada
b. Nervus II (Opticus) penglihatan : tidak ada
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens): tidak
ada
d. Nervus V (Trigeminus) : tidak ada
e. Nervus VII (Facialis) : tidak ada
f. Nervus VIII (acusticus) : tidak ada
g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus): tidak ada
h. Nervus XI (assesorius) : tidak ada
i. Nervus XII (Hypoglossus): tidak ada
l. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6tahun) Dengan Menggunakan
DDST
a. Motorik kasar :-
b. Motorik halus :-
c. Bahasa :-
d. Personal sosial : belum mandiri
m. Test Diagnostik Laboratorium
1. Hemoglobin : 12,6
2. Lekosit : 7,880
3. Hematrokrit : 36,40%
4. Trombosit : 256.000
5. Eritrosit : 4.990.000
6. Dift
- Lymfosit : 50,5%
- Mid : 9,3%
- Gra : 40,2%
n. Terapi Saat Ini
a. Infus Rl grojok 100cc , selanjutnya 800cc/24jam
b. Zink syr 1x cth 1
c. Cefotaxim 3x 200mg
d. Lacto B ½-½-0
o. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
Ds: pasien diare berkali- Diare Infeksi Bakteri
kali
Do:
S: 36◦c
N: 100x/menit
RR: 24x/menit
BB: 8,2kg

Ds: napsu makan pasien Resiko defisit nutrisi Proses Infeksi


menurun
Do:
S: 36◦c
N: 100x/menit
RR: 24x/menit
BB: 8,2kg

p. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal (D.0020)
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan (D.0032)
3. Luaran Keperawatan
No SLKI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Eliminasi Fekal (L.04033) membaik dengan
kriteria hasil:
1. Kontrol pengeluaran fases meningkat (5)
2. Distensi abdomen menurun (5)
3. Nyeri abdomen menurun (5)
4. Kram abdomen menurun (5)
5. Konsistensin fases membaik (5)
6. Frekuensi defekasi membaik (5)
7. Paristaltik usus membaik (5)
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan Status Nutrisi (L.03030) Membaik dengan
kriteria hasil:
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat (5)
2. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat
meningkat (5)
3. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat
meningkat (5)
4. Perasaan cepat kenyang menurun (5)
5. Nyeri abdomen menurun(5)
6. Diare menurun(5)
7. Frekuensi makan membaik (5)
8. Nafsu makan membaik (5)
9. Bising usus membaik (5)
10. Membran mukosa membaik (5)

4. Intervensi Keperawatan
No SIKI
1. Manajemen Diare (1.03101)
5. Observasi
- Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi
gastrointestinal, iritasi gastrointertinal, proses
infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek obat-
obatan, pemberian botol susu)
- Indentifikasi riwayat pemberian makanan
- Indentifikasi gejala invaginasi (mis. Tangisan
keras, kepucatan pada bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi, dn konsistensi
tinja
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
6. Teraupetik
- Berikan asupan caiaran oral (mis. Larutan garam
gula, oralit, pedialyte, renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis. Ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah dan
elektrolit
- Ambil sampel fases untuk kultur, jika perlu
7. Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara
bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentukan gas,
pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

8. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.
Loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik (mis. Papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.
Atapulgit, smektit, kaolin-pektin)
2. Manajemen Gangguan Makan (1.03111)
5. Observasi
- Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan
serta kebutuhan kalori
6. Terapeutik
- Timbang berat badan secara rutin
- Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas
fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
- Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat
badan, tanggung jawab perilaku)
- Dampingi kekamar mandi untuk pengamatan
perilaku memuntahkan kembali makanan
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
- Berikan konseling jika tidak mencapai trget sesuai
kontrak
- Rencanakan program pengobatan untuk perawatan
dirumah (mis. Medis, konseling)
7. Edukasi
- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan
ddan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis.
Pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas
berlebihan)
- Anjurkan pengaturan diet yang tepat
- Anjurkan keterampilan koping untuk penyelesaian
masalah perilaku makan
8. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

Anda mungkin juga menyukai