DIARE
Disusun Oleh:
EKA APRILLIA HASTYANING PANGESTU S.Kep
NIM : 19020021
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
c. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang
paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung, yaitu :
1. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah
kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
2. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah notura minor.
3. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk
spinkter pilorus.
4. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum
kordi samapi pilorus.
5. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi
kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior
d. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi
hasil pencernaan makanan
Usus halus terdiri dari :
1. Duodenum
a. Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu
kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas.
Pada bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang
nambulir disebut papila vateri.
2. Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.
3. Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8
bagian:
1. Sekum.
2. Kolon asenden.
terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum
sampai kehati, panjangnya ± 13 cm.
3. Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4. Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang ± 28 cm.
5. Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6. Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S"
ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7. Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
8. Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar.
5. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen
usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak
dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi
dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan
malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat
pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya),
parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa
melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga
usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa
(Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang,
output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
5. Klasifikasi Diare
Klasifikasi Diare Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan
persisiten.
a. Diare akut adalah
buang air besar pada bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari,
disertai dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu
minggu,
b. diare kronis sering
kali dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang
lebih lama yaitu diare melebihi satu minggu, sebagian besar
disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten
adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare
berkelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar
untuk naik kembali (Amabel, 2011).
Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu
berdasarkan lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
a. Berdasarkan lama diare
1) Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah
(failure to thrive) selama masa diare tersebut.
b. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
1) Diare sekresi
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan
elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini
adalah volume tinja yang banyak.
2)Diare osmotik
Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya
tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh
obatobat/zat kimia yang hiperosmotik seperti (magnesium sulfat,
Magnesium Hidroksida), mal absorbs umum dan defek lama
absorbi usus missal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi
glukosa/galaktosa.
PATHWAY
Isi usus
Penyerapan makanan
di usus
Diare
Mual muntah
Hilang cairan & Iritasi , ruam
elektrolit berlebihan
Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan kulit
keseimbangan cairan
Ketidakseimbanga
Dehidrasi n nutrisi: kurang
dari kebutuhan
7. Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
Renjatan hipovolemik.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
Hipoglikemia.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut :
1. Terapi Cairan
Satu liter D5W menyediakan kurang dari 200 kkal dan mengandung
50g glukosa. Seharusnya tidak digunakan untuk resusitasi cairan
karena hiperglikemia dapat terjadi. Ini juga harus dihindari untuk
digunakan pada klien yang berisiko untuk peningkatan tekanan
intrakranial karena dapat menyebabkan edema serebral.
e) Cairan Ringer
1 gtt = 3 mgtt
1 cc = 20 gtt
1 cc = 60 mgtt
1 kolf = 1 labu = 500 cc
1 cc = 1 mL
mggt/menit = cc/jam
konversi dari gtt ke mgtt kali ( x ) 3
konversi dari mgtt ke gtt bagi ( : ) 3
1 kolf atau 500 cc/ 24 jam = 7 gtt
1 kolf atau 500 cc/24 jam = 21 mgtt
volume tetesan infus yang masuk per jam infus set mikro iyalah = jumlah
tetesan x 1
volume tetesan infus yang masuk per jam infus set makro iyalah = jumlah
tetesan x 3
Jumlah tetesan per menit nya = jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes /
waktu ( menit )
2. Seperti orang dewasa, anak dengan berat badan yang kurang dari 7
kg membutuhkan infus set dengan tetes faktor yang berbeda.
Tetes mikro, faktor tetes:
1 ml ( cc ) = 60 tetes / cc
Menurut Purohito, cara menghitung tetesan infus per menit ( TPM ) secara
sederhana adalah :
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan
pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,
feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari,
3 — 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)
1.1.1. Pengkajian
1. Pengkajian (data subjektif dan objektif)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi (00013)
2. Resiko kekurangan volume cairan (00028)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan
(00002)
4. Kerusakan integritas kulit (00047)
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan manajemen diare (0460)
malabsorbsi (00013) selama 3 x 24 jam diharapkan pasien 1. Identifikasi faktor
membaik dengan indikator: yang menyebabkan
diare (misalnya
1. 1. Kontinensi usus (0500) medikasi, bakteri,
dan pemberian
kode indikator SA ST makan lewat slang)
050008 mengenali untuk 2. Monitor tanda
defekasi dangejala diare
050003 meminimalkan feses 3. Instruksikan pasien
sehari 3kali atau keluarga untuk
050013 minum cairan secara mencatat warna,
adekuat volume, frekuensi,
K dan konsistensi tinja
kketerangan 4. Ukur output (diare)
1 1: tidak pernah menunjukkan pasien
2 2: jarang menunjukkan 5. Berikan makanan
3 3: kadang-kadang menunjukkan dalam porsi kecil
4 4: sering menunjukkan dan lebih sering serta
5 5: secara konsisten menunjukkan tingkatkan porsi
secara bertahap
6. Anjurkan pasien
menghindari
makanan pedas dan
menimbulkan gas
dalam perut
7. Anjurkan pasien
untuk menghindari
dulu makanan yang
mengandung laktosa
8. Kolaborasi
pemberian obat
antidiare secara tepat
9. Konsultasikan dokter
jika terjadi
peningkatan bising
usus serta tanda dan
gejala diare menetap
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluide management
(00028). selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Timbang
cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien dapat popok/pembalut jika
teratasi dengan kriteria hasil: diperlukan
1. Hidrasi (0602) 2. Pertahankan catatan
kode indikator SA ST intake dan output yang
060201 turgor kulit akurat
060202 membrane mukosa 3. Monitor status hidrasi
lembab (kelembaban membran
060208 bola mata cekung mukosa, nadi adekuat,
060226 diare tekanan ortostatik), jika
diperlukan
keterangan 4. Monitor vital sign
1: sangat terganggu 5. Kolaborasikan cairan IV
2. besarly compromised 6. Monitor status nutrisi
3: cukup terganggu 7. Dorong masukan oral
4: sedikit terganggu 8. Kolaborasi dengan
5: tidak terganggu dokter.
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
2. Monitor tingkat HB dan
hematokrit
3. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
4. Monitor berat badan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Nutrition management
dari kebutuhan tubuh berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi
dengan Ketidakmampuan mencerna nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria makanan
makanan (00002). hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli
1. nafsu mkan (1014) gizi untuk menentukan
kod indikator S S jumlah kalori dan nutrisi
e A T yang dibutuhkan pasien
101 hsrat/keinginan 2 5 3. Anjurukan pasien untuk
401 untuk makan meningkatkan intake IV
101 merasakan makanan 2 5 4. Anjurkan pasien untuk
404 meningkatkan protein
101 intake makana 3 5 dan vitamin C
407 5. Berikan substansi gula
keterangan 6. Monitor jumlah nutrisi
1: sangat terganggu dan kandungan kalori
2: banyak terganggu 7. Berikan informasi
3: cukup terganggu tentang kebutuhan
4: sedikit terganggu nutrisi
5: tidak terganggu
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, HB, dan
kadar HT
11. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
3. Resiko kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management:
(00047) selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan 1. Anjurkan pasien untuk
integritas kulit pasien dapat teratasi dengan menggunakan pakaian
kriteria hasil: yang longgar
1. integritas jarigan: kulit dan membrane 2. Jaga kebersihan kulit
mukosa (1101) agar tetap bersih dan
kode indikator SA ST kering
110101 suhu tubuh 3. Mobilisasi pasien ( ubah
110113 integritas kulit posisi pasien) setiap 2
110122 wajah pucat jam sekali
060226 diare 4. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
keterangan daerah tertekan
1: sangat terganggu 5. Monitor aktivitas dan
2: banyak terganggu mobilisasi pasien
3: cukup terganggu 6. Memandikan pasien
4:sedikit terganggu dengan sabun dan air
5: tidak terganggu hangat
DAFTAR PUSTAKA
1.