Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK An.

A
DENGAN MASALAH DIARE DIDESA DRONO RT 01
TEMBARAK TEMANGGUNG JAWA TENGAH

Di Susun Oleh :
Vika Vijayanti
190 300 701

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2020
Lembar pengesahan

Asuhan keperawatan anak pada An. A dengan masalah Diare Didesa Drono
Rt 01 Tembarak Temanggung Jawa Tengah telah disetujui dan dipertahankan didepan
pembimbing lahan praktik dan diterima sebagai syarat untuk menyelesaikan program
di Stase Anak Profesi Ners Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Mahasiswa
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih perhari) yang
disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes
RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan
tiga kali atau lebih per hari (Ramaiah, 2007:13).
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap
makanan. Bakteri ini sangatsenang berada dalam tinja manusia, air
kotor, dan makanan basi. Untuk mencegahterjadinya diare, makanan
yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk
selalu mencuci tangan dengan bersih (Widjaja.2005:26).
Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare
adalah kehilanangn cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuiensi satu kali atau lebih buang air bentuk tinja encer atau
cair
Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jika dilihat definisinya, diare adalah gejala buang air besar
dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa
air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan
berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti
diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau
dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras. Jadi
diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat
disertai atau tanpa disertai

2. Anatomi dan Fisiologi


1) Anatomi sistem pencernaan
a. Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian :
1) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi,
bibir dan pipi.
2) Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah
belakang bersambung dengan faring.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan, merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan didepan ruas tulang
belakang.
c. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak
dibawah lambung. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan
tulang punggung setelah melalui thorak menembus diafragma masuk
kedalam abdomen ke lambung.
d. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat
mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian
lambung, yaitu :
1) Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah
kiri osteum kardium biasanya berisi gas.
2) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah notura minor.
3) Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk
spinkter pilorus.
4) Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum
kordi samapi pilorus.
5) Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi
kiri osteum kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai
ke pilorus anterior.
e. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6cm,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan obstruksi
hasil pencernaan makanan.
Usus halus terdiri dari :
1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu
kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada
bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang nambulir disebut
papila vateri.
2) Yeyunum
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus,
di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa panjangnya ± 2-3 meter.

3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia panjangnya sekitar ± 4-5 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus besar/interdinum mayor
Panjangnya ± 1 meter, lebar 5-6 cm, fungsinya menyerap air dari
makanan, tempat tinggal bakteri koli, tempat feces. Usus besar terdiri atas 8
bagian:
1) Sekum.
2) Kolon asenden.
Terletak diabdomen sebelah kanan, membujur keatas dari ileum sampai
kehati, panjangnya ± 13 cm.
3) Appendiks (usus buntu)
Sering disebut umbai cacing dengan panjang ± 6 cm.
4) Kolon transversum.
Membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden dengan
panjang ± 28 cm.
5) Kolon desenden.
Terletak dirongga abdomen disebelah kiri membujur dari anus ke
bawah dengan panjangnya ± 25 cm.
6) Kolon sigmoid.
Terletak dalam rongga pelvis sebelah kiri yang membentuk huruf "S"
ujung bawah berhubungan dengan rektum.
7) Rektum.
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus.
8) Anus.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pencernaan


2) Fisiologi sistem pencernaan
Usus halus mempunyai dua fungsi utama, yaitu : pencernaan dan
absorpsi bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan
lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin terhadap makanan
masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-
enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret
pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk
kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses pencernaan
dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas
bagi kerja lipase pankreas (Price & Wilson, 1994).
Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan,
yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan
hormon (Sjamsuhidajat Jong, 2005). Pergerakan segmental usus halus
mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan
sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung
ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan
suplai kontinu isi lambung (Price & Wilson, 1994).
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-
sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi
berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang
sebagian kurang dimengerti (Price & Wilson, 1994).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung
massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung (Preice &
Wilson, 1994). Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak
rantai pendek serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut
membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah
terjadinya dehidrasi. (Schwartz, 2000)
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon
kanan dan meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola
yang paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksai ini
menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan dan kolinergik.
Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad
melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, tekanan 100-200 mmHg, tiga
sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi. (Schwartz, 2000)
Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, dan
produksi intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan.
Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang
tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari. (Schwartz, 2000)

3. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor Makanan
 Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
 Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.
4. Tanda dan Gejala
 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
 Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
 Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
 Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
 Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
 Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran
menurun.
 Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
5. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapat timbul diare pula.
Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan sebagai
berikut :
faktor infeksi Faktor malabsorbsi Faktor makanan Faktor Psikologi
KH,Lemak,Protein

Masuk Tek. Osmotik meningkat toksin cemas


& berkembang dlm usus

Hipersekresi air Pergeseran air dan hiperperistaltik


dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus Menurunya kesempatan usus
menyerap makanan

Hipertermi DIARE

Frekuensi BAB meningkat Distensi abdomen

Kehilangan cairan & Gg. integritas kulit


Elektrolit berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elektrolit Asidosis Metabolik Mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak Nafsu makan menurun

Gagguan Oksigenasi Perubahan nutrisi

6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

7. Komplikasi
 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
 Renjatan hipovolemik.
 Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
 Hipoglikemia.
 Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
 Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
 Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan
rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan
karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya
rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak
tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat
diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala
akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Derajat
dehidrasi ringan, sedang, berat dapat dinilai dengan Skor Mourice
King.
Menilai tingkat dehidrasi ringan sedang berat dengan
menggunakan Skor Maurice King, sebagai berikut :
Keterangan:
 Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
 Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
 Nilai 7-12: dehidrasi berat

2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak
tak jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
3. Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
atau memberikan vaksin
d. Memberikan oralit 100-200 ml untuk anak-anak dan tablet zinc
B. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
1. Kebutuhan Oxygenasi
Meningkatnya frekuensi buang air besar memungkinkan terjadinya
kekurangan cairan dan elektrolit yang berat sehingga menimbulkan intoleransi
metabolisme dalam tubuh dan tubuh menjadi asidosis metabolic untuk
mempertahankan tubuh tetap seimbang maka nafas menjadi lebih cepat
(sesak).
2. Kebutuhan cairan dan elektrolit
Diare mengakibatkan pengeluaran air dan elektrolit berlebih, dengan
adanya hipokalemi, hiponatremi dan sebagainya, meka perlu adanya koreksi
dengan rehidrasi cairan elektrolit secara instan.
3. Kebutuhan sirkulasi
Pada keadaan hipovolemia menyebabkan penurunan tekanan darah,
tachycardia sebagai respon untuk meningkatakan perfusi jaringan. Adanya
deklasi kalium dapat menimbulkan disritmia jantung.
4. Kebutuhan Eliminasi
Peningkatan frekuensi BAB menyebabkan dehidrasi, maka ginjal
menahan Na+ dan air sehingga urin menjadi pekat dan produksinya menurun.
5. Kebutuhan nutrisi
Diare dapat menyebabkan anorexia dan peningkatan rasa haus.
Penurunan berat badan 2% pada diare ringan, 5% pada diare sedang ,dan 8%
pada diare berat sebagai akibat menurunya absorbsi usus terhadap nutrient.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan
dengan pengumpulan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui
berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas klien
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-
11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence
penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih
imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi
usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien
tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB
cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.
3. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku
yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakit klien dan lain-lain.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan.
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan
suhu tubuh.
3) Keadaan sistem tubuh
a. Mata : cekung, kering, sangat cekung
b. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
f. Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare / output berlebih dan intake yang kurang.
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
skunder terhadap diare
4) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekwensi diare.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,
RR : < 24 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cekung,
UUB tidak cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.
Intervensi :
a. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
b. Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat
keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
c. Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt.
d. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada klien, 2-3
lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
e. Kolaborasi :
1. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).
2. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
3. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit
agar seimbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare/output berlebih dan tidak adekuatnya intake.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x24 jam di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
- Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat
- obat-obatan atau vitamin
R/ Mengandung zat yang diperlukan oleh tubuh
3) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio
laesa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh (
adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
4) Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama 3 x 24 jam
integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan
baik dan benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Ringroad Barat Daya No.1, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN ANAK (untuk yang berumur lebih dari 28/30 hari)
UNIVERSITAS ALMA ATA PROGRAM STUDI NERS

Nama Mahasiswa : Vika Vijayanti


NIM : 190300701
Tanggal Pengkajian : Kamis 16 Juli 2020

A. DATA IDENTITAS PASIEN


Nama. : An.
Tempat/tgl lahir : Temanggung, 15 maret 2016
Usia : 3 Tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Pendidikan : belum sekolah
Nama Ayah/Ibu : Tn.Y /Ny.S
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Agama : Islam
Alamat : Desa Drono RT 01 , Kec Tembarak, Kab.
Temanggung, Jawa Tengah
Suku bangsa : Jawa

B. RIWAYAT KESEHATAN
1). Keluhan Utama
Ny. S mengatakan anak nya telah mengalami diare selama 2 hari,
BAB encer, dan badan anak sedikit hangat.

2). Riwayat Kesehatan Sekarang


An. A diare sejak 2 hari, Keadaan umum An. A baik, tampak turgor
kulit baik kembali >2 detik, bising usus 35x/mnt, suhu 37 °C, mata tdk
cekung, mulut tdk kering, N : 122x/mnt, R: 23x/mnt

3). Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Prenatal
Pemerikasaan kehamilan : Rutin / teratur sesuai jadwal
Keluhan saat hamil : ada bercak darah saat ke hamilan 3 bulan.
. Natal
An.P lahir ditolong oleh bidan, letak belakang kepala, spontan,
langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 48
cm, umur kehamilan 7 bulan.
3. Postnatal
Keadaan bayi sehat (kondisi BB dan TB lahir anak normal rata-rata
pada umumnya).
Masalah menyusui : hanya minum ASI dari usia satu hari
sampai usia 1 setengah tahun setelah itu
dilanjutkan dengan susu formula dan makanan
tambahan hingga sekarang.
Penyakit yang pernah dialami : batuk dan demam

C. RIWAYAT MASALALU
1) Penyakit masa Lalu : sebelum terjadi diare diketahui bahwa An. A
sering jajan sembarangan, dan jarang cuci tangan sebelum makan, untuk
makanan di rumah Ny.S selalu mencuci dan memasak makanan hingga
benar-benar matang.
2) Imunisasi : Lengkap

D. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram

Keterangan: = laki-laki = laki-laki meninggal

= Prempuan = perempuan meninggal

= Klien = tinggal serumah


E. Riwayat Kesehatan Keluarga
NY S mengatakan anggota tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti
jantung, HT dan diabetes dan anggota keluarga tidak ada yang sedang
mengalami diare.

F. RIWAYAT SOSIAL
a. Pengasuh : Ibu kandung dan anggota keluarga lainnya
Hubungan dengan Anggota Keluarga : Anak dari Ny.S
Hubungan dengan Teman Sebaya : Ny.S mengatakan An.A tidak ada
masalah dengan teman sebayanya
Pembawaan Secara Umum :Ny.S mengatakan AN.A aktif didalam maupun
diluar dan sering bermain di luar rumah.
Lingkungan Rumah :Aman, terjaga dan bersih

G. KEBUTUHAN DASAR
a. Nutrisi (makanan dan cairan)
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Nafsu/ selera makan : selera makan kurang sejak mengalami diare karena
lemas.
Alergi : tidak ada riwayat alergi makanan
Waktu pemberian makan : Pagi sekitar jam 07. 00 WIB
Siang sekitar jam 12.30 WIB
Sore sekitar jam 18.00 WIB
Jumlah dan jenis makanan : jumlah dalam setengah atau seperemat porsi
nasi , jenis nasi,telur, sayur
Waktu pemberian minum : frekuensi < 4 gelas/ hari

b. Personal Higiene
Kebersihan tubuh : keadaan tubuh kulit coklat sawo dan badan bersih .
Kebersihan gigi dan mulut : gigi cukup bersih dan ada karises gigi, mulut
bersih, bibir tidak kering.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan panjang dan
kotor berwarna hitam.
Mandi 2 kali sehari
c. Aktivitas Bermain
Aktif, An.A mandiri untuk mandi dan makan, eliminasi,
mengganti pakaian
d. Eliminasi
a. BAB
Pola BAB : < 3kali sehari dan tidak menentu
Karakter feses : encer atao hanya air
Riwayat perdarahan : Tidak ada
b. BAK
Pola Bak : > 4 kali sehari
Karakter urine : kuning jernih
Tidak ada nyeri saat BAK
H. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Badan Normal, pergerakan anak aktif

b. Kesadaran : Compos mentis


c. Antropometri :
Tinggi Badan : 108 cm Lingkar Kepala : 44 cm
Berat Badan : 12 Kg Lingkar Dada : 55 cm
Lingkar Lengan Atas : 15 cm Lingkar Perut : 53 cm
d. Tanda-tanda vital
TD : - mmHg Suhu : 37 0 C
Nadi : 122 kali/menit Respirasi : 23 kali/menit

1. Kepala :
Simetris, bentuk bulat, tidak ada lesi atau benjolan
2. Mata :
Tidak ada oedem pada kelopak mata
alis merata Visus (tidak dilakukan)
Tidak cekung.
Tidak ada belek/secret mata
3. Hidung :
Bersih/tidak ada secret pada llubang hidung, simetris kiri dankanan,
lubang hidung lengkap.
4. Mulut :
gigi cukup bersih dan ada karises gigi di depan, mulut bersih, bibir
tampak tidak kering
5. Telinga :
Bentuk telinga : normal/tidak ada kelainan
Ukuran telinga : normal/ tidak ada kelainan, sejajar dengan mata
Lubang hidung : normal, tidak ada serumen pada lubang hidung
6. Leher :
Bentuk telinga : normal/tidak
ada kelainan Simetris
Tidak ada lesi
7. Dada : Jantung
Inspeksi ; bentuk dada simetris kanan kiri (barrel shest), pergerakan
dada simetris, tidak ada bunyi tambahan.
Abdomen
Inspeksi : bentuk agak berisi, warna putih, tidak ada lesi
8. Ekstremitas Ekstremitas Atas :
Tangan kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi,
kekuatan otot Ekstremitas Bawah :
Kaki kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi,
kekuatan otot Kulit :
Kebersihan : kulit lembab dan berdaki
Kehangatan : akral teraba hangat
Warna : sawo matang,Turgor : turgor kembali kurang dari 2 detik
Kelainan kulit : tidak ada kelainan kulit
I. ASPEK MENTAL-INTELEKTUAL
1. Intelektual Orangtua
Ny. S mengatakan tidak tahu tentang penyakit mulai dari pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dan komplikasi. Presepsi orang tua terhadap
penyakit anaknya ingin anak cepat sembuh supaya bisa bermain dan
beraktivitas seperti biasa
2. Support System Keluarga
Ny. S mengatakan An. A selalu di jaga dan diperhatikan oleh orang-orang
terdekatnya.

J. ANALISA DATA
Nama : Vika Vijayanti
Nim. : 190300701
Hari/tgl : Kamis 16 Juli 2020
No DATA PROBLEM ETIOLOGI

1  DS Diare Malabsorbsi
makanan
Ny S mengatakan anaknya sudah diare selama 2
hari, BAB cair/air saja, An. A sering jajan
sembarangan.
 DO
-Keadaan umum An. A baik

-Skor mouriceking : Dehidrasi Ringan ditandai


tampak turgor kulit baik kembali >2detik
mata tdk cekung, mulut tdk kering
-bising usus 35x/mnt, suhu 37 °C N : 122x/mnt,
R: 23x/mnt

2.  DS Resiko
Ketidak
Ny S mengatakan anaknya sudah diare selama 2 seimbangan
hari, BAB cair/air saja, An. A sering jajan Elektrolit.
sembarangan. Ny. S mengatakan anaknya sering
bolak balik WC dengan frekuensi sering.
 DO
-Skor mouriceking : Dehidrasi Ringan ditandai
tampak turgor kulit baik kembali >2detik
mata tdk cekung, mulut tdk kering
-bising usus 35x/mnt, suhu 37 °C N : 122x/mnt,
R: 23x/mnt

K. PRIORITAS MASALAH
1. Diare b/d malabsorbsi Makanan (00013)
2. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (00195)
L. RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Vika Vijayanti

Nim : 190300701

No. DP HARI/TGL Dx PERENCANAAN TTD


/JAM KEPERAWA
Tujuan dan Intervensi
TAN.
Kriteria Hasil
1. Kamis, 16 Diare b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen Diare
Juli 2020, malabsorbsi selama 2x 8jam masalah Diare dapat (0460)
jam : 09:00 WIB. Makanan teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Observasi turgor kulit
(00013) 1. Konsistensi Bowel (0500) 2. Identifikasi faktor
Indikator Awa Ak penyebab diare
l hir seperti makanan
1. Mengontrol pengeluaran 2 3 3. Ajari keluarga cara
Feses membuat obat anti
2. Mengenali keinginan 3 4 diare (Oralit 100-200
BAB ml setiap kali BAB)
3. Mengomsumsi serat 2 4 et. Buku bagan
adekuat MTBS 2015.
4. Mengomsumsi minuman 3 5 4. monitor TTV
adekuat 5. evaluasi Intake
5. Diare 2 4 makanan selama sakit
6.monitor konsistensi BAB 3 4 6. instruksikan pada
seperti frekuensi,durasi keluarga pasien untuk
Keterangan : mengatur diet tinggi
1. Tidak pernah dilakukan serat dan tinggi
2. Jarang dilakukan protein.
3. Kadang dilakukan
4. Sesekali dilakukan
5. Selalu dilakukan
2. Kamis , 16 Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan/elektrolit
Juli 2020, Ketidakseimban selama 2x8 jam diharapkan masalah Resiko (2080)
jam : 09:00 WIB gan Elektrolit ketidakseimbangan elektrilit dapat teratasi, 1. observasi adanya tanda
(00195) dengan kriteria hasil : dehidrasi
1. HIDRASI (0602) 2. monitor kehilangan cairan
Indikator Awa Akhi karena diare
l r 3. monitor perubahan TTV
1. Turgor kulit 3 4 4. berikan cairan adekuat
2. intake cairan 3 5 5. monitor penyebab
3. Haus 3 4 ketidakseimbangan
4. Mata cekung 4 5 elektrolit
5. Diare 2 3 6. kolaborasi dengan keluarga
6. Eval suhu tubuh 2 3 untuk memberikan diet
Keterangan : sesuai kebutuhan An. A
1. Masalah Berat
2. Masalah Besar
3. Masalah Sedang
4. Masalah Ringan
5. Tidak ada masalah
M. IMPLEMENTASI

Nama Klien :Anak A Mahasiswa :Vika Vijayanti (190300701)


No HARI/T JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
DP GL
1. Kamis 16 juli. Pukul : 09:00 WIB
2020
1. Melakukan periksaan head . S: Ny S mengatakan anaknya sudah diare selama 2
totoe dan pemeriksaan hari, BAB cair/air saja, An. A sering jajan
tanda vital sembarangan.
2. mengkaji adanya masalah
kesehtan yang dialami An. O : KU baik
A
- Skor mouriceking : Dehidrasi Ringan
3. mengkaji riwayat penyakit
keluarga dan makanan ditandai dengan tampak turgor kulit baik kembali
sebelum An. A sakit >2detik, mata tdk cekung, mulut tdk kering
4. menanyakan pada keluarga
terkait riwayat bowel An. - bising usus 35x/mnt, suhu 37 °C,N : 122x/mnt,R:
A 23x/mnt
5. menjelaskan hasil
pemeriksaan An. A A: Masalah Diare belum teratasi dengan indikator hasil
6. menjelaskan apa yang :
dimaksut diare, faktor Konsistensi Bowel (0500)
penyebabnya dan resiko Indikator Aw Akh
dehidrasi al ir
7. memberikan penjelasan 1. Mengontrol pengeluaran Feses 2 3
cara menangan yang tepat 2. Mengenali keinginan BAB 3 4
untuk anak dengan diare. 3. Mengomsumsi serat adekuat 2 4
8. mengevaluasi penjelasan tadi 4. Mengomsumsi minuman adekuat 3 5
dengan menanyakan kepada 5. Diare 2 4
keluarga An. A 6.monitor konsistensi BAB seperti 3 4
frekuensi,durasi
P: Lanjutkan intervensi dengan monitor dehidrasi
dan ajarkan Ny. S cara membuat oralit di rumah.

2. Kamis 16 10:00 1. Melakukan periksaan head S : Ny S mengatakan anaknya sudah diare selama 2
juli WIB totoe, TTV dan tanda hari, BAB cair/air saja, An. A sering jajan
2020 dehidrasi menggunkan skor sembarangan. Ny. S mengatakan anaknya sering
mauriceking bolak balik WC dengan frekuensi sering.
2. mengkaji adanya masalah
kesehatan yang dialami An. O : Skor mouriceking : Dehidrasi Ringan
A ditandai dengan tampak turgor kulit baik kembali
3. mengkaji riwayat penyakit
>2detik, mata tdk cekung, mulut tdk kering
keluarga dan makanan
sebelum An. A sakit - bising usus 35x/mnt, suhu 37 °C,N : 122x/mnt,R:
4. menanyakan pada keluarga 23x/mnt
terkait riwayat bowel An.
A A: Masalah Resiko Ketidakseimbangan elektrolit
5. menjelaskan hasil belum teratasi dengan indikator hasil :
pemeriksaan An. A DEHIDRASI (0602)
6. menjelaskan apa yang
dimaksut diare, faktor Indikator Awal Akhir
penyebabnya dan resiko 1. Turgor kulit 3 4
dehidrasi 2. intake cairan 3 5
7. memberikan penjelasan 3. Haus 3 4
cara menangan yang tepat 4. Mata cekung 4 5
untuk anak dengan diare 5. Diare 2 3
dengan mendukun cairan 6. Eval suhu tubuh 2 3
yang adekuat seperti P : lanjutkan intervensi dengan monitor tanda dehidrasi,
pemberian oralit, tablet TTV dan menganjurkan An. A untuk minum air yang
zinc, vit A dan minum air banyak.
yang banyak.
8. mengevaluasi penjelasan tadi
dengan menanyakan kepada
keluarga An. A
1. Jumat 10:30 1. Melakukan pengkajian S: Ny S mengatakan sudah meminta anaknya untuk
17 juli WIB terkait masalah kesehatan banyak minum air karena An. A masih diare
2020 yang dialami An. A
2. Mengobservasi turgor - Ny.S mengatakan sudah dapat membuat larutan
kulit oralit secara mandiri sesuai instruksi perawat untuk
3. Mengidentifikasi faktor memberikan sedikit demi sedikit dengan dosis 100-
penyebab diare seperti 200ml setiap An. A BAB
makanan
- Ny. A menanyakan makanan apa saja yang tinggi
4. Mengajari keluarga cara serat
membuat obat anti diare
(Oralit 100-200 ml setiap O : Ny. A tampak Kooperatif
kali BAB) et. Buku bagan
MTBS 2015. Atau dengan - tampak An. A sudah aktif bermain dengan
membuat larutan gula & temannya
garam.
5. Mengajari An. A cara - Skor mouriceking : Dehidrasi Ringan
mencuci tangan yang ditandai dengan tampak turgor kulit baik kembali
benar serta waktu dan >2detik, mata tdk cekung, mulut tdk kering
dimana harus cuci tangan.
6. Memonitor TTV - bising usus 30x/mnt, suhu 36,2 °C,N :
7. Mengevaluasi Intake 120x/mnt,R: 20x/mnt
makanan selama sakit
A: Masalah Diare teratasi sebagian dengan indikator
8. Menginstruksikan pada hasil :
keluarga pasien untuk Konsistensi Bowel (0500)
mengatur diet tinggi serat dan Indikator Aw Akh
tinggi protein al ir
1. Mengontrol pengeluaran Feses 3 4
2. Mengenali keinginan BAB 4 4
3. Mengomsumsi serat adekuat 4 4
4. Mengomsumsi minuman adekuat 5 5
5. Diare 3 4
6.monitor konsistensi BAB seperti 4 4
frekuensi,durasi

P: Lanjutkan intervensi dengan monitor dehidrasi dan


diet tinggi serat.

2. Jumat 17 11:00 1. Mengobservasi adanya tanda S: Ny S mengatakan sudah meminta anaknya untuk
Juli 2020 WIB dehidrasi banyak minum air karena An. A masih diare
2. Memonitor kehilangan cairan
karena diare - Ny.S mengatakan sudah dapat membuat larutan
3. Memonitor perubahan TTV oralit secara mandiri sesuai instruksi perawat untuk
4. Memberikan cairan adekuat memberikan sedikit demi sedikit dengan dosis 100-
5. Memonitor penyebab 200ml setiap An. A BAB
ketidakseimbangan elektrolit - Ny. A menanyakan makanan apa saja yang tinggi
6. Melakukan kolaborasi
serat
dengan keluarga untuk
memberikan diet sesuai O : Ny. A tampak Kooperatif
kebutuhan An. A
- tampak An. A sudah aktif bermain dengan
temannya
- Skor mouriceking : Dehidrasi Ringan
ditandai dengan tampak turgor kulit baik kembali
>2detik, mata tdk cekung, mulut tdk kering
- bising usus 30x/mnt, suhu 36,2 °C,N : 120x/mnt,R:
20x/menit
A: Masalah Resiko Ketidakseimbangan elektrolit
teratasi sebagian dengan indikator hasil :
DEHIDRASI (0602)

Indikator Awal Akhir


1. Turgor kulit 4 4
2. intake cairan 4 5
3. Haus 4 4
4. Mata cekung 4 5
5. Diare 3 3
6. Evaluasi suhu tubuh 3 3
P : lanjutkan intervensi dengan monitor tanda dehidrasi
dan Out put An. A
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan anak sakit yang di lakukan pada
An. A mengalami masalah diare ditandai dengan peningkatan peristaltik > 35 hari,
BAB cair dan frekuensi Bowel meningkat selama kurang lebih 3 hari, maka dalam
bab ini saya akan membahas tentang penanganan diare pada anak dengan penyuluhan
kesehatan kepada orangtua anak dengan cara pembuatan Oralit atau aluran gula serta
menjelaskan gejala diare yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Saya
juga akan membahas kesenjangan-kesenjangan antara kasus seta di jurnal.
Pembahasan ini meliputi Problem, Intervention, Comparator (C), Outcome.
ANALISA JURNAL
Penulis : Ratna Kurnia Ilahi
Tahun : 2016
Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Penggunaan Oralit dan
Zinc Dalam Penanganan Pertama Diare Pada Anak Usia 1-5 Tahun
Jurnal : Pharmaceutical Journal, ISSN: 2461-114X
Halaman : 1-6 hlm

No Poin Analisa Analisa Jurnal PICO


1 Problem Masalah yang terdapat dalam jurnal dan kasus adalah
Jurnal : Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air
besar dengan konsistensi lembek atau cair, dan frekuensinya
tiga kali atau lebih dalam satu hari. Diare merupakan salah
satu masalah kesehatan anak yang utama di negara
berkembang seperti Indonesia. Penanganan diare pada anak,
terutama pemilihan terapi awal, dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya tingkat pendidikan ibu.
Kasus : Anak A umur 3 tahun mengalami diare baru 2 hari
dengan. Ny. S sangat cemas dengan keadaan anaknya namun
tidak mengetahui penanganan pertama diare dapat di lakukan
di rumah oleh karena itu dalam jurnal dengan pemberiaan
pendidikan kesehatan penanganan awal menggunakan oralit
dan zinc dapat menangani anak dengan diare.
2. Intervention Jurnal : Ibu yang datang ke Puskesmas Janti untuk
memeriksakan anaknya yang sedang sakit selain diare,
menolak untuk dilakukan wawancara, memberikan obat selain
oralit dan zinc untuk mengatasi diare, ibu yang memiliki anak
terkena diare usia 1-5 tahun yang sedang menjalani rawat inap
di Puskesmas Janti.
Kasus : melakukan pengjian aktual adanya tanda gejala diare,
monitor TTV dan skor mauriceking lalu memberikan
pendidikan kesehatan terkait resiko diare jika tidak ditangani
lalu mendemonstrasikan cara pembuatan larutan oralit di
rumah dengan dosis 100-200 ml setiap anak BAB.
3 Comparator Jurnal : Lokasi penelitian ini dilakukan di puskesmas Janti,
(C) Kecamatan Sukun, Kota Malang mulai bulan Maret sampai
dengan Mei 2014
Kasus : lokasi di desa Drono, Temabarak, Temanggung, Jawa
tengah ,intervensi dengan memberikan larutan oralit selama
2x24 jam setelah kunjungan pertama.
4 Outcome Jurnal : Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
pemberian informasi mengenai penanganan awal diare anak
menggunakan oralit dan zinc harus diberikan kepada semua
ibu tanpa melihat tingkat pendidikan yang dimilikinya
Kasus : Anak A umu 3 tahun dengan diare telah dilakukan
intervensi 2x 24 jam memberikan pengaruh terhadap
penurunan frekuensi diare pada anak A
DAFTAR PUSTAKA

1. Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta


2. Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed
6. EGC. Jakarta
3. Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo.
Surabaya.
4. Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
5. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta
6. Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta
7. Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta
LAMPIRAN.

Anda mungkin juga menyukai