Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR MEDIS GASTROENTERITIS

1. Definisi

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar dengan
konsisteni lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (DEPKES 2016).

Diare adalah pola buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer
serta adanya peningkatan frekwens BAB yang lebih dari biasanya (Nabiel, 2017)

Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat)
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm.
Definisi lain memakai kriteria frekuaensiyaitu buang air besar encer tersebut dapat
atau tanpa di sertai lender dan darah .

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung dan usus.

2. Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan(faring), kerongkongan,
lambung usus halus, ususbesar, rectum dan anus.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerapzat-zat gizi
kedalam aliran darah, serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem
pencernaan, yaitu:

1. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi
oleh palatum, sedangkan pada bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan
struktur lain dari dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu,
bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang
menuju faring.
Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai
beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan sebelum menelan, proses
mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan
digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak.
2. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan samping oleh
membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara langsung
pada epiglotis dalam faring. Lidah diinervasi oleh berbagai saraf. Bagian sensorik
diinervasi oleh nevrus lingualis, yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal).
Nevrus ini menginervasi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan. Saraf kranial
VII (fasialis) meninervasi dua pertiga anterior untuk rasa kecap. Saraf kranial IX
(glosofaringeal) meginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa kecap.
Sementara itu, inervasi motorik dilakukan oleh saraf kranial XII (hipoglosus).
Fungsi utama lidah meliputi
1) proses mekanik dengan cara menekan, melunakkan, dan membagi material;
2) melakukan manipulasi material makanan di dalam rongga mulut dan melakukan
fungsi dalam proses menelan;
3) analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa; serta
4) menyekresikan mukus dan enzim.
3. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat menyebabkan
salvias yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia mempunyai dua
set gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi
primer (gigi susu atau desisua) yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi
selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah pada
setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20), muncul (erupsi) pada sekitar 6
bulan sampai 2 tahun. Gigi susu berangsur tanggal pada usia 6 sampai 12-13 tahun,
kemudian diganti secara bertahap oleh gigi tetap (gigi permanen) pada orang
dewasa. Set kedua atau set gigi permanen berjumlah 8 buah pada setiap setengah
rahang (jumlahnya seluruhnya 32) dan mulai tumbuh pada usia sekitar 6 tahun.
Pada usia 25 tahun ditemukan semua gigi permanen, dengan kemungkinan
pengecualian dari gigi molar ketiga atau gigi sulung.
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di
atas gigi, lehernya dikelilingi gusi, dan akarnya berada di bawahnya. Gigi dibuat dari
bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga
pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian
gigi yang menjulang di atas gusi ditutupi email, yang jauh lebih keras daripada
dentin.
4. Esophagus
Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter
sekitar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di
taut gastroesofagus. Fungsi utama dari esofagus adalah membawa bolus makanan
dan cairan menuju lambung.
Merupakan saluran otot yang membentang dari kartilago krikoid sampai kardia
lambung. Esophagus dimulai di leher sebagai sambungan faring, berjalan ke bawah
leher dan toraks, kemudian melalui crus sinistra diagfragma memasuki lambung.
Secara anatomis bagian depan esophagus berbatasan dengan trachea dan kelenjar
tiroid, jantung, dan diafragma. Dibagian belakang esophagus berbatasan dengan
kolumne vertebra, sementara ditiap sisi berbatasan dengan paru-paru dan pleura.
Bagian tersempit esophagus bersatu dengan faring. Area ini mudah mengalami
cidera akibat instrument, seperti bougi, yang dimasukkan ke dalam esophagus.

5. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernan yang dapat mekar paling
banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di sebelah kiri daerah
hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang
utama, dan bagian bawah yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum
melalui orisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan pankreas.
Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Fungsi utama lambung adalah menyimpan makanan untuk pencernaan didalam
lambung, deudenum, dan saluran cerna bawah, mencampur makanan dengan
sekresi lambung hingga membentuk campuran setengah cair (kimus) dan
meneruskan kimus ke deudenum .
6. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari
lapisan mukosa (sebelahdalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang
dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus duabelas jari
(duodenum), ususkosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus halus
saat lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.
Saat dewasa panjang usus halus mencapai ± 6 meter.
Duodenum merupakan bagian terpendek usus, sekitar 7,5-10 cm, dengan diameter
1-1,5 cm. Jejenum terletak diantara duodenum dan ileum. Panjang jejunum 2,4 m.
panjang ileum sekitar sekitar 3,6 m. Ileum masuk sisi pada lubang ileosekal, celah
oval yang dikontrol oleh sfinker otot.
a. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus duabelas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya keusus kosong (jejunum). Usus duabelas
jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus duabelas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus duabelas jari terdapat dua muara saluranya itu dari pancreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan kedalam usus duabelasjari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b. Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usushalus, di antara usus
duabelas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusiadewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 12 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan
Digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong
berupa membrane mucus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus.
c. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam
empedu.

7. Usus Besar (kolon)


Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke rektum.
Secara fisiologis kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta
mengeluarkan kalium, bikarbonat, mukus, dan menyimpan feses serta
mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat pencernaan karbohidrat dan
protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan yang baik bagi bakteri untuk
menghasilkan vitamin K.
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak diserap, seperti zat
besi, kalium, fosfat yang ditelan, serta mensekresi mukus, yang mempermudah
perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke anus. Panjang usus
besar bervariasi, sekitar ± 180 cm. Usus besar dibagi menjadi bagian sekum, kolon
asenden, kolon transversum, kolon desensen, dan kolon sigmoid. Sekum adalah
kantong besar yang terletak pada fosa iliaka kanan. Sekum berlanjut ke atas
sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosekal, apendiks membuka ke dalam
sekum.
8. Hati
Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan berat ±1300-1550 g.
hati merah cokelat, sangat vascular, dan lunak. Hati terletak pada kuadran atas
kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang rawan kosta. Bagian tepi bawah
mencapai garis tulang rawan kosta. Tepi hati yang sehat tidak teraba. Hati
dipertahankan posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan ligamentum
peritoneum.
9. Pankreas
Merupakan organ panjang pada bagian belakang abdomen atas, memiliki
struktur yang terdiri atas kaput (didalam lengkungan duodenum), leher pankreas,
dan kauda (yang mencapai limpa). Pancreas merupakan organ ganda yang terdiri
atas dua tipe jaringan, yaitu jarinagan sekresi interna dan eksterna.
10. Peritoneum
Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh.
Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi
dinding rongga abdominal, dan peritoneum viseral, yang meliputi semua organ yang
berada di dalam rongga itu.
Fisiologi saluran cerna terdiri atas rangkaian proses memakan atau ingesti makanan
dan skresi getah pencernaan kedalam sistem pencernaan. Getah pencernaan
membantu pencernaan atau digesti makanan. Hasil pencernaan akan diabsorbsi
kedalam tubuh, berupa zat gizi.
11. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk kedalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB). Mengembangnya dinding rectum karena penumpukan material di dalam
rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan
defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan keusus
besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi
dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air
besar) yang merupakan fungsi utama anus.

3. Etiologi
Faktor infeksi diare menurut Ngasityah (2016) .
1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare
2. Infeksi bakteria : vibrio, E.coli ,salmonella campilobaster
3. Infeksi virus :Rostavirus, Calcivirus,Entrovirus ,Adenovirus, Astrovirus
4. Infeksi parasite : cacing, protozoa (entamoba histolica, giardia lambia), jamur
(candida aibicans).
5. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitas,
bronkopneumonia, ensevalitis, meliputi :
Faktor mal absorbi : karbohidrat, lemak, protein
Faktor makanan : basi, racun, alergi
Faktor psikologis : rasa takut dan cemas

4. Menifestasi Klinik

Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat. Nafsu makan


berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai
lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan
karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerahsekitarnya timbul
lecet karena sering defekasi dan terjadi makin lama makin asam sebagai akibat
makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus
selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan


karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asambasa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar manjadicekung (pada bayi).
Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairanyang hilang dapat dibagi menjadi:

Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan.

a. Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal.


b. TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal.
c. Turgor normal.
d. Mukosa sedikit kering.
e. Urin sedikit mengurang.

Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5-9 % berat badana.

a. Haus meningkat.
b. Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat.
c. Turgor menurun.
d. Membran mukosa kering.
e. Ubun-ubun normal.
f. Setatus mental normal sampai lesu.
g. Keluaran urin mengurang.

Dehidrasi berat : kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badana.

a. Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin.


b. Nadi capat dan halus kadang takteraba, TD menurun.
c. Haus meningkat.
d. Keluaran urin tidak ada.
e. Ubun-ubun cekung.

5. Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan gipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkikan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dan pengobatan diare


Pengobatan utama yang dibutuhkan adalah minum cairan yang cukup. Pada
penderita yang muntah harus minum sedikit demi sedikit untuk mengatasi dehidrasi,
yang selanjutnya bisa membantu menghentikan muntahnya. Muntah yang
berlangsung terus dan terjadi dehidrasi berat diperlukan infus cairan dan elektrolit.
Anak-anak lebih cepat jatuh dalam keadaan dehidrasi, mereka harus diberi larutan
garam dan gula, cairan yang biasa digunakan seperti minuman bersoda, teh,
minuman olahraga dan sari buah, tidak tepat diberikan pada anak-anak penderita
diare. Muntah yang berat dapat diberikan suntikan atau supositoria. Jika gejalanya
membaik, penderita secara bertahap mendapatkan makanan lunak seperti gandum,
pisang, bubur nasi, selai apel dan roti panggang. Jika makanan tersebut tidak
menghentikan diare setelah 12-24 jam dan bila tidak terdapat darah pada tinja,
berarti ada infeksi bakteri yang serius
Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam:

1. Pengobatan kausatif
Pengobatan yang tepat terhadap kausatif diare diberikan setelah kita mengetahui
penyebabnya yang pasti. Jika kausal diare ini penyakit parenteral, diberikan
antibiotik sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya antibiotik baru
boleh diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri
patogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit
atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat diberikan dengan
memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya.
2. Pengobatan simptomatik
a) Obat-obat anti diare:
Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaveri, extraktum belladona,
loperamid, kodein, dan sebagainya) justru akan memperburuk keadaan karena
akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya perlipat gandaan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi.
Obat-obat ini berkhasiat untuk menghentikan peristaltik, tetapi akibatnya sangat
berbahaya karena penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi
tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat yang
berakibat fatal untuk penderita.
b) Adsorben:
Obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, tabonal), bismut sub
bikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.
c) Stimulans:
Obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak akan
memperbaiki renjatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini adalah
kehilangan cairan sehingga pengobatan yang paling tepat adalah pemberian
cairan secepatnya.
d) Antiemetik:
Obat antiemetik seperti chlorpromazine (largactil) terbukti selain mencegah
muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja.
Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kg BB/hari) sekiranya
cukup bermanfaat. Tetapi pada anak obat antiemetik seperti chlorpromazine dan
prochlorperazine mempunyai efek sedatif, menyebabkan anak tidak mau
mengkonsumsi cairan. Oleh karena itu antiemetik tidak digunakan pada anak
yang diare. e) Antipiretik: Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal dan
aspirin) dalam dosis (2mg/th/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan
panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi penyerta
juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
3. Pengobatan Cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan
keadaan umum: a) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung osmolalitas 333 mOsm/L, glukosa 20 g/L, kalori
85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, kalium 20 mEq/L,
klorida 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
(1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang
dikenal dengan nama oralit. AKebutuhan cairan yang spesifik pada tiap kelompok
umur dapat dilihat
(2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain,
disebut CRO tidak lengkap. b) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP), pada umumnya
digunakan cairan Ringer laktat, formula tetesan yang saat ini dianjurkan adalah
berdasarkan penatalaksanaan diare menurut WHO. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi jumlah cairan yang keluar
bersama tinja dan muntah, perubahan tanda-tanda rehidrasi. Evaluasi sangat perlu
karena jika tidak ada perbaikan sama sekali maka tatalaksana pemberian cairan
harus diubah (kecepatan tetesan harus ditingkatkan). Sebaliknya kalau terdapat
gejala overhidrasi, kecepatan tetesan harus dikurangi. Setelah tanda dehidrasi
hilang, terapi pemeliharaan harus dimulai dengan jalan pemberian CRO dan
makanan kembali diberikan.

Terapi

Terapi pada diare dapat berupa non farmakologis dan farmakologis :

1) Terapi non farmakologis

Pasien sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi kalori, tinggi


protein, diet lunak tidak merangsang, bila tidak tahan laktosa diberikan rendah
laktosa, bila maldigesti lemak diberikan rendah lemak. Bila penyakit chron dan kolitis
ulserosa diberikan rendah serat pada keadaan akut. Minum yang banyak dan bila
perlu infus untuk mencegah dehidrasi.
2) Terapi farmakologis
a) Bila sesak nafas dapat diberikan oksigen, infus untuk memberikan cairan dan
elektrolit.
b) Pemberian antibiotika apabila terdapat infeksi
c) Bila penyebab penyakit berupa amoeba/parasit/giardia dapat diberikan
metronidazol.

d) Apabila pasien alergi terhadap makanan/obat/susu, dapat diobati dengan


menghentikan makanan/obat penyebab alergi tersebut.
e) Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip.
f) TB usus diobati dengan OAT
g) Diare karena kelainan endokrin, diobati dengan kelainan endokrinnya.
h) Malabsorbsi di atasi dengan pemberian enzim.
i) Kolitis diatasi sesuai jenis kolitisnya.

8. Discharge Planning
1. Jelaskan pada pasien apa saja penyebab diare
2. Ajarkan cara mencegah diare dan penularannya
3. Tekankan pada pasien untuk memperhatikan pola makannya
4. Hindari makanan dan minum yang terkontaminasi
5. Anjurkan pasien menggunakan obat-obat yang diresepkan
6. Anjurkan pasien untuk berolahaga
7. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi

Daftar Pustaka

Nuzul Gyanata Adiwisastra, Wawaimuli Arozal, Hesty Utami. 2019. Efektivitas


Implementasi Clinical Pathway pada Pasien Anak Gastroenteritis Akut (GEA) dengan
Dehidrasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Permata Kasih. Jurnal Medical Profession
(Medkos).Vol.3.No.2
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian 11 Pola Gordon


1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit pola
makannya tidak teratur. Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal
penting. Jika ada keluarga yang sakit maka akan segara dibawa ke rumah
sakit atau puskesmas terdekat.
2) Keadaan sejak sakit:Semenjak sakit pasien merasa cemas akan
penyakitnya. Pasien merasa ingin cepat pulang dan berkumpul dengan
keluarganya

2. Pola nutrisi dan metabolik


1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x
sehari dengan porsi dihabiskan makanan yang dikonsumsi berupa nasi,
sayur, ikan dan biasanya minum air putih 5-6 gelas sehari. Pasien juga
sering jajan makanan di pinggir jalan.
2) Keadaan sejak sakit: Pasien mengatakan semenjak sakit makan 3x sehari
1
dengan porsi yang dihabiskan /2 porsi dari 1 porsi bubur yang di
sediakan. Pasien mengatakan sering mual muntah dan juga mengalami
penurunan nafsu makan

3. Pola eliminasi
1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan BAB lancar, frekuensi 1x
sehari dengan kosistensi padat dan berwarna kuning kecoklatan. Tidak
ada masalah saat BAB. Pasien mengatakan BAK lancar kurang lebih 3-4
x/hari warna kuning jernih, bau pesing.
2) Keadaan sejak sakit: Semenjak sakit pasien mengalami BAB encer,
frekuensi lebih dari 5x sehari, kosistensi cair dan berwarna kuning
kehijauan bercampur lendir. BAK 4x sehari berwarna kuning dan berbau.
4. Pola aktifitas dan latihan
1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit dapat
beraktifitas seperti biasa, tanpa kendala apapun.
2) Keadaan sejak sakit: Semenjak sakit pasien tidak dapat beraktifitas
karena badannya terasa lemas dan hanya berbaring saja

5. Pola tidur dan istirahat


1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak ada gangguan saat
tidur. Tidur malam kurang lebih 7-8 jam dan tidur siang kurang lebih 2 jam.
Pasien juga mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat tidur.
2) Keadaan sejak sakit: Semenjak sakit pola tidur terganggu. Tidur malam
kurang lebih 5 jam dan tidak tidur siang.

6. Pola kognitif
1) Keadaan sebelum sakit: Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tidak
ada gangguan status mental
2) Keadaan sejak sakit: Pasien mengatakan tidak ada masalah pada panca
indranya.

7. Pola konsep diri


1) Keadaan sebelum sakit: Pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh
dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Pasien juga tidak mengeluh
terhadap masalah yang dialaminya
2) Keadaan sejak sakit: Pasien tidak mengalami harga diri rendah, tidak ada
masalah

8. Pola peran dan hubungan


1) Keadaan sebelum sakit: Pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan lingkungan sekitarnya
2) Keadaan sejak sakit: Pasien mengatakan hubungan keluarga dan perawat
terjalin dengan baik.
9. Pola reproduksi dan seksualitas
1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan tidak ada masalah yang
berhubungan dengan alat reproduksinya
2) Keadaan sejak sakit: Pasien tidak mengalami gangguan genetalia

10. Pola mekanisme koping


1) Keadaan sebelum sakit: Pasien tidak mengalami masalah emosional.
2) Keadaan sejak sakit: Pasien mengalami kecemasan terhadap
penyakitnya.

11. Pola nilai dan kepercayaan


1) Keadaan sebelum sakit: Pasien mengatakan aktifitas ibadahnya seperti
biasa.
2) Keadaan sejak sakit: Semenjak sakit aktifitas beribadahnya terganggu.

B. Diagnosa Keperawatan

C. Intervensi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai