DIARE
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengan
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat (Markum, 2008). Menurut WHO (2014),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari dan diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis.
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x
sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung
kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2001) Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut
Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya,
dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi
defekasi yang meningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau
200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih
dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Dapat disimpulkan diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan
oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah.
B. Etiologi
Etilogi diare menurut Brunner&Suddart (2014):
1
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
f. Medikasi tertentu, formula untuk pemberian makanan melalui selang, gangguang
metabolisme dan endokrin, deficit sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison, ileus
paralitik, AIDS, dan obstruksi usus.
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Sumber : (adam.com)
2
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu;
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk
system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang
bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
1. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari
otot halus).
2. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu
kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida
3
(HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi
sel – sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan
suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua
belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat
gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
5
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih
tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus
merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian
lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang
merupakan fungsi utama anus (Pearce, 1999).
D. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
6
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri kambuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
E. Patoflow
Penyerapan sari-sari
makanan dalam saluran
pencernaan tidak adekuat
Terdapat zat-zat yang tdak Peradangan isi usus Gangguan mobilitas usus
diserap
DIARE
7
Kulit sekitar anus lecet Cairan yang keluar banyak Mual dan muntah
dan teruritasi
F. Manifestasi Klinik
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas
kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
c. Kram abdominal.
d. emam.
e. Mual dan muntah.
f. Anoreksia.
g. Lemah.
h. Pucat.
i. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
- Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
- AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3
menurun )
- Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
8
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala, mencegah
komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi) dan
antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit (limotil) dapat
mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah
teridentifikasi atau diare tergolong berat
d. oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat diprogramkan
9
e. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau diare
tergolong berat
f. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat muda atau
pasien lansia.
g. Terapi obat menurut Markum (2008):
- obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 – 1 mg / kg BB/hari
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian bersifat sistematis meliputi pengumpulan data, Dan penentuan masalah.
a. Identitas klien.
b. Riwayat kesehatan.
c. Awal serangan: awalnya klien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anorexia
kemudian timbul gastroenteritis.
d. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila banyak kehilangan banyak air
elektrolit dan terjadilah dehidrasi, berat badan turun, ,tonus dan tugor kulit
berkurang, selaput lender dan bibir kering, prekuensi BAB lebih dari empat kali
dengan konsetensi encer.
e. Riwat masa lalu, riwat penyakit yang diderita riwayat pemberian imunisasi.
f. Riwat psikososial keluarga: di rawat akan menjadi stesor klien anak itu sendiri
dan keluarga. Kecemasan meningkat bila keluarga tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan pada klien, setelah menyadari kesehatan klien , maka mereka akan
beraksi dengan rendah merasa bersalah.
g. Kebutuhan dasar
1. Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu BAB lebih dari empat kali
sehari, BAK sedikit dan jarang.
3. Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
5. Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh yang lemah dan adanya
rasa nyeri akibat distensi abdomen
h. Pemeriksan fisik
2. Pemeriksan sistemik
j. Tes diagnostik
1. Pemeriksan tinja.
2. Pemeriksan darah
2. Diagnosa keperawatan
Urutan prioritas masalah keperawatan :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denegan
krtidak mampuan mengabsorbsi nutrien
c. Kerusakan integritas jarinagan berhubungan dengan seringnya buang air besar
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Brunner & Suddart. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC. Jakarta
Suriadi, Rita Yuliani.2001. Asuhan Kperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi 1. Agung
Seto :J akarta
Ngastiyah. 2005.Asuhan Kperawtan Pada penyakit Dalam. Edisi 1 EGC : Jakarta