NEKROSIS SEL
Romiko
Pertemuan IV
MK: Patofisologi
29 Maret 2017
REVIEW
Sel normal dan hidup memberikan reaksi terhadap
tantangan dan tekanan yang selalu berubah.
Bila tekanan itu terlalu berat, struktur dan fungsi
sel cenderung bertahan dalam jangkauan yang
relatif sempit, dinyatakan sebagai “normal”.
Bila batas kemampuan adaptasi tersebut dilampaui,
akan terjadi jejas atau bahkan kematian sel.
Sel selalu terpajan terhadap kondisi yang selalu
berubah dan potensial terhadap rangsangan yang
merusak akan bereaksi :
Beradaptasi,
Jejas / cedera reversible
Kematian
DIAGRAM RESPONS SEL TERHADAP
RANGSANGAN FISIOLOGIK DAN PATOLOGIK
NEXT...
Sel melakukan adaptasi terhadap stressor
dari luar diantaranya dengan melakukan
respon:
Hypertrophy
Hyperplasia
atrophy dan
Metaplasia
Jika usaha adaptasi tersebut tidak berhasil
maka dapat menyebabkan kerusakan sel atau
bahkan kematian sel
KEMATIAN SEL
pada kerusakan yang terjadi secara terus
menerus, maka kerusakan tersebut menjadi
irreversibel dan akhirnya sel tidak memiliki
kemampuan untuk memperbaiki kerusakan
sehingga menyebabkan sel mati.
Ada 2 macam kematian sel, yang dibedakan dari
morfologi, mekanisme dan perubahan fisiologis
dan penyakit, yaitu apoptosis dan nekrosis.
Kematian sel juga merupakan salah satu proses
yang normal terjadi pada fase embriogenesis,
perkembangan organ dan pengaturan
homeostasis.
2 TIPE KEMATIAN SEL
NEKROSIS APOPTOSIS
KEMATIAN SEL: APOPTOSIS
Kematian sel oleh sel itu sendiri yang
disebabkan oleh growth factor atau DNA sel atau
protein yang dihancurkan dengan maksud
perbaikan.
Memiliki karakteristik sel dimana inti sel
mengalami pemadatan dan tidak terjadi
kerusakan membran sel.
Apoptosis memerlukan sintesis aktif RNA dan
protein dan merupakan suatu proses yang
memerlukan energi
Secara morfologis, proses ini ditandai oleh
pemadatan kromatin di sepanjang membran inti
KEMATIAN SEL: APOPTOSIS
PERUBAHAN ULTRASTRUKTUR SELAMA APOPTOSIS
(MOLECULAR BIOLOGY OF THE CELL, LODISH ET AL, 2000)
Badan
Apoptotik
Fagositosis
Gambaran mikroskopik :
struktur sel dan jaringan masih jelas, inti sel
mengalami piknotik (menghilang), sitoplasma
lebih acidophilic
NEKROSIS LIQUEFAKTIF
Ditandai oleh larutnya jaringan akibat lisis
enzimatik sel-sel yang mati.
Proses ini biasanya terjadi di otak sewaktu
terjadi pelepasan enzim-enzim otokatalitik
dari sel-sel yang mati.
Nekrosis likuefaktif juga terjadi pada
peradangan purulen akibat efek heterolitik
leukosit polimorfonuklear pada pus.
Jaringan yang mengalami likuefaksi menjadi
lunak, mudah mencair, dan tersusun oleh
sel-sel yang mengalami disintegrasi dan
cairan.
NEKROSIS LIQUEFAKTIF-INFARK
OTAK
.
Gambaran makroskopik :
adanya benjolan berisi cairan dikelilingi kapsula tipis
dan ireguler.
Gambaran mikroskopik :
tampak ruang kosong dengan sisa kapsula yang
ireguler, terlihat fibrin dan neutrophil disekitarnya.
NEKROSIS LEMAK
Terjadi akibat kerja enzim-enzim lipolitik
pada jaringan lemak.
Proses ini biasanya terjadi pada nekrosis
pankreatik akut dan merupakan konsekuensi
pelepasan lipase pankreas ke jaringan
peripankreas.
Lipolisis ditandai oleh hilangnya kontur sel-
sel lemak.
Asam-asam lemak yang dibebaskan dari sel
lemak mengalami saponifikasi dengan
mengikat natrium, kalium dan kalsium.
NEKROSIS LEMAK-PANKREATITIS
AKUT
NEKROSIS KASEOSA
(PERKEJUAN)
Memiliki baik gambaran nekrosis koagulasi
maupun likuefaktif.
Biasanya nekrosis ini terjadi di bagian tengah
granuloma tuberkolusa, yang mengandung
bahan seperti keju yang putih atau
kekuningandan merupakan asal nama nekrosis
tipe ini.
Secara histologis, rangka luar sel tidak lagi
utuh, tetapi sebaliknya jaringan juga belum
mencair.
Sisa-sisa sel tampak sebagai bahan amorf
bergranula halus.
NEKROSIS KASEOSA-
TUBERCULOSIS PARU
Gambaran makroskopik :
terlihat
berwarna putih, keabu-abuan atau
kekuning-kuningan dan sedikit berlemak, padat
Gambaran mikroskopik :
struktur histologi sudah tidak terlihat lagi
membentuk masa bergranulasi.
Dengan pengecatan HE berwarna keabu-abuan,
dikelilingi oleh epiteloid dan limfosit.
PERBEDAAN KEMATIAN SEL
SECARA NECROSIS DAN APOPTOSIS
NEXT...
KEMATIAN PADA TUBUH
MANUSIA
KEMATIAN SOMATIK DAN
PERUBAHAN POSTMORTEM
Seseorang dikatakan mati bila jantung tidak
berdenyut dan pernafasan berhenti.
Mendatarnya electroencephalogram (EEG)
berarti berhentinya fungsi otak dan
merupakan tanda pasti kematian.
Pada kematian tubuh terjadi serangkaian
perubahan yang dipengaruhi oleh suhu
sekitar, suhu tubuh pada saat kematian dan
adanya infeksi.
KEMATIAN SOMATIK DAN
PERUBAHAN POSTMORTEM
Perubahan-perubahan lanjut setelah
kematian tubuh:
Algor mortis (perubahan suhu badan)
Rigor mortis (kaku mayat)
Livor mortis (lebam mayat)
Pembekuan darah
Pembusukan (putrefaction) dan autolisis
ALGOR MORTIS
Suhu badan menjadi kurang lebih sama
dengan suhu sekitarnya setelah kematian.
Perubahan ini terjadi karena metabolisme
yang terhenti.
RIGOR MORTIS
Sesudah 2-3 jam setelah kematian akan terjadi kaku
mayat, yang disebabkan oleh karena otot-otot menjadi
kaku akibat aglutinasi dan presipitasi protein pada otot-
otot.
Dimulai pada otot-otot involunter, diikuti otot-otot
volunter kecil seperti sekitar leher dan kepala kemudian
akhirnya ke seluruh otot tubuh.
Kaku mayat menetap sampai 24 jam, kemudian akan
melemas seiring dengan terjadinya pembusukan.
Proses kaku mayat dipercepat oleh aktifitas yang tinggi,
suhu ruangan tinggi. Diperlambat oleh infeksi berat dan
suhu ruangan rendah.
LIVOR MORTIS
Perubahan warna terjadi karena sel-sel darah
mengalami hemolisis dan darah turun ke
tempat rendah sesuai gravitasi.
Akibatnya, lebam mayat ditemukan pada
bagian terbawah dari sikap tubuh manusia
pada saat kematian.
PEMBEKUAN DARAH
Terjadi segera setelah manusia meninggal.
Beku darah yang terjadi setelah orang
meninggal disebut postmortem clot, warna
merah, elastik atau seperti agar-agar (cruor
clot).
PEMBUSUKAN
Akibat pengaruh fermen-fermen pada tubuh,
jaringan mengalami autodigestion.
Makin tinggi diferensiasi jaringan, makin
cepat autolisis.
Jaringan penyokong relatif lebih awet.
Pembusukan terjadi akibat masuknya kuman
saprofitik (berasal dari usus), terbentuk gas
H2S dan jaringan sekitar usus tampak
kehijauan.
ISCHEMIC / ISKEMIA
MEKANISME CEDERA DAN
KEMATIAN SEL AKIBAT ISKEMIA
Iskemia adalah suatu keadaan dimana
terjadi penurunan suplai oksigen terhadap
suatu jaringan atau organ tertentu.
Iskemia merupakan penyebab cedera sel
yang paling sering terjadi
Iskemia juga dapat diartikan sebagai anemia
lokal yang umumnya terjadi pada area tubuh
tertentu saja, misalnya jantung, usus, otak,
dan ekstrimitas (tangan dan kaki).
ISKEMIA SEL
Iskemia pada suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada
sel-selnya, karena sel mengalami penurunan suplai oksigen
sehingga menyebabkan metababolisme di dalam sel berubah
anaerob. Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai
sumber energi terhadap berbagai aktifitas sel, termasuk
didalammya adalah penurunan energi untuk aktifitas transport
aktif.
Transport aktif menggerakan pompa natrium memompa natrium
dari intrasel ke luar sel, karena adanya penurunan sumber energi
untuk menggerakkan pompa natrium maka terjadikelebihan ion
natrium di dalam sel.
Sebagai dampak kelebihan ion natrium intraselular ini
terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke dalam intrasel sehingga
terjadilah penumpukan cairan dalam sel/udem sel
(pembengkakan seluler). Pada kondisi ini sitoplasma secara
mikroskopik akan tampak pucat.
NEXT...
Apabila kondisi berlangsung terus menerus organela-organela
dapat mengalami pembengkakan, termasuk retikulum
endoplasma. Bila penyebab keadaan ini segera teratasi maka
sel akan berangsur kepada fungsi dan struktur semula, akan
tetapi kalau faktor penyebabnya tidak hilang dan terus
menerus (persisten) terjadi kondisi yang kekurangan oksigen
maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan
organela lain seperti retikulum endoplasma yang
mensintesa protein dan lipid untuk regenerasi membran
sel.
Kerusakan membran sel juga terjadi karena tidak berfungsinya
pompa kalsium juga menyebabkan kalsium bebas masuk ke
intrasel dan mengaktifkan enzim phospolipase sehingga
mengakibatkan kerusakan membran sel.
PENYEBAB ISKEMIA
Aterosklerosis, yaitu penebalan,
berkurangnya fleksibilitas, atau mengerasnya
dinding pembuluh darah.
Oklusi (bendungan) terhadap aliran darah
misal karena aterosklerosis, trombus atau
emboli dan spasme pembuluh darah.
Lainnya: Trauma, Aneurisma atau pelebaran
pembuluh darah abnormal, Infark miokard,
Penyakit katup jantung, Fibrilasi atrial kronis,
Kardiomiopati, Takikardia, Hipoglikemia,
Anemia, Hipotensi, Penyakit sel darah sabit.
GEJALA ISKEMIA
Iskemia pada jantung
Gejala pada kondisi ini dapat berupa sakit dada (angina)
akibat otot jantung tidak menerima cukup aliran darah
(angina pektoris). Hal ini dikarenakan adanya aterosklerosis
akibat penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah
jantung. Nyeri dada yang timbul dapat menjalar ke tangan,
leher, dagu, maupun punggung. Selain nyeri dada (angina),
dapat pula terjadi serangan jantung bila pembuluh jantung
tertutup secara total. Penyakit jantung iskemik dikenal pula
dengan istilah penyakit jantung koroner.
Iskemia pada usus
Gejala pada kondisi ini dapat berupa sakit perut akibat
terjadi peradangan pada usus besar (iskemia kolitis) maupun
usus kecil (iskemia mesenterika). Gejala-gejala lainnya dapat
berupa diare, mual, mengeluarkan kotoran berwarna
kemerahan dan terkadang darah, serta dehidrasi.
NEXT...
Iskemia pada otak
Gejala iskemia pada otak bergantung pada area yang
terkena. Gejala dapat mencakup pusing, linglung,
pandangan mengabur, kehilangan koordinasi tubuh
atau kesulitan berbicara maupun memahami perkataan
orang lain.
Iskemia pada tungkai
Gejala pada kondisi ini antara lain berupa kelumpuhan,
kram pada salah satu area tungkai, dingin, nyeri yang
tidak kunjung hilang pada jari, kaki, atau tungkai, dan
perubahan warna tungkai. Iskemia juga dapat memicu
berkembangnya gangrene, nekrosis, dan kondisi
paralisis sehingga patut dikenali gejala-gejalanya.
PENGOBATAN ISKEMIA