Anda di halaman 1dari 28

A.

Anatomi dan fisiologi

Berikut Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia:

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.


1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya

merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang

berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian

dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan

oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan

relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman

dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari

berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di

kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian

kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan

membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-

enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung

antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan

menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara

sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.

Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.

Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring


3. Laring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar

limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan

nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan

rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

disebut ismus fausium

Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi

dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan

mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara

tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang

telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan

sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laring

4. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam

lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan

menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esophagus (dari


bahasa Yunani: ?i??, oeso – “membawa”, dan ??????, phagus –

“memakan”).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histologi.

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

5. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti

kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

 Kardia.

 Fundus.

 Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui

otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.

Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi

lambung ke dalam kerongkongan.


Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi

secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-

sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

 Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh

asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa

menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya

tukak lambung.

 Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,

yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman

lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap

infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

6. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya

akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati

melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi

isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan

makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah

kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.


Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan

otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )

dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Gambar : Anatomi Usus

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari

usus halus yang terletak setelah lambung dan

menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua

belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai

dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang

tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus

dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada

usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari

bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas

jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk

berhenti mengalirkan makanan.

b. Usus dua belas jari (duodenum)

c. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis

yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus

dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada

manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-

2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus

dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari

usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula

dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel

goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus

kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.


Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti

“lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari

bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

Diagram usus halus (terlabel small intestine)

d. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari

usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki

panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH

antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap

vitamin B12 dan garam-garam empedu.

Diagram ileum dan organ-organ yang berhubungan.

7. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara

usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air

dari feses.

Usus besar terdiri dari :

 Kolon asendens (kanan)

 Kolon transversum

 Kolon desendens (kiri)

 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)


Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat

penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal

dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan

gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi

iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan

terjadilah diare.

Gambar : Anatomi Usus Besar

8. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam

istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus

penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini

ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian

besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora


eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya

digantikan oleh umbai cacing.

9. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus

buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai

cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah

dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis

(infeksi rongga abdomen).

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa

Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung

buntu tabung yang menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam

orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa

bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu

tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal

atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ

vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks

mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.


10. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah

sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat

penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena

tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon

desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam

rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering

kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan

air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode

yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan

ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan

dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana

bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari

permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan

dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari

tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang

merupakan fungsi utama anus.


11. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki

dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta

beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada

bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum

(usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

 Pulau pankreas, menghasilkan hormone

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum

dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan

oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim

proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan

oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya

akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga

melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi

melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

12. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan

manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya

berhubungan dengan pencernaan.


Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan

memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan

glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga

memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis

yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau

hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang

kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini

mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang

lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena

porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam

hati, dimana darah yang masuk diolah.

Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah

darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam

sirkulasi umum.

Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.

13. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ

berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu

yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia,

panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau

gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna


cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan

hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,

terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel

darah merah dan kelebihan kolesterol.

B. PENGERTIAN

Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan

bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)

disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah

dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran

tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan

peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari

dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan

darah (Hidayat AAA, 2006).

Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi

lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan

pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih

dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi

cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan

darah.

C. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi

a. Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal,

meliputi:

1) Infeksi bakteri :Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,

campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.

2) Infeksi virus :entrovirus (virus ECHO), coxsackie,

poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.

3) Infeksi parasit :Cacing, protozoa, dan jamur.

2. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan

anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan :Makanan basi beracun dan alergi makanan.

4. Faktor kebersihan

Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja,

tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang

tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.


5. Faktor psikologi

Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat

merangsang peningkatan peristaltik usus.

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak

dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:

pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan

reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan

keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi

dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan

mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan

malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat

pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,

Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,

Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia

Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini

menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau

sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada

Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari

satu penderita ke yang lainnya.


Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan

makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab

timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga

usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding

usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan

elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis

Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output

berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.


E. TANDA DAN GEJALA
1. Diare.
2. Muntah.
3. Demam.
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah

F. KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua

golongan:

a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri

basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.

2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :

a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang

ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.

b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,

misalnya: diare karena bronkhitis.

3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat

mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai


5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi

waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14

hari.

b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih

(Sunoto, 1990).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostic pada klien dengan gastroenteritis :

1. Laboratoris (pemeriksaan darah)

Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi

pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan

avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan

masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah

serum albumin pada klien penyakit chron.

2. Radiologis

 Barrium Foloow through à penyakit chron.

 Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon

iritable.

3. Kolonoskopi

Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan

kolon.
H. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada

penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

a. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah

muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan

banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan

pernafasan NWL (Normal Water Losses).

b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus

berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,

1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh

WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,

Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung

meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80

mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa

cairan rehidrasi oral:

b. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3

dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.


c. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-

komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan

yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.

d. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai

cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan

parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:

1) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

2) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994

dalam Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada

diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari

3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan

pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,

feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan

kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare

infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 –

5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg

(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500

mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).


3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat

(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2

– 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok

obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi

cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan

mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar

obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi

sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom

disentri obat ini tidak dianjurkan

I. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
ASKEP TEORI

A. Pengkajian (data subjektif dan objektif)


Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan
penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan
pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
a. Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia
kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan
menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir
kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
4. Riwayat penyakit keluarga.
5. Diagnosis Medis dan Terapi : Gastroenteritis Akut dan terapi obat
antidiare, terapi intravena, dan antibiotic.
6. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
a. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab
penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
b. Nutrisi metabolic : diawali dengan
mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
c. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
d. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang
lain.
e. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
f. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi
namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
g. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi
diri tidak tercapai pada fase sakit.
h. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus
pada penyakit.
i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
j. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
k. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit.
7. Pemerikasaan fisik.
 Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan
bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
 Perkusi : adanya distensi abdomen.
 Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
 Auskultasi : terdengarnya bising usus.
8. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubuingan dengan mual dan muntah.
Merencanakan Asuhan Keperawatan

No
Diagnosa Tujuan NOC NIC
.

1. Kekurangan Setelah Keseimbangan cairan Manajemen


volume cairan dilakukan Indikator S S cairan
b/d kehilangan tindakan A T 1.timbang
cairan aktif keperawat Tekanan 3 5 berat badan
an selama darah setiap hari
Turgor kulit 3 5
2x24 jam Kelembaban 3 5 dan monitor
diharapkan membran status pasien
volume mukosa 2.jaga intake
cairan hematokrit 3 5 atau asupan
Keseimbang 3 5
dapat yang akurat
an intake
teratasi dan catat
dan output
output
dalam 24
3.monitor
jam
Hidrasi status hidrasi

Indikator SA ST 4.monitor
tanda-tand
Turgor kulit 3 5
vital
Intake 3 5
5.berikan
cairan
terapi IV
Nadi cepat 3 5
seperti yang
dan lemah
diare 3 5 ditentukan
6.dukung
pasien dan
keluarga
untuk
membantu
dalam
pemberian
makan
dengan baik
7.monitor
hasil
laboratorium
yang relevan
dengan
refensi cairan
2. Ketidakseimbang Setelah Status nutrisi Manajemen
an nutrisi kurang dilakukan nutrisi
Indikator SA ST
dari kebutuhan tindakan 1.identifikasi
Asupan gizi 3 5
tubuh b/d kurang keperawat adanya alergi
Asupan 3 5
asupan makanan an selama makanan
makanan
2x24 jam yang dimiliki
Energi 3 5
kebutuhan pasien
Rasio berat 3 5
nutrisi 2.monitor
badan atau
pada kecenderung
tinggi
pasien an terjadinya
badan
dapat Status nutrisi: asupan penurunan
teratasi nutrisi dan kenaikan
berat badan
Indikator SA ST
3.ciptakan
Asupan 3 5
lingkungan
kalori
yang optimal
Asupan 3 5
pada saat
protein
Asupan 3 5 mengkonsum
lemak si makanan
Asupan 3 5 4.monitor
karbohidrat mual muntah
Asupan 3 5
5.berikan
vitamin
istirahat yang
cukup
6.yakinkan
bahwa
pasien duduk
sebelum
makan
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 2017, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI Ngastiyah,
1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 2015, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Ed.4, EGC, Jakarta
Soetjiningsih 2014, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 2016, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI,
Jakarta.
Suharyono, 2016, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 2015, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition,
Clarinda company, USA.

Anda mungkin juga menyukai