Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI NERS FIK UI 2017

STASE KMB

Nama/NPM : Thatiana Dwi Arifah. / 1206244346

Tempat Praktik : OK RSPAD Gatot Soebroto

Praktik Minggu ke : 3 (6 11 November 2017)

Topik LP : Hemangioma

I. Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah


Sistem vaskuler terdiri atas dua sistem yang saling berhubungan: jantung kanan
memompa darah ke paru melalui sirkulasi paru, dan jantung kiri memompa darah ke
semua jaringan tubuh lainnya melalui sirkulasi sistemik. Pembuluh darah pada kedua
sistem merupakan saluran untuk pengangkutan darah dari jantung ke jaringan dan
kembali lagi ke jantung. Kontraksi ventrikel menyuplai tenaga dorong untuk
mengalirkan darah melalui sistem vaskuler. Rangkaian vaskular ini masing-masing
terdiri dari kontinum jenis pembuluh darah berbeda yang berawal dari dan berakhir di
jantung.
Pada sirkulasi sistemik, arteri membawa darah dari jantung ke organ, bercabang
membentuk pohon pembuluh darah yang semakin kecil dengan berbagai cabang
menyalurkan darah ke berbagai bagian tubuh. Ketika mencapai organ yang
diperdarahinya, arteri kecil bercabang-cabang membentuk banyak arteriol. Arteriol
kemudian bercabang menjadi kapiler, pembuluh terkecil, tempat terjadinya pertukaran
antara darah dengan sel sekitarnya. Kapiler menyatu kembali membentuk venula kecil,
yang lebih lanjut menyatu membentuk vena kecil yang keluar dari organ. Vena-vena
kecil membentuk vena besar yang akhirnya mengalirkan isinya ke jantung (Sherwood,
2007).
1. Arteri
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung dan
disebarkan ke berbagai jaringan tubuh melalui cabangnya. Arteri yang mempunyai diameter
kurang lebih 25mm (1 inchi ) mempunyai banyak cabang. Cabang itu dibagi bagi lagi
menjadi pembuluh darah yang lebih kecil, arteri dan arteriol yang berukuran 4mm (0,16
inchi) yang mengalirkan darah sampai mencapai jaringan. Di dalam jaringan, pembuluh
darah terbagi lebih lanjut, mencapai diameter yang lebih kecil, kira kira 30 mikrometer yang
dianamakan arteriole. Dinding arteri dan arteriola tersusun atas tiga lapisan yaitu:
Lapisan dalam sel : Intima
Merupakan lapisan yang sangat tipis, permukaan halus, dan berhubungan langsung
dengan darah yang mengalir.
Lapisan tengah : Media
Merupakan bagian terbesar dari dinding pembuluh darah di aorta dan arteri besar
lainnya.Tersusun atas serabut jaringan elastic dan jaringan ikat yang member
kekuatan pada pembuluh darah untuk berkonstriksi dan dilatasi untuk
mengakomodasi darah yang diejeksikan dari jantung ( volume sekuncup ) dan
menjaga aliran darah agar tetap dan teratur.
Lapisan luar jaringan ikat : Adventisia
Merupakan lapisan jaringan ikat yang mengikat pembuluh darah dari jaringan
sekitarnya.
Kandungan jaringan elastis pada arteri yang kecil dan arteriola lebih sedikit, dan lapisan
media pada pembuluh darah ini tersusun terutama oleh otot polos. Karena banyaknya otot,
maka dinding arteri relatif tebal, terhitung sekitar 25% total dari diameter arteri. Dinding
merupakan 67% total dari arteriola.

2. Kapiler
Dinding kapiler tidak mempunyai otot polos maupun adventisia, hanya tersusun oleh satu
lapis sel endotel. Stuktur berdinding tipis memungkinkan transport nutrisi cepat dan efisien
ke sel dan mengangkut sisa metabolisme. Diameter kapiler berkisar antara 5 sampai dengan
10 mikrometer, sehingga sel darah merah harus menyesuaikan bentuknya untuk melalui
pembuluh darah ini. Perubahan diameter kapiler bersifat pasif dan dipengaruhi oleh
perubahan konstruksi pembuluh darah yang mengalirkan darah ke dan dari kapiler.
Diameter kapiler juga berubah sebagai respons dari rangsangan kimia. Pada beberapa
jaringan suatu cincin otot polos dinamakan sfingter prekapiler, yang terletak diakhir
arteriola kapiler dan bertanggung jawab bersama dengan arteriola untuk mengatur aliran
darah ke kapiler.

Penyebaran kapiler sepanjang jaringan bervariasi tergantung pada jenis jaringannya.


Misalnya jaringan skelet, yang metabolismenya aktif, mempunyai jaringan kapiler yang
lebih padat disbanding dengan jaringan yang kurang aktif seperti kartilago. Kapiler adalah
pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang menghubungkan arteriol dengan
venula. Pada beberapa daerah tubuh, seperti pada ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan
langsung dengan arteri dan vena tanpa diperantarai oleh kapiler. Tempat hubungan seperti
ini dinamakan anastomisis arteriovenosa.

3. Vena
Secara structural vena merupakan analogi system arteri dan vena cava sesuai dengan
aorta.Dinding vena berbeda dengan dinding arteri, lebih tipis dan lebih sedikit ototnya.Hal
ini memungkinkan dinding vena mengalami distensi lebih besar dibanding arteri. Vena
adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung. Vena terkecil
dinamakan venula.Vena yang lebih kecil atau cabang cabangnya dinamakan venula,
kemudian bersatu membentuk vena yang lebih besar yang seringkali satu sama lain
membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh kedua vena masing
masing pada sisi sisinya, dan dinamakan venae cominantes.
b. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga rongga,
lubang lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringant dan kelenjar
mukosa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan subkutan (Syaifudin,
2006).
a. Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel yaitu :
1) Stratum koneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung zat
keratin.
2) Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah se sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini
hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperi suatu pita
yang bening, batas batas sel sudah tidak begitu terlihat.
3) Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel sel pipih seperti kumparan. Sel sel tersebut terdapat hanya 2
3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir butir yang
disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena
banyaknya butir butir stratum granulosum.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan sratum spinosum/stratum akantosum merupakan laisan yang paling tebal dan dapat
mencapai 0,2 mm terdiri dari 5 8 lapisan. Sel selnya disebut spinosum karena jika kita
lihat di bawah mikroskop sel selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyal
sudut) dan mempunyai tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel selnya berduri.
Ternyata spina dan tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain yang disebut
intercelular bridges atau jembatan interseluler.
5) Stratum basal/geminatifum
Stratum basal/geminatifum disebut basal karena sel selnya terletak di bagian basal.
Stratum germatifum menggantikan sel sel yang diatasnya dan merupakan sel sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir butir
yang halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut seperti pagar (palidase) di bagian
bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut membran basalis. Sel sel basalis
dengan membran basalis merupakan batas bawah dari epidermis dengan dermis. Ternyata
batas ini tidak datar tetapi bergelombang. Pada waktu kerium menonjol pada epidermis
tonjolan ini disebut papila kori (papila kulit), dan epidermis menonjol ke arah korium.
Tonjolan ini disebut rete ridges atau rete pegg (prosessus interpapilaris).

b. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran
basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya
kita ambil sebagai patokan adalah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas , pars papilaris (stratum papilar) dan bagian
bawah, retikularis (stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis
adalah bagian bawahnya sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis
terdiri dari jaringan longgar yang tersusun dari serabut serabut yaitu serabut kolagen,
serabut elastis, dan serabut retikulus. Serabut ini saling beranyaman dan masing masing
mempunyai tugas yang berbeda. Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan pada kulit,
serabut elastis, memberikan kelenturan pada kulit, dan retikulus, terdapat terutama di sekitar
kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.

c. Subkutan
Subkutis terdiri dari kumpulan kumpulan sel sel lemak dan di antara gerombolan ini
berjalan serabut serabut jaringan ikat dermis. Sel sel lemak ini bentuknya bulat dengan
intinya terdesak di pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut
penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap tiap tempat dan juga pembagian
antara laki laki dan perempuan tidak sama (berlainan). Guna penikulus adiposus adalah
sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit,
isolator panas atau untuk mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk
kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

I. Definisi
Kelainan vaskular dapat dibagi menjadi dua kategori utama: tumor dan malformasi.
Tumor vaskular dikarakteristikan menjadi hiperselular, proliferasi, dan pertumbuhan.
Malformasi vaskular merupakan perkembangan defek yang berasal dari pembuluh kapiler,
vena, arteri, atau limfa. Hemangioma adalah tumor jaringan yang umum terjadi pada bayi,
terjadi sekitar 5% - 10% pada bayi berumur 1 tahun. Pada bayi baru lahir, meningioma tampak
sebagai makula putih pucat dengan ancaman seperti telangiectasia. Ketika tumor berproliferasi,
dapat disadari dari warnanya yang merah, berbentuk lobus atau nodul. Hemangioma yang
berada lebih dalam pada kulit adalah massa yang lembut dan hangat dengan perubahan warna
yang sedikit kebiruan (komponen yang lebih dalam). Hemangioma merupakan tumor vaskular
jinak terlazim pada bayi dan anak. Meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada
orang tua, contohnya adalah cherry hemangioma atau angioma senilis yang biasanya jinak,
kecil, red-purple papule pada kulit orang tua.
Umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma
dapat hilang dengan sendirinya beberapa bulan kemudian setelah kelahiran. Harus diwaspadai
bila hemangioma terletak di bagian tubuh yang vital, seperti pada mata atau mulut. Hal ini
dikarenakan, bila menutupi sebagian besar tempat tersebut akan mengganggu proses makan
dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ dalam tubuh (usus, organ pernafasan,
otak) dapat mengganggu proses kerja organ tersebut. Hemangioma lebih mengganggu bagi
para orang tua ketika hemangioma tumbuh pada muka atau kepala bayi.
1. Hemangioma Kapiler (Superficial Hemangioma)
Terjadi pada kulit bagian atas. Hemangioma kapiler disebut juga strawberry
hemangioma (hemangioma simplek), terjadi pada waktu lahir atau beberapa hari
setelah lahir. Sering terjadi pada bayi prematur dan biasanya akan menghilang beberapa
hari atau beberapa minggu kemudian. Gejalanya antara lain tampak bercak merah yang
lama-kelamaan makin besar. Lama-kelamaan warnanya menjadi merah menyala,
berbatas tegas, keras pada perabaan tegang dan berbentuk lobular. Involusi spontan
ditandai oleh memucatnya warna didaerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih
mendatar.
Selain strawberry hemangioma (hemangioma simplek), bentuk lain hemangioma
kapiler (superficial hemangioma) adalah granuloma piogenik. Lesi ini terjadi akibat
proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh karena proses
peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh
yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan
pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat
bertangkai, mudah berdarah.

2. Hemangioma Kavernosum
Terjadi pada kulit yang lebih dalam yaitu di bagian dermis dan subkutis (lapisan pada
kulit). Hemangioma kavernosum biasanya tidak memiliki batas tegas berupa benjolan
yaitu makula eritematosa atau nodus yang berwarna merah keunguan. Bila ditekan
mengempis dan menggembung kembali bila dilepas. Kelainan ini terdiri dari elemen
vaskular (pembuluh darah) yang matang. Hemangioma kavernosum kadang-kadang
terdapat pada lapisan jaringan yang dalam, pada otot atau organ dalam. Bentuk
kavernosum jarang mengadakan involusi spontan. Berbentuk papul eritematosa dengan
pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat
bertangkai, mudah berdarah.
2. Hemangioma Campuran
Pada beberapa kasus, kedua jenis hemangioma diatas dapat terjadi bersamaan dan
dinamakan hemangioma campuran. Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran
kedua jenis hemangioma tersebut. Banyak ditemukan pada ekstremitas inferior (alat
gerak tubuh bagian bawah, misalnya; kaki, paha, dll), unilateral (satu sisi bagian tubuh,
misalnya; paha kiri/kanan), soliter (tunggal) dan terjadi sejak lahir atau pada masa anak-
anak. Ciri-cirinya antara lain tonjolan bersifat lunak dan berwarna merah kebiruan yang
kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa.
Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial (permukaan) dan dalam,
atau di organ dalam.

II. Etiologi dan Faktor risiko


Faktor risiko hemangioma, ialah terjadi terutama pada wanita (3:1) dan memiliki
peningkatan kejadian pada bayi prematur. Etiologi dan patogenesis hemangioma
infantil sampai saat ini masih belum jelas walaupun terdapat beberapa teori yang
dikemukakan untuk menjelaskan proses terbentuknya hemangioma infantil. Salah
satunya menyebutkan bahwa hemangioma terbentuk berawal dari mutasi somatik sel
endotel yang kemudian mengalami ekspansi klonal dan menjadi hemangioma.
Teori berikutnya menyebutkan hemangioma infantil terbentuk karena adanya
ketidakseimbangan antara faktor angiogenik dengan faktor antiangiogenik. Sel endotel
hemangioma mengekspresikan cluster of differentiation-31 (CD31), von Willebrand
factor, vascular endothelial growth factor (VEGF), proliferating nuclear antigen,
urokinase, dan peran hormon pertumbuhan endogen dikatakan berperan dalam
pertumbuhan hemangioma infantil. Sedangkan tissue inhibitors of metalloproteinase
yang merupakan penghambat angiogenesis diekspresikan pada masa involusi.
Adapula teori lainnya yang menyatakan awal terbentuknya hemangioma terkait
vaskulogenesis postnatal yang berbeda dengan konsep angiogenesis seperti pada teori
lainnya. Pembuluh darah baru pada vaskulogenesis tumbuh dari sel progenitor endotel
yang berasal dari sumsum tulang yang beredar dalam darah. Pada hemangioma infantil
terjadi peningkatan mobilisasi dan recruitment sel progenitor endotel dari sumsum
tulang yang diregulasi oleh mediator seperti stromal cellderived factor 1 (SDF-1)
dan vascular endothelial growth factor-A (VEGF-A). Mediator ini diproduksi secara
lokal oleh sel endotel yang mengalami hipoksia akibat adanya hypoxia inducible
factor1 (HIF-1) pada jaringan yang mengalami iskemia.
III. Patofisiologi / WOC
Pengecatan histologis dan imunohistokimia memperlihatkan aspek biokimia dari
siklus hidup hemangioma infantil yang kemudian berdasarkan pertumbuhannya dibagi
kedalam tiga fase, fase proliferation (proliferasi), fase involution (involusi), fase
involuted. Hemangioma infantil pada fase proliferasi terlihat besar yang terdiri atas
selendotel yang cepat membelah yang tipis dan dikelilingi pericyte. Peningkatan proses
angiogenesis diketahui dari ekspresi antigen nuklear sel yang berproliferasi, yang
dimediasi oleh dua peptida angiogenik yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF)
dan basic fibroblast growth factor (bFGF). Juga ditemukan enzim yang berperan dalam
remodeling matriks ekstraseluler untuk pemecahan kolagen sehingga tersedia tempat
kapiler yang tumbuh. Erythrocyte type glucose transporter protein-1 (GLUT1) adalah
khas terdapat pada jenis hemangioma infantil yang tidak ditemukan pada tumor
vaskuler lain maupun malformasi vaskuler.
Pada fase involusi terjadi regresi yang ditandai dengan menurunnya aktivitas sel
endotel dan pembesaran luminal. Sel endotel berdegenerasi dan terdapat deposisi
progresif dari perivaskuler dan intralobuler, influks sel stromal (sel mast, fibroblast, dan
makrofag), munculnya penghambat jaringan dari metaloproteinase (TIMP)-1, dan
penghambat pembentukan pembuluh darah baru. Sel mast yang berinteraksi dengan
makrofag dan fibroblas ini disebutkan menghasilkan modulator yang menekan
turnover/pergantian endotel.
Di akhir siklus hidup hemangioma, yang tersisa adalah pembuluh mirip kapiler
dan vena. Multi laminated basement membrane, penanda ultrastruktural dari fase
proliferasi terdapat disekitar pembuluh yang kecil. Dominsai parenkim selular
digantikan oleh jaringan fibro-fatty longgar diselingi oleh kolagen yang tebal dan serat
retikular.
WOC
gama interferon & transforming growth B

vascular endotel growth factor (mutasi sel)

Hemangioma

Angiogenesis

sel endotel pembentuk vascular
Penekanan daerah
vol/jumlah
ukuran tumor vaskularisasi & saraf

Penekanan jaringan
penipisan dinding vaskuler
Nyeri

mata
rupture spontan vaskuler

Astigmatisme & ambiopia nekrosis perdarahan

Gg. Sensori visual sikatris
keb. Nutrisi u/perbaikan jar.
& kebutuhan O2 serta nutrisi u/
Rupture ulangan
Kurang pengetahuan Pertumbuhan tumor

ulkus
Malnutrisi (suplai inadekuat)
anxietas

gg. integritas kulit
Keusakan jaringan
Sekitar tumor
masif
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh trombositopenia

vol. cairan
IV. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hemangioma berbeda-beda sesuai dengan jenisnya. Hemangioma
kapiler tampak beberapa hari sesudah lahir. Strawberry nevus terlihat sebagai bercak
merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan
berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya
sangat bervariasi, ada yang superfisial berwarna merah terang, dan ada yang subkutan
berwarna kebiru-biruan. Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah
sentral, lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.

Granuloma piogenik terjadi akibat prolifereasi kapiler yang sering terjadi sesudah
trauma, jadi bukan oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi
sekunder. Lesi biasanya soliter, dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan
pada bagian tubuh yang tersering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul
eritematosa dengan pembesaran yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm
dan dapat bertangkai. Lesi mudah berdarah

Hemangioma kavernosa tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah sampai ungu. Biasanya merupakan tonjolan yang timbul
dari permukaan, bila ditekan mengempis dan pucat lalu akan cepat menggembung lagi
apabila dilepas dan kembali berwarna merah keunguan. Lesi terdiri atas elemen
vaskular yang matang. Lesi ini jarang mengadakan involusi spontan, kadang-kadang
bersifat permanen.

Hemangioma campuran terdiri atas campuran antara jenis kapilar dan kavernosa.
Gambaran klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis di atas. Jarang dijumpai di
rongga mulut, sebagian besar ditemukan pada ekstrimitas bawah. Biasanya unilateral,
soliter, terjadi beberapa saat sejak kelahiran. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna
merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat memberi gambaran
keratotik dan verukosa.
Pada keadaan tertentu, hemangioma sering timbul bersama-sama dengan kelainan
lain dan membentuk suatu sindroma, antara lain: sindroma Kasabach Merrit, sindroma
Sturge-Weber, sindroma Klippel-Trenaunay-Weber (nevus vaskulosus hypertrophicus)
dan sindroma Blue Rubber Bleb Nevus.
Sindroma Kasabach-Merrit merupakan varian dari koagulopati intravaskuler
diseminata oleh sekuesterasi platelet pada hemangioma kavernosa yang besar. Biasanya
mengenai bayi berusia 3 bulan atau kurang. Angka mortalitas sekitar 30 % yang
biasanya terjadi karena perdarahan, sepsis, atau obstruksi jalan napas, dan kebanyakan
serangan ini dijumpai pada tahun pertama.
Sindroma Sturge-Weber (ensefalofasial atau ensefalo-trigeminal angiomatosis)
merupakan sindroma yang ditandai oleh nevus flameus unilateral pada wajah. Tampak
beberapa saat setelah lahir, disertai malformasi vaskulerleptomeningeal kortikal pada
sisi yang sama, sehingga menimbulkan manifestasi neurologis seperti kejang,
hemiparese, hemiplagia, retardasi mental, serta pada pemeriksaan foto kepala tampak
adanya kalsifikasi melingkar intrakranial, juga disertai kelainan mata pada sisi yang
sama berupa angiomatosis khoroid mata, bufalmus, dan glaukoma.
Sindroma Klippel-Trenaunay-Weber (nevus vaskulosus hypertrophicus) merupakan
malformasi vaskular berupa nevus flameus luas, biasanya pada satu ektremitas, varises
pada sisi yang sama, dan adanya hipertropi pada tulang dan jaringan lunak dari ektremitas
yang sama.

Sindroma Blue Rubber Bleb Nevus merupakan varian dari hemangioma kavernosa
yang diturunkan secara autosomal dominan, terdiri dari hemangioma kutaneus multipel
yang tersebar pada badan dan ekstremitas, disertai hemangioma tipe yang sama pada
traktus gastrointestinal.

V. Komplikasi
a. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena
tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya
terus tumbuh.
b. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan
sikatrik. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur.
Hemangioma kavernosa yang besar dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder.
c. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa
dalam jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami
sekuesterisasi.
d. Gangguan Penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus
lebih sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu
penglihatan (visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma
yang disebabkan tekanan tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang
retrobulbar. Hemangioma pada kelopak mata bisa mengganggu perkembangan
penglihatan normal dan harus diterapi pada beberapa bulan pertama kehidupan.

VI. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
A. Riwayat keperawatan sekarang
Riwayat keperawatan sekarang adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi atau
hal-hal mempengaruhi atau mendahului keluhan. Meliputi keluhan atau gangguan
yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak
napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengobatan.
B. Keluhan utama
Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat atau gejala yang pertama
timbul saat pasien datang ke Rumah sakit yaitu keluhan mengenai adanya
gangguan pada sistem pernafasan.
C. Lama keluhan
Lama keluhan, seberapa lama pasien merasakan keluhan.
D. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit saat ini, merupakan penyakit yang dirasakan pasien pada saat
dikaji (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).
E. Riwayat keperawatan sebelumnya
Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat atau pengalaman masa lalu
tentang kesehatan atau penyakit yang pernah di alami (Hidayat, A. Aziz Alimul,
2006).
F. Riwayat keperawatan keluarga
Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan atau keperawatan yang
dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit
yang seperti dialami pasien (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit
yang sama). Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang
menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
G. Riwayat lingkungan
Apakah keadaan lingkungan keluarga / klien sudah memenuhi syarat kesehatan.
2. Pola-pola fungsi kesehatan (Doegoes, 2000)

A. Aktivitas /Istirahat
1. Kelemahan otot, nyeri dan kaku.

B. Integritas Ego :
1. Faktor stress : baru/lama.
2. Perasaan butuh pertolongan
3. Cemas.

C. Makanan/Cairan :
1. Edema jaringan umum.

D. Nyaman/nyeri :
1. Memegang area yang sakit.

E. Pernapasan :
1. Terpajan lama

F. Kemanan/Keselamatan :
1. Adanya destruksi jaringan

G. Interaksi Sosial :
Perasaan terisolasi/ditolak.

VII Penunjang

Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika gambaran lesinya
khas, tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk
ditegakkan, terutama pada hemangioma yang letaknya lebih dalam. Diagnosis
hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu dalam membedakan kelainan
pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang agresif.
Ultrasonografi dengan Doppler merupakan cara yang efektif, karena tidak bersifat
invasif dan dapat menunjukkan gambaran aliran darah yang tinggi antara
hemangioma dengan tumor solid.
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang digunakan karena
tidak dapat menggambarkan masa yang lunak, sedangkan pada hemangioma
kavernosum biasanya dapat terlihat karena terdapat area kalsifikasi. Kalsifikasi ini
terjadi karena pembekuan pada cavitas cavernosum (phleboliths).
Isotop scan pada hemangioma kapiler dapat menunjukkan peningkatan konsistensi
dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini jarang digunakan.
Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui
pembesaran hemangioma karena neo-vaskularisasi.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan karakteristik internal dari suatu
hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot yang ada di sekitarnya.
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus hemangioma
dalam atau campuran, CT Scan atau MRI dapat dikerjakan untuk memastikan bahwa
struktur yang dalam tidak terlibat.

VIII Penatalaksanaan Medis

a. Medis
Penatalaksanaan hemangioma secara umum ada 2 cara, yaitu :
1. Cara Konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam
bulan-bulan pertama, kemudian mencapai pembesaran maksimum dan sesudah itu
terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai
umur 5 tahun. Hemangioma superfisial atau hemangioma kapiler atau hemangioma
strawberry sering tidak diterapi karena hemangioma jenis ini bila dibiarkan akan hilang
dengan sendirinya dan kulit terlihat normal.
2. Cara Aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma
yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan;
hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi;
hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan
cepat dan menimbulkan deformitas (kelainan) jaringan. Penatalaksanaan hemangioma
secara aktif, antara lain pembedahan, radiasi, obat sklerotik, elektrokoagulasi,
pembekuan, dan antibiotik.

b. PEMBEDAHAN
Indikasi :
1) Terdapat tanda-tanda pertumbuhan hemangioma yang terlalu cepat
2) Minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
3) Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
4) Tidak ada regresi spontan-spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan hemangioma
sesudah 6-7 tahun.
5) Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin
memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya.

C. Radiasi
Pengobatan radiasi sudah tidak dilakukan lagi karena :
1) Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya
masih sangat aktif.
2) Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
3) Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila
diperlukan suatu tindakan.
4) Kebanyakan hemangioma kapiler akan beregresi.
5) Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah :
Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan
hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan
campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan
diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis
besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat.
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan
umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat,
sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau
hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi
langsung pada hemangioma. Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang
lama dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung,
serta pertumbuhan terhambat.
D. Obat Sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor hocate
50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara
ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik.
E. Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk
Hemangioma senilis dan granuloma piogenik.
F. Pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair.
G. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi. Selain itu dilakukan
perawatan luka secara steril.

IX Diagnosa Keperawatan

Praoperatif
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
b. Ketakutan berhubungan dengan pengobatan spesifik dan perubahan citra tubuh
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake inadekuat
Intraoperatif
a. Kurang pengetahuan tentang kanker payudara dan pilihan pengobatan
b. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker
c. Ketakutan berhubungan dengan pengobatan spesifik dan perubahan citra tubuh
d. Risiko ketidakefektifan koping individu atau keluarga berhubungan dengan
diagnosis kanker payudara dan berhubungan dengan pilihan pengobatan
e. Konflik dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan pilihan pengobatan
Pascaoperatif
a. Nyeri akut dan ketidaknyamanan berhubungan dengan prosedur pembedahan
b. Kerusakan integritas kulit b/d ulkus
c. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d perdarahan
Referensi
Marcdante, Karen J. & Kliegman, Robert M. (2015). Nelson Essentials of Pediatrics (7th ed.).
Philadelphia: Elsevier
Sherwood, Lauralee. (2007). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem (Edisi 6). Jakarta: EGC
Teich, Steven & Caniano, Donna A. (2008). Reoperative Pediatric Surgery. USA: Humana
Press
Black, J. & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan. Edisi 8. Singapore: Elsevier Ltd.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions and Classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L. & Cheever, K.H. (2010). Brunner & Suddarths
textbook of medical surgical nursing (12th Ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins
3. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut/kronik Nyeri tidak Mandiri
Berhubungan dengan: bertambah buruk Tentukan riwayat nyeri seperti lokasi Informasi dasar dibutuhkan untuk
Proses penyakit Mampu nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas mengevaluasi kebutuhan dan keefektifan
kompresi atau destruksi mengontrol nyeri menggunakan skala intervensi.
jaringan saraf Membutuhkan Evaluasi efek nyeri dari terapi, seperti
Perembesan suplai bantuan minimal pembedahan, radiasi,kemoterapi, dan Ketidaknyamanan merupakan hal yang biasa,
vaskular atau mandiri bioterapi. Berikan informasi mengenai seperti nyeri pembedahan, nyeri seperti
Obstruksi saraf, dalam melakukan kemungkinan yang akan terjadi terbakar, low back pain, luka di mulut, atau
inflamasi, dan ADL sakit kepala tergantung prosedur yang
metastasis ke tulang Mampu dilaksanakan.
Efek samping berbagai menggunakan Berikan stimulasi pada kulit seperti Dapat mengurangi inflamasi, spasme otot, dan
agen terapi kanker teknik relaksasi kompres hangat atau dingin, dan masase meredakan nyeri
dan distraksi saat Berikan kenyamanan nonfarmakologikal Dapat meningkatkan relaksasi dan membantu
nyeri seperti masase, pemberian posisi yang klien untuk fokus ke hal lain selain nyeri.

nyaman, dan backrub, aktivitas/hobi yang Memungkinkan klien dapat berpartisipasi aktif

dapat mendistraksiseperti mendengarkan pada perawatan nyeri nonfarmakologi dan

musik, membaca buku, nonton TV, dll meningkatkan kemampuan mengontrol nyeri.

Dorong klien untuk menggunakan


kemampuan manajemen stress dan terapi
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
komplementer, seperti teknik relaksasi Klien dapat maksimal dalam mengontrol nyeri
napas dalam, visualisasi, guided imagery, dan membutuhkan bantuan minimal dalam
biofeedback, tertawa, musik, aromaterapi, ADL.
dan teknik sentuhan terapeutik. Informasi ini dapat membantu klien
Evaluasi rasa lega terhadap nyeri secara menumbuhkan harapan yang realistis dan
rutin. percaya diri dalam menangani efek samping
Berikan informasi kepada klien dan yang terjadi.
keluarga mengenai efek samping terapi
yang diberikan dan diskusikan cara
mengatur efek samping tersebut

Kolaborasi
Diskusikan penggunaan terapi alternatif
atau komplementer jika klien
menginginkan
Atur rencana manajemen nyeri individu Dapat mengurangi nyeri tanpa efek samping

dengan klien dan dokter obat

Berikan analgesik sesuai indikasi


Rencana ini dimulai dari hal atau aktivitas yang
sederhana sampai akhirnya dengan tindakan
invasif untuk mengontrol nyeri.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Instruksikan penggunaan stimulasi Penggunaan analgesik dapat membantu untuk
elektrik seperti Transcutaneous Electrical mengontrol nyeri
Nerve Stimulation (TENS) TENS dapat menghambat transmisi stimulus
nyeri, dapat mereduksi dan melegakan nyeri
tanpa efek samping obat

2. Ketidakseimbangan Menunjukkan berat Terapi Nutrisi


nutrisi: kurang dari badan yang stabil Mandiri
kebutuhan tubuh atau peningkatan Monitor intake makanan setiap hari Identifikasi kekuatan dan kekurangan nutrisi
Berhubungan dengan: berat badan secara Ukur tinggi, berat badan, lipatan kulit, Jika hasil pengukuran berada pada nilai standar
Hipermetabolisme progresif atau pemeriksaan antropometrik lainnya minimum, maka sumber utama penyimpan
akibat kanker Mengungkapkan energi, jaringan lemak, mengalami penurunan
Efek samping pemahaman Kaji kulit dan membran mukosa terhadap Membantu mengidentifikasi malnutrisi kalori-
kemoterapi, radiasi, mengenai intake pucat, perlambatan penyembuhan luka, protein terutama ketika pengukuran berat badan
pembedahan makanan yang dan pembesaran kelenjar parotis dan antropometrik kurang dari normal
anoreksia, iritasi adekuat Dorong klien untuk makan makanan Metabolisme akan meningkat untuk membuang
gastris, perubahan Berpartisipasi tinggi kalori, makan makanan kaya nutrisi, zat-zat yang tidak berguna dalam tubuh
dalam pengecapan rasa, dalam intervensi dengan intake cairan yang adekuat
mual untuk Ciptakan suasana makan yang Buat waktu makan menjadi lebih
Tekanan emosi, menstimulasi nafsu menyenangkan. Anjurkan klien untuk menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
kelemahan, makan dan asupan makanan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
ketidakmampuan meningkatkan makan bersama dengan keluarga atau hal
mengontrol nyeri asupan makanan yang menyenangkan lainnya.

Manajemen Kemoterapi
Atur makan sebelum dan segera setelah Pengaturan keefektivan diet bergantung pada
perawatan, seperti minum air putih, diet minimalnya rasa mual yang dirasakan setiap
makanan lunak dan lembut, biskuit, atau individu setelah terapi. Menghindari asupan
roti. Berikan cairan 1 jam sebelum atau 1 cairan selama makan dapat mencegah rasa
jam setelah makan kenyang terlalu cepat
Kontrol faktor lingkungan seperti bau Dapat menstimulasi mual dan muntah
yang menyengat dan bising yang
mengganggu. Hindari makanan yang
terlalu manis, berlemak, dan pedas

Anjurkan klien untuk menggunakan Dapat mengurangi rasa mual dan


teknik relaksasi, visualisasi, guided memungkinkan klien untuk meningkatkan
imagery, sebelum makan asupan makanan per oral

3. Cemas Dapat Dorong klien untuk mengutarakan Memberikan kesempatan untuk menilai rasa
Berhubungan dengan: mengungkapkan perasaan dan pikirannya cemas yang realistis
Krisis situational perasaan dan
cancer
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Ancaman atau mengurangi rasa Atur kontak dengan klien. Berbicara Meyakinkan klien bahwa klien tidak sendiri dan
perubahan pada cemas dengan klien menggunakan teknik tidak dikucilkan
kesehatan, status sosial Merasa lebih rileks sentuhan, jika diperlukan
ekonomi, fungsi peran, Menunjukkan
pola interaksi penggunaan Diskusikan penggunaan strategi koping Kemampuan koping klien umumnya akan
Ancaman terhadap mekanisme koping yang biasa digunakan klien dalam menurun setelah diagnosa dan selama fase
kematian efektif menghadapi cemas perawatan
Perpisahan dengan
keluarga hospitalisasi, Berikan informasi yang akurat dan Dapat menguangi kecemasan dan
perawatan konsisten mengenai diagnosis dan memungkinkan klien membuat keputusan
prognosis.
Berikan kesempatan pada klien untuk Memahami perasaan yang sedang dirasakan

mengekspresikan rasa marah, takut, dan memungkinkan klien menerima situasi yang

putus asa tanpa menentangnya. Berikan dihadapinya saat ini


informasi bahwa perasaan tersebut normal
dan diekspresikan secara tepat

Jelaskan prosedur, berikan kesempatan Memungkinkan klien menerima situasi yang

untuk bertanya dan menjawab secara dihadapinya saat ini

jujur.
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Amati adanya penggunaan koping yang Adanya koping yang tidak efektif akan
tidak efektif pada klien seperti menarik memaksimalkan fungsi keluarga klien untuk
diri dari interaksi sosial, membantu klien menggunakan koping efektif
ketidakberdayaan, dan putus asa

Dorong klien untuk berinteraksi dengan Mengurangi perasaan terisolasi. Dukungan dari
support sistemnya seperti konselor, luar juga penting untuk klien selain dukungan
pembimbing spiritual, dan komunitas dari keluarga sendiri.
penderita kanker

Anda mungkin juga menyukai