Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA KELUARGA BAPAK Y

Disusun Oleh:

Thatiana Dwi Arifah


1206244346

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KELUARGA BAPAK Y

Topik Kegiatan : Pendidikan Kesehatan Mengenai Manajemen Stres pada Ibu J dengan
Hipertensi
Tanggal : 9 Maret 2018

I. Latar Belakang
1. Teori yang mendasari masalah
Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
adalah stres. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari tubuh terhadap setiap
tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari kondisi yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan (Sadock & Sadock, 2003). Berdasarkan pada
survey pendahuluan yang dilakukan oleh Islami dan Herawati (2015) di Puskesmas
Rapak Mahang Kalimantan Timur, bahwa banyak penderita hipertensi mengeluhkan
adanya tuntutan pekerjaan, tuntutan ekonomi, dan sebagainya yang membuat mereka
pada akhirnya mengalami stres. Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui
aktivitas sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dan secara
intermitten (tidak menentu) (Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres,
hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah
melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung (South,
2014).

Keluarga Bapak Y dengan tipe keluarga inti (nuclear family), yang terdiri dari Bapak
Y (49 tahun), Ibu J (43 tahun), An. NK (23 tahun), An. NA (17 tahun), An. TS (15
tahun), dan An. SA (11 tahun). Tahap perkembangan keluarga Bapak A adalah
keluarga dengan dewasa awal. Ibu J dengan riwayat kesehatan hipertensi, terkadang
mengeluh terasa pusing, penglihatan kunang-kunang, dan tengkuk terasa berat.
Keluhan tersebut biasanya ia rasakan saat kelelahan. Kedua orang tua Ibu J saat ini
juga mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, TD: 130/100 mmHg,
N: 88 x/mnt, RR: 18x/mnt, S: 36,4oC, berat badan (BB) Ibu J 52,1 kg, tinggi badan
(TB) 150 cm, dan IMT yaitu 23,15 kg/m2. Status gizi ibu J tergolong normal dengan
berada pada rentang 18-25 kg/m2.
Aktivitas sehari-hari Ibu J tergolong sangat padat. Dimulai dari mengurusi pekerjaan
rumah tangga dan membantu anak-anaknya untuk persiapan sekolah di pagi hari,
bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) hingga pukul 14.00 dan harus berperan
sebagai kader di wilayah RT 4 sekaligus ibu rumah tangga. Pola tidur Ibu J umumnya
mulai dari jam 22.00 – 04.00. Letak rumah Ibu J yang berada di pinggir jalan raya
sehingga suara kendaraan terdengar hingga ke dalam rumahnya. Status sosial keluarga
Ibu J termasuk ke dalam menengah kebawah dengan penghasilan keluarga dibatas
UMR daerah bogor, yaitu Rp 3.600.000,-.

Ibu J menyadari bahwa dirinya memiliki hipertensi, dengan perannya sebagai kader,
ia dapat rutin memeriksakan tekanan darahnya saat kegiatan posyandu dan posbindu
diadakan. Ibu J memutuskan untuk mengonsumsi obat amlodipine hanya saat ada
keluhan saja. Ibu J mengetahui bahwa ia harus mengurangi kadar garam, sehingga ia
mengonsumsi garam dalam jumlah secukupnya saja. Saat obatnya habis, ia
memeriksakan kembali kondisi kesehatannya di klinik kesehatan dimana ia dan
keluarganya mendapatkan jaminan kesehatan dari tempat kerja Bapak A. Ibu J
mengikuti olahraga seminggu sekali di daerah cimanggis karena dapat lebih
mengikuti gerakannya dibandingkan dengan yang diadakan di RW 11.

2. Masalah keperawatan keluarga


Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan pada Ibu J

II. Rencana Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan keluarga
Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada Ibu J
2. Tujuan umum
Setelah dilakukan intervensi selama 4x45 menit, keluarga dapat melakukan
manajemen stres yang efektif
3. Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi selama 1x45 menit, keluarga mampu:
TUK 1 Keluarga mampu mengidentifikasi masalah
Pengetahuan: Manajemen hipertensi
- Keluarga mengetahui nilai tekanan darah normal
- Keluarga mengetahui tanda dan gejala tekanan darah tinggi
- Keluarga mengetahui potensial komplikasi dari tekanan darah tinggi
- Keluarga mengetahui manajemen penyakit tekanan darah tinggi
- Keluarga mengetahui strategi untuk manajemen stress

TUK 2 Keluarga mampu mengambil keputusan


a. Pengetahuan: Manajemen hipertensi
- Keluarga mengetahui manfaat perilaku hidup sehat
- Keluarga mampu menentukan manajemen atau pengobatan yang tepat
- Keluarga mampu menentukan strategi koping untuk manajemen stres
b. Pengambilan Keputusan
- Keluarga mengidentifikasi alternative untuk mengatasi tekanan darah tinggi
- Keluarga mampu menentukan alternative untuk mengatasi tekanan darah
tinggi

TUK 3 Keluarga mampu merawat anggota keluarga


a. Pengetahuan: Manajemen stres
- Keluarga mampu melakukan teknik untuk mengurangi stres
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
b. Koping
Keluarga mampu menggunakan teknik yang efektif untuk mengurangi stres

III. Rancangan kegiatan


1. Topik : Manajemen Stres pada Ibu J dengan hipertensi
2. Metode : Diskusi, tanya jawab, demonstrasi
3. Media dan Alat
a. Lembar balik
b. Leaflet
c. Musik
d. Stetoskop dan spignomanometer
4. Waktu dan tempat kegiatan
Hari/tanggal : Jumat, 9 Maret 2018
Waktu : Pukul 15.00 – 16.00 WIB
Tempat : Rumah keluarga BapakY
5. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Mahasiswa telah membuat laporan pendahuluan dan dikonsulkan dengan
pembimbing
- Keluarga sudah menyiapkan diri dengan kedatangan mahasiwa
- Media edukasi telah dipersiapkan
b. Evaluasi Proses
- Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, dan dapat dimengerti
- Mahasiswa menguasai materi yang disampaikan
- Komunikasi terbentuk secara dua arah
- Ibu secara aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
- Memberikan umpan balik positif
- Diskusi berlangsung tepat waktu
c. Evaluasi Hasil
- Keluarga mampu menyebutkan kembali nilai tekanan darah normal nilai
tekanan darah tinggi
- Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala hipertensi
- Keluarga mampu menyebutkan kembali komplikasi hipertensi
- Keluarga mampu menyebutkan kembali cara mengontrol hipertensi
- Keluarga mampu melakukan redemonstrasi teknik napas dalam dengan tepat
Lampiran
Materi Manajemen Stres pada Pasien Hipertensi

1. Definisi Hipertensi
Menurut Tambayon (2000) hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90
mmHg. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh,
umur, dan tingkat stres yang dialami. Klasifikasi berdasarkan rata-rata dua kali
pengukuran atau lebih, pengukuran tekanan darah pada setiap dua atau lebih kunjungan.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan Tekanan darah Tekanan darah Modifikasi gaya hidup
darah sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89 Ya
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99 Ya
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100 Ya
Sumber: Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure VII (2003).

2. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko pemicu timbulnya hipertensi dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor
yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor yang tidak
dapat dikontrol yaitu keturunan, jenis kelamin, usia, ras. Sedangkan faktor yang dapat
dikontrol atau dikendalikan meliputi kegemukan, konsumsi garam berlebih, kurang
aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol dan stres (Tambayon, 2000).
3. Manifestasi Klinis Hipertensi
Penyakit hipertensi disebut sebagai “the silent killer” karena tidak terdapat tanda- tanda
atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Meningkatnya tekanan darah seringkali
merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit
kepala, mimisan, pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi.
(Dalimartha, 2008).
4. Komplikasi Hipertensi
Penyakit hipertensi yang tidak terkontrol akan dapat menyebabkan organ tubuh rusak.
Kerusakan tersebut dapat merusak fungsi-fungsi otak, ginjal, mata, dan bahkan dapat
mengakibatkan kelumpuhan organ-organ gerak. Namun kerusakan yang paling terjadi
akibat penyakit ini adalah gagal ginjal dan stroke. Sementara menurut para ahli, angka
kematian akibat penyakit jantung pada usia lanjut dengan hipertensi adalah tiga kali lebih
sering dibandingkan usia lanjut tanpa hipertensi pada usia yang sama. Beberapa penyakit
yang timbul sebagai akibat hipertensi diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, gagal
jantung, kerusakan pembuluh darah otak, dan gagal ginjal (Baradero, 2008).
5. Cara Mengontrol Hipertensi
a. Pola makan sehat
Berdasarkan Kementerian Kesehatan (2011), diet hipertensi diberikan kepada pasien
dengan tekanan darah di atas normal. Nilai tekanan darah orang dewasa dinyatakan
normal yaitu 120/80 mmHg. Tujuan diet hipertensi yaitu membantu menurunkan
tekanan darah, membantu menghilangkan penimbunan cairan di dalam tubuh atau
edema atau bengkak. Syarat diet hipertensi yaitu: 1) mengonsumsi makanan beragam
mengikuti pola gizi seimbang, 2) jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan
kondisi penderita, dan 3) jumlah garam disesuaikan dengat berat ringannya penyakit
dan obat yang diberikan. Berikut ini adalah tabel pengaturan makanan bagi penderita
hipertensi.
Tabel Pengaturan Makanan Diet Hipertensi
Bahan makanan yang  Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein
dianjurkan nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang
banyak mengandung serat
 Makanan olahan tanpa atau dengan sedikit garam
natrium, vetsin, kaldu bubuk dan sebagainya
 Sumber protein hewani: penggunaan
daging/ayam/ikan paling banyak 100 gram/ hari.
Telur ayam dan telur bebek 1 butir telur/hari
 Susu segar 200ml/hari
Bahan makanan yang  Penggunaan garam dapur
dibatasi  Penggunaan bahan yang mengandung natrium seperti
soda kue
Bahan makanan yang  Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing
dihindari  Makanan yang diolah dengan garam natrium seperti
krekers, kue-kue, kerupuk, keripik, dan makanan
kering yang asin
 Makanan dan minuman dalam kemasan atau kaleng
seperti sarden, sosis, kornet, sayuran dan buah-
buahan kaleng
 Makanan yang diawetkan seperti dendeng, abon, ikan
asin, ikan pindang, udang kering, telur asin, telur
pindang, selai kacang, acar, manisan buah
 Mentega dan keju
 Bumbu-bumbu seperti kecap asin, terasi, petis,
garam, saus tomat, saus sambel, tauco, dan bumbu
penyedap lainnya
 Makanan yang mengandung alkohol, contohnya
durian dan tape

b. Meningkatkan Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik merupakan Setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot dan
memerlukan energi. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan timbulnya
penyakit kronis seperti hipertensi/ tekanan darah tinggi. Berikut adalah jenis-jenis
aktifitas fisik yaitu kegiatan ringan (contohnya berjalan kaki, menyapu, mengepel
lantai, mencuci piring, menyetrika baju), kegiatan sedang (contohnya berlari kecil,
bersepeda), dan kegiatan berat (contohnya senam, bermain bola, bermain basket,
berenang, bermain voly).
c. Manajemen stress
1) Teknik napas dalam
Relaksasi dilakukan dengan cara menarik nafas dalam dan panjang melalui
hidung selama 2 detik, menahan nafas selama 2 detik kemudian dihembuskan
perlahan melalui mulut selama 4 detik. Lakukan latihan ini 3-4 kali atau sesering
mungkin (2 jam sekali). Keuntungan dari teknik napas dalam yaitu:
- Tidak ada efek samping
- Kecemasan akan berkurang, nyeri, mual dan perasaan tidak nyaman akan
berkurang
2) Distraksi
Distraksi merupakan pengalihan perhatian kepada objek lain yang bisa
mengurangi kecemasan. Distraksi bisa dilakukan sesuai dengan hobi atau
kegiatan yang disenangi seperti:
- Berbincang dengan orang lain
- Membaca buku
- Menonton TV
- Mendengarkan musik
3) Hipnosis 5 jari
Hipnosis 5 jari merupakan Latihan dengan cara meletakkan jari telunjuk, tengah,
manis dan kelingking kepada ibu jari secara bergantian satu persatu. Dilakukan
dengan rileks, santai, mata terpejam, bernafas normal. Cara melakukan hypnosis
lima jari yaitu:
- Jempol dan jari telunjuk: kemudian ingat ketika kondisi masih sehat
- Jempol dan jari tengah: ingat ketika mendapatkan pujian
- Jempol dan jari manis: ingat kenangan menyenangkan bersama dengan orang
yang sangat kita sayang atau cintai
- Jempol dan kelingking: ingat tempat menyenangkan yang pernah dikunjungi)

Referensi:
Baradero, M. (2008). Klien gangguan kardiovaskular: seri asuhan keperawatan. Jakarta:
EGC.
Chobanian, et al. (2003). The seventh report of the joint national committee (JNC). Journal
Of The American Heart Association, 19, 2560-70.
Dalimartha, Setiawan. (2008). Care your self, hypertension. Jakarta: Penerbit Plus.
Kementerian Kesehatan. (2011). Diet hipertensi. Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi
Klinik.
Tambayon, J. (2000). Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai