PENDAHULUAN
Menurut kelompok kami Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh,
seperti : kepala, leher, muka, kaki atau dada. Hemangioma terdapat lesi disalah satu permukaan
tubuh. Lesi ini lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 3:1.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
memberikan analisa jurnal penelitian tentang asuhan keperawatan hemangioma yang
sering dijumpai pada bayi.
1.2.2
Tujuan Khusus
1) Agar mahasiswa memahami dari topik jurnal dan ringkasan yang terdapat pada penyakit
hemangioma.
2) Agar mahasiswa memahami isi jurnal tentang penelitian terkait asuhan keperawatan
hemangioma.
3) Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi isu dan analisa pada penyakit hemangioma.
4) Agar mahasiswa mampu membuat keputusan pada penyakit hemangioma.
1.3 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang terkait dengan jurnal
penelitian tentang asuhan keperawatan hemangioma yang sering dijumpai pada bayi.
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi
Hemangioma adalah tumor jinak atau hamartoma yang terjadi akibat gangguan pada
perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala organ seperti hati,
limpa, otak, tulang, dan kulit (Hamzah Mochtar. 1999).
Hemangioma adalah tumor jaringan lunak yang tersering pada bayi baru lahir dengan
persentase 5-10% pada anak-anak yang berusia kurang dari satu tahun. Meskipun dilihat dari
jumlah kejadian hemangioma yang cukup besar pada anak-anak, tapi patogenesisnya tidak
sepenuhnya dapat dimengerti, dan penanganan yang terbaik untuk hemangioma masih
kontroversial (Cathy, 1999)
2.2 Etiologi
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis sepertinya
memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah. Cytokines, seperti basic fibroblast growth
factor (BFGF) dan vascular endothelial growth factor (VEGF), mempunyai peranan dalam
proses angionesis. Peningkatan faktor-faktor pembentukan angionesis seperti penurunan kadar
angionesis inhibitor misalnya gamma-interferon, tumor necrosis factor-beta, dan transforming
growth factor-beta berperan dalam etiologi terjadinya hemangioma (Kushner,et al.,1999;
Katz, et al., 2002)
2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan
hemangioma kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada kulit
bagian atas, sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya
pada bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi
bersamaan atau disebut hemangioma campuran (Hamzah, 1999; Lehrer, 2003)
A. Hemangioma kapiler
1. Strawberry hemangioma (hemangioma simplek)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih
sering terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa
minggu (Hall, 2005). Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya
3
menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang
dan lebih mendatar (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Lehrer, 2003; Anonim, 2005).
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan
oleh karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter,
dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh yang
sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran yang
cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah berdarah
(Worman, 1998; Hamzah, 1999).
B. Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna
merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila dilepas.
Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang mengadakan involusi
spontan (Cohen, 2004; Anonim, 2005).
Hemangioma kavernosum kadang-kadang terdapat pada lapisan jaringan yang dalam,
pada otot atau organ dalam (Hall, 2005).
C. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran
klinisnya juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada
ekstremitas inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak.
Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya
dapat memberi gambaran keratotik dan verukosa (Hamzah, 1999; Kushner, et al., 1999; Lehrer,
2003; Anonim, 2005).
Lokasi hemangioma campuran pada lapisan kulit superfisial dan dalam, atau organ dalam
(Hall, 2005).
Beberapa literatur menyebutkan hemangioma yang lain diantaranya:
1. Intramuscular hemangioma
Intramuscular hemangioma sering terjadi pada dewasa muda, 80-90% diderita oleh orang
yang berumur kurang dari 30 tahun. Hemangioma ini lebih sering terjadi pada ekstremitas
inferior, terutama di paha dan khas ditunjukkan dengan massa pada palpasi dan perubahan warna
4
yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya
meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi
lengkap, tidak meninggalkan bekas (Kantor, 2004; Lehrer, 2004; Hall, 2005).
2.5
Manifestasi Klinis
Gambaran klinik dari hemangioma adalah heterogen, gambaran yang ditunjukkan
tergantung kedalaman, lokasi, dan derajat dari evolusi. Pada bayi baru lahir, hemangioma
dimulai dengan makula pucat dengan teleangiektasis. Sejalan dengan perkembangan proliferasi
tumor gambarannya menjadi merah menyala, mulai menonjol, dan noncompressible plaque.
Hemangioma yang terletak di dalam kulit biasanya lunak, masa yang terasa hangat dengan warna
kebiruan. Seringkali, hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam kulit. Hemangioma
memiliki diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Hemangioma bersifat solid,
tapi sekitar 20% mempunyai pengaruh pada bayi dengan lesi yang multipel (Kushner, et al.,
1999; Katz, et al., 2002; Drolet, et al., 2004).
Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk menderita hemangioma
dibanding bayi laki-laki, dan insidensi meningkat pada bayi prematur. Kurang lebih 55%
hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan perkembangannya pada saat minggu pertama
kehidupan. Dulunya, hemangioma menunjukkan fase proliferasi awal, involusinya lambat, dan
kebanyakan terjadi resolusi yang komplit. Jarang sekali hemangioma menunjukkan pertumbuhan
tumor pada saat lahir. Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah diketahui, sangat
sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase involusi untuk setiap individu.
Superfisial hemangioma biasanya mencapai ukuran yang maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi
hemangioma yang lebih dalam mungkin berproliferasi untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus
dapat mencapai 2 tahun. Onset dari involusi lebih susah untuk diprediksi tapi biasanya
digambarkan dari perubahan warna dari merah menyala ke ungu atau keabu-abuan. Kira-kira 2040% dari pasien mempunyai sisa perubahan dari kulit, hemangioma pada ujung hidung, bibir,
dan daerah parotis biasanya involusinya lambat dan sangat besar. Hemangioma superfisial pada
muka sering meninggalkan noda berupa sikatrik (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak lahir atau beberapa
saat setelah lahir, pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan;
warnanya merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar
7
maksimum sudah tercapai, biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap
(Katz, et al., 2002).
2.6 Diagnosis
Secara klinis diagnosis hemangioma tidak sukar, terutama jika gambaran lesinya khas,
tapi pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk ditegakkan, terutama
pada hemangioma yang letaknya lebih dalam (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997).
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu dalam membedakan
kelainan pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang agresif. Ultrasonografi dengan
Doppler merupakan cara yang efektif, karena tidak bersifat invasif dan dapat menunjukkan
gambaran aliran darah yang tinggi yang merupakan karakteristik dari hemangioma, demikian
dapat membedakan antara hemangioma dengan tumor solid (Abdel-Motaal, et al., 1996; Katz,
et al., 2002).
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang digunakan karena tidak
dapat menggambarkan masa yang lunak, sedangkan pada hemangioma kavernosum biasanya
dapat terlihat karena terdapat area kalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi karena pembekuan pada
cavitas cavernosum (phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler dapat menunjukkan
peningkatan konsistensi dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini jarang digunakan.
Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui pembesaran
hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan
karakteristik internal dari suatu hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot yang ada
di sekitarnya (Abdel-Motaal, et al., 1996; Kushner, et al., 1999).
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus hemangioma dalam
atau campuran, CT Scan atau MRI dapat dikerjakan untuk memastikan bahwa struktur yang
dalam tidak terlibat (Kantor, 2004)
2.7 Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena tipisnya
kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya terus tumbuh
(Katz, et al., 2002).
8
2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan resiko infeksi, perdarahan, dan sikatrik.
Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur (Kushner, et al.,
1999). Hemangioma kavernosa yang besar dapat diikuti dengan ulserasi dan infeksi sekunder
(Kantor, 2004).
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam
jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi (Katz, et
al., 2002).
4. Gangguan penglihatan
Pada regio periorbital sangat meningkatkan risiko gangguan penglihatan dan harus lebih
sering dimonitor. Amblyopia dapat merupakan hasil dari sumbatan pada sumbu penglihatan
(visual axis). Kebanyakan komplikasi yang terjadi adalah astigmatisma yang disebabkan tekanan
tersembunyi dalam bola mata atau desakan tumor ke ruang retrobulbar (Kushner, et al., 1999).
Hemangioma pada kelopak mata bisa mengganggu perkembangan penglihatan normal dan harus
diterapi pada beberapa bulan pertama kehidupan (Kantor, 2004).
Kortikosteroid sistemik
Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik telah dianggap sebagai terapi medikamentosa
yang paling efisien untuk cutaneous infantile hemangiomas tanpa komplikasi. Pemberian steroid
sebaiknya dilakukan pada masa proliferatif, karena bila diberikan pada masain volusi kurang
bermanfaat.
Dosis yang dianjurkan inisial prednison atau prednisolone 2 3 mg/kg/hari, satu kali
sehari pada pagi hari. Beberapa peneliti menganjurkan dosis yang lebih besar (prednison 5
mg/kg/hari) untuk menghasilkan terapi efektif, cepat, dan cukup aman, dilanjutkan hingga 6 8
minggu dan pada kasus yang lebih berat dapat diberikan hingga 12 minggu.
2. Kortikosteroid intralesi
Kortikosteroid intralesi sangat baik diberikan pada hemangioma dengan ukuran kecil
(diameter < 10 cm) dan lesi lokal bermasalah (hemangioma disertai ulserasi atau dengan
komplikasi misalnya terjadi ifeksi berulang pada daerah lesi).
Dosis yang diberikan 2 3 mg/kg setiap kali suntikan diulang setiap minggu selama 1 -2
bulan. Adanya respon terapi yang baik terhadap steroid ditandai oleh pengecilan ukuran
hemangioma.
Pemberian kortikosteroid intralesi dengan interval waktu 4 8 minggu merupakan terapi
yang efektif sebagai upaya untuk menghindari efek samping terapi kortikosteropid sistemik.
Penyuntikan dapat pula dilakukan dengan interval bulanan, sehingga dapat mengurang efek
samping yang tidak diinginkan, tetapi dari laporan diketahui laju respon pengobatan dengan cara
ini hanya sekitar 85%.
Efek samping potensial kortikosteroid intralesi antara lain, berupa, atropi kulit,
anafilaksis, perdarahan, nekrosis kulit dan supresi adrenal, tetapi umumnya suntikan dapat
ditoleransi dengan baik. Perhatian khusus harus diberikan pada periokuler. Pada hemangioma
jenis ini dosis kortikosteroid intralesi tidak boleh melebihi 3-5 mg/kg triamcinolone setiap sesi
suntikan.14,21 Beberapa ahli mengemukakan bahwa pemberian kortikosteroid intralesi pada
10
Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal (langsung pada daerah lesi hemangioma) biasanya efektif pada
Vinkristin
Vinkristin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus yang gagal dengan terapi
steroid sebanyak dua siklus pengobatan, yang mengalami kekambuhan dan yang tidak
dapat mentoleransi pengobatan medika mentosa lain. Vinkristin mempengaruhi mitotic
spindle microtubules dan merangsang proses apoptosis pada sel tumor in vitro. Ada
laporan yang menyatakan bahwa vinkristin efektif digunakan pada kasus hemangioma
yang mengancam jiwa yang resisten terhadap pengobatan steroid. Taki20 dkk,
menyatakan bahwa pada kasus intractable Kasabach-Merritt syndrome pemberian
vinkristin sangat efektif, sehingga mereka menyarankan pemakaian vinkristin pada kasus
demikian.
Dosis yang dianjurkan 1.5 mg/m2 per kali suntikan, jika diperlukan dapat diulang
satu kali lagi dengan interval 2-3 bulan setelah suntikan pertama.
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.5 Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama : Untuk lebih mengenal pasien agar tercipta keakraban yang dapat membantu
dalam mengembangkan hubungan interpersonal.
Umur : mendeteksi hubungan umur dengan penyakit saat ini.
Agama : Untuk mengetahui keyakinan serta cara pandang agama yang di anutnya.
Suku/ bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat untuk memperoleh
gambaran tentang budaya yang di anut pasien apakah bertentangan atau mendukung
pola- pola kesehatan.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual, karena pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku kesehatan seseorang, serta mempermudah kita untuk berkomunikasi
dengan pasien.
Pekerjaan : memperoleh gambaran tentang sosial ekonomi.
12
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
gangguan
rasa Untuk mengurangi
nyaman
b/d
(ansietas) perasaan
ancaman
khawatir,
Intervensi
mempersiapkan
Rasional
mengurangi
pasien
krisis
menghadapi
perkembangan.
14
perubahan
kemungkinan
krisis
kesehatan,
perkembangan.
meminimalkan
kekhawatiran,
pola interaksi
ketakutan,
prasangka atau
perasaan tidak
tenang yang
Mengurangi
Kekhawatiran,
ketakutan atau
perasaan tidak
senang yang
bersumber
tidak jelas.
bersum ber
bahaya yang di
antisipasi dan
tidak jelas.
Meredakan
kecemasan pada
pasien yang
mengalami
distres akut.
2.
mengurangi
kelainan
pembentukan cidera
atau
pembuluh darah
terhadap
cidera.
Memantau dan
Mengurangi
kecemasan
pada pasien
yang
mengalami
distes akut.
Mengetahui
memanipulasi
lingkungan
lingkungan fisik
fisik klien.
untuk
memfasilitasi
keamanan.
Kaji faktor
penyebab
terjadinya cidera
Jangan lakukan
perubahan yang
tidak diperlukan
di lingkungan
Mengurangi
penyebab
terjadinya
cidera.
Mengetahui
Perubahan
yang
tidak
diperlukan
15
di
fisik.
3.
resiko
infeksi
Meminimalkan
fisik klien.
Mengurangi
terhadap
penyebaran dan
penyebaran
pengendalian resiko
penularan agens
dan penularan
penyakit
infeksius.
Mencegah dan
b/d Untuk
mengurangi
menular,
penyembuhan luka.
infeksi
infeksi pada
klien berisiko.
klien berisiko.
Mencegah
komplikasi pada
luka dan
memfasilitasi
proses
penyembuhan
mengetahui
luka.
Meringankan
atau mengurangi
nyeri sampai
pada tingkat
kenyamanan
yang dapat
dirasakan oleh
agens infeksius
Mengetahui
mendeteksi dini
terjadinya
4.
lingkungan
klien.
Memantau
pada
Mengetahui
terjadinya
komplikasi
pada luka dan
mengurangi
proses
penyembuhan
luka.
Mencegah
nyeri sampai
pada tingkat
kenyamanan
yang dirasakan
oleh klien.
Mengetahui
respons
klien
respons klien
dan dukungan
dan memberikan
fisiologis yang
dukungan
dibutuhkan
fisiologis yang
klien.
dibutuhkan
Mengetahui
16
5.
mengetahui
klien.
Meningkatkan
presepsi sadar
presepsi sadar
serta sikap
terhadap tubuh
Untuk
perubahan hidup,
persepsi, kultural,
perubahan
tidak
terhadap tubuh
perkembangan.
keterlambatan dalam
mengalami
perkembangan anak
klien.
Mendukung
klien.
Membantu klien
klien untuk
untuk
penilaian
meningkatkan
personal
penilaian
terhadap harga
personal
terhadap harga
meningkatkan
diri.
Memotivasi
diri.
Memberikan
orang tua
penyuluhan
memfasilitasi
pertumbuhan
memfasilitasi
motorik kasar,
motorik halus,
bahasa,
pertumbuhan
motorik kasar,
motorik halus,
bahasa, kognitif
untuk
kognitif sosial.
sosial.
Peneliti
Tujuan Instruksional
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan masyarakat mampu memahami
tentang penyakit hemangioma. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan setiap anggota
masyarakat dapat menjelaskan kembali:
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan setiap anggota masyarakat dapat menjelaskan
kembali :
C.
-
D. Analisa situsional
Media
: Leaflet, LCD
Peserta
: Warga Masyarakat Kenjeran
Hari/Tanggal
: Minggu, 19 Oktober 2014
Jam
: 09.00-09.20 WIB
Waktu
: 20 menit
Tempat
: Kecamatan Kenjeran
E. KEGIATAN PENYULUHAN
No
1.
WAK
TU
3
menit
KEGIATAN PENYULUHAN
Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
KEGIATAN
KLIEN
Menjawab salam
18
2.
9
menit
Memperkenalkan diri.
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
3.
6
menit
Evaluasi :
Bertanya
Menjawab
2
menit
disampaikan penyuluh.
Terminasi :
Mendengarkan
Menjawab salam
F. Materi Hemangioma.
1. Pengertia Penyakit Hemangioma
Hemangioma adalah tumor jinak yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan dan
pembentukan pembuluh darah . dapat terjadi disegala organ seperti hati, limpa, otak, tulang, dan
kulit.
2. Tanda-Tanda Hemangioma
1) Tampak seperti tanda lahir, tetapi pertumbuhannya terjadi secara cepat pada usia 6-12
bulan.
2) Pertumbuhan ini mulai menyusut dan melambat pada usia 1-7 tahun dan tumor ini
menciut pada usia 10-12 tahun, kebanyakan ada pula yang menghilang pada usia 10-13
tahun.
19
3) Adanya pola merah terang yang timbul, terkadang dengan permukaan bertekstur (kadang
disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).
3. Penyebab Hemangioma
Penyebab hemangioma sampai saat ini masih belum jelas. Angiogenesis adalah proses
pembentukan pembuluh darah baru yang terjadi secara normal
Angiogenesis sepertinya memiliki peranan dalam kelebihan pembuluh darah, Cytokines,
seperti basic fibroblast growth factor (BFGF) dan vascular Endothelial growth factor (VEGF),
mempunyai peranan dalam proses angiogenesis.
4. Penderita Hemangioma sering dijumpai pada masa bayi
Hemangioma paling sering dijumpai pada masa bayi, dengan angka kejadian 10%-12% dari
yang berusia mendekati umur 1 tahun, ditandai dengan fase proliferasi yang berlangsung cepat
selama 8 hingga 18 bulan, di ikuti dengan fase involusi spontan selama 5 sampai 8 tahun.
kelamin perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio 6:1.4 Walaupun dapat mengenai seluruh
lapisan usia, hemangioma paling sering muncul pada dekade ke-3 atau ke-4 dari kehidupan.2,7,9
Sedangkan menurut Lee dkk, hemangioma di kavum nasi terjadi antara dekade ke-3 sampai
dekade ke-5.10 Pada kasus pasien ini, terjadi di dekade ke-3.
Hemangioma daerah kepala dan leher termasuk kasus yang jarang. Stamataki dkk
melaporkan, di Johns Hopkins Hospital antara tahun 1980 sampai dengan tahun 2003, terdapat
23 kasus hemangioma daerah kepala dan leher. Dari jumlah tersebut hanya terdapat 1 kasus
hemangioma intranasal, yang telah menyebabkan erosi pada tulang intranasal dan tulang
ethmoid.
3. Membuat keputusan.
Umumnya hemangioma tidak memerlukan tindakan yang segera. Sekitar 20-40% pasien
yang dilakukan tindakan operatif akan mengalami hemangioma yang berulang. Menurut Elhamd,
angka kekambuhan untuk hemangioma intranasal ini adalah sekitar 15%. Tindakan bedah
direkomendasikan ketika hemangioma sudah mengganggu secara fungsi dan gangguan estetika.
Pada kasus hemangioma intranasal atau sinus paranasal, pendekatan dari luar (external
approach) sering dilakukan untuk memudahkan kontrol perdarahan selama operasi berlangsung.
Sehingga akses menuju pengangkatan tumor yang komplit semakin mudah. Kelemahan
pendekatan endoskopi adalah kesulitan dalam mengontrol perdarahan, sehingga batas-batas
tumor sulit dinilai. Tapi dengan persiapan yang adekuat serta kontrol perdarahan selama operasi
yang baik, pendekatan endoskopi pada kasus hemangioma intranasal dapat dilakukan dengan
sukses.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Hemangioma, merupakan tumor jinak endotel vaskuler yang paling sering dijumpai pada
bayi, yang ditandai dengan fase pertumbuhan khas terdiri dari fase proliferasi dan fase involusi.
Umumnya hemangioma dapat mengalami involusi secara spontan pada usia rata-rata 9 tahun dan
tidak memerlukan pengobatan. Pada beberapa keadaan tidak terjadi involusi spontan atau terjadi
involusi tetapi ukuran hemangioma masih besar. Banyak pilihan terapi pada hemangioma tetapi
sampai saat ini pemberian obat-obatan masih menjadi pilihan utama dibandingkan operasi atau
terapi lain. Terapi steroid merupakan terapi pilihan utama walaupun masih banyak kontroversi
sehubungan dengan efek samping yang mungkin terjadi. Pada kasus yang berat dan gagal dengan
terapi steroid sebanyak 2 siklus dapat dipertimbangkan untuk melakukan operasi, radioterapi
atau pemberian sitostatika seperti vinkristin dan bleomisin.
4.2 Saran
22
Saran yang dapat kelompok kami ambil dalam penelitian ini adalah Banyak pilihan terapi
pada hemangioma tetapi sampai saat ini pemberian obat-obatan masih menjadi pilihan utama
dibandingkan operasi atau terapi lain.
Dalam makalah ini tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan baik
menyangkut isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya dan kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya dalam menambah wawasan
pengetahuan tentang kelainan- kelainan yang terjadi pada bayi .
DAFTAR PUSTAKA
Prof.DR.Adhi Djuanda 2002. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ketiga 2002, FK.UI
Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan 2002. Kapita
selekta kedokteran edisi ketiga jilid 2002,
Hamzah, Mochtar 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Balai Penerbit FKUI.
Pieter,j.,& halimun,E.M.1997:organ dan system organ kulit., dalam buku ajar ilmu bedah
wim de jong, penerbit buku kedokteran EGC, Edisi Revisi, Jakarta, 428-30.
MacDonald.D.Gollish. J. December 23. 1999 Synovial Hemangioma. Dalam New
England Journal of Medicine 1999:341:2018-2019.
Kushner, B. J.,Maier, H., Neumann, R., Drolet, B. A., Esterly, N. B., & Frieden, I. J.
December 23, 1999 Hemangioma in children, dalam New England Journal of Medicine
1999;341;2018-2019.
Prof. DR. dr.A. Sanik Wahab, SpA(K) 2008.Ilmu kesehatan anak. Penerbit buku
kedokteran EGC, vol 3 Edisi revisi 15, jakarta.
23
24