Disusun Oleh :
A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat,
dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya
buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire.
Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga
kali dalam sehari, maka itu bukan diare.
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau
anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume
cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.
B. ANATOMI FISIOLOGI
1.Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk
sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan
(gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan, secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar
(vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga
mulut bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring. Palatum terdiri atas palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris
dan palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa
dan selaput lendir.
Mulut mempunyai fungsi sebagai pemecah makanan menjadi zat-zat
gizi, sekresi mulut berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat
tepung, mengatur pemasukan cairan, mrerangsang nafs makan dengan
cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak bintik-bintik rasa
dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan (Suratun,
2010: 3).
2.Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak
persimpangan antara jalan nafas dan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang
disebut ismus fausium.
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi
mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang
terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap
infeksi (Suratun, 2010: 3).
3.Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter
2cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghubugkan
rongga mulut dengan lambung dengan bagian posterior berbatasan
dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi cartilage
cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae.
Ketika seseorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara otomatis
dan akan membiarkan makanan atau minuman masuk ke dalam
lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lamung.
Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan
peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
Fungsi esofagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar
makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik
sehingga makanan dapat ber-jalan menuju lambung.
4.Lambung
Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena
dapat menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf
J atau kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen. Lambung
merupakan kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambung
dengan usus kecil bagian duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah
menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung).
Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah
bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
5.Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara
spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan
bagian awal usus besar, posisinya terletak d sentral bawah abdomen
yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yang
memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk (seperti
berkelok-kelok). Mesenterika ini dilpaisi pembuluh darah, persyarafan
dan saluran limfe yang mensuplai kebutuhan dinding usus.
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan
dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap
orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering disebut
dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika
dibandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3
bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6
m).
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas, mengabsorbsi
sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus
besar. Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah Emulsikan
lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus
halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. Absorbsi lemak, garam
empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan cara
memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. Pengeluaran kolesterol
dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin untuk
membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang
melalui feses.
6.Usus besar
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus
halus, memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U
terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden,
kolon transversum, dan kolon desenden.
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama prose
pencernaan. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin)
sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
Membentuk massa feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan
(feses) keluar dari tubuh.
7.Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses sebelum dibuang
lewat anus feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum.
Apabila fese sudah siap di buang maka otot spinkter rektum mengatur
pembukaan dan penutupan anus (Tarwoto, 2009, hal. 263).
Fungsi dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian
rektum, apabila feses sudah siap dibuang maka oto spinkter rektum
mengatur pembukaan dan penutupan anus.
C. ETIOLOGI
1.Infeksi oleh karena Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Terdiri atas : Virus (rotavirus), Bakteri ( E.colli, Salmonella, Shigella,
Vibrio, Campylobacter jejuni, dll) dan penyebab lain seperti parasit
(Entamuba hystolitica).
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan / miniman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita.
2.Malabsorsi : Gangguan dalam pencernaan makananan
3.Alergi makanan dan keracunan makanan
4.Imunodefisiensi / imunosupresi(kekebalan menurun)
Keadaan ini biasanya berlangsung sementara setelah infeksi virus
(campak) dan mungkin berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
5.Faktor lingkungan dan perilaku
Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal
yaitu gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Terdapat beberapa
pembagian diare :
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut dan Kronik pada Bayi, Anak-anak dan
Remaja (Sodikin, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS
Klinis :
1.Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang
sampai tidak ada sama sekali.
2.Tinja/ feces menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.
3.Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
4.Bila sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka timbulah dehidrasi
bahkan syok hipovolemik.
No Agen Penyebab Karakteristik
1 Viral agent Fever 38 atau lebih
a. Rotavirus Nausea, vomiting
b. Norwalk Abdominal pain
Diare bisa lebih dari 1 minggu
Fever, loss of apetit
Abdominal pain
Diare dan malaise.
2. Bacterial agent Diare cair disertai mukus dan darah
a. E. Colli Vomiting, abdominal distention, diare dqn fever.
b. Salmonella group Nausea, vomiting, colic abdominal, diare
gram positif disertai darah dan mukus.
c. S. Thypi Fever, hiperaktif peristaltic and mild abdominal
d. Shigella group gram tenderness.
negatif Headache and cerebral manifestation.
e. Campylobacter jejuni Ireguler fever, headache, malaise, letargi,
f. Vibrio cholera group fatigue, abdominal pain, anoreksia, weight loss
develop.
Fever 40 derajat and cramping, abdominal pain,
konvulsi, headache, delirium, diare disertai
mukus bisa bercampur darah, abdominal pain,
inright lower quadrant, vomiting.
Fever, abdominal cramping periumbilical, diare
disertai darah, vomiting
Diare cair dengan cramp, iritasi anal, feces
disertai darah dan mukus.
3 Food Poisoning Nausea, vomiting, severe abdominal cramps,
a. Staphylococcus shok dapat terjadi pada kasus berat, demam
b. Clostridium ringan.
perfringens Moderate to severe crampy, mid epigastric pain.
c. Clostridium Nausea, vomiting, diare, dry mouth dan
botulinum disfagia.
E. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik
yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke
hipokalemia dan asidosis metabolik.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus Paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang
F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah
sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya
inflamasi intestinal.
2. Volume Feses: JFeses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur
output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu
juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi
lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat
feses > 300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari
1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari
10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan
suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah
positif.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare
osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus
diperiksa.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya
Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan
cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED
yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah
akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi
intestinal.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka
dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison
Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol
(Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan
alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah.
Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan
pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat
mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2
PO4.
G. TANDA-TANDA DEHIDRASI
1. Dehidrasi berat
a. Gelisah rewel/muntah
b. Mata cekung
b. Mata cekung
2. Dehidrasi Ringan/Sedang
3. Tanpa dehidrasi
H. PENATALAKSANAAN DIARE
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum
sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
9. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc /
jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air
minum ?
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan /
minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa /
belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja
ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping obat, jumlah
cairan yang masuk selama diare, makan / minum di warung ?
c. Pola eleminasi
1) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
2) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
3) Pola aktifitas dan latihan : travelling
4) Pola tidur dan istirahat
5) Pola kognitif dan perceptual
6) Pola toleransi dan koping stress
7) Pola nilai dan keyakinan
8) Pola hubungan dan peran
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
10) Pola seksual dan reproduksi
Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR.
Sardjito. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
I.Jakarta: Media Aesculapius.
Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama