Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS DAN JURNAL

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA BAYI A DENGAN DIARE CAIR AKUT ( DCA )
DI BANGSAL SERUNI RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

Disusun Oleh :

NIDA’UL KHASANAH S.Kep 17.0604.0010

MELIA ULUL S.Kep 17.0604.0016

MAYA SHELLA ASMARA S.Kep 17.0604.0016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017/2018
DIARE

A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat,
dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya
buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire.
Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga
kali dalam sehari, maka itu bukan diare.

Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau
anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan
atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu.
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume
cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.

B. ANATOMI FISIOLOGI

1.Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali untuk
sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat pencernaan
(gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan
makanan, secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas bagian luar
(vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan rongga
mulut bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung
dengan faring. Palatum terdiri atas palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maksilaris
dan palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa
dan selaput lendir.
Mulut mempunyai fungsi sebagai pemecah makanan menjadi zat-zat
gizi, sekresi mulut berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat
tepung, mengatur pemasukan cairan, mrerangsang nafs makan dengan
cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak bintik-bintik rasa
dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan (Suratun,
2010: 3).
2.Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak
persimpangan antara jalan nafas dan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang
disebut ismus fausium.
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi
mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang
terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap
infeksi (Suratun, 2010: 3).
3.Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan diameter
2cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghubugkan
rongga mulut dengan lambung dengan bagian posterior berbatasan
dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi cartilage
cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae.
Ketika seseorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara otomatis
dan akan membiarkan makanan atau minuman masuk ke dalam
lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lamung.
Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan
peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
Fungsi esofagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar
makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik
sehingga makanan dapat ber-jalan menuju lambung.

4.Lambung
Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena
dapat menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf
J atau kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen. Lambung
merupakan kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambung
dengan usus kecil bagian duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah
menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung).
Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah
bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
5.Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di antara
spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang merupakan
bagian awal usus besar, posisinya terletak d sentral bawah abdomen
yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk seperti kipas) yang
memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan bentuk (seperti
berkelok-kelok). Mesenterika ini dilpaisi pembuluh darah, persyarafan
dan saluran limfe yang mensuplai kebutuhan dinding usus.
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan
dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap
orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering disebut
dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika
dibandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3
bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (± 3,6
m).
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas, mengabsorbsi
sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil metabolisme ke usus
besar. Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah Emulsikan
lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus
halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area
permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. Absorbsi lemak, garam
empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan cara
memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. Pengeluaran kolesterol
dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin untuk
membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang
melalui feses.
6.Usus besar
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus
halus, memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U
terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden,
kolon transversum, dan kolon desenden.
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama prose
pencernaan. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin)
sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
Membentuk massa feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan
(feses) keluar dari tubuh.
7.Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses sebelum dibuang
lewat anus feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum.
Apabila fese sudah siap di buang maka otot spinkter rektum mengatur
pembukaan dan penutupan anus (Tarwoto, 2009, hal. 263).
Fungsi dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada bagian
rektum, apabila feses sudah siap dibuang maka oto spinkter rektum
mengatur pembukaan dan penutupan anus.

C. ETIOLOGI
1.Infeksi oleh karena Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Terdiri atas : Virus (rotavirus), Bakteri ( E.colli, Salmonella, Shigella,
Vibrio, Campylobacter jejuni, dll) dan penyebab lain seperti parasit
(Entamuba hystolitica).

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain
melalui makanan / miniman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita.
2.Malabsorsi : Gangguan dalam pencernaan makananan
3.Alergi makanan dan keracunan makanan
4.Imunodefisiensi / imunosupresi(kekebalan menurun)
Keadaan ini biasanya berlangsung sementara setelah infeksi virus
(campak) dan mungkin berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
5.Faktor lingkungan dan perilaku

Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal
yaitu gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Terdapat beberapa
pembagian diare :

1. Pembagian diare menurut etiologi


2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non
b. infeksi

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi


infeksi. Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa
mekanisme yang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka
dikenal: diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di
kolon lebih besar daripada kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi
akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi
yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat terjadi
akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat. Diare
juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.

Komplikasi kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami


komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi,
kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi paling
penting wlaupun jarang diantaranya yaitu: hipernatremia, hiponatremia,
demam, edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus,

kejang, intoleransi laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah, gagal ginjal.

Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut dan Kronik pada Bayi, Anak-anak dan
Remaja (Sodikin, 2011).

D. MANIFESTASI KLINIS

Klinis :
1.Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang
sampai tidak ada sama sekali.
2.Tinja/ feces menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.
3.Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
4.Bila sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka timbulah dehidrasi
bahkan syok hipovolemik.
No Agen Penyebab Karakteristik
1 Viral agent Fever 38 atau lebih
a. Rotavirus Nausea, vomiting
b. Norwalk Abdominal pain
Diare bisa lebih dari 1 minggu
Fever, loss of apetit
Abdominal pain
Diare dan malaise.
2. Bacterial agent Diare cair disertai mukus dan darah
a. E. Colli Vomiting, abdominal distention, diare dqn fever.
b. Salmonella group Nausea, vomiting, colic abdominal, diare
gram positif disertai darah dan mukus.
c. S. Thypi Fever, hiperaktif peristaltic and mild abdominal
d. Shigella group gram tenderness.
negatif Headache and cerebral manifestation.
e. Campylobacter jejuni Ireguler fever, headache, malaise, letargi,
f. Vibrio cholera group fatigue, abdominal pain, anoreksia, weight loss
develop.
Fever 40 derajat and cramping, abdominal pain,
konvulsi, headache, delirium, diare disertai
mukus bisa bercampur darah, abdominal pain,
inright lower quadrant, vomiting.
Fever, abdominal cramping periumbilical, diare
disertai darah, vomiting
Diare cair dengan cramp, iritasi anal, feces
disertai darah dan mukus.
3 Food Poisoning Nausea, vomiting, severe abdominal cramps,
a. Staphylococcus shok dapat terjadi pada kasus berat, demam
b. Clostridium ringan.
perfringens Moderate to severe crampy, mid epigastric pain.
c. Clostridium Nausea, vomiting, diare, dry mouth dan
botulinum disfagia.

E. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera
kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik
yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke
hipokalemia dan asidosis metabolik.
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan Anak
RSUD Wates (2001), Komplikasi Diare yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok
3. Kejang
4. Sepsis
5. Gagal Ginjal Akut
6. Ileus Paralitik
7. Malnutrisi
8. Gangguan tumbuh kembang

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah
sebagai berikut :
1. Lekosit Feses (Stool Leukocytes): Merupakan pemeriksaan awal
terhadap diare kronik. Lekosit dalan feses menunjukkan adanya
inflamasi intestinal.
2. Volume Feses: JFeses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur
output harian. Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu
juga ditentukan apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi
lemak.
3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam: Jika berat
feses > 300/g24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari
1000-1500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari
10g/24h menunjukkan proses malabsorbstif.
4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan
suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah
positif.
5. Osmolalitas Feses : Dipeerlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare
osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus
diperiksa.
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya
Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan
cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.
7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED
yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah
akan mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi
intestinal.
8. Tes Laboratorium lainnya: Pada pasien yang diduga sekretori maka
dapat diperiksa seperti serum VIP (VIPoma), gastrin (Zollinger-Ellison
Syndrome), calcitonin (medullary thyroid carcinoma), cortisol
(Addison’s disease), anda urinary 5-HIAA (carcinoid syndrome).
9. Diare Factitia : Phenolptalein laxatives dapat dideteksi dengan
alkalinisasi feses dengan NaOH yang kan berubah warna menjadi merah.
Skrining laksatif feses terhadap penyebab lain dapat dilakukan
pemeriksaan analisa feses lainnya. Diantaranya Mg,SO4 dan PO4 dapat
mendeteksi katartik osmotic seperti MgSO4,mgcitrat Na2 SO4 dan Na2
PO4.

G. TANDA-TANDA DEHIDRASI

Skor Maurice King (Juffrie & Mulyani, 2011).

menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dicubit” selama 30-60 detik

kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu :

a. 2-5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)

b. 5-10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)

c. >10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)


2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan
derajat dehidrasinya :

a. Skor 0-2 : dehidrasi ringan

b. Skor 3-6 : dehidrasi sedang


c. Skor >7 : dehidrasi berat

Berdasarkan MTBS (manajemen terpadu balita sakit)

1. Dehidrasi berat

a. Gelisah rewel/muntah

b. Mata cekung

c. Haus, minum dengan lahap


d. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut :

a. Lateragis atau tidak sadar

b. Mata cekung

c. Tidak bisa minum atau malas minum

d. Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat

2. Dehidrasi Ringan/Sedang

Terdapat duat atau lebih tanda-tanda sebagai berikut :

3. Tanpa dehidrasi

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat


atau ringan/sedang.

H. PENATALAKSANAAN DIARE

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah


LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi
bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi
usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
diare. Adapun program LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
yaitu:
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih :
1) Keadaan Umum : baik
2) Mata : Normal
3) Rasa haus : Normal, minum biasa
4) Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
1) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
2) Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
3) Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah
ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Gelisah, rewel
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
4) Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
4) Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.

Berikan obat Zinc


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian
diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
3. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan.

4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera.

Menurut Kapita Selekta Kedokteran (2000) dan SPM Kesehatan Anak


RSUD Wates (2001), Penatalaksanaan Medis diare yaitu:
1. Resusitasi cairan dan elektrolit
a. Rencana Pengobatan A, digunakan untuk :
1) Mengatasi diare tanpa dehidrasi
2) Meneruskan terapi diare di rumah
3) Memberikan terapi awal bila anak diare lagi
Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :
1) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah
dehidrasi (oralit, makanan cair : sup, air matang). Berikan cairan
ini sebanyak anak mau dan terus diberikan hingga diare berhenti.
Kebutuhan oralit per kelompok umur
Umur Ddiberikan Setiap Bab Yang Disediakan
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml / hari (2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml / hari (3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml / hari (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml / hari
Cara memberikan oralit :
a) Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun
b) Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
c) Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan cairan
lebih sedikit (sesendok teh tiap 1-2 menit)
d) Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu
untuk memberikan cairan lain atau kembali ke petugas untuk
mendapatkan tambahan oralit.

2) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :


a)Teruskan pemberian ASI
b) Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan padat
dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding
selama 2 hari.
c)Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan padat,
berikan makanan secara berkala
b. Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml /
kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat badan anak tidak diketahui
dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit sesuai tabel :
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml
Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C
untuk melanjutkan pengobatan :
1) Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
2) Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/sedang, ulangi rencana
B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari bu-ah seperti rencana A
3) Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C
c. Rencana Pengobatan C
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera. Beri
100 ml/kg BB cairan RL, Asering atau garam normal (larutan yang
hanya mengandung glukosa tidak boleh diberikan).
Umur 30 ml/kg BB 70 ml/kg BB
< 12 bulan 1 jam pertama 5 jam kemudian
> 1 tahun ½ jam pertama 21/2 jam kemudian
Rehidrasi parenteral :
1) RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
2) D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
3) D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
4) Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
5) Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai
percepat tetesan infuse
6) Juga berikan oralit 5 ml/kg BB/jam bila penderita bisa minum.
Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
7) Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi, kemudian
pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan pengobatan.
2. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid, difenoksilat,
kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
3. Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
4. Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera :
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
5. Hiponatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S. Penurunan
kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
menyebabkan edema otak
6. Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau NaCl
7.Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium glukonas
perlahan-lahan 5-10 menit sambil memantau detak jantung
8. Hipokalemia (K, 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi,
hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak
yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan
kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi.
Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran :
3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari
14 hari (diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum
sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
9. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc /
jamban / sungai / kebun, personal hygiene ?, sanitasi ?, sumber air
minum ?
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, makanan /
minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak biasa /
belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula, baru saja
ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping obat, jumlah
cairan yang masuk selama diare, makan / minum di warung ?
c. Pola eleminasi
1) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
2) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria
3) Pola aktifitas dan latihan : travelling
4) Pola tidur dan istirahat
5) Pola kognitif dan perceptual
6) Pola toleransi dan koping stress
7) Pola nilai dan keyakinan
8) Pola hubungan dan peran
9) Pola persepsi diri dan konsep diri
10) Pola seksual dan reproduksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Diare b.d factor psikologis (tingkat stress dan cemas tinggi), faktor
situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian makanan
melalui selang efek samping obat, kontaminasi, traveling), factor
fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritas, parasit)
2. Hipertermi b.d peningkatan metabolic, dehidrasi, proses infeksi,
medikasi
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif,
kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
4. PK : Syok hipovolemik b.d dehidrasi
5. Cemas orang tua b.d proses penyakit anaknya
6. Takut b.d tindakan invasive, hospitalisasi, pengalaman yang kurang
menyenangkan.
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit diare b.d kurang informasi,
keterbatasan kognisi, tidak familiar dengan sumber informasi
8. Resiko kelebihan volume cairan b.d overhidrasi
9. Penurunan cardiac output b.d penurunan suplai cairan/darah
10. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi
11. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen
PERENCANAAN KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI
O KEP
1 Diare b.d faktor Setelah dilakukan Manajemen Diare (0460)
. psiko-logis tindakan perawatan 1. Identifikasi faktor yang mungkin me-
(stress, cemas), selama … X 24 jam nyebabkan diare (bakteri, obat, makanan,
faktor pasien tidak me- selang makanan, dll )
situasional ngalami diare / diare 2. Evaluasi efek samping obat
(kera-cunan, berkurang, dengan 3. Ajari pasien menggunakan obat diare
kontaminasi, criteria : dengan tepat (smekta diberikan 1-2 jam
pem-berian Bowel Elemination setelah minum obat yang lain)
makanan (0501) 4. Anjurkan pasien / keluarga untuk men-catat
melalui selang, - Frekuensi bab warna, volume, frekuensi, bau, konsistensi
penyalahgunaa normal < 3 kali / hari feses.
n laksatif, efek - Konsistensi feses 5. Dorong klien makan sedikit tapi sering
samping obat, normal (lunak dan (tambah secara bertahap)
travelling, berbentuk) 6. Anjurkan klien menghindari makanan yang
malab-sorbsi, - Gerakan usus tidak berbumbu dan menghasilkan gas.
proses infeksi, me-ningkat (terjadi 7. Sarankan klien untuk menghindari ma-
parasit, iritasi) tiap 10 -30 detik) kanan yang banyak mengandung laktosa.
Batasan - Warna feses normal 8. Monitor tanda dan gejala diare
karakteristik : - Tidak ada lendir, 9. Anjurkan klien untuk menghubungi pe-
- Bab > 3 x/hari darah tugas setiap episode diare
- Konsistensi - Tidak ada nyeri 10. Observasi turgor kulit secara teratur
encer / cair - Tidak ada diare 11. Monitor area kulit di daerah perianal dari
- Suara usus - Tidak ada kram iritasi dan ulserasi
hiperaktif - Gambaran 12. Ukur diare / keluaran isi usus
- Nyeri perut peristaltic tidak 13. Timbang Berat Badan secara teratur
- Kram tampak 14. Konsultasikan dokter jika tanda dan
- Bau fese normal gejala diare menetap.
(tidak amis, bau 15. Kolaborasi dokter jika ada peningkatan
busuk) suara usus
16. Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala
diare menetap.
17. Anjurkan diet rendah serat
18. Anjurkan untuk menghindari laksatif
19. Ajari klien / keluarga bagaimana meme-
lihara catatan makanan
20. Ajari klien teknik mengurangi stress
21. Monitor keamanan preparat makanan
Manajemen Nutrisi (1100)
1. Hindari makanan yang membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak bisa di-
toleransi oleh klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan kebutuhan kalori dan jenis
makanan yang dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi yang dibutuhkan kien dan ba-gaimana
cara makannya
Bowel Incontinence Care (0410)
1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang
menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan
dilakukan tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang
diharapkan dengan klien / keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk mencatat
keluaran feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air
dan keringkan setiap setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering
Perawatan Perineal (1750)
1. Bersihkan secara teratur dengan teknik
aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu kering
3. Pertahankan klien pada posisi yang
nyaman
4. Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan
tepat

2 Hipertermi b.d Setelah dilakukan Pengaturan Panas (3900)


. dehidrasi, tindakan perawatan 1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
peningkatan selama … X 24 jam 2. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
metabolik, suhu badan klien 3. Monitor suhu dan warna kulit
inflamasi usus normal, dengan 4. Monitor dan laporkan tanda dan gejala
Batasan criteria : hipertermi
karakteristik : Termoregulasi 5. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang
- Suhu tubuh > (0800) adekuat
normal - Suhu kulit normal 6. Ajarkan klien bagaimana mencegah panas
- Kejang - Suhu badan 35,9˚C- yang tinggi
- Takikardi 37,3˚C 7. Berikan obat antipiretik
- Respirasi - Tidak ada sakit 8. Berikan obat untuk mencegah atau
meningkat kepala mengontrol menggigil
- Diraba hangat - Tidak ada nyeri otot Pengobatan Panas (3740)
- Kulit - Tidak ada 1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
memerah perubahan war-na 2. Monitor IWL
kulit 3. Monitor suhu dan warna kulit
- Nadi, respirasi 4. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
dalam ba-tas normal 5. Monitor derajat penurunan kesadaran
- Hidrasi adekuat 6. Monitor kemampuan aktivitas
- Pasien menyatakan 7. Monitor leukosit, hematokrit
nya-man 8. Monitor intake dan output
- Tidak menggigil 9. Monitor adanya aritmia jantung
- Tidak iritabel / 10. Dorong peningkatan intake cairan
gragapan / kejang 11. Berikan cairan intravena
12. Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas
angin
13. Dorong atau lakukan oral hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk mencegah
pasien menggigil / kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk mengobati
penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin diselangkangan, dahi dan
aksila bila suhu badan 39˚C atau lebih
18. Kompres hangat diselangkangan, dahi dan
aksila bila suhu badan < 39˚C
19. Anjurkan klien untuk tidak memakai
selimut
20. Anjurkan klien memakai baju berbahan
dingin, tipis dan menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1. Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain / linen yang
bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk mencuci tangan
sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci tangan
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan perawatan
4. Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai
dengan SOP
5. Berikan perawatan kulit di area yang odem
6. Dorong klien untuk cukup istirahat
7. Lakukan pemasangan infus dengan teknik
aseptik
8. Anjurkan koien minum antibiotik sesuai
advis dokter
3 Kekurangan Setelah dilakukan M Monitor Cairan (4130)
. volume ca-iran tindakan perawatan 1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya
b.d intake selama … X 24 jam intake cairan dan kebiasaan eleminasi
kurang, kebutuhan cairan dan 2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan
kehilangan elektrolit adekuat, ketidakseimbangan cairan (hipertermi, diu-
volume cairan dengan kriteria : retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare,
aktif, kegagalan Hidrasi (0602) diaporesis, terpapar panas, infeksi)
dalam - Hidrasi kulit 3. Menimbang BB secara teratur
mekanisme adekuat 4. Monitor vital sign
pengaturan - Tekanan darah 5. Monitor intake dan output
Batasan dalam ba-tas normal 6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi
karakteristik : - Nadi teraba cairan bila diperlukan
- Kelemahan - Membran mukosa 7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
- Haus lembab 8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit
- Penurunan - Turgor kulit normal dan rasa haus
turgor kulit - Berat badan stabil 9. Monitor warna dan jumlah urin
- Membran dan dalam batas 10. Monitor distensi vena leher, krakles,
mucus / kulit normal odem perifer dan peningkatan berat badan.
kering - Kelopak mata tidak 11. Monitor akses intravena
- Nadi ce-kung 12. Monitor tanda dan gejala asites
meningkat, te- - Fontanela tidak 13. Catat adanya vertigo
kanan darah cekung 14. Pertahankan aliran infuse sesua advis
menu-run, - Urin output normal dokter
tekanan nadi - Tidak demam Manajemen Cairan (4120)
menurun - Tidak ada rasa haus 1. Timbang berat badan dan monitor ke-
- Penurunan yang sangat cenderungannya.
pengisian - Tidak ada napas 2. Timbang popok
kapiler pendek / kusmaul 3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan
- Perubahan Balance Cairan output
status mental (0601) 4. Pasang kateter bila perlu
- Penurunan - Tekanan darah 5. Monitor status hidrasi (kelembaban
urin out-put normal membrane mukosa, denyut nadi, tekanan
- Peningkatan - Nadi perifer teraba darah)
konsen-trasi - Tidak terjadi 6. Monitor vital sign
urin ortostatik 7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-
- Peningkatan hypotension lebihan cairan (krakles, edema perifer,
suhu tubuh - Intake-output distensi vena leher, asites, edema pulmo)
- Hematokrit seimbang dalam 24 8. Berikan cairan intravena
mening-kat jam 9. Monitor status nutrisi
- Kehilangan - Serum, elektrolit 10. Berikan intake oral selama 24 jam
berat ba-dan dalam batas normal. 11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila
mendadak. - Hmt dalam batas perlu
normal 12. Monitor respon pasien terhadap terapi
- Tidak ada suara elektrolit
napas tambahan 13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan
- BB stabil gejala kelebihan cairan
- Tidak ada asites, Manajemen Hipovolemia (4180)
edema perifer 1. Monitor status cairan intake dan output
- Tidak ada distensi 2. Pertahankan patensi akses intravena
vena leher 3. Monitor Hb dan Hct
- Mata tidak cekung 4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan
- Tidak bingung diare)
- Rasa haus tidak 5. Monitor tanda vital
berlebih-an 6. Monitor respon pasien terhadap perubahan
- Membrane mukosa cairan
lem-bab 7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-Cl,
- Hidrasi kulit RL, Asering) untuk rehidrasi eks-traseluler
adekuat 8. Monitor tempat tusukan intravena dari
tanda infiltrasi atau infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-
ubah posisi dengan cepat, dari tidur ke duduk
atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor
kulit menurun, pengisian kapiler lambat,
membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus meningkat,
nadi lemah.
13. Dorong intake oral (distribusikan cairan
selama 24 jam dan beri cairan diantara waktu
makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg / kaki elevasi
lebih tinggi dari kepala ketika hipotensi jika
perlu
Monitoring Elektrolit (2020)
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-
seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-
seimbangan elektrolit (kejang, kram perut,
tremor, mual dan muntah, letargi, cemas,
bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang,
depresi pernapasan, gangguan ira-ma jantung,
penurunan kesadaran : apa-tis, coma)
Manajemen Elektrolit (2000)
1. Pertahankan cairan infuse yang me-
ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-
tion nasogastrik, diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien
yang mengalami gangguan neurologis atau
neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe,
penyebab, dan pengobatan ketidakse-
imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala
ketidakseimbangan elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi
elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-
plemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang
mengandung elektrolit (aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat
oral, NGT, atau infus sesuai advis dokter
PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008.


Buku Saku Petugas Kesehatan LINTAS DIARE. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Komite Medis RS. Dr. Sardjito. 2005. Standar Pelayanan Medis RS DR.
Sardjito. Yogyakarta: MEDIKA Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
I.Jakarta: Media Aesculapius.

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)


Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mubarak, W. I., B.A. Santoso., K. Rozikin., and S.Patonah. 2006. Ilmu


Keperawatan komunitas 2: Teori & Aplikasi dalam Praktik dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan Keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2.Jakarta: EGC.

Purwo Sudarmo S., Gama H., Hadinegoro S. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak: Infeksi dan Penyakit Tropis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika
Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar
Interpratama

Anda mungkin juga menyukai