Anda di halaman 1dari 14

RPP PERAWATAN KATETER

Mata Pelajaran : Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan (KDTK)


Kelas : XII Asisten Keperawatan
Alokasi Waktu : 16 JP ( 2 x Pertemuan)
Model Pembelajaran : Project Based Learning

Kompetensi Dasar
3.23 Menerapkan Perawatan Kateter
4.23 Melakukan Perawatan Kateter
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu Menjelaskan Konsep Kateter
2. Siswa mampu menyusun Laporan Pendahuluan Perawatan Kateter
3. Siswa mampu mempraktikkan Perawatan Kateter
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke 1
Pendahuluan ( 20 Menit )
1. Guru Memberi Salam.
2. Guru Bersama siwa Berdo’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Guru Mengecek Kehadiran Siswa.
4. Guru Menyampaikan Tujuan pembelajaran.
5. Guru Memberikan arahan kepada siswa untuk selalu menjaga kesehatan dan makan-makanan yang
bergizi seimbang.
Kegiatan inti ( 320 Menit)
1. Guru Memberikan Pertanyaan Pemantik
a. Ada yang sudah tau kateter itu apa?
2. Guru bersama siswa melakukan Diskusi bersama siswa tentang Konsep Kateter.
3. Masing-masing siswa menyusun Laporan Pendahuluan Perawatan Kateter.
Penutup ( 20 Menit)
1. Memberi Salam
2. Memberikan Reward
3. Berdo’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing
4. Mengingatkan untuk selalu jaga kesehatan makan-makanan yang mengandung gizi seimbang, Rajin
cuci tangan.
Pertemuan ke 2
Pendahuluan ( 20 Menit )
1. Guru Memberi Salam.
2. Guru Bersama siwa Berdo’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Guru Mengecek Kehadiran Siswa.
4. Guru Menyampaikan Tujuan pembelajaran.
5. Guru Memberikan arahan kepada siswa untuk selalu menjaga kesehatan dan makan-makanan yang
bergizi seimbang.
Kegiatan inti ( 320 Menit)
1. Guru Memberikan Pertanyaan Pemantik
a. Apa Indikasi pasien dilakukan perawatan Kateter?
2. Siswa Melakukan Pre Test Sebelum Praktikum
3. Guru memberikan contoh Bagaimana cara melakukan perawatan Kateter.
Penutup ( 20 Menit)
1. Guru Memberikan Tugas kepada siswa membuat video tutorial melakukan Perawatan Kateter.
2. Memberi Salam
3. Memberikan Reward
4. Berdo’a menurut agama dan kepercayaan masing-masing
5. Mengingatkan untuk selalu jaga kesehatan makan-makanan yang mengandung gizi seimbang
Penilaian
Instrumen Penilaian Terlampir
Penilaian akan dilakukan secara on-going (berkelajutan) yang mencakup :

By MELIA ULUL
1. Penilaian Sikap melalui pengamatan perilaku sikap spiritual dan sikap sosial dalam mengikuti proses
pembelajaran sesuai dengan instrument penilaian sikap (Disiplin, tanggung jawab dan kerja sama)
2. Penilaian Pengetahuan melalui soal pilihan ganda dan esai sesuai dengan instrument dan rubrik
penilaian pengatahuan
3. Penilaian Keterampilan melalui unjuk kerja sesuai dengan instrument dan lembar ceklis penilaian
keterampilan

Tual, Juli 2022

Diketahui,-
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran,

MUSA DIFINUBUN, S. Pd MELIA ULUL, S.Kep


NIP.19761018 201001 1 008 NIP. 19950529 201903 2 022

By MELIA ULUL
Lampiran 1. Penilaian Sikap

 Observasi
Jurnal Sikap

No. Tanggal Nama Siswa Catatan Perilaku Butir Sikap


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
…..

 Penilaian diri

Lembar Penilaian Diri Siswa

Nama :
Kelas :
Semester :

Berilah tanda cek () pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Saya menyontek pada saat mengerjakan ujian
2. Saya menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan
sumbernya pada saat mengerjakan tugas
3. Saya melaporkan kepada yang berwenang ketika
menemukan barang
4. Saya berani mengakui kesalahan saya
5. Saya melakukan tugas-tugas dengan baik
6. Saya berani menerima resiko atas tindakan yang saya
lakukan
7. Saya mengembalikan barang yang saya pinjam
8. Saya meminta maaf jika saya melakukan kesalahan
9. Saya melakukan praktik sesuai dengan langkah yang
ditetapkan
10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh
11. Saya datang kesekolah tepat waktu
…..

 Peniaian Antarteman

By MELIA ULUL
Lembar Penilaian Antarteman

Nama :
Kelas :
Semester :

Berilah tanda cek () pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Teman saya tidak menyontek pada saat mengerjakan ujian
2. Teman saya tidak melakukan plagiat
(mengambil/menyalin karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas
3. Teman saya mengemukakan perasaan terhadap sesuatu
apa adanya
4. Teman saya melaporkan data atau informasi apa adanya
5. Teman saya melakukan tugas-tugasnya dengan baik
6. Teman saya mengembalikan barang yang dipinjamnya
7. Teman saya meminta maaf jika melakukan kesalahan
8. Teman saya 4ating kesekolah tepat waktu
….

RUBRIK PENILAIAN SIKAP

Skor Aspek yang Dinilai

(NA) atau Skor


Sosial

Jumlah Skor
Nilai Akhir

Rerata
Tanggung

Toleransi
Percaya

No. NamaSiswa
Santun
Jawab

Kerja
Teliti

1
2
3
4
5
dst

Rentang Skor = 1 – 5, skor minimal = 6, skor maksimal = 30


Skor 0 - 6 = Sangat Kurang
7 - 12 = Kurang
13 – 18 = Cukup
19 – 24 = Baik
25 – 30 = SangatBaik

Lampiran 2. Penilaian Pengetahuan

By MELIA ULUL
 Instrumen Penilaian

RUBRIK TES PENGETAHUAN

No Indikator Teknik Bentuk Instrumen


Instrumen
1. Apa yang dimaksud Tes Tes uraian 1.
dengan Kateter tertulis
Urin.

2. Tujuan Perawatan Tes Tes uraian 1.


Kateter. tertulis

3. Indikasi Perawatan Tes Tes uraian 1.


Kateter. tertulis

4 Alat dan Bahan Tes Tes uraian 1.


Perawatan Kateter. tertulis

 Analisis Hasil Penilaian

No Nama Siswa No. Soal Jml % Tuntas


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Ketercapaian Ya Tdk
1
2
3
4
5

Jml Skor
Perolehan
Jml Skor
Maksimal
% Ketercapaian
Ketuntasan

By MELIA ULUL
Lampiran 2. Penilaian Keterampilan

Rubrik Penilaian Kinerja

Nama :
Kelas :
Semester :

Berilah tanda cek () pada kolom skor


Skor
No. Komponen/Sub Komponen
1 2 3
1. Persiapan (Skor maksimal 6)
Hadir tepat waktu, berseragam lengkap dan rapih
Alat dipersiapkan dengan lengkap dan rapih
2. Proses Kerja (Skor maksimal 2)
Melakukan praktek sesuai dengan prosedur
3. Hasil (Skor maksimal 3)
Hasil praktek yang dilakukan
4. Sikap Kerja (Skor maksimal 3)
Sikap kerja saat melakukan praktek
5. Waktu ((Skor maksimal 3)
Ketepatan waktu kerja

Keterangan :
 Bobot total 100
 Cara Perhitungan

By MELIA ULUL
Lembar Kerja Peserta Didik Pertemuan ke 1
Menyusun Laporan Pendahuluan Perawatan Kateter.

 Tujuan
Siswa dapat mengenal Konsep Kateter.

Alat dan bahan


 Kertas
 Pena / spidol berwarna

Langkah kerja
 Guru membagi siswa dalam 2 kelompok
 Masing-masing siswa Menyusun Laporan Pendahuluan Perawatan Kateter.

By MELIA ULUL
LKPD 2
Membuat video Tutorial Melakukan Perawatan Kateter.
Tujuan
Masing-masing siswa mampu melakukan perawatan kateter.
Alat dan Bahan
1. Kamera
2. Selimut Mandi
3. Selang kateter
4. Tissue
5. Kapal steril Aquades
6. Handscoen
7. Bengkok
8. Perlak / Pengalas
Langkah Kerja
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
2. Masing-masing kelompok terdiri dari 2 orang
3. Tiap kelompok membuat video tutorial melakukan perawatan vulva dan
perineum secara bergantian ( 1 sebagai perawat dan 1 lagi sebagai pasien ).

By MELIA ULUL
LAMPIRAN MATERI

Perawatan Kateter
A. Pengertian Sistem Perkemihan
sistem perkemihan merupakan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. (Sudarmi,2015). Sistem perkemihan merupakan sistem
ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal (untuk menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan urine dari
ginjal ke kandung kemih), kandung kemih (tempat urine dikumpulkan dan disimpan sementara), dan
uretra (mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh (Nurachmah & Angriani, 2011). Sistem
perkemihan merupakan organ vital yang berperan penting dalam melakukan eksresi dan melakukan
eliminasi sisa sisa hasil metabolisme tubuh, dan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem ini
secara kontinu membuang dan mereabsorbsi air dan substansi terlarut dalam darah, serta
mengeliminasi setiap substansi yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. (Wylie, 2011) Jadi menurut para
ahli diatas dapat disimpulkan sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zatzat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Sistem perkemihan merupakan sistem
ekskresi utama dan terdiri atas 2 ginjal , 2 ureter , kandung kemih , dan uretra mengalirkan urine dari
kandung kemih ke luar tubuh . Sistem ini secara kontinu membuang dan mereabsorbsi air dan
substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setiap substansi yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh.

B. Eliminasi merupakan proses


pembuangan sisa-sisa
metabolisme tubuh baik
yang
C. berupa urin maupun fekal.
Eliminasi urin normalnya
adalah pengeluaran cairan
sebagai
D. hasil filtrasi dari plasma
darah di glomerolus. Dari 180

By MELIA ULUL
liter darah yang masuk ke
ginjal
E. untuk di filtrasi, hanya 1-2
liter saja yang dapat berupa
urin sebagian besar hasil
filtrasi
F. akan di serap kembali di
tubulus ginjal untuk di
manfaatkan oleh tubuh.
G. Eliminasi urin merupakan
salah satu dari proses
metabolik tubuh yang
bertujuan
H. untuk mengeluarkan bahan
sisa dari tubuh. Eliminasi
urine tergantung kepada
fungsi
I. ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Ginjal
menyaring produk limbah
dan darah
By MELIA ULUL
J. untuk membentuk urine.
Ureter mentranspor urine
dan ginjal ke kandung
kemih.
K. Kandung kemih menyimpan
urine sampai timbul
keinginan ingin berkemih.
Urine keluar
L. dari tubuh melalui ureter.
Semua organ sistem
perkemihan harus utuh dan
berfungsi
M. supaya urine berhasil
dikeluarkan dengan baik.
B. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
1. Ginjal
Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior abdomen, pada kedua sisi kolumna
vertebra. Mereka terletak antara vertebra torakal keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri biasanya
terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak hati. Ginjal orang dewasa secara rata – rata
memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5 cm, dan ketebalan 2,5 cm. Hal yang menahan ginjal tetap pada
posisi di belakang peritonium parietal adalah sebuah masa lemak peritoneum (kapsul adiposa) dan
jaringan penghubung yang disebut fasia gerota (subserosa) serta kapsul fibrosa (kapsul renal)
membentuk pembungkus luar dari ginjal itu sendiri, kecuali bagian hilum. Ginjal dilindungi lebih jauh
lagi oleh lapisan otot di punggung pinggang, dan abdomen, selain itu juga oleh lapisan lemak,
jaringan subkutan, dan kulit (Black & Hawk, 2014).
2. Ureter
Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada hilus ginjal. Biasanya sepanjang 25 – 35
cm di orang dewasa, ureter terletak di jaringan penghubung ekstraperitoneal dan memanjang

By MELIA ULUL
secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke pelvis. Setelah masuk ke rongga pelvis, ureter
memanjang ke anterior untuk bergabung dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Pada
setiap sudut ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding kandung kemih sepanjang
1,5 – 2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung kemih (Black & Hawks, 2014) Ureter mempunyai
tiga penyempitan sepanjang perjalanannya, yaitu: (1) ditempat pelvis renalis berhubungan dengan
ureter, (2) di tempat ureter melengkung pada waktu menyilang apertura perlvis superior, (3) di
tempat ureter menembus dinding vesica urinaria (Snell, 2011). Pembuluh darah yang memperdarahi
ureter adalah arteri renalis, arteri spermatika interna, arteri hipogastrika, dan arteri vesikalis
inferior. Persarafan ureter cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus spermatikus, dan
pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi sel – sel saraf yang bersatu dengan rantai aferen
dan nervus vagus. Rantai aferen dari nervus torakalis XI, XII, dan nervus lumbalis (Syaifuddin, 2011).
3. Kandung Kemih
Kadung kemih adalah organ kosong yang terletak pada separuh anterior dari pelvis, di belakang
simfisis pubis. Jarak antara kandung kemih dan simfisis pubis diisi oleh jaringan penghubung yang
longgar, yang memungkinkan 7 kandung kemih untuk melebar ke arah kranial ketika terisi.
Peritonium melapisi tepi atas dari kandung kemih, dan bagian dasar ditahan secara longgar oleh
ligamen sejati. Kandung kemih juga dibungkus oleh sebuah fasia yang longgar (Black & Hawks,
2014). Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam berkas spiral longitudinal dan
sirkuler. Kontraksi peristaltik teratur 1 – 5 kali/menit menggerakan urine dari pelvis renalis ke vesika
urinaria, disemprotkan setiap gelombang peristaltik. Ureter berjalan miring melalui dinding vesika
urinaria untuk menjaga ureter tertutup kecuali selama gelombang peristaltik dan mencegah urine
tidak kembali ke ureter (Syaifuddin, 2011).
4. Uretra dan Meatus
Uretra adalah sebuah saluran yang keluar dari dasar kandung kemih ke permukaan tubuh. Uretra
pada laki – laki dan perempuan memiliki perbedaan besar. Uretra perempuan memiliki panjang
sekitar 4 cm dan sedikit melengkung ke depan ketika mencapai bukaan keluar, atau meatus, yang
terletak di antara klitoris dan lubang vagina. Pada laki – laki, uretra merupakan saluran gabungan
untuk sistem reproduksi dan pengeluaran urine. Uretra pada lakui – laki memiliki panjang sekitar 20
cm, dan terbagi dalam 3 bagian utama. Uretra pars prostatika menjulur sampai 3 cm di bawah leher
kandung kemih, melalui kelenjar prostat, kedasar panggul. Uretra pars membranosa memiliki
panjang sekitar 1 – 2 cm dan berakhir di mana lapisan otot membentuk sfingter eksterna. Bagian
distal adalah kavernosa, atau penis uretra. Sepanjang sekitar 15 cm, bagian ini melintas melalui
penis ke orifisum uretra pada ujung penis (Black & Hawks, 2014).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi Urin
Faktor faktor apakah yang mempengaruhi banyak sedikitnya produksinya urine manusia (Black &
Hawks, 2014).
1. Diet dan Asupan (intake) Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk
berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi
ukuran vesika urinaria dan jumlah urine .

By MELIA ULUL
3. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang
diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih
menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
8. Sosiokultural Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu .
9. Kebiasaan Seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih mengalami kesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit .
10.Tonus Otot Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
11.Pembedahan Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan pemberian obat anestesi,
menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat mempengaruhi jumlah produksi urine.
12.Pengobatan Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah
urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi
urine.
13.Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan
eliminasi urine, khususnya prosedur- prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVY (intra venus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada
uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine
D. Perawatan Kateter
1. Pengertian Perawatan Kateter
Perawat bertanggung jawab atas kebersihan diri pasien setiap hari, dan membantu pasien jika
pasien tidak bisa mengurus diri mereka sendiri. Tanggung jawab perawat 36 meliputi pembersihan
dari daerah perianal dan genital (Abdella, Banks &Wilmann, 2016). Perawatan kateter urine
indwelling harus diperhatikan agar dapat mencegah terjadinya bakteriuria. Tindakan asepsis yang
ketat diperlukan saat memasang kateter dan perawatan kateter. Asepsis adalah hilangnya
mikroorganisme patogen atau penyebab penyakit. Teknik asepsis adalah prosedur yang membantu
mengurangi resiko terkena infeksi (Potter & Perry, 2009). Tindakan mencuci tangan mutlak harus
dilakukan sebelum dan setelah penanganan kateter, selang dan kantong penampung urine (Potter &
Perry, 2009b; Makic et al, 2011).
Perawatan kateter urine adalah perawatan yang dilakukan menggunakan teknik aseptik dengan
membersihkan permukaan kateter urine dan daerah sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma,

By MELIA ULUL
dan krusta yang terbentuk dari garam urine. Berdasarkan rekomendasi AACN (2009) bahwa bagian
dari perawatan kateter urine indwelling adalah hygiene rutin dua kali sehari di daerah perineal dan
kateter urine. Pembersihan dapat dilakukan pada saat mandi sehari-hari atau saat pembersihan
daerah perineum setelah pasien buang air besar. Bagian dari perawatan kateter urine indwelling
juga termasuk pembersihan daerah meatus uretral. Pembersihan kateter urine yang rutin dapat
menghilangkan krusta dari permukaan kateter sebelah luar (Makic et al, 2011). Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kateter adalah Tindakan asepsis yang ketat diperlukan
saat memasang kateter dan perawatan kateter, Asepsis adalah hilangnya mikroorganisme patogen
atau penyebab penyakit. Teknik asepsis adalah prosedur yang membantu mengurangi resiko
terkena infeksi dilakukan menggunakan teknik aseptik dengan membersihkan permukaan kateter
urine dan daerah sekitarnya agar bersih dari kotoran, smegma, dan krusta yang terbentuk dari
garam urine.
2. Pengertian Kateter Urin
Kateterisasi urine adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretra
menuju kandung kemih.Kateter memungkinkan mengalirnya urin yang berkelanjutan pada klien
yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateter juga
menjadi alat untuk mengkaji 12 keluaran urin per jam pada klien yang status hemodinamiknya tidak
stabil (Potter et al., 2013).
Kateter adalah sebuah alat yang berbentuk pipa yang dipasangkan ke organ tubuh manusia
digunakan untuk mengeluarkan urin dari kandung kemih (Hooton et al 2010 ) Kateter urine
membantu pasien dalam proses eliminasinya. Pemasangan kateter menggantikan kebiasaan normal
dari pasien untuk berkemih. Penggunaan kateter intermiten dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan pasien mengalami ketergantungan dalam berkemih (craven dan Zweig, 2010 ) Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kateter urine adalah sebuah alat selang yang terbuat
dari plastik atau karet melalui uretra menuju kandung kemih untuk membantu pasien dalam proses
eliminasinya.
Menurut Hooton et al (2010), jenis–jenis pemasangan kateter urine terdiri dari kateter indwelling,
kateter intermitten, dan kateter suprapubik. Kateter indwelling biasa juga disebut retensi
kateter/folley kateter indwelling yang dibuat sedemikianrupa sehingga tidak mudah lepas dari
kandung kemih. Kateter indwelling adalah alat medis yang biasanya disertai dengan penampungan
urine yang berkelanjutan pada pasien yang mengalami dysfungsi bladder. Kateter jenis ini lebih
banyak digunakan pada perawatan pasien akut dibanding jenis lainnya (Newman, 2010).
Menurut Kozier (2010), terdapat 4 jenis kateter berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu:
1. Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel.
2. Kateter latex/karet: digunakan untuk penggunaan/pemakaian dalam jangka waktu singkat
(kurang dari 2 atau 3 minggu).
3. Kateter silikon murni/teflon: untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih
lentur pada meatus uretra.
4. Kateter PVC (Polyvinylchloride): sangat mahal, untuk penggunaan 4-6 minggu, bahannya lembut,
tidak panas dan nyaman bagi uretra .

By MELIA ULUL

Anda mungkin juga menyukai