Anda di halaman 1dari 55

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISUSUN OLEH TIM DOSEN KMB III:


Muh. Zukri Malik, S.Kep., Ns., M.Kep
Muh. Yusuf Tahir , S.Kep., Ns M.Kes., M.Kep
I Kade Wijaya, S,Kep., Ns., M.Kep
Dr. Ns. Makkasau Plasay, M.Kes., M.EDM

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya
Modul Praktikum Keperawatan Medikal Bedah III ini dapat kami susun. Modul
praktikum ini disusun untuk memberikan gambaran dan panduan kepada mahasiswa
sehingga mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan pada sistem endokrin dengan menitikberatkan pada berbagai keterampilan
yang berhubungan dengan penanganan klien dengan gangguan sistem musculoskeletal,
integument, persepsi sensori dan persarafan. Modul ini diharapkan dapat menjadi
acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian kompetensi Keperawatan Medikal
Bedah III.
Modul ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan yang
positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-mudahan modul ini
bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Makassar, Oktober 2019

Tim Penyusun
PENDAHULUAN

Pada kegiatan skills lab ini akan dipelajari dan didemonstrasikan keterampilan yang
terkait dengan gangguan pada sistem musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan
persarafan. Sebagai dasar tentu mahasiswa telah memahami anatomi sistem
musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan persarafan, serta kelainan-kelainan
yang mungkin akan kita jumpai pada klien dengan gangguan dari keempat system
tersebut. Kegiatan CSL ini akan membahas empat skill atau keterampilan yang terkait
dengan gangguan pada sistem endokrin.
Skill pertama yaitu pengkajian pada pasien dengan ganguan sistem endokrin. Ada
banyak pemeriksaan yang dapat kita lakukan pada pasien yang mengalami gangguan
sistem endokrin, namun untuk pembahasan kali kita hanya membahas pemeriksaan
pada kelenjar tiroid, selain karena ukurannya yang sangat besar, organ ini juga letaknya
sangat memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan fisik. Skill kedua adalah
pemeriksaan gula darah, skill ini sangat lazim kita jumpai pada pasien yang mengalami
diabetes mellitus. Skill yang ketiga masih terkait penyakit pada diabetes mellitus yaitu
terapi pemberian Insulin, dan Skill yang terakhir yaitu perawatan pada luka diabetik.
Kegiatan CSL ini diharapkan dapat memberikan keterampilan dasar kepada
mahasiswa dalam menghadapi pasien dengan gangguan sistem endokrin. Partisipasi
aktif mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ini sangat diharapkan, karena diakhir
kegiatan ini akan dilaksanakan ujian CSL. Peserta yang tidak lulus dalam mengikuti ujian
CSL akan diberikan kesempatan satu kali untuk melakukan pengulangan. Modul ini
telah dilengkapi pula format penilaian setiap tindakan, sehingga fasilitator dapat lebih
objektif dalam melakukan evaluasi terhadap mahasiswa.
BAB I
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI
PROGRAM STUDI NERS STIKES PANAKKUKANG

A. Visi Program Studi

Menjadi Program Studi Yang Menghasilkan Ners Profesional, Berwawasan


Global, Unggul Dalam Keperawatan Gawat Darurat Di Indonesia Timur
Tahun 2021

B. Misi program studi

1. Menyelenggarakan pendidikan Ners yang berdasarkan kurikulum berbasis


kompetensi, unggul dalam keperawatan gawat darurat
2. Memanfaatkan hasil penelitian terkini dan tepat guna dibidang
keperawatan gawat darurat
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat seiring dengan
perkembangan ilmu dan teknologi
4. Menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai institusi pendidikan
keperawatan dan pelayanan kesehatan baik dalam maupun luar negeri
5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keperawatan gawat darurat
bagi mahasiswa dengan bekerja sama dengan pihak terkait

C. Tujuan Program Studi

1. Menghasilkan Ners yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam


keperawatan gawat darurat
2. Menghasilkan lulusan Ners profesional yang mampu bersaing dalam
keperawatan gawat darurat di Indonesia Timur
3. Menghasilkan penelitian yang bermutu dan terkini dengan pendanaan hibah
dari dalam dan luar institusi
4. Menjalin kerjasama dalam pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu
keperawatan dengan mewujudkan wilayah binaan
5. Menghasilkan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri
D. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai pada program pendidikan Ners dalam 5 tahun terbagi
atas :
1. Bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
2. Bidang organisasi dan manajemen
3. Bidang kemahasiswaan dan alumni
4. Bidang sarana dan prasarana
5. Bidang kerjasama

E. Profil Lulusan Program Studi Ners StikesPanakkukang

1. Care provider
2. Community leader
3. Educator
4. Researcher
5. Manager

F. Area kompetensi

1. Komunikasi secara efektif dan hubungan interpersonal


2. Penerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan professional
3. Pelaksanakan asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas
4. Memberikan Pendidikan kesehatan sebagai upaya pencegahan primer,
skunder dan tersier
5. MenjalankanFungsiAdvokasiklien
6. Aplikasi kepemimpinan dan manajemen keperawatan
7. Melakukan danmenggunakanhasilpenelitian sederhanadan berpikir kritis
8. Pengembangan profesionalisme berkelanjutan
BAB II
RANCANGAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

A. PETUNJUK PRAKTIKUM
Pelaksanaan clinical skill lab dilakukan dengan metode role play dimana
fasiltator mendemonstrasikan setiap tindakan terlebih dahulu sebelum
mahasiswa melaksanakan secara mandiri, adapun tahapan pelaksanaannya
sebagai berikut:
1. Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang akan dilakukan.
2. Fasilitator meminta salah satu mahasiswa untuk menjadi orang praktek.
3. Fasilitator mendemonstrasikan setiap tindakan dan prosedur dihadapan
mahasiswa.
4. Selanjutnya meminta mahasiswa untuk melakukan keterampilan atau
prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta
didik.
5. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran)
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh fasilitator dan masing-masing
kelompok.

B. PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi, histologi,
fisiologi sistem musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan persarafan
2. Mahasiswa harus mengetahui penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
sistem musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan persarafan

C. TUGAS MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum pelaksanaan
praktikum dilaksanakan
2. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian pratikum dengan seksama
hingga selesai.
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan keterampilan
yang telah ditetapkan.

D. TUGAS FASILITATOR
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awal
pertemuan.
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok setiap kali
melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Melakukan evaluasi dari masing-masing setiap tindakan yang telah
didemonstrasikan.
E. JENIS-JENIS KETERAMPILAN
1. Pengkajian kekuatan otot
2. Fiksasi (Balut dan bidai)
3. Range of Motion (ROM)
4. Perawatan luka bakar
5. Penilaian derajat luka bakar
6. Menghitung luas luka bakar
7. Irigasi pada mata dan telinga
8. Pemberian obat tetes dan salep pada mata
9. Pemberian obat tetes pada hidung
10. Penilaian GCS
11. Pain manajemen (Relaksasi dan Distraksi)
12. Pemeriksaan Meningeal Sign

F. JADWAL PRAKTIKUM

NO JADWAL KETERAMPILAN FASILITATOR METODE


1 Senin, 14 Oktober 1. Pengkajian kekuatan Ns. Muh. Zukri Simulasi/role
2019 otot Malik, M.Kep play
Pukul 08.30 – 2. Fiksasi (Balut dan
11.50 (Klp 1) bidai)
Kamis, 17 3. Range of Motion
Oktober 2019 (ROM)
Pukul 08.30 –
11.50 (Klp 2)

2 Senin, 14 Oktober 1. Perawatan luka bakar Dr. Ns. Makkasau Simulasi/role


2019 2. Penilaian derajat luka Plasay, M.Kes., play
Pukul 08.30 – bakar M.EDM
11.50 (Klp 2) 3. Menghitung luas luka
Kamis, 17 bakar
Oktober 2019
Pukul 08.30 –
11.50 (Klp 1)
3 Jumat, 18 1. Irigasi pada mata dan Ns. Muh. Yusuf Simulasi/role
Oktober 2019 telinga Tahir, M.Kep play
Pukul 13.30 – 2. Pemberian obat tetes
16.40 (Klp 1) dan salep pada mata
Senin, 21 Oktober 3. Pemberian obat tetes
2019 pada hidung
Pukul 08.30 –
11.50 (Klp 2)

Jumat, 18 1. Penilaian GCS Ns. I Kade Simulasi/role


Oktober 2019 2. Pain manajemen Wijaya, M.Kep play
4 Pukul 13.30 – (Relaksasi dan
16.40 (Klp 2) Distraksi)
Senin, 21 Oktober 3. Pemeriksaan
2019 Meningeal Sign
Pukul 08.30 –
11.50 (Klp 1)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Tebit: No Revisi: Halaman

Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR

STANDAR SPMI
PENGKAJIAN KEKUATAN OTOT Sitti Syamsiah, S.Kp., M.Kes
1. PENGERTIAN
Tindakan menilai kekuatan otot sesorang setelah mengalami suatu cidera ataupun stroke.

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
1. Pasca trauma pada estremitas
2. Pasien stroke
3. Pasien trauma kepala
b. Kontraindikasi
1. Pasien osteoarthritis
2. Fraktur pada derah ekstremitas
3. TUJUAN
a. Untuk menilai skala kekuatan otot
b. Untuk melihat adanya kelainan pada ekstremitas

4. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Sarung tangan
b. Tempat tidur
c. Kursi
d. Alat tulis
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Identifikasi pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Informed consent dilakukan
3. Penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja:
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Meminta pasien baring atau duduk
3. Melakukan penilaian kekuatan otot pada ekstremitas atas
4. Melakukan penilaian kekuatan otot pada ekstremitas bawah
5. Menilai kekuatan otot sendi menggunakan skala 0-5

SKALA KEKUATAN OTOT


NO SKOR SKALA KETERANGAN
1 Normal 5/5 Mampu menggerakkan persendian dalam
lingkup gerak penuh, mampu melawan gaya
gravitasi, mampu melawan dengan tahan penuh
2 Baik 4/5 Mampu menggerakkan persendian dengan gaya
gravitasi, mampu melawan dengan tahan
sedang
3 Sedang 3/5 Hanya mampu melawan gaya gravitasi
4 Buruk 2/5 Tidak mampu melawan gaya gravitas (gerakkan
pasif)
5 Sedikit 1/5 Kontraksi otot dapat di palpasi tampa gerakkan
persendian
6 Tidak ada 0/5 Tidak ada kontraksi otot

6. Melakukan penilaian kekuatan otot pada ekstremitas bawah


1) Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat,
misalnya lendir atau polip
2) Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan
tertentu yang tidak merangsang
3) Kemudian minta pasien menyebutkan jenis bau yang diciumnya
4) Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung
yang lainnya dengan tangan
6. Pemeriksaan nervus II : optikus
a) pasien berdiri 6 m dari kartu snellen
b) mata kiri ditutup dengan tangan kiri dan visus mata kanannya diperiksa
c) dengan mata kanannya membaca huruf-huruf dalam tabel snellen
d) lakukan sebaliknya untuk mata kiri
7. Pemeriksaan nervus III : okulomotorius
a) Minta pasien untuk membuka kedua mata dan menatap kedepan selama satu menit
b) Minta pasien untuk melirik keatas selama selama satu menit
c) Minta pasien untuk melirik kebawah selama selama satu menit
d) Pemeriksa melakukan pengamatan terhadap celah mata dan membandingkan lebar
celah mata (fisura palpebralis) kanan dan kiri
e) Identifikasi ada tidaknya ptosis, yaitu kelopak mata yang menutup
8. Pemeriksaan nervus IV : trokhlearis
a) Melihat diameter pupil penderita (normal 3 mm)
b) Membandingkan diameter pupil mata kanan dan kiri (isokor atau anisokor
c) melihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak
d) Memeriksa refleks pupil terhadap cahaya direk :
Menyorotkan cahaya ke arah pupil lalu mengamati ada tidaknya miosis dan
mengamati apakah pelebaran pupil segera terjadi ketika cahaya dialihkan dari pupil

e) Periksa refleks pupil terhadap cahaya indirect :


Amati perubahan diameter pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata
yang satunya mendapatkan sorotan cahaya lansung

f) Memeriksa refleks akomodasi pupil :


1. Minta pasien melihat jari telunjuk pemeriksa pada jarak yang agak jauh
2. Minta pasien untuk terus melihat jari telunjuk pemeriksa yang digerakkan
mendekati hidung penderita
3. Mengamati gerakan bola mata dan perubahan diameter pupil penderita (pada
keadaan normal kedua mata akan bergerak kemedial dan pupil menyempit
9. Pemeriksaan nervus V : trigeminus
a) Pemeriksaan motorik
1) Minta pasien untuk merapatkan gigi sekuat-kuatnya
2) Pemeriksa mengamati m. Maseter dan m. Temporalis (normal : kekuatan
kontraksi sisi kanan dan kiri sama
3) Minta pasien untuk membbuka mulut
4) Pemeriksa mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi seri
atas dan bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong ke arah lesi)
b) Pemeriksaan fungsi sensorik
1) Lakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah dahi, pipi, dan
rahang bawah
2) Lakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas yang dibasahi air hangat pada
daerah dahi, pipi dan rahang bawah
c) Melakukan pemeriksaan refleks kornea
1) Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan menutup
mata/berkedip)
2) Tanyakan apakah pasien dapat merasakan sentuhan tersebut
d) Melakukan pemeriksaan refleks masseter
1) Meminta pasien untuk sedikit membuka mulutnya
2) Meletakkan jari telunjuk kiri pemeriksa digaris tengah dagu pasien
3) Mengetok jari telunjuk kiri pemeriksa dengan jari tengah tangan kanan
pemeriksa atau dengan palu refleks
4) Mengamati respon yang munjul : kontraksi m. Masseter dan mulut akan
menutup
10. Pemeriksaan nervus VI : abdusens
a) Beritahu pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan terhadap gerakan bola
matanya
b) Periksa ada atau tidaknya gerakan bola mata diluar kemauan penderita (nistagmus)
c) Minta pasien untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan kesegala
jurusan
d) Amati ada tidaknya hambatan pada pergerakan matanya (hambatan dapat terjadi
pada salah satu atau kedua mata)
e) Minta pasien untuk menggerakkan sendiri bola matanya
11. Pemeriksaan nervus VII : fasialis
a) Pemeriksaan motorik
1) Meminta pasien untuk duduk dengan posisi istirahat (rileks)
2) Pemeriksa mengamati muka pasien bagian kiri dan kanan apakahsimetris tidak
3) Pemerikasa mengamati lipatan dahi tinggi alis, lebar celah mata, lipatan
kulitnasolabial dan sudut mulut
4) Meminta penderita menggerakkan mukanya dengan cara sebagai berikut :
1. Mengerutkan dahi, bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam
2. Mengangkat alis
3. Menutup mata dengan rapat, lalu pemeriksa mencoba membuka dengan
tangan
4. Memoncongkan bibir atau nyengir
5. Meminta penderita menggembungkan pipinya, lalu pemeriksa menekan
pipi kiri dan tangan untuk mengamati apakah kekuatannya sama. Bila ada
kelumpuhan maka angin akan keluar dari bagian yang lumpuh
b) Pemeriksaan viseromotorik (parasimpatis)
1) Memeriksa kondisi kelenjar lakrimalis, basah atau kering
2) Memeriksa kelenjar sublingualis
3) Memeriksa mukosa hidung dan mulut
c) Pemeriksaan sensorik
1) Meminta pemeriksa menjulurkan lidah
2) Meletakkan gula, asam garam, atau sesuatu yang pahit pada sebelah kiri dan
kanan dari 2/3 bagian depan lidah
3) Meminta penderita untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada secarik
kertas
12. Pemeriksaan nervus VIII : akustikus
a) Pemeriksaan fungsi pendengaran
1) Pemeriksaan weber
(a) Melakukan pemeriksaan weber dengan benar
(b) Menjelaskan intrepetasipemeriksaan weber
2) Pemeriksaan rinne
(c) Melakukan pemeriksaan rinne dengan benar
(d) Menjelaskan intrepetasipemeriksaan rinne
3) Pemeriksaan schwabach
(e) Melakukan pemeriksaan schwabach dengan benar
(f) Menjelaskan intrepetasipemeriksaan schwabach
b) Pemeriksaan fungsi keseimbangan
1) Pemeriksaan tes kalori
(g) Melakukan pemeriksaan tes kalori dengan benar
(h) Menjelaskan intrepetasipemeriksaan tes kalori
2) Pemeriksaan past pointing test
(i) Melakukan pemeriksaan past pointing test dengan benar
(j) Menjelaskan intrepetasipemeriksaan past pointing test
13. Pemeriksaan nervus IX : glosso-faringeus
a) Minta pasien membuka mulutnya
b) Dengan penekanan lidah, lidah ditekan ke bawah, penderita diminta untuk
mengucapkan ‘a-a-a’ panjang
c) Mengamati respon yang terjadi dan melaporkan hasil pemeriksaan komponen
motorik dari nervusglosofaringeus
d) Meraba bagian belakang lidah atau menggores dinding pharyng kanan dan kiri
e) Mengamati respon yang terjadi dan melaporkan hasil pemeriksaan komponen
sensorik dan nervus glosofaringeus
14. Pemeriksaan nervus X : vagus
a) Minta penderita membuka mulut
b) Melakukan dan melaporkan pemeriksaan inspeksi : bila terdapat kelumpuhan
nervus vagus, uvula tidak berada ditengah, tampak miring tertarik ke sisi sehat
c) Melakukan pemeriksaan refleks faring/muntah dengan benar
d) Mempersiapkan laryngoscope dan melakukan pemeriksaan plica vokalis
e) Menilai dan melaporkan ada tidaknya kelumpuhan nervus vagus :bila terdapat
kelumpuhan satu sisi, pita suara tidak bergerak waktu fonasi/inspirasi, atonis,
atropi, suara pasien parau. Bila terdapat kelumpuhan dua sisi, pita suara berada di
tengah dan tidak bergerak, timbul afoni dan stridor inspiratorik
15. Pemeriksaan nervus XI : aksesorius
a) Pemeriksaan paralisis m. Sternokleidomastoideus
1) Pasien diminta menolehkan kepalanya ke arah sisi yang sehat
2) Meraba m. Sternokleidomastoideus
3) Menilai dan melaporkan ada tidaknya paralisis N. XI : bila terdapat paralisis
N. XI disisi tersebut maka akan teraba m. Sternokleidomastoideus tidak
menegang
b) Pemeriksaan paralisis m. Trapezius
1) Inspeksi m. Trapezius
2) Menilai ada tidaknya paralisis N. XI : bila terdapat paralisis N. XI disisi
tersebut : bahu penderita disisi yang sakit lebih rendah daripada sisi yang sehat,
margo vertebralis skapula disisi yang sakit tampak lebih ke samping daripada
sisi yang sehat
16. Pemeriksaan nervus XII : hipoglosus
a) Periksa adanya disartria
b) Minta pasien membuka mulut dan melakukan inspeksi lidah dalam keadaan diam,
bila ada kelumpuhan lidah tidak simetris, tertarik ke sisi yang sehat
c) Minta pasien menjulurkan lidah dan melakukan inspeksi lidah dalam keadaan
dijulurkan, bila ada kelumpuhan N. XII lidah akan berdeviasi ke sisi yang sakit
b. Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil pemeriksaan kepada pasien
2. Tanyakan respon pasien setelah dilakukan pemeriksaan
3. Rapikan alat dan bahan yang telah digunakan
c. Tahap Dokumentasi :
1. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
2. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya

Referensi:

Hidayati, R., Huda, M., Hayati, F., Setyorini, D., Aini, E. N., Nuari, N. A., et al. (2014). Praktik
Laboratorium Keperawatan Jilid 1. Ciracas, Jakarta: Erlangga.

Yuniarlina, R., Lestari, T. B., Lisum, K., Rosalina, E., & Dwiana, C. (2007). Evaluasi
Keterampilan Klinik Keperawatan Dasar. Jakarta: STIK Sint Carolus.
MODUL PRAKTIKUM IV
PERSIAPAN TERAPI ECT (ELETRO KONVULSIF)

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap


Persiapan Terapi ECT (Eletro Konvulsif).
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi Persiapan Terapi ECT
2. Memahami indikasi dan kontraindikasi Persiapan Terapi ECT
3. Menyebutkan tujuan Persiapan Terapi ECT
4. Mengetahui alat dan bahan Persiapan Terapi ECT
5. Mengetahui dan mengaplikasikan prosedur kerja Persiapan Terapi ECT

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 4
PNK.PD/04.D.2.09.004 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
PERSIAPAN TERAPI ECT (ELETRO KONVULSIF)
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Terapi elektro konvulsif (ECT) adalah terapi fisik dimana dilakukan pengaliran
listrik melalui elektroda yang ditempelkan ke area temporal otak (pelipis) untuk
menghasilkan kejang tipe grandmal untuk memberikan efek terapeutik

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
 Pada pasien depresi pada psikosa manic depresi
 Pada pasien schizophrenia stupor katatonik
b. Kontraindikasi
 Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor otak, infeksi SSP)
 Keguguran pada kehamilan
 Gangguan system musculoskeletal (osteoarthritis berat, osteoporosis, fraktur
karena kejang grandma
 Gangguan kardiovaskuler (infark miokardium, angina,hipertensi, aritmia
dan aneurisma)
 Gangguan system pernapasan (asma bronchial)
 Keadaan lemah

3. TUJUAN
a. Mengembalikan fungsi mental pasien
b. Meningkatkan ADL pasien secara periodic
4. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Mesin, elektroda ECT


b. Monitor EKG
c. Oksimetri nadi
d. Defibrilator
e. Peralatan pengisap
f. Silinder oksigen dan kantung AMBU
g. Penahan mulut dan spatula lidah
h. Spuit dan jarum steril
i. Tiang infus
j. Obat-obat darurat
k. Nampan ginjal
l. Gel elektrokonduktif

5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1) Periksa instruksi dokter
2) Identifikasi pasien
3) Periksa apakah pemeriksaan lengkap sudah dilakukan atau belum yang
meliputi pemeriksaan jantung, sistem pernapasan,skeletal, dll
sertapemeriksaan laboratorium seperti darah rutin dan tes urine seperti Hb%,
jumlah leukosit, hitung jenis, glukosa urine, albumin dan rontgen
4) Pasien harus puasa dari tengah malam sebelumnya

b. Tahap Orientasi :
1) Hubungan saling percaya
2) Informed consent dilakukan
3) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan dari tindakan tersebut

c. TahapKerja:
1. Instruksikan pasien untuk tidak mengoles kepala dengan minyak pada hari
pelaksanaan ECT dan untuk mencuci rambutnya dengan shampo
2. Lepas semua peralatan logam dari tubuh pasien, mis : jam tangan, gelang,
cincin, peniti, dll
3. Lepas gigi palsu
4. Hapus lipstik, kuteks, atau perias lainnya
5. Pakaikan pasien dengan gaun yang longgar
6. Berikan obat sesuai instruksi dokter
7. Anjurkan pasien untuk buang air kecil sebelum memasuki ruang terapi
8. Berikan suntikan atropin 0,6 mg IM atau SC setengah sampai satu jam sebelum
ECT sesuai instruksi
9. Periksa tanda vital
10. Berikan lorazepam atau calmpose bila diinstruksikan
11. Pindahkan pasien ke ruang tunggu

Membantu pelaksanaan ECT

12. Pindahkan pasien keruang ECT


13. Ranjang yang sudah diberi alas bantal dibawah lengkungan tulang belakang
lumbal. Pasien dapat diposisikan terlentang
14. Berikan obat anastesi kerja singkat seperti tiopental sesuai instruksi dokter
15. Tempatkan penahan mulut atau spatula lidah yang sudah diberi alas diantara
gigi atas dan bawah
16. Topang sedikit bahu dan lengan dan tahan sendi-sendi lutut dengan mantap
tetapi lembut
17. Hiperekstensikan kepala dengan menopang dagu
18. Berikan oksigen 100% dengan menggunakan sungkup wajah
19. Pasang elektroda yang diberi gel. (elektroda dapat dipasang bilateral, unilateral
atau bifrontal
20. Pantau terjadinya kejang grand mal. Tahap tonik awal berlangsung 10-15 detik,
diikuti oleh kejang selama 25-30 detik. Kemudian terjadi fase relaksasi otot
21. Lakukan pengisian mulut segera
22. Pulihkan pernapasan dengan memberikan oksigen lewat sungkup bila perlu
d. Tahap Terminasi :

Perawatan pasca ECT

1. Periksa dan catat tanda vital


2. Naikkan jeruji samping ranjang dan posisikan pasien berbaring miring. Lap
sekret yang keluar dari mulut
3. Pindahkan pasien ke ruang pemulihan bila ia sudah dapat menjawab pertanyaan
sederhana
4. Periksa tanda vital setiap 15 menit sampai pasien stabil
5. Anjurkan pasien untuk tidur sejenak
6. Pindahkan pasien kebangsal
7. Orientasikan kembali pasien terhadap bangsal, toilet, pos perawat dll
8. Periksa ada tidaknya nyeri cedera, sakit kepala, dll
9. Anjurkan pasien untuk minum teh bening yang kemudian diikuti oleh diet
lunak

e. Tahap Dokumentasi :
1. Catat waktu pelaksanaan ECT di buku status pasien
2. Catat segala perubahan apapun yang terjadi

Referensi:

Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
MODUL PRAKTIKUM VI
PEMERIKSAAN MENINGGEAL SIGN

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap


Pemeriksaan Meninggeal Sign.
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi Pemeriksaan Meninggeal Sign
2. Menyebutkan indikasi dan kontraindikasi Pemeriksaan Meninggeal Sign
3. Menyebutkan tujuan Pemeriksaan Meninggeal Sign
4. Mengetahui alat dan bahan Pemeriksaan Meninggeal Sign
5. Mengetahui prosedur kerja Pemeriksaan Meninggeal Sign

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).
PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 6
PNK.PD/04.D.2.09.006 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Pemeriksaan meningeal sign atau rangsang meningeal adalah pemeriksaan tanda-
tanda adanya iritasi atau rangsangan pada meningen (selaput otak) baik pada otak
maupun medula spinalis.

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
 Infeksi (meningitis),
 Stroke SAH (Subarachnoid Hemorraghe)
 Invasi neoplasma (meningitis carcinomatosa)
b. Kontraindikasi
Pada pasien meningismus

3. TUJUAN
 Untuk memeriksa adanya rangsangan pada meningen (selaput otak) dan
medulla spinalis

4. ALAT DAN BAHAN


Tidak ada alat dan bahan yang digunakan
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
1. Identifikasi pasien
2. Mencuci tangan
b. Tahap Orientasi:
1. Memberi salam dan sapa pada keluarga pasien
2. Menjelaskan pelaksanaan dan prosedur tindakan pada keluarga pasien
3. Menanyakan persetujuaan keluarga pasien (informed consent)
4. Jaga privacy klien
c. Tahap Kerja:
1. Kaku kuduk dengan cara :
a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar
dagu mencapai dada.
b. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
c. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai
dada.
d. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang
berat, kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke
belakang.
e. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami
waktu menekukkan kepala.
2. Tanda laseque :
a. Pasien berbaring lurus,
b. Lakukan ekstensi pada kedua tungkai.
c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi
panggul.
d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.
e. Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa
sakit atau tahanan.
f. Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70
3. Tanda Kerniq
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut
90º,
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135º, antara tungkai
bawah dan tungkai atas.
e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai
sudut 135º
4. Tanda Brudzinsky I
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai
dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.

5. Tanda Brudzinsky II
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu
lagi berada dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi
perhatikan apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
d. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan kepada keluarga pasien
3. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Referensi:

1. Ward MA, Greenwood TM, Kumar DR, et al. Josef Brudzinski and Vladimir
Mikhailovich Kernig: Signs for Diagnosing Meningitis. Clin Med Res. 2010; 8(1):
13–7.
2. Mehndiratta M, Mehndiratta R, Garg H, et al. Appraisal of Kernig's and
Brudzinski's sign in meningitis. Ann Indian Acad Neurol. 2012; 15(4): 287–8.
3. Babu TA. Improved sensitivity of Kernig's and Brudzinski's sign in diagnosing
meningitis in children. Ann Indian Acad Neurol. 2013; 16(3): 460–1.

MODUL PRAKTIKUM VII


LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap


Latihan Relaksasi Otot Progresif.
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi Latihan Relaksasi Otot Progresif
2. Menyebutkan indikasi Latihan Relaksasi Otot Progresif
3. Menyebutkan tujuan Latihan Relaksasi Otot Progresif
4. Mengetahui alat dan bahan Latihan Relaksasi Otot Progresif
5. Mengetahui prosedur kerja Latihan Relaksasi Otot Progresif

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 7
PNK.PD/04.D.2.09.007 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN

Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti
2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
a. Indikasi

Pada pasien yang mengalami :

 Stress
 Cemas
 Insomnia
b. Kontraindikasi
-
3. TUJUAN
Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari

4. ALAT DAN BAHAN


Tidak ada alat dan bahan yang digunakan

5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
1. Identifikasi pasien
2. Mencuci tangan
b. Tahap Orientasi:
1. Memberi salam dan sapa pada keluarga pasien
2. Menjelaskan pelaksanaan dan prosedur tindakan pada keluarga pasien
3. Menanyakan persetujuaan keluarga pasien (informed consent)
4. Jaga privacy klien
c. Tahap Kerja:
1. Kaku kuduk dengan cara :
a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar
dagu mencapai dada.
b. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
c. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai
dada.
d. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat,
kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.
e. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami
waktu menekukkan kepala.
2. Tanda laseque :
a. Pasien berbaring lurus,
b. Lakukan ekstensi pada kedua tungkai.
c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi
panggul.
d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.
e. Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa
sakit atau tahanan.
f. Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70
3. Tanda Kerniq
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut
90º,
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135º, antara tungkai
bawah dan tungkai atas.
e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai
sudut 135º
4. Tanda Brudzinsky I
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai
dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
5. Tanda Brudzinsky II
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu
lagi berada dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi
perhatikan apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
d. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan kepada keluarga pasien
3. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Referensi:

Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta. Salemba Medika.
Alim. 2009. “Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif”.
MODUL PRAKTIKUM VIII
RESTRAIN

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap


Restrain.
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi Restrain
2. Menyebutkan dan memahami indikasi dan kontraindikasi Restrain
3. Menyebutkan tujuan Restrain
4. Mengetahui alat dan bahan Restrain
5. Mengetahui dan mengaplikasikan prosedur kerja Restrain

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 8
PNK.PD/04.D.2.09.008 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
RESTRAIN
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Restrain adalah suatu metode/cara, pembatasan/restriksi yang disengaja terhadap
gerakan/perilaku pasien di dalam pengobatan/perawatan di RS dimana terdapat
kecenderungan pasien tidak kooperatif di dalam proses perawatan atau kecenderungan
atau membahayakan

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
 Pasien menunjukkan perilaku yang beresiko membahayakan dirinya sendiri
dan atau orang lain
 Tahanan pemerintah (yang legal/sah secara hukum) yang dirawat di rumah
sakit
 Pasien yang membutuhkan tatalaksana emergency atau segera yang
berhubungan dengan life saving bagi pasien
 Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat diruangan yang
aman
b. Kontraindikasi
 Tidak mendapatkan izin tertulis dari keluarga pasien untuk melaksanakan
prosedur
 Pasien kooperatif
 Pasien memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental

3. TUJUAN
a. Menjaga keamanan dan keselamatan pasien selama perawatan
b. Proses pengobatan dapat berlangsung optimal tanpa terganggu oleh ketidak
kooperatifan pasien. Demi memperoleh hasil sesuai harapan

4. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Jaket restrain
b. Baju restrain
c. Restrain ekstremitas
d. Mummy restrain

5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1) Mengumpulkan data tentang pasien
2) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien
2) Informed consent disetujui dengan keluarga
3) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja :
Jaket restrain

1) Memulai kegiatan dengan cara yang baik. Memilih alat restrain yang tepat
2) Memasang restrain pada pasien dengan cepat dan tepat
3) Bantu pasien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontra indikasi
4) Pasang jaket restrain ke tubuh pasien
5) Masukkan tali ke lubang lengan dan tali ke lubang yang ada dibawah tempat
tidur (kanan dan kiri) atau bisa tali kedua ujungnya mengelilingi kasur bawah
6) Pastikan tidak ada bagian vest yang berkerut dibagian punggung pasien
7) Masukkan genggaman tangan diantara restrain dan pasien untuk memastikan
bahwa pernapasan tidak di batasi oleh restrain
8) Melakukan pemeriksaan tanda vital,
9) memeriksa bagian tubuh yang direstrain
10) Perhatikan respon pasien

Baju restrain

1) Sama seperti diatas perbedaan pada alat restrai yang digunakan dan tahapan
kerja
2) Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang pasien dan
tetap waspada
3) Buka baju dalam posisi “menyerbu”, pakaikan baju dengan cepat
4) Handle tangan pasien ke belakang, seperti orang diborgol, mengamankan
restrain dari jangkauan pasien
5) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
6) Melakukan pemeriksaan tanda vital, memeriksa bagian tubuh yang direstrain
7) Memperhatikan respon pasien

Teknik elbow restrain

1) Digunakan pada umunya untuk anak-anak atau bayi guna mencegah anak
menekuk tangan dan mencapai insisi atau alat terapeutik lain yang lain yang
menempel pada anak. Sama seperti diatas. Pada tahap kerja
2) Memasang restrain pada pasien dengan cepat dan tepat
3) Pegang lengan pasien, pasang ikatan ke pasien
4) Masukkan satu jari sebelum diikat agar tidak terlalu kencang
5) Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur
6) Mengamankan restrain dari jangkauan pasien
7) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
8) Melakuka pemeriksaan tanda vital (khususnya pada capillary refill dan pulsasi
proximal di lengan untuk mengetahui sirkulasi pasien
9) Periksa bagian tubuh yang direstrain

Restrain ekstremitas

1) Digunakan untuk membatasi gerak ekstremitas, tahapan sesuai dengan diatas


2) Pada pelaksanaan tindakan restrain pada daerah yang tidak membahayakan
pada keempat ekstremitas dengan menggunakan bahan yang tidak
berbahaya/mencederai pasien

Teknik mummy restrain

1) Dilakukan untuk bayi agar tidak bergerak dan jatuh/untuk mengontrol


pergerakan selama pemeriksaan
2) Bentuknya seperti gurita/grito
3) Bedanya ada 2 lapis. Lapisan pertama diikat di tempat tidur
4) Lapisan kedua diikat ke bayi/anak (seperti grito)
d. Tahap Terminasi :
1) Evaluasi keadaan pasien
e. Tahap Dokumentasi :
1) Catat waktu dan tindakan yang telah dilakukan

Referensi:

Australian Society for Geriatric Medicine. (2012). Position statement no.2 physical restraint
use in older people. Revised September 2012

Denise L. Hamilton Houghtaling. (2012). Moral distress: an invisible challenge for trauma
nurses. Journal of Trauma Nursing. Volume 19 Number 4
Pages 232 – 237.

Royal College of Nursing. Let’s talk about restraint: rights, risk and responsibility.

London: Royal College of Nursing; 2008.

Guidelines for restrain or seclusion. 2012

Nurses Board South Australia. Restrain; guideline for nurses and midwives in South
Australia, 2008.

Sower WP,Wharton E, Weaver A, Restraints, seclusion and patient right standar for
hospital under the Medicare/Medicaid program.

National Council for Community Behavioral Healthcare. Policy resources; restraints and
seclusion – rules chart. CMS revised rules (key provisions) 2012.

Anohar R. Manual of operation restraints policy, 2008.


MODUL PRAKTIKUM IX
GCS (GLASGOW COMA SCSLE)

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap GCS
(Glasgow Coma Scale).
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi GCS (Glasgow Coma Scale)
2. Menyebutkan tujuan GCS (Glasgow Coma Scale)
3. Mengetahui alat dan bahan GCS (Glasgow Coma Scale)
4. Mengetahui dan mengaplikasikan prosedur kerja GCS (Glasgow Coma Scale)
STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 9
PNK.PD/04.D.2.09.009 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
GCS (GLASGOW COMA SCALE)
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Glasgow coma scale adalah system penilaian terstandarisasi yang digunakan untuk
menilai tingkat kesadaran pada pasien dengan gangguan kesadaran. GCS adalah
perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi neurologis.

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
-

b. Kontraindikasi
-
3. TUJUAN
a. Memantau pasien dengan dugaan atau kepastian cedera kepala
b. Memantau tingkat kesadaran pada pasien apapun yang mengalami gangguan
sensorium

4. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah:
a. Performa Glasgow Coma Scale
b. Palu refleks, pena, dan senter.

5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
1. Pengkajian (mengidentifikasi atau memastikan kebutuhan pasien)
2. Persiapan alat dan bahan..
b. Tahap Orientasi:
1. Pertahankan posisi nyaman pasien
c. Tahap Kerja:
1. Nilai respon pada table Skala Koma Glasgow

Kategori
Rangsangan yang sesuai Respons Skor
Respon

Pembukaan a. Mendekatkan diri a. Respons spontan 4


mata ke ranjang
b. Perintah verbal
b. Mata membuka 3
terhadap pemanggilan
nama atau perintah

c. nyeri c. Mata tidak membuka


2
pada rangsangan
sebelumnya, tetapi
membuka bila ada nyeri.
d. Mata tidak membuka 1
terhadap rangsangan
apapun
e. Tidak dapat diperiksa
U
(untestable)
Respons a. Pertanyaan verbal a. Orientasi baik, fasih, 5
verbal dengan pasien identifikasi diri, tempat,
terbangun tahun, dan bulan dengan
maksimal. benar.
b. Bingung, lancar, tetapi 4
menglami disorientasi
pada satu atau lebih
kalimat.
3
c. Penggunaan kata-kata
yang tidak sesuai atau
tidak teratur, tidak dapat
mempertahankan
percakapan. 2
d. Bunyi, suara yang tidak
teratur
1
e. Tidak ada suara, bahkan
dengan rangsangan
nyeri yang kuat. U
f. Tidak dapat diperiksa
(untestable)
Respons a. Perintah verbal a. Mematuhi perintah 6
motorik b. Nyeri (penekanan b. Dapat melokalisasi 5
terbaik pada alas kuku nyeri, tidak patuh tetapi
proksimal). ada usaha untuk
menyingkirkan
rangsangan yang
menyakitkan
c. Penarikan ekstremitas 4
secara fleksi, fleksi
lengan sebagai respons
terhadap nyeri tanpa
postur fleksi yang
abnormal.
d. Fleksi abnormal, fleksi 3
lengan pada siku dan
pronasi, tangan
mengepal.
e. Ekstensi abnormal,
ekstensi lengan pada 2
siku biasanya disertai
adduksi dan rotasi
internal lengan pada
bahu.
f. Tidak ada respons
g. Tidak dapat diperiksa 1
(untestable) U

1. Jumlahkan skor pada bagian bawah table pada setiap pemeriksaan.


2. Skor minimum : 3
Skor maksimum : 15, untuk orang yang sadar penuh

Skor kurang dari 8 mengindikasikan koma

d. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi
Catat dengan akurat dan laporkan bila ada perubahan

Referensi:

Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
MODUL PRAKTIKUM IX
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau


Pemeriksaan Status Mental.
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi Pemeriksaan Status Mental
2. Menyebutkan tujuan Pemeriksaan Status Mental
3. Mengetahui alat dan bahan Pemeriksaan Status Mental
4. Mengetahui dan mengaplikasikan prosedur kerja Pemeriksaan Status Mental
STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI PROSEDUR KERJA (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Disahkan Oleh:
STANDAR Ka STIKES Panakkukang
OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMERIKSAAN STATUS
MENTAL Asriyanti, SKM., M.Kes.
NO SOP: 01.02.001 Tahun Terbit: 2011

1. PENGERTIAN
Merupakan pemeriksaan perilaku motorik umum, pikiran dan fungsi emosional, beserta
evaluasi tilikan (insight/wawasan) dan penilaian (judgement) status pasien saat ini.

2. TUJUAN
a. Pemeriksaan status mental berperan sebagai dasar untuk perbandingan, untuk
memantau kemajuan pasien.
b. Digunakan untuk mendeteksi perubahan atau kelainan pada fungsi psikologis
seseorang.
3. Format pemeriksaan status mental
1. Penampilan dan perilaku secara umum
a. Penampilan : usia pasien/tua/muda
b. Tingkat kerapian : baik/lusuh/berlebihan
c. Tingkat kebersihan : ade,kuat/tidak adekuat/terlalu bersih
d. Tingkat kesadaran : sadar penuh dan siaga/somnolen/supor/koma
e. Penerimaan akan kebutuhan untuk dibantu : kesadaran sendiri/disuruh/dipaksa
dengan kekuatan fisik
f. Kerjasama : normal/lebih dari normal/kurang dari normal
g. Kontak mata dengan mata : dapat dipertahankan/tidak dapat dipertahankan/sulit
h. Aktivitas psikomotor : normal/meningkat/kurang
i. Hubungan : spontan/sulit/tidak terjalin
j. Gerakan : normal/berlebihan/aneh
k. Postur : postur normal/postur katatonik
l. Gerakan lain : stereotipe/tremor/EPS/gerakan involunter abnormal
m. Perilaku katatonik lainkepatuhan otomatis/negativisme/kerjasama yang
berlebihan/flesibilitas lilin/ekolalia/ekopraksia
n. Pembicarakan dan tanda disosiasi
o. Tindakan konpulsif atau ritual
p. Perilaku halusinasi : tersenyum dan bicara sendiri/gerakan aneh
2. Tutur bahasa (speech)
a. Awal pembivcaraan : spontan/mulai bicara bila diajak bicara/minimal/diam
b. Waktu reaksi : normal/terlambat/dipersingkat/sulit untuk dinilai
c. Kecepatan bicara : normal/lambat/cepat
d. Produktivitas : monosilabik/membalas pembicaraan secara terurai/ditekan
e. Volume : nprmal/meningkat/menurun
f. Nada : variasi normal/monoton
g. Relevasi : sangat relevan/terkadang menyimpang/irrelevan
h. Aliran pembicaraan : normal/sirkumstansial/tangensial
i. Kohorensi : sangat kohoren/asosiasi linggar
j. Lain-lain : berirama/mempermainkan kata-kata/neologisme
k. Sampel tutr bahasa (sebagai respons terhadap akhr percakapan
terbuka/pertanyaan)
3. Alam perasaan (mood)
a. Subjektif
b. Objektif
c. Sedih/murung/putus asa/gusar/cemas
d. Gembira/eforik/takut/merasa bersalah/labil
e. Kondisi alam perasaan yang dominan
4. Pikiran (thought)
a. Arus pikiran (stream)
1) Normal/penekanan pikiran/miskin pikiran
Hambatan pikiran/pikiran yang kusut atau tidak jelas/ide yang berubah-ubah
(flight of idea)
b. Bentuk pikiran (form)
2) Normal/gangguan pikiran formal
(sebutkan dengan memberikan sampel pembicaraan)

c. Isi pikiran (content)


3) Nide atau delusi :
Rasa tidak berharga/rasa tanpa penghargaan/rasa tidak berdaya/rasa
bersalah/hipokondriakal/kemiskinan/nihilistik/rasa ingin mati/pikiran
bunuh diri/rasa atau waham kebesaran/referensi/penganiayaan/keanehan.
4) Tindakan kompulsif atau ritual
5) (fenomena obsesif-kompulsif)
Pikiran/bayangan/perenungan/ritual impulsif/keragu-raguan
6) Fenomena aliensi pikiran
Penyisipan pikiran/penarikan pikiran/penyiaran pikiran
5. Persepsi
a. Ilusi
b. Halusinasi : auditorik/visual/olfaktorik/gustatorik/taktil
c. Kepasifan somatik

6. Fungsi kognitif (pemeriksaan neuropsikiatri)


a. Sadar/berkabut/koma
b. Orientasi : waktu - waktu/hari/tanggal/bulan/tahun yang sesuai
Tempat – nama tempat/daerah/kota
Orang – diri sendiri/kerabat dekat/staf rumah sakit
c. Perhatian : bangkit secar normal/sulit bangkit
d. Konsentrasi : dipertahankan secara normal/dipertahankan dengan
sulit/teralihkan
e. Kemampuan untuk menyebut nama bulan : nama-nama bulan dengan urutan
terbalik
f. Kemapuan untuk nmenyebut nama-nama hari : nama-nama hari dnegan urutan
terbalik
g. Kemampuan mengitung : menghitung angka secara terbalik
h. Memori : kejadian dalam waktu dekat
Kejadian yang baru terjadi :makan terakhir/pengunjung terakhir
Kejadian yang sudah lama : masa kecil/ingatan semasa muda/peristiwa
i. Intelegensi
Perhitungan umum :
Kemampuan aritmatika : aritmatika mental/penjumlahan tertulis
j. Abstraksi
Kesamaan antara objek yang disandingkan
Perbedaan antara objek yang disandingkan
Interpretasi peribahasa
7. Tilikan
a. Kesadaran akan perilaku/pengalaman abnormal
b. Menghubungkan terhadap penyebab fisik
c. Pengakuan akan tanggung jawab pribadi
d. Keinginan untuk berobat
8. Penilaian
a. Pribadi : utuh/terganggu
b. Sosial : utu/terganggu
9. Informasi umum
a. Relevasi terhadap latar belakang pendidikan
b. Relevasi terhadap latar belakang sosial

MODUL PRAKTIKUM X
SENAM OTAK

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu melakukan tindakan


Senam Otak.
Kompetensi Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui defenisi Senam Otak
2. Memahami dan menyebutkan Senam Otak
3. Menyebutkan tujuan Senam Otak
4. Mengetahui alat dan bahan Senam Otak
5. Mengetahui dan mengaplikasikan prosedur kerja Senam Otak

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 10
PNK.PD/04.D.2.09.10 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
SENAM OTAK
Asriyanti, SKM., M.Kes.
1. PENGERTIAN

Senam otak adalah serangkaian latihan gerakan tubuh sederhana yang dilakukan untuk
merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), meringankan atau merelaksasi
bagian depan dan belakang otak (dimensi pemfokusan), serta merangsang sistem yang
terkait dengan perasaan atau emosi, yaitu otak tengah (limbik) dan otak besar (dimensi
pemusatan).

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
 Klien dengan proses pencapaian tumbuh kembang
 Klien dengan stress
 Klien dengan trauma psikologis
b. Kontraindikasi
 Klien dengan kelemahan fisik berat

3. TUJUAN
a. Meningkatkan kemampuan membaca,mengeja, komprehensi menulis tangan dan
membuat tulisan
b. Meningkatkan kepercayaan diri, koordinasi dan komunikasi
c. Meningkatkan konsentrasi dan memori
d. Mengurangi hiperaktifitas
e. Mencegah autisme
f. Mengatasi stress dan mencapai suatu tujuan
g. Meningkatkan motivasi dan mengembangkan kepribadian
h. Meningkatkan keterampilan organisasi
i. Meningkatkan penampilan.

4. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah:

a. Kursi
b. Satu gelas air putih (250 cc)
c. Spidol

5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
3. Pengkajian (mengidentifikasi atau memastikan kebutuhan pasien)
4. Persiapan alat dan bahan.
b. Tahap Orientasi:
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
c. Tahap Kerja:
2. Mengatur posisi rileks pasien
3. Menganjurkan memakai celana yang tidak ketat atau longgar

Dimensi Lateralis

1. (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakan :
Menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan
kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Untuk
menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan.
Fungsinya :
a. Meningkatkan koordinasi kiri/kanan
b. Memperbaiki pernafasan dan stamina
c. Memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang ruang dan gerak.
d. Memperbaiki pendengaran dan penglihatan.
2. 8 Tidur (Lazy 8)
Cara melakukan gerakan :
Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari
jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan
membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari
jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan
kedua tangan.
Fungsinya :
a. Melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan
perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi
b. Meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi.
3. Coretan Ganda(Double doodle)
Cara melakukan gerakan :
Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas
dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga,
bintang, hati, dsb. Lakukan dengan kedua tangan.
Fungsinya :
a. Kesadaran akan kiri dan kanan.
b. Memperbaiki penglihatan perifer
c. Kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata.
d. Memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan gerakan
Dimensi Pemfokusan

1. Burung Hantu (The Owl)


Cara melakukan gerakan :
Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas saat kepala berada di posisi tengah,
kemudian hembuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil relaks.
Ulangi gerakan dengan tangan kiri.
Fungsinya :
a. Melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress.
b. Menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh yang terlalu
condong ke depan)
c. Menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau
bersandar pada siku
2. Mengaktifkan Tangan (The Active Arm)
Cara melakukan gerakan :
Luruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan
yang ke atas. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong
tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan yang
satu menahan dorongan tsb.
Fungsinya :
a. Peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan
b. Pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai Peningkatan energi pada tangan dan
jari
3. Lambaian kaki (Footflex)
Cara melakukan gerakan :
Cengkeram tempat-tempat yang terasa sakit di pergelangan kaki, betis dan belakang
lutut, satu persatu, sambil pelan-pelan kaki dilambaikan atau digerakkan ke atas dan
ke bawah.
Fungsinya :
a. Sikap tubuh yang lebih tegak dan relaks
b. Lutut tidak kaku lagi
c. Kemampuan berkomunikasi dan memberi respon meningkat
4. Luncuran Gravitasi (The Gravitational glider)
Cara melakukan gerakan :
Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan tangan ke depan
bawah, buang nafas waktu turun dan ambil nafas waktu naik. Ulangi 3 x, kemudian
ganti kaki.
Fungsinya :
a. Merelekskan daerah pinggang, pinggul dan sekitarnya.
b. Tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu kesatuan
5. Pasang kuda-Kuda (Grounder)
Cara melakukan gerakan :
Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus
ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang napas, lalu ambil napas waktu lutut kanan
diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini untuk menguatkan otot
pinggul (bisa dirasakan di kaki yang lurus) dan membantu kestabilan punggung.
Ulangi 3x, kemudian ganti dengan kaki kiri.
Fungsinya :
a. Keseimbangan dan kestabilan lebih besar
b. Konsentrasi dan perhatian meningkat
c. Sikap lebih mantap dan relaks
Dimensi Pemusatan

1. Air (Water)
Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per tiga tubuh manusia
terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang
efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan
kembali informasi secara efisien. Minum air yang cukup sangat bermanfaat sebelum
menghadapi test atau kegiatan lain yang menimbulkan stress. Kebutuhan air adalah
kira-kira 2 % dari berat badan per hari.
Fungsinya :
a. Konsentrasi meningkat (mengurangi kelelahan mental)
b. Melepaskan stres, meningkatkan konsentrasi dan keterampilan sosial.
c. Kemampuan bergerak dan berpartisipasi meningkat.
d. Koordinasi mental dan fisik meningkat (Mengurangi berbagai kesulitan yang
berhubungan dengan perubahan neurologis).
2. Sakelar Otak (Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada),
dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar.
Fungsinya :
a. Keseimbangan tubuh kanan dan kiri
b. Tingkat energi lebih baik
c. Memperbaiki kerjasama kedua mata (bias meringankan stres visual, juling atau
pandangan yang terus-menerus)
d. Otot tengkuk dan bahu lebih relaks
3. Tombol Bumi (Earth Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Letakkan dua jari dibawah bibir dan tangan yang lain di pusar dengan jari menunjuk
ke bawah.Ikutilah dengan mata satu garis dari lantai ke loteng dan kembali sambil
bernapas dalam-dalam. Napaskan energi ke atas, ke tengah-tengah badan.
Fungsinya :
a. Kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental)
b. Kepala tegak (tidak membungkuk)
c. Pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh tubuh
4. Tombol imbang (Balance Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, di lekukan tulang bawah tengkorak dan
letakkan tangan satunya di pusar. Kepala sebaiknya lurus ke depan, sambil nafas
dengan baik selama 1 menit. Kemudian sentuh belakang kuping yang lain.
Fungsinya :
a. Perasaan enak dan nyaman
b. Mata, telinga dan kepala lebih tegak lurus pada bahu
c. Mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh
5. Tombol angkasa (Space Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Letakkan 2 jari di atas bibir dan tangan lain pada tulang ekor selama 1 menit,
nafaskan energi ke arah atas tulang punggung.
Fungsinya :
a. Kemampuan untuk relaks
b. Kemampuan untuk duduk dengan nyaman
c. Lamanya perhatian meningkat
6. Pasang Telinga (The Thingking Cap)
Cara melakukan gerakan :
Pijit daun telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah 3x sampai dengan 5x.
Fungsinya :
a. Energi dan nafas lebih baik
b. Otot wajah, lidah dan rahang relaks.
c. Fokus perhatian meningkat
d. Keseimbangan lebih baik
7. Kait Relaks (Hook-up)
Cara melakukan gerakan :
Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan
dengan posisi jempol ke bawa, jari-jari kedua tangan saling menggenggam,
kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata
dan pada saat menarik napas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan
lagi pada saat menghembuskan napas.
Tahap kedua, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari kedua tangan saling
bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan, sambil bernapas dalam 1 menit
lagi.

Fungsinya :
a. Keseimbangan dan koordinasi meningkat
b. Perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar (Mengurangi kepekaan yang
berlebihan)
c. Pernafasan lebih dalam
8. Titik Positif (Positive Point)
Cara melakukan gerakan :
Sentuhlah titik positif dengan kedua ujung jari tangan selama 30 detik sampai dengan
30 menit.
Fungsinya :
a. Mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan
dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat dan keterampilan
b. Menghilangkan refleks

a. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencuci tangan
b. Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Referensi:

Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

Yuniarlina, R., Lestari, T. B., Lisum, K., Rosalina, E., & Dwiana, C. (2007). Evaluasi
Keterampilan Klinik Keperawatan Dasar. Jakarta: STIK Sint Carolus.

MODUL PRAKTIKUM XII


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Kompetensi Umum:

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap


persiapan terapi Aktifitas Kelompok (TAK).
Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Mengetahui defenisi Aktifitas Kelompok (TAK).
2. Memahami indikasi Aktifitas Kelompok (TAK).
3. Menyebutkan tujuan Aktifitas Kelompok (TAK).
4. Mengetahui alat dan bahan Aktifitas Kelompok (TAK).
5. Mengetahui dan mengaplikasikan prosedur kerja Aktifitas Kelompok (TAK).

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Belajar dan latihan mandiri


2. Belajar secara kelompok (Practice Rehearseal Pairs).

PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 12
PNK.PD/04.D.2.09.12 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang

STANDAR SPMI
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
Asriyanti, SKM., M.Kes.
1. PENGERTIAN

Terapi Aktivitas Kelompok ( TAK ) Orientasi Realitas adalah upaya untuk


mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan/tempat, dan waktu.

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


a. Indikasi
 Salah mengenal orang lain, tempat dan waktu
 Halusinasi
 Dimensia
 Kebingungan
 Tidak mengenal dirinya
b. Kontraindikasi
-

3. TUJUAN
a. klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai kenyataan
b. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.
c. Klien mengenal waktu dengan tepat
d. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat

4. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah:

a. Spidol
b. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
c. Bola tenis
d. Tape recorder
e. Gambar-gambar berpasangan
f. Kaset lagu
g. Kalender
h. Jam dinding

5. PROSEDUR
Sesi Pertama : Mengenal orang

1) Tahap Pre Interaksi:


a. Memilih pasien sesuai indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien sesuai indikasi
c. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
2) Tahap Orientasi:
a. Mengucapkan salam teraupetik
b. Menanyakan perasaan klien hari ini
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan aturan main : Masing – masing pasien duduk dikursinya masing –
masing sampai permainan selesai , Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta
izin dari terapis. Lama kegiatan 45 menit
3) Tahap Kerja:
a. Terapis memberikan name tag untuk masing – masing peserta
b. Terapis meminta masing – masing peserta menyebutkan nama, nama panggilan,
status dan alamatnya
c. Terapis meminta masing – masing peserta menuliskan nama panggilannya
dimasing – masing name tag yang telah dibagikan
d. Terapis meminta masing – masing peserta memperkenalkan diri secara berutun
searah jarum jam dimulai dari terapis meliputi menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, alamatnya.
e. Terapis menjelaskan langkah berikut : tape recorder akan dinyalahkan saat music
terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat music
dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama, nama
panggilan dan alamatsemua peserta yang lain.
f. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat music dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan
alamatsemua peserta yang lain.
g. Ulangi langkah no.6 sampai semua peserta mendapatkan giliran.
h. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
4) Tahap Terminasi:
a. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
b. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
c. Menganjurkan agar pasien untuk kontak dan interaksi dengan orang lain
d. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya untuk mengenal tempat
5) Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Sesi Kedua : Mengenal tempat

1. Tahap Pre Interaksi:


a. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu
b. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
2. Tahap Orientasi:
a. Mengucapkan salam teraupetik
b. Menanyakan perasaan klien hari ini
c. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama – nama peserta yang
lain
d. Menjelaskan aturan main : Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir, Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis Lama
kegiatan 45 menit
3. Tahap Kerja:
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
b. Terapis menanyakan kepada peserta hari, tanggal, bulan dan tahun sekarang
c. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : Tape recorder akan dinyalakan saat
music terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain.
Saat music dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis menjawab
pertanyaan dari terapis.
d. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat music dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tennis menjawab pertanyaan dari terapis
e. Ulangi langkah no.4 sampai semua peserta mendapat giliran
f. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritiakan perasaannya
4. Tahap Terminasi:
a. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
b. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
c. Menganjurkan mendengarkan music – music yang baik dan yang bermakna
dalam kehidupan
d. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
5. Tahap Dokumentasi:
a. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Referensi:

Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.

Yuniarlina, R., Lestari, T. B., Lisum, K., Rosalina, E., & Dwiana, C. (2007). Evaluasi
Keterampilan Klinik Keperawatan Dasar. Jakarta: STIK Sint Carolus.

Anda mungkin juga menyukai