Tim Penyusun
PENDAHULUAN
Pada kegiatan skills lab ini akan dipelajari dan didemonstrasikan keterampilan yang
terkait dengan gangguan pada sistem musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan
persarafan. Sebagai dasar tentu mahasiswa telah memahami anatomi sistem
musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan persarafan, serta kelainan-kelainan
yang mungkin akan kita jumpai pada klien dengan gangguan dari keempat system
tersebut. Kegiatan CSL ini akan membahas empat skill atau keterampilan yang terkait
dengan gangguan pada sistem endokrin.
Skill pertama yaitu pengkajian pada pasien dengan ganguan sistem endokrin. Ada
banyak pemeriksaan yang dapat kita lakukan pada pasien yang mengalami gangguan
sistem endokrin, namun untuk pembahasan kali kita hanya membahas pemeriksaan
pada kelenjar tiroid, selain karena ukurannya yang sangat besar, organ ini juga letaknya
sangat memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan fisik. Skill kedua adalah
pemeriksaan gula darah, skill ini sangat lazim kita jumpai pada pasien yang mengalami
diabetes mellitus. Skill yang ketiga masih terkait penyakit pada diabetes mellitus yaitu
terapi pemberian Insulin, dan Skill yang terakhir yaitu perawatan pada luka diabetik.
Kegiatan CSL ini diharapkan dapat memberikan keterampilan dasar kepada
mahasiswa dalam menghadapi pasien dengan gangguan sistem endokrin. Partisipasi
aktif mahasiswa dalam mengikuti kegiatan ini sangat diharapkan, karena diakhir
kegiatan ini akan dilaksanakan ujian CSL. Peserta yang tidak lulus dalam mengikuti ujian
CSL akan diberikan kesempatan satu kali untuk melakukan pengulangan. Modul ini
telah dilengkapi pula format penilaian setiap tindakan, sehingga fasilitator dapat lebih
objektif dalam melakukan evaluasi terhadap mahasiswa.
BAB I
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI
PROGRAM STUDI NERS STIKES PANAKKUKANG
Sasaran yang akan dicapai pada program pendidikan Ners dalam 5 tahun terbagi
atas :
1. Bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
2. Bidang organisasi dan manajemen
3. Bidang kemahasiswaan dan alumni
4. Bidang sarana dan prasarana
5. Bidang kerjasama
1. Care provider
2. Community leader
3. Educator
4. Researcher
5. Manager
F. Area kompetensi
A. PETUNJUK PRAKTIKUM
Pelaksanaan clinical skill lab dilakukan dengan metode role play dimana
fasiltator mendemonstrasikan setiap tindakan terlebih dahulu sebelum
mahasiswa melaksanakan secara mandiri, adapun tahapan pelaksanaannya
sebagai berikut:
1. Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang akan dilakukan.
2. Fasilitator meminta salah satu mahasiswa untuk menjadi orang praktek.
3. Fasilitator mendemonstrasikan setiap tindakan dan prosedur dihadapan
mahasiswa.
4. Selanjutnya meminta mahasiswa untuk melakukan keterampilan atau
prosedur tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta
didik.
5. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran)
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh fasilitator dan masing-masing
kelompok.
B. PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi, histologi,
fisiologi sistem musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan persarafan
2. Mahasiswa harus mengetahui penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
sistem musculoskeletal, integument, persepsi sensori dan persarafan
C. TUGAS MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum pelaksanaan
praktikum dilaksanakan
2. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian pratikum dengan seksama
hingga selesai.
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan keterampilan
yang telah ditetapkan.
D. TUGAS FASILITATOR
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awal
pertemuan.
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok setiap kali
melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Melakukan evaluasi dari masing-masing setiap tindakan yang telah
didemonstrasikan.
E. JENIS-JENIS KETERAMPILAN
1. Pengkajian kekuatan otot
2. Fiksasi (Balut dan bidai)
3. Range of Motion (ROM)
4. Perawatan luka bakar
5. Penilaian derajat luka bakar
6. Menghitung luas luka bakar
7. Irigasi pada mata dan telinga
8. Pemberian obat tetes dan salep pada mata
9. Pemberian obat tetes pada hidung
10. Penilaian GCS
11. Pain manajemen (Relaksasi dan Distraksi)
12. Pemeriksaan Meningeal Sign
F. JADWAL PRAKTIKUM
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Tebit: No Revisi: Halaman
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR
STANDAR SPMI
PENGKAJIAN KEKUATAN OTOT Sitti Syamsiah, S.Kp., M.Kes
1. PENGERTIAN
Tindakan menilai kekuatan otot sesorang setelah mengalami suatu cidera ataupun stroke.
a. Sarung tangan
b. Tempat tidur
c. Kursi
d. Alat tulis
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Identifikasi pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Informed consent dilakukan
3. Penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja:
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Meminta pasien baring atau duduk
3. Melakukan penilaian kekuatan otot pada ekstremitas atas
4. Melakukan penilaian kekuatan otot pada ekstremitas bawah
5. Menilai kekuatan otot sendi menggunakan skala 0-5
Referensi:
Hidayati, R., Huda, M., Hayati, F., Setyorini, D., Aini, E. N., Nuari, N. A., et al. (2014). Praktik
Laboratorium Keperawatan Jilid 1. Ciracas, Jakarta: Erlangga.
Yuniarlina, R., Lestari, T. B., Lisum, K., Rosalina, E., & Dwiana, C. (2007). Evaluasi
Keterampilan Klinik Keperawatan Dasar. Jakarta: STIK Sint Carolus.
MODUL PRAKTIKUM IV
PERSIAPAN TERAPI ECT (ELETRO KONVULSIF)
Kompetensi Umum:
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 4
PNK.PD/04.D.2.09.004 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang
STANDAR SPMI
PERSIAPAN TERAPI ECT (ELETRO KONVULSIF)
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Terapi elektro konvulsif (ECT) adalah terapi fisik dimana dilakukan pengaliran
listrik melalui elektroda yang ditempelkan ke area temporal otak (pelipis) untuk
menghasilkan kejang tipe grandmal untuk memberikan efek terapeutik
3. TUJUAN
a. Mengembalikan fungsi mental pasien
b. Meningkatkan ADL pasien secara periodic
4. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1) Periksa instruksi dokter
2) Identifikasi pasien
3) Periksa apakah pemeriksaan lengkap sudah dilakukan atau belum yang
meliputi pemeriksaan jantung, sistem pernapasan,skeletal, dll
sertapemeriksaan laboratorium seperti darah rutin dan tes urine seperti Hb%,
jumlah leukosit, hitung jenis, glukosa urine, albumin dan rontgen
4) Pasien harus puasa dari tengah malam sebelumnya
b. Tahap Orientasi :
1) Hubungan saling percaya
2) Informed consent dilakukan
3) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan dari tindakan tersebut
c. TahapKerja:
1. Instruksikan pasien untuk tidak mengoles kepala dengan minyak pada hari
pelaksanaan ECT dan untuk mencuci rambutnya dengan shampo
2. Lepas semua peralatan logam dari tubuh pasien, mis : jam tangan, gelang,
cincin, peniti, dll
3. Lepas gigi palsu
4. Hapus lipstik, kuteks, atau perias lainnya
5. Pakaikan pasien dengan gaun yang longgar
6. Berikan obat sesuai instruksi dokter
7. Anjurkan pasien untuk buang air kecil sebelum memasuki ruang terapi
8. Berikan suntikan atropin 0,6 mg IM atau SC setengah sampai satu jam sebelum
ECT sesuai instruksi
9. Periksa tanda vital
10. Berikan lorazepam atau calmpose bila diinstruksikan
11. Pindahkan pasien ke ruang tunggu
e. Tahap Dokumentasi :
1. Catat waktu pelaksanaan ECT di buku status pasien
2. Catat segala perubahan apapun yang terjadi
Referensi:
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
MODUL PRAKTIKUM VI
PEMERIKSAAN MENINGGEAL SIGN
Kompetensi Umum:
STRATEGI PEMBELAJARAN
STANDAR SPMI
PEMERIKSAAN MENINGEAL SIGN
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Pemeriksaan meningeal sign atau rangsang meningeal adalah pemeriksaan tanda-
tanda adanya iritasi atau rangsangan pada meningen (selaput otak) baik pada otak
maupun medula spinalis.
3. TUJUAN
Untuk memeriksa adanya rangsangan pada meningen (selaput otak) dan
medulla spinalis
5. Tanda Brudzinsky II
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu
lagi berada dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi
perhatikan apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
d. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan kepada keluarga pasien
3. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Referensi:
1. Ward MA, Greenwood TM, Kumar DR, et al. Josef Brudzinski and Vladimir
Mikhailovich Kernig: Signs for Diagnosing Meningitis. Clin Med Res. 2010; 8(1):
13–7.
2. Mehndiratta M, Mehndiratta R, Garg H, et al. Appraisal of Kernig's and
Brudzinski's sign in meningitis. Ann Indian Acad Neurol. 2012; 15(4): 287–8.
3. Babu TA. Improved sensitivity of Kernig's and Brudzinski's sign in diagnosing
meningitis in children. Ann Indian Acad Neurol. 2013; 16(3): 460–1.
Kompetensi Umum:
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 7
PNK.PD/04.D.2.09.007 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang
STANDAR SPMI
LATIHAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak
memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti
2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
a. Indikasi
Stress
Cemas
Insomnia
b. Kontraindikasi
-
3. TUJUAN
Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
1. Identifikasi pasien
2. Mencuci tangan
b. Tahap Orientasi:
1. Memberi salam dan sapa pada keluarga pasien
2. Menjelaskan pelaksanaan dan prosedur tindakan pada keluarga pasien
3. Menanyakan persetujuaan keluarga pasien (informed consent)
4. Jaga privacy klien
c. Tahap Kerja:
1. Kaku kuduk dengan cara :
a. Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring Kemudian kepala ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar
dagu mencapai dada.
b. Selama penekukan ini diperhatikan adanya tahanan.
c. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak mencapai
dada.
d. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat. Pada kaku kuduk yang berat,
kepala tidak dapat ditekuk, malah sering kepala terkedik ke belakang.
e. Pada keadaan yang ringan, kaku kuduk dinilai dari tahanan yang dialami
waktu menekukkan kepala.
2. Tanda laseque :
a. Pasien berbaring lurus,
b. Lakukan ekstensi pada kedua tungkai.
c. Kemudian salah satu tungkai diangkat lurus, di fleksikan pada sendi
panggul.
d. Tungkai yang satu lagi harus berada dalam keadaan ekstensi / lurus.
e. Normal : Jika kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa
sakit atau tahanan.
f. Laseq (+) = bila timbul rasa sakit atau tahanan sebelum kita mencapai 70
3. Tanda Kerniq
a. Pasien berbaring lurus di tempat tidur
b. Pasien difleksikan pahanya pada sendi panggul sampai membuat sudut
90º,
c. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut.
d. Biasanya dapat dilakukan ekstensi sampai sudut 135º, antara tungkai
bawah dan tungkai atas.
e. Tanda kerniq (+) = Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai
sudut 135º
4. Tanda Brudzinsky I
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Dengan tangan yang ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai
dada.
c. Tangan yang satunya lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan.
d. Brudzinsky I (+) ditemukan fleksi pada kedua tungkai.
5. Tanda Brudzinsky II
a. Pasien berbaring di tempat tidur.
b. Satu tungkai di fleksikan pada sendi panggul, sedang tungkai yang satu
lagi berada dalam keadaan lurus.
c. Brudzinsky I (+) ditemukan tungkai yang satu ikut pula fleksi, tapi
perhatikan apakah ada kelumpuhan pada tungkai.
d. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan kepada keluarga pasien
3. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Referensi:
Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta. Salemba Medika.
Alim. 2009. “Langkah-Langkah Relaksasi Otot Progresif”.
MODUL PRAKTIKUM VIII
RESTRAIN
Kompetensi Umum:
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRASYARAT
-
TEORI PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 8
PNK.PD/04.D.2.09.008 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang
STANDAR SPMI
RESTRAIN
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Restrain adalah suatu metode/cara, pembatasan/restriksi yang disengaja terhadap
gerakan/perilaku pasien di dalam pengobatan/perawatan di RS dimana terdapat
kecenderungan pasien tidak kooperatif di dalam proses perawatan atau kecenderungan
atau membahayakan
3. TUJUAN
a. Menjaga keamanan dan keselamatan pasien selama perawatan
b. Proses pengobatan dapat berlangsung optimal tanpa terganggu oleh ketidak
kooperatifan pasien. Demi memperoleh hasil sesuai harapan
a. Jaket restrain
b. Baju restrain
c. Restrain ekstremitas
d. Mummy restrain
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1) Mengumpulkan data tentang pasien
2) Menyiapkan alat
b. Tahap Orientasi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga pasien
2) Informed consent disetujui dengan keluarga
3) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja :
Jaket restrain
1) Memulai kegiatan dengan cara yang baik. Memilih alat restrain yang tepat
2) Memasang restrain pada pasien dengan cepat dan tepat
3) Bantu pasien dalam kondisi duduk jika tidak ada kontra indikasi
4) Pasang jaket restrain ke tubuh pasien
5) Masukkan tali ke lubang lengan dan tali ke lubang yang ada dibawah tempat
tidur (kanan dan kiri) atau bisa tali kedua ujungnya mengelilingi kasur bawah
6) Pastikan tidak ada bagian vest yang berkerut dibagian punggung pasien
7) Masukkan genggaman tangan diantara restrain dan pasien untuk memastikan
bahwa pernapasan tidak di batasi oleh restrain
8) Melakukan pemeriksaan tanda vital,
9) memeriksa bagian tubuh yang direstrain
10) Perhatikan respon pasien
Baju restrain
1) Sama seperti diatas perbedaan pada alat restrai yang digunakan dan tahapan
kerja
2) Pegang pundak pasien dan tangan yang agresif, berjalan dibelakang pasien dan
tetap waspada
3) Buka baju dalam posisi “menyerbu”, pakaikan baju dengan cepat
4) Handle tangan pasien ke belakang, seperti orang diborgol, mengamankan
restrain dari jangkauan pasien
5) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
6) Melakukan pemeriksaan tanda vital, memeriksa bagian tubuh yang direstrain
7) Memperhatikan respon pasien
1) Digunakan pada umunya untuk anak-anak atau bayi guna mencegah anak
menekuk tangan dan mencapai insisi atau alat terapeutik lain yang lain yang
menempel pada anak. Sama seperti diatas. Pada tahap kerja
2) Memasang restrain pada pasien dengan cepat dan tepat
3) Pegang lengan pasien, pasang ikatan ke pasien
4) Masukkan satu jari sebelum diikat agar tidak terlalu kencang
5) Hindari mengikat restrain pada side rail tempat tidur
6) Mengamankan restrain dari jangkauan pasien
7) Menyediakan keamanan dan kenyamanan sesuai kebutuhan
8) Melakuka pemeriksaan tanda vital (khususnya pada capillary refill dan pulsasi
proximal di lengan untuk mengetahui sirkulasi pasien
9) Periksa bagian tubuh yang direstrain
Restrain ekstremitas
Referensi:
Australian Society for Geriatric Medicine. (2012). Position statement no.2 physical restraint
use in older people. Revised September 2012
Denise L. Hamilton Houghtaling. (2012). Moral distress: an invisible challenge for trauma
nurses. Journal of Trauma Nursing. Volume 19 Number 4
Pages 232 – 237.
Royal College of Nursing. Let’s talk about restraint: rights, risk and responsibility.
Nurses Board South Australia. Restrain; guideline for nurses and midwives in South
Australia, 2008.
Sower WP,Wharton E, Weaver A, Restraints, seclusion and patient right standar for
hospital under the Medicare/Medicaid program.
National Council for Community Behavioral Healthcare. Policy resources; restraints and
seclusion – rules chart. CMS revised rules (key provisions) 2012.
Kompetensi Umum:
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa harus mampu memantau tahap GCS
(Glasgow Coma Scale).
Kompetensi Khusus
PRASYARAT
-
TEORI PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 9
PNK.PD/04.D.2.09.009 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang
STANDAR SPMI
GCS (GLASGOW COMA SCALE)
Asriyanti, SKM.,
M.Kes.
1. PENGERTIAN
Glasgow coma scale adalah system penilaian terstandarisasi yang digunakan untuk
menilai tingkat kesadaran pada pasien dengan gangguan kesadaran. GCS adalah
perhitungan angka dari kognitif, perilaku, dan fungsi neurologis.
b. Kontraindikasi
-
3. TUJUAN
a. Memantau pasien dengan dugaan atau kepastian cedera kepala
b. Memantau tingkat kesadaran pada pasien apapun yang mengalami gangguan
sensorium
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
1. Pengkajian (mengidentifikasi atau memastikan kebutuhan pasien)
2. Persiapan alat dan bahan..
b. Tahap Orientasi:
1. Pertahankan posisi nyaman pasien
c. Tahap Kerja:
1. Nilai respon pada table Skala Koma Glasgow
Kategori
Rangsangan yang sesuai Respons Skor
Respon
d. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi
Catat dengan akurat dan laporkan bila ada perubahan
Referensi:
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
MODUL PRAKTIKUM IX
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
Kompetensi Umum:
PRASYARAT
-
TEORI PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Disahkan Oleh:
STANDAR Ka STIKES Panakkukang
OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMERIKSAAN STATUS
MENTAL Asriyanti, SKM., M.Kes.
NO SOP: 01.02.001 Tahun Terbit: 2011
1. PENGERTIAN
Merupakan pemeriksaan perilaku motorik umum, pikiran dan fungsi emosional, beserta
evaluasi tilikan (insight/wawasan) dan penilaian (judgement) status pasien saat ini.
2. TUJUAN
a. Pemeriksaan status mental berperan sebagai dasar untuk perbandingan, untuk
memantau kemajuan pasien.
b. Digunakan untuk mendeteksi perubahan atau kelainan pada fungsi psikologis
seseorang.
3. Format pemeriksaan status mental
1. Penampilan dan perilaku secara umum
a. Penampilan : usia pasien/tua/muda
b. Tingkat kerapian : baik/lusuh/berlebihan
c. Tingkat kebersihan : ade,kuat/tidak adekuat/terlalu bersih
d. Tingkat kesadaran : sadar penuh dan siaga/somnolen/supor/koma
e. Penerimaan akan kebutuhan untuk dibantu : kesadaran sendiri/disuruh/dipaksa
dengan kekuatan fisik
f. Kerjasama : normal/lebih dari normal/kurang dari normal
g. Kontak mata dengan mata : dapat dipertahankan/tidak dapat dipertahankan/sulit
h. Aktivitas psikomotor : normal/meningkat/kurang
i. Hubungan : spontan/sulit/tidak terjalin
j. Gerakan : normal/berlebihan/aneh
k. Postur : postur normal/postur katatonik
l. Gerakan lain : stereotipe/tremor/EPS/gerakan involunter abnormal
m. Perilaku katatonik lainkepatuhan otomatis/negativisme/kerjasama yang
berlebihan/flesibilitas lilin/ekolalia/ekopraksia
n. Pembicarakan dan tanda disosiasi
o. Tindakan konpulsif atau ritual
p. Perilaku halusinasi : tersenyum dan bicara sendiri/gerakan aneh
2. Tutur bahasa (speech)
a. Awal pembivcaraan : spontan/mulai bicara bila diajak bicara/minimal/diam
b. Waktu reaksi : normal/terlambat/dipersingkat/sulit untuk dinilai
c. Kecepatan bicara : normal/lambat/cepat
d. Produktivitas : monosilabik/membalas pembicaraan secara terurai/ditekan
e. Volume : nprmal/meningkat/menurun
f. Nada : variasi normal/monoton
g. Relevasi : sangat relevan/terkadang menyimpang/irrelevan
h. Aliran pembicaraan : normal/sirkumstansial/tangensial
i. Kohorensi : sangat kohoren/asosiasi linggar
j. Lain-lain : berirama/mempermainkan kata-kata/neologisme
k. Sampel tutr bahasa (sebagai respons terhadap akhr percakapan
terbuka/pertanyaan)
3. Alam perasaan (mood)
a. Subjektif
b. Objektif
c. Sedih/murung/putus asa/gusar/cemas
d. Gembira/eforik/takut/merasa bersalah/labil
e. Kondisi alam perasaan yang dominan
4. Pikiran (thought)
a. Arus pikiran (stream)
1) Normal/penekanan pikiran/miskin pikiran
Hambatan pikiran/pikiran yang kusut atau tidak jelas/ide yang berubah-ubah
(flight of idea)
b. Bentuk pikiran (form)
2) Normal/gangguan pikiran formal
(sebutkan dengan memberikan sampel pembicaraan)
MODUL PRAKTIKUM X
SENAM OTAK
Kompetensi Umum:
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 10
PNK.PD/04.D.2.09.10 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang
STANDAR SPMI
SENAM OTAK
Asriyanti, SKM., M.Kes.
1. PENGERTIAN
Senam otak adalah serangkaian latihan gerakan tubuh sederhana yang dilakukan untuk
merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), meringankan atau merelaksasi
bagian depan dan belakang otak (dimensi pemfokusan), serta merangsang sistem yang
terkait dengan perasaan atau emosi, yaitu otak tengah (limbik) dan otak besar (dimensi
pemusatan).
3. TUJUAN
a. Meningkatkan kemampuan membaca,mengeja, komprehensi menulis tangan dan
membuat tulisan
b. Meningkatkan kepercayaan diri, koordinasi dan komunikasi
c. Meningkatkan konsentrasi dan memori
d. Mengurangi hiperaktifitas
e. Mencegah autisme
f. Mengatasi stress dan mencapai suatu tujuan
g. Meningkatkan motivasi dan mengembangkan kepribadian
h. Meningkatkan keterampilan organisasi
i. Meningkatkan penampilan.
a. Kursi
b. Satu gelas air putih (250 cc)
c. Spidol
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi:
3. Pengkajian (mengidentifikasi atau memastikan kebutuhan pasien)
4. Persiapan alat dan bahan.
b. Tahap Orientasi:
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
c. Tahap Kerja:
2. Mengatur posisi rileks pasien
3. Menganjurkan memakai celana yang tidak ketat atau longgar
Dimensi Lateralis
1. (Cross Crawl)
Cara melakukan gerakan :
Menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan
kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Untuk
menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan.
Fungsinya :
a. Meningkatkan koordinasi kiri/kanan
b. Memperbaiki pernafasan dan stamina
c. Memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang ruang dan gerak.
d. Memperbaiki pendengaran dan penglihatan.
2. 8 Tidur (Lazy 8)
Cara melakukan gerakan :
Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari
jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan
membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari
jempol. Buatlah angka 8 tidur 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan
kedua tangan.
Fungsinya :
a. Melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan bahu pada waktu memusatkan
perhatian dan meningkatkan kedalaman persepsi
b. Meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi.
3. Coretan Ganda(Double doodle)
Cara melakukan gerakan :
Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas
dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga,
bintang, hati, dsb. Lakukan dengan kedua tangan.
Fungsinya :
a. Kesadaran akan kiri dan kanan.
b. Memperbaiki penglihatan perifer
c. Kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata.
d. Memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan gerakan
Dimensi Pemfokusan
1. Air (Water)
Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per tiga tubuh manusia
terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang
efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan
kembali informasi secara efisien. Minum air yang cukup sangat bermanfaat sebelum
menghadapi test atau kegiatan lain yang menimbulkan stress. Kebutuhan air adalah
kira-kira 2 % dari berat badan per hari.
Fungsinya :
a. Konsentrasi meningkat (mengurangi kelelahan mental)
b. Melepaskan stres, meningkatkan konsentrasi dan keterampilan sosial.
c. Kemampuan bergerak dan berpartisipasi meningkat.
d. Koordinasi mental dan fisik meningkat (Mengurangi berbagai kesulitan yang
berhubungan dengan perubahan neurologis).
2. Sakelar Otak (Brain Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan kanan tulang dada),
dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar.
Fungsinya :
a. Keseimbangan tubuh kanan dan kiri
b. Tingkat energi lebih baik
c. Memperbaiki kerjasama kedua mata (bias meringankan stres visual, juling atau
pandangan yang terus-menerus)
d. Otot tengkuk dan bahu lebih relaks
3. Tombol Bumi (Earth Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Letakkan dua jari dibawah bibir dan tangan yang lain di pusar dengan jari menunjuk
ke bawah.Ikutilah dengan mata satu garis dari lantai ke loteng dan kembali sambil
bernapas dalam-dalam. Napaskan energi ke atas, ke tengah-tengah badan.
Fungsinya :
a. Kesiagaan mental (Mengurangi kelelahan mental)
b. Kepala tegak (tidak membungkuk)
c. Pasang kuda-kuda dan koordinasi seluruh tubuh
4. Tombol imbang (Balance Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Sentuhkan 2 jari ke belakang telinga, di lekukan tulang bawah tengkorak dan
letakkan tangan satunya di pusar. Kepala sebaiknya lurus ke depan, sambil nafas
dengan baik selama 1 menit. Kemudian sentuh belakang kuping yang lain.
Fungsinya :
a. Perasaan enak dan nyaman
b. Mata, telinga dan kepala lebih tegak lurus pada bahu
c. Mengurangi fokus berlebihan pada sikap tubuh
5. Tombol angkasa (Space Buttons)
Cara melakukan gerakan :
Letakkan 2 jari di atas bibir dan tangan lain pada tulang ekor selama 1 menit,
nafaskan energi ke arah atas tulang punggung.
Fungsinya :
a. Kemampuan untuk relaks
b. Kemampuan untuk duduk dengan nyaman
c. Lamanya perhatian meningkat
6. Pasang Telinga (The Thingking Cap)
Cara melakukan gerakan :
Pijit daun telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah 3x sampai dengan 5x.
Fungsinya :
a. Energi dan nafas lebih baik
b. Otot wajah, lidah dan rahang relaks.
c. Fokus perhatian meningkat
d. Keseimbangan lebih baik
7. Kait Relaks (Hook-up)
Cara melakukan gerakan :
Pertama, letakkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan
dengan posisi jempol ke bawa, jari-jari kedua tangan saling menggenggam,
kemudian tarik kedua tangan ke arah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata
dan pada saat menarik napas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan
lagi pada saat menghembuskan napas.
Tahap kedua, buka silangan kaki, dan ujung-ujung jari kedua tangan saling
bersentuhan secara halus, di dada atau dipangkuan, sambil bernapas dalam 1 menit
lagi.
Fungsinya :
a. Keseimbangan dan koordinasi meningkat
b. Perasaan nyaman terhadap lingkungan sekitar (Mengurangi kepekaan yang
berlebihan)
c. Pernafasan lebih dalam
8. Titik Positif (Positive Point)
Cara melakukan gerakan :
Sentuhlah titik positif dengan kedua ujung jari tangan selama 30 detik sampai dengan
30 menit.
Fungsinya :
a. Mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan stres yang berhubungan
dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat dan keterampilan
b. Menghilangkan refleks
a. Tahap Terminasi:
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Mencuci tangan
b. Tahap Dokumentasi:
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
Referensi:
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
Yuniarlina, R., Lestari, T. B., Lisum, K., Rosalina, E., & Dwiana, C. (2007). Evaluasi
Keterampilan Klinik Keperawatan Dasar. Jakarta: STIK Sint Carolus.
Kompetensi Umum:
STRATEGI PEMBELAJARAN
PRASYARAT
-
TEORI DAN PROSEDUR KERJA (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal No Halaman
STD/SPMI- Tebit: Revisi: 12
PNK.PD/04.D.2.09.12 September 1
2011
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES
PROSEDUR Panakkukang
STANDAR SPMI
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
Asriyanti, SKM., M.Kes.
1. PENGERTIAN
3. TUJUAN
a. klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai kenyataan
b. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.
c. Klien mengenal waktu dengan tepat
d. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya dengan tepat
a. Spidol
b. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
c. Bola tenis
d. Tape recorder
e. Gambar-gambar berpasangan
f. Kaset lagu
g. Kalender
h. Jam dinding
5. PROSEDUR
Sesi Pertama : Mengenal orang
Referensi:
Annamma, J., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures.
Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara.
Yuniarlina, R., Lestari, T. B., Lisum, K., Rosalina, E., & Dwiana, C. (2007). Evaluasi
Keterampilan Klinik Keperawatan Dasar. Jakarta: STIK Sint Carolus.