Anda di halaman 1dari 37

PANDUAN CLINICAL SKILL LAB

KEPERAWATAN PALIATIF

DISUSUN OLEH TIM DOSEN:


Muh. Zukri Malik, S.Kep., Ns., M.Kep
Ns. Muaningsih, M.Kep, Sp. Kep. Mat

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya
Modul Praktikum Keperawatan Palliatif ini dapat kami susun. Modul praktikum ini disusun
untuk memberikan gambaran dan panduan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat
melakukan asuhan keperawatan pada klien yang membutuhkan perawatan paliatif. Modul ini
diharapkan dapat menjadi acuan belajar bagi mahasiswa untuk pencapaian kompetensi
Keperawatan Palliatif.
Pada kegiatan skills lab ini akan dipelajari dan didemonstrasikan keterampilan yang terkait
keperawatan paliatif. Kegiatan CSL ini akan membahas 5 skill atau keterampilan.
Kegiatan CSL ini diharapkan dapat memberikan keterampilan dasar kepada mahasiswa dalam
menghadapi pasien dengan gangguan sistem endokrin. Partisipasi aktif mahasiswa dalam
mengikuti kegiatan ini sangat diharapkan, karena diakhir kegiatan ini akan dilaksanakan ujian
CSL. Peserta yang tidak lulus dalam mengikuti ujian CSL akan diberikan kesempatan satu
kali untuk melakukan pengulangan.

Modul ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan yang
positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-mudahan modul ini bisa
memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Makassar, April 2021

Tim Penyusun
BAB I
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI
PROGRAM STUDI NERS STIKES PANAKKUKANG

A. Visi Program Studi

Menjadi Program Studi Yang Menghasilkan Ners Profesional, Berwawasan


Global, Unggul Dalam Keperawatan Gawat Darurat Di Indonesia Timur
Tahun 2021

B. Misi program studi

1. Menyelenggarakan pendidikan Ners yang berdasarkan kurikulum


berbasis kompetensi, unggul dalam keperawatan gawat darurat
2. Memanfaatkan hasil penelitian terkini dan tepat guna dibidang
keperawatan gawat darurat
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat seiring dengan
perkembangan ilmu dan teknologi
4. Menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai institusi pendidikan
keperawatan dan pelayanan kesehatan baik dalam maupun luar negeri
5. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keperawatan gawat darurat
bagi mahasiswa dengan bekerja sama dengan pihak terkait

C. Tujuan Program Studi

1. Menghasilkan Ners yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam


keperawatan gawat darurat
2. Menghasilkan lulusan Ners profesional yang mampu bersaing dalam
keperawatan gawat darurat di Indonesia Timur
3. Menghasilkan penelitian yang bermutu dan terkini dengan pendanaan hibah
dari dalam dan luar institusi
4. Menjalin kerjasama dalam pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu
keperawatan dengan mewujudkan wilayah binaan
5. Menghasilkan kerjasama di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri
D. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai pada program pendidikan Ners dalam 5 tahun terbagi
atas :
1. Bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
2. Bidang organisasi dan manajemen
3. Bidang kemahasiswaan dan alumni
4. Bidang sarana dan prasarana
5. Bidang kerjasama

E. Profil Lulusan Program Studi Ners StikesPanakkukang

1. Care provider
2. Community leader
3. Educator
4. Researcher
5. Manager

F. Area kompetensi

1. Komunikasi secara efektif dan hubungan interpersonal


2. Penerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan professional
3. Pelaksanakan asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas
4. Memberikan Pendidikan kesehatan sebagai upaya pencegahan primer,
skunder dan tersier
5. Menjalankan Fungsi Advokasi klien
6. Aplikasi kepemimpinan dan manajemen keperawatan
7. Melakukan dan menggunakan hasil penelitian sederhana dan berpikir kritis
8. Pengembangan profesionalisme berkelanjutan
BAB II
RANCANGAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN PALLIATIF

A. PETUNJUK PRAKTIKUM
Pelaksanaan clinical skill lab dilakukan dengan metode role play dimana
fasiltator mendemonstrasikan setiap tindakan terlebih dahulu sebelum mahasiswa
melaksanakan secara mandiri, adapun tahapan pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang akan dilakukan.
2. Fasilitator meminta salah satu mahasiswa untuk menjadi orang praktek.
3. Fasilitator mendemonstrasikan setiap tindakan dan prosedur dihadapan
mahasiswa.
4. Selanjutnya meminta mahasiswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur
tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta didik.
5. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran) sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati oleh fasilitator dan masing-masing
kelompok.

B. PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi, histologi,
fisiologi dan patofisiologi berbagai penyakit kronis.
2. Mahasiswa harus mengetahui tekhnik dan dasar dasar dalam melakukan
komunikasi dengan pasien ataupun dengan keluarga.

C. TUGAS MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum pelaksanaan praktikum
dilaksanakan
2. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian pratikum dengan seksama hingga
selesai.
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan keterampilan yang
telah ditetapkan.

D. TUGAS FASILITATOR
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awal
pertemuan.
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok setiap kali
melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Melakukan evaluasi dari masing-masing setiap tindakan yang telah
didemonstrasikan.

E. JENIS-JENIS KETERAMPILAN
1. Teknik menyampaikan berita buruk
2. Prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif
3. Pengkajian fisik dan psikologis
4. Manajemen nyeri
5. Berbagai terapi komplementer

F. JADWAL PRAKTIKUM

NO JADWAL KETERAMPILAN FASILITATOR METODE


1 Sabtu, 1 Mei 2021,
Pukul 08.30-11.20 Keterampilan pengkajian
dan Ns. Muh. Zukri Simulasi/role
Pukul 21.00-23.50 fisik dan Psikologis pasien Malik, M.Kep play
(Klp 1 dan 2) palliative care

2 Sabtu, 8 Mei 2021, Keterampilan tehnik


Pukul 08.30-11.20 komunikasi dan
dan Ns. Muh. Zukri Simulasi/role
Pukul 21.00-23.50 Penyampaian berita buruk Malik, M.Kep play
(Klp 1 dan 2)
3 Sabtu, 22 Mei
2021, Pukul 08.30-
11.20 dan Manajemen Nyeri Ns. Muaningsih, Simulasi/role
Pukul 21.00-23.50 Manajemen Mual dan M.Kep, Sp. Kep. play
(Klp 1 dan 2) Muntah Mat

4
Sabtu, 22 Mei
Simulasi/role
2021, Pukul 08.30- Berbagai terapi Ns. Muaningsih,
play
11.20 dan komplementer pada M.Kep, Sp. Kep.
Pukul 21.00-23.50 pasien paliatif care Mat
(Klp 1 dan 2)

5
Sabtu, 12 Juni Tim Dosen OSCE
Ujian Lab
2021,
Pukul 08.30-11.20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Terbit: No Revisi: Halaman

Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR

STANDAR SPMI
PENGKAJIAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN Dr. Ns. Makkasau, M.Kes
PALIATIF
1. PENGERTIAN

Pengkajian merupakan awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengum pulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien...

2. TUJUAN
1. Mengumpulkan data / informasi tentang pasien
2. Menentukan rencana tindakan yang tepat
3. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

1. Form pengkajian
2. Masker
3. Handscoon
4. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Informed consent dilakukan
3. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrsk waktu dan kesiapan pasien/keluarga
c. Tahap Kerja:
1. Memulai untuk pengkajian Kondisi Kesehatan Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian.

Menjelang kematian. Fase ini ditandai dengan :


a) Perubahan tanda-tanda vital: nadi melemah dan lambat; penurunan tekanan
darah; pernafasan ireguler dan tersengal-sengal melalui mulut.
b) Sirkulasi melemah: sensasi berkurang; kulit teraba dingan pada akral ujung
hidung, dan telinga; sianosis pada ekstremitas.
c) Tonus otot menghilang: relaksasi otot wajah; kesulitan bicara; gangguan menelan
dan perlahan-lahan refleks muntah menghilang penurunan aktivitas sistem
pencernaan; penurunan refleks motorik.
d) Kegagalan sensorik: pandangan kabur; kegagalan fungsi indra perasa dan
penciuman.
e) Tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya bervariasi, dari sadar,
mengantuk, stupor, hingga koma.

Mendekati kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien
meliputi:
a) Pupil berdilatasi
b) Refleks menghilang
c) Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d) Pernafasan Cheyne Stokes
e) Tidak bisa bergerak
f) Klien mengorok atau bunyi nafas terdengar kasar
g) Tekanan darah menurun

Kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien antara
lain:
a) Pernafasan, nadi, dan tekanan darah terhenti
b) Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal
c) Pergerakn otot sudah tidak ada
d) Pada ensefalogram datar (garis kotak) berarti aktivitas listrik otak terhenti.
2. M
e
m
u
la
i

untuk pengkajian Kondisi Psikologis


Respons psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalah ansietas
(kematian). Respons tersebut antara lain:
a) Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat.
b) Ketidakberdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian.
c) Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan mental apabila meninggal.
d) Perasaan takut dalam proses menjelang ajal.
e) Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit termilnal dan
ketidak mampuan diri.
f) Kekhawatiran tentang pertemuan dengan Sang Pencipta atau perasaan ragu
tentang keberadaan Tuhan atau Sang Penguasa.
g) Gambaran negatif tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan tentang
kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses menjelang ajal.
h) Ketakutan terhadap kematian yang ditunda.
i) Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya
pencapaian tujuan hidup yang penting.
a. Kondisi pikiran dan suasana hati (mood),
1) Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan: Merasa putus asa atau merasa
tidak berdaya? kehilangan minat?,
2) Apakah anda merasa depresi?
3) Apakah anda merasa tegang atau cemas?,
4) Apakah anda pernah mengalami serangan panik?,
5) Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?
b. Penyesuaian terhadap sakit
Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan hati-hati ekspektasi
pasien
c. Sumber – sumber dan hal yang menguatkan
Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang, hobi, iman dan
kepercayaan
d. Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol). Adakah masalah
psikologis, social, spiritual yang dialami yang berkontribusi terhadap gejala
yang dialami?
e. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risiko
stress psikologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
d. Tahap Terminasi :
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyimpulkan hasil tindakan kepada pasien
3. Tanyakan respon pasien setelah dilakukan tindakan
4. Rapikan alat dan bahan yang telah digunakan
5. Berpamitan
6. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi :
1. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
2. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya
Referensi:

Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC.


Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Tebit: No Revisi: Halaman

Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR

STANDAR SPMI Dr. Ns. Makkasau, M.Kes


PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PERAWATAN
PALIATIF
3. PENGERTIAN
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang
sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).
4. TUJUAN
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaa n dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasi en percaya pada hal
yang diperlukan, mengur angi keraguan
5. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Masker,
b. Handscoon ( bila diperlukan ).
2. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1) Identifikasi pasien
2) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1) Menyapa dan Memberi Salam pada pasien dan keluarga
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga pasien
c. Tahap Kerja:
1) Menghargai martabat serta harga diri pasien dan keluarga
(Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat
hubungan terapeutik dengan pasien berkembang ).
2) Komunikasi terbuka, jujur dan empati
(Komunikasi sebaiknya tidak membahas mengenai patologi atau persiapan kematian
namun sebaiknya menekankan pada kekuatan orang tersebut).
3) Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon verbal dan
nonverbal pasien dan keluarga.
4) Gunakan pesan yg pendek & jelas, suara lembut.
(Saat berkomunikasi mungkin saja pasien akan menghindari topik pembicaraan,
diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon umum
yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti kesedihan, mati rasa,
penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika pasien memilih untuk
tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini,
perawat harus mengizinkan dan katakan bahwa pasien bisa kapan saja
mengungkapkannya. Terkadang pasien perlu mengatasi berduka mereka sendirian
sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika pasien ingin membicarakan
tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat)
5) Memberikan reinforcement positif
Perawat harus selalu memberikan tanggapan yang positif atas segala informasi
yang disampaiakan oleh pasien dan keluarga dalam menghadapi situasinya.

d. Tahap Terminasi :
1. Melakukan Evaluasi tindakan
2. Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3. Berpamitan
4. Cuci tangan dan Mendokumentasikan tindakan
5. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Hal Hal yang perlu di perhatikan dalam teknik komunikasi pada pasien terminal adalah
a. Pada tahap Denial/Menolak ; pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi dan menunjukkan reaksi menolak. Pada tahap ini kita dapat mempergunakan
teknik komunikasi :
1) Listening
a) Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan observasi
komunikasi non verbal.
b) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang.
2) Silent
a) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien secara
non verbal.
b) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari
situasi sesungguhnya.
3) Broad opening
a) Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
b) Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya
b. Pada Tahap Angger/ Kemarahan terjadi karena kondisi pasien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Pada
tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi
1) listening : perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan
pasien lalu diklarifikasikan.
a) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang
akan dan sedang terjadi pada mereka.
b) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Tahap Bargaining / Menawar Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien
dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
1) Focusing
a) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
b) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.

2) Sharing perception

a) Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk


meluruskan kerancuan.
b) Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya.
d. Pada Tahap Depresi / Kemurungan (Depresi) Selama tahap ini, pasien cenderung untuk
tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk
duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum
meninggal
1) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
2) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
3) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari
pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.

e. Pada Tahap Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien
dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.
Fase ini sangat membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu
dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat
1) Informing,
Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
2) Broad opening,
Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
3) Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar
tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan
damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

Referensi:
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Tebit: No Revisi: Halaman

Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR

STANDAR SPMI Dr. Ns. Makkasau, M.Kes


TEKHNIK MENYAMPAIAKAN BERITA BURUK
3. PENGERTIAN
Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan
hidup pasien tentang masa depannya dan atau menemp atkan mereka pada situasi akan
perasaan tidak adanya harapan, putus asa, ancaman terhadap kesejahteraan mental atau fisik
seseorang, berisiko mengganggu kemapanan, atau di mana suatu pesan yang diberikan
menimbulkan suatu pilihan yang sempit bagi individu dalam hidupnya.
4. TUJUAN
Mencegah kesalahan dalam komunikasi yang dapat menimbulkan dampak yang serius baik
secara fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan
di pengadilan
5. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Masker,
b. Handscoon ( bila diperlukan ).
6. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Identifikasi pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Menyapa dan Memberi Salam pada pasien dan keluarga
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga pasien
c. Tahap Kerja:
1. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya sakit parah,
atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya tersebut. Hal ini
bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau keluarganya dapat memahami berita
buruk yang akan disampaikan. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
a. Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?
b. Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini?
c. Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?
d. Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda? Atau
menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan?
e. Dengan gejala-gejala yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?
f. Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda turun drastis?
3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya
Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu pasien, orang
tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap orang dapat
berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-masing. Setiap orang
mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi lebih lanjut. Jika pasien
menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi yang lebih detail, maka petugas
medis harus menghormati keinginannya dan menanyakan pada siapa informasi
sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui berapa besar
keinginan tahu pasien dapat berupa:
a. Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah Anda ingin
mengetahui lebih lanjut?
b. Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci mengenai kondisi
Anda? Jika tidak, apakah Anda ingin saya menyampaikannya pada seseorang?
c. Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang terjadi pada diri
mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana yang Anda pilih?
d. Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan dan menjelaskan
dengan tepat apa yang saya pikir jadi masalah kesehatan?
e. Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengenai masalah ini?
Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak menyampaikan pada
pasien diagnosis atau informasi penting lainnya. Sementara petugas medis
mempunyai kewajiban secara hukum untuk memberikan inform consent pada
pasien dan disisi lain hubungan terapetik yang efektif juga membutuhkan
kerjasama dengan keluarga. Maka jika keluarga meminta demikian, tanyakan
mengapa mereka tidak menginginkan petugas medis memberikan informasi pada
pasien,
Apa yang mereka takutkan akan apa yang petugas medis sampaikan, dan apa
pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa petugas medis
bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah pasien ingin
informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang mungkin diajukan.

4. Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan penuh
empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan. Sampaikan
informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana yang mudah
dipahami. Hindari kata-kata manis (eufemisme) ataupun istilah-istilah kedokteran.
Lebih baik gunakan kata yang jelas seperti “meninggal” atau “kanker”. Jangan
meminimalkan keparahan penyakit. S ering-sering memberikan jeda setelah
penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien dapat memahami apa yang
disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang sesuai saat diskusi. Hindari
kalimat “Saya minta maaf” ata u “Maafkan saya” karena kalimat tersebut dapat
diniterpretasikan bahwa petugas medis bertanggung jawab atas apa yang terjadi, atau
bahwa semua ini karena kesalahan petugas medis. Lebih baik gunakan kalimat “
Maafkan saya ha rus menyampaikan pada Anda mengenai hal ini”. Beberapa kalimat
lain yang dapat dipilih untuk menyampaikan berita buruk:
a) “Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda terkena
kanker leher rahim”
b) “Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berd asarkan hasil
pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah meninggal”
c) “Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesua i dengan apa yang kita
harapkan. Hasil ini menunjukkan Anda pada stadium awal penyakit kanker”

d) “Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil b iopsi sumsum tulang
belakang menunjukkan putri Anda menderita leukemia”

5. Memberikan respon terhadap perasaan pasien


Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk memberi
jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon pasien dan keluarga
dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada pasien yang menangis, marah, sedih,
cemas, menolak, menyalahkan, merasa bersalah, tidak percaya, takut, merasa tidak
berharga, malu, mencari alasan mengapa hal ini terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi
meninggalkan ruangan. Siapkan diri dalam menghadapi berbagai reaksi. Dengarkan
dengan tenang dan perhatian penuh. Pahami emosi pasien dan ajak pasien untuk
menceritakan perasaannya. Contoh kalimat yang dapat digunakan untuk merespon
perasaan pasien:
a) “Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi y ang sulit”
b) “Anda terlihat sangat marah. Dapatkan Anda ceritaka n apa yang Anda rasakan?”
c) “Apakah berita ini membuat Anda takut?”
d) “Sampaikan saja perasaan Anda tentang apa yang baru saya sampaikan”
e) “Saya berharap hasil ini berbeda”
f) “Apakah ada seseorang yang Anda ingin saya hubungi? ”
g) “Saya akan coba membantu Anda”
h) “Saya akan bantu Anda untuk menyampaikannya pada anak-anak Anda”
Selalu diingat bahwa reaksi mereka normal. Sebaiknya sediakan kertas tisu.
Komunikasi non verbal yang akan sangat membantu adalah : Petugas medis
menyodorkan tisu, menawarkan minuman. Gunakan sentuhan jika memang
pantas, karena ada juga pasien atau anggota keluarga tidak suka disentuh,
bersikap sensitif terhadap perbedaan budaya dan pilihan personal. Hindari humor
atau komentar yang tidak pada tempatnya.

Beri waktu pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka. Jangan


mendesak dengan terburu-buru menyampaikan informasi lebih lanjut. Jika emosi
sudah dikeluarkan, biasanya pasien atau keluarga lebih mudah diajak pada
langkah berikutnya.

6. Merencanakan tindak lanjut


Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, ini bisa berupa:
a) Pemeriksaan lanjut untuk mengumpulkan tambahan informasi
b) Pengobatan gejala-gejala yang ada
c) Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan
pengobatannya
d) Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan untuk
sembuh, bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan terapi apa saja
yang tersedia.
e) Mengatur rujukan yang sesuai
f) Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut
g) Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan secara
emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh yang disegani, pekerja sosial,
konselor spiritual, peer group, atau pun terapis profesional

Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa petugas
medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan petugas medis akan
terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan. Katakan mereka dapat
menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan lebih lanjut. Tentukan waktu
untuk pertemuan berikutnya.
Petugas medis juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat
pulang. Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat
pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa atau ingin
bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat memberikan dukungan
pada pasien?

7. Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana perjalanan
penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain mereka ingin mempunyai
kepastian tentang masa depan sehingga dapat merencanakan hidup mereka, atau
pasien merasa ketakutan dan berharap bahwa Petugas medis akan mengatakan
penyakitnya tidak serius.

Sebelum langsung menjawab pertanyaan pasien tentang prognosis,


sebaiknya Petugas medis mengumpulkan informasi tentang alasan mereka
menanyakan hal tersebut. Pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:
a) “Apa yang Anda harapkan akan terjadi?”
b) “Apa pengalaman yang Anda punyai tentang seseorang dengan penyakit
seperti ini?”
c) “Apa yang Anda harapkan terjadi?”
d) “Apa yang Anda harapkan untuk saya lakukan?”
e) “Apa yang membuat Anda takut untuk yang akan terjadi?”
Petugas medis harus mempertimbangkan dampak pemberian informasi
prognosis. Pasien yang ingin merencanakan hidup mereka biasanya
mengharapkan informasi yang lebih rinci. Sedangkan pasien yang sangat
khawatir atau cemas, mungkin akan lebih baik mendapat informasi secara umum
saja. Jawaban Petugas medis yang definitif seperti : Anda hanya mempunyai usia
harapan hidup sampai 1 tahun akan berisiko menyebabkan kekecewaan jika
ternyata terbukti usia harapan hidupnya lebih singkat. Jawaban seperti ini juga
dapat menimbulkan kemarahan dan rasa frustasi jika dokter merendahkan usia
harapan hidup pasien. Kalimat berikut lebih disarankan dalam menjawab
pertanyaan tentang prognosis:
Sekitar sepertiga pasien dengan kasus seperti ini dapat bertahan hidup sampai
satu tahun, separuhnya bertahan hidup dalam 6 bulan, apa yang akan terjadi
sesungguhnya pada diri Anda, saya sungguh tidak tahu.
Setelah jawaban tersebut Petugas medis sebaiknya melanjutkan dengan
menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik, sambil tetap
berencana untuk kemungkinan terburuk. Sampaikan juga ke pasien dan
keluarga bahwa kejutan yang tidak diharapkan dapat terjadi hal ini dan pasien
lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi sehingga dapat mengurangi
penderitaan. Petugas medis harus meyakinkan pasien dan keluarga bahwa Petugas
medis akan siap mendukung dan membantu mereka.

d. Tahap Terminasi :
1. Melakukan Evaluasi tindakan
2. Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3. Berpamitan
4. Cuci tangan dan Mendokumentasikan tindakan
e. Tahap Dokumentasi :
1. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
2. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

a) Sikap Terapeutik
1) Berhadapan dan kontak mata
2) Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Mempertahankan jarak terapeutik
b) Tehnik Komunikasi
1) Menggunakan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat

Referensi:
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Terbit: No Revisi: Halaman

Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR

STANDAR SPMI
MANAJEMEN NYERI Dr. Ns. Makkasau, M.Kes
1. PENGERTIAN
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu
medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya termasuk
pendekatan far makologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.
Setiap oran g memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang
mun gkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan ke
mampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri.

Managemen Nyeri Non Farmakologikal Merupakan upaya-upaya mengatasi atau


menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya
tersebut antara lain dengan relaksasi nafas dalam, massage, dan therapy music yang
dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist. Setiap
individu membutuhkan rasa nyaman.

2. TUJUAN
a. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut ( durasi nyeri berkurang )
b. Meminimalkan reaksi tak diinginkan

3. ALAT DAN BAHAN (jika diperlukan)

Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Masker
b. Handscoon

4. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Informed consent dilakukan
3. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu dan kesiapan pasien/keluarga
c. Tahap Kerja:
1. Relaksasi napas dalam
a) Menjaga privasi pasien
b) Mempersiapkan posisi pasien : nyaman, tenang dan rileks, fokuskan fikiran.
c) Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada satu tangan di abdomen
d) Meminta pasien melakukan nafas dalam (menarik n afas dalam melalui hidung
hingga 4 hitungan, jaga mulut tetap tertutup, tahan dalam hitungan 2 ( Memi nta
pasien merasakan mengembangaya dada (cegah lengkung pada pung gung)
e) Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 8 hitungan (lewat mulut bibir
seperti meniup) (Meminta pasien merasakan m engempiskan dada dan kontraksi
dari otot
f) Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan latihan ini bila mengalami sesak
nafas, nyeri dan kondisi tidak nyaman lain nya.

2. Massage
a) Menjaga privasi pasien
b) Atur pasien dalam posisi pronasi. Bila tidak bisa, dapat diatur dengan posisi
miring.
c) Letakkan sebuah bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga posisi yang
tepat
d) Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perawat). Usap kedua tangan sehingga
lotion akan rata pada permukaan tangan
e) Lakukan m asase pada punggung. Masase dilakukan de ngan menggunakan jari-
jari dan telapak tangan, dan tekanan yang halus.gunakan lotion sesuai kebutuhan
a) Tekhnik masase :
a) Selang seling tangan.
Masase punggung dengan tekanan pendek, cepat, bergantian tangan.

b) Remasan.
Usap otot bahu dengan setiap tangan anda yang dikerjakan secara
bersamaan.

c) Gesekan.
Masase punggung dengan ibu jari, dengan gerakan memutar sepanjang
tulung punggung dari sakrum ke bahu.

d) Eflurasi.
Masase punggung dengan kedua tangan, dengan menggunakan tekanan
lebih halus dengan gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena.

e) Petriasi.
Tekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah
yang berlawanan dengan men ggunakan gerakan meremas.
f) Tekanan menyikat. Secara halus tekan pungg ung dengan ujung-ujung
jari untuk mengakhiri masase.

2) Membersihkan badan pasien yang terkena lotion


3) Mengatur kembali pasien pada posisi yang nyaman
3. Terapi musik
Terapi musik adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas fisik dan mental
denga n rangsangan suara yang terdiri dari melo di, ritme, harmoni, bentuk dari g aya
yang diorganisir sedemikian rupa hin gga tercipta musik yang bermanf aat untuk
kesehatan fisik dan mental (Purwanto, 2013).
Prosedur dalam memberikan terapi musik menurut yaitu :
a) Konsentrasi
Konsentrasi dapat dilakukan dengan cara di bawah ini atau sesuai dengan
keinginan anda.
1) Anda berada di tempat yang tenang, jauhkan dar i kebisingan, serta tempat
yang teduh dan sejuk. posisikan tubuh anda senyaman mung kin.
2) Pasang headphones ditelinga untuk meminimalkan suara dari luar.
b) Relaksasi
Relaksasi dapat dilakukan dengan cara dibawah ini atau sesuai dengan keinginan
anda.
1) Anda dapat meminum air putih / susu / teh hangat (sesuai keinginan anda),
dan tenangkan sejenak diri anda kurang lebih selama lima menit.

2) Anda memejamkan mata, membayangkan bahwa anda berada disuatu tempat


yang indah yang anda ingin kunjungi (pantai, pegunungan, dll), lalu
bayangkan anda berada disana dan merasakan angin yang berhembus
menyentuh kulit anda.
3) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan hingga memenuhi dada
4) Hembuskan secara perlahan melalui mulut, jadikan embusan itu lebih
panjang dari pada saat menghirup. ( Gunakan cara bernafas dengan cara 4, 2,
8. Yang artinya menghirup udara melalui hidung selama 4 hitungan, tahan
selama 2 hitungan dan hembuskan selama 8 hitungan. Ulangi selama minimal
3 kali atau anda sudah merasa rileks ).
d. Tahap Terminasi :
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menyimpulkan hasil tindakan kepada pasien
3. Tanyakan respon pasien setelah dilakukan tindakan
4. Rapikan alat dan bahan yang telah digunakan
5. Berpamitan
6. Mencuci tangan
e. Tahap Dokumentasi :
1. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
2. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya
Referensi:

Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC

Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan Volume 1.Jakarta:EGC


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Terbit: No Revisi: Halaman

Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR

STANDAR SPMI
BERBAGAI TERAP I KOMPLEMENTER UNTUK Dr. Ns. Makkasau, M.Kes
PASIEN PALIATIF
1. PENGERTIAN
Terapi komlement er dikenal dengan terapi tradisional yang d igabungkan dalam
pengobatan modern (Smith et al., 2004).
Terapi komplementer untuk pasien paliatif adalah cara penan ggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai p endukung kepada pengobatan medis konven sional atau sebagai
pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvension al bagi klien yang sedang
menderita penyak it kronis dan sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya.
Obat – obat yang digunakan untuk terapi komplementer bersifat natural yaitu
mengambil bahan dari al am, seperti jamu – jamuan, r empah yang s udah dikenal (jahe,
kunyit, temu lawak dan sebagainya), contoh terapi dengan daun sirsak, kulit manggis, dll.
Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses
penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki
kekuatan penyembuhan, contoh terapi Banson, PMR, SEFT, terapi dengan daun sirsak untuk
pasien kanker, dll.
2. TUJUAN
a. Meningkatkan kepercayaan diri klien
b. Memberikan solusi kepada klien untuk semua keluhan yang dirasakan klien.
3. ALAT DAN BAHAN (jika diperlukan)

Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan ini adalah :

a. Masker
b. Handscoon
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
5. Bina hubungan saling percaya
6. Informed consent dilakukan
7. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
8. Kontrak waktu dan kesiapan pasien/keluarga
c. Tahap Kerja:
1. Terapi Banson
a) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
b) Bantu pasien memilih kalimat spiritual yang akan digunakan :
1) Tahlil : Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah). b.Tasbih :
Subchaanallaah (Maha Suci Allah)
2) Istighfar : Astaghfirullaah-hal ’’adziim (Aku mo hon ampun kepada Allah
Yang Maha Agung).
3) Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)
4) Allahuakbar (Allah Maha Besar)
c) Instruksikan pasien untuk santai dan menutup mata Menarik nafas dalam melalui
hidung, dan jaga mulut tetap tertutup, hitungan sampai 3 tahan selama inspirasi,
dan keluarkan nafas melalui mulut .
d) Instruksikan pada pasien untuk mengendurkan otot-otot / Relaks.
e) Instruksikan pada pasien untuk Bernapas secara alamiah. Mulai mengucapkan
kalimat spiritual yang dipilih dibaca/ diucapkan secara berulang-ulang dan
khidmat.
f) Beritahu pada klien bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan
pikiran.
g) Beritahu klien untuk melakukan point b-f dengan waktu 10 sampai 20 menit.

2. Terapi PMR
a) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
b) Instruksikan pasien untuk Menggenggam tangan kiri membuat suatu
kepalan.Rasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan kepalan perlahan-
lahan, sambil merasakan rileks selama ± 8 detik. Lakukan gerakan 2 kali. serupa
juga dilatihkan pada tangan kanan.
c) Instruksikan pasien untuk Menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit. Lakukan penegangan ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan, Lakukan gerakan ini 2 kali.
d) Instruksikan pasien untuk menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot bisep akan
menjadi tegang. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali
e) Instruksikan pasien mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan
menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
f) Instruksikan pasien mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya terasa dan
kulitnya keriput, mata dalam keadaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot dahi
selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan
ini 2 kali.
g) Instruksikan pasien Menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
h) Instruksikan pasien menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot
rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
i) Instruksikan pasien untuk Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut. Rasakan ketegangan otot-otot sekitar
mulut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan
gerakan ini 2 kali.

j) Instruksikan Pasien meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian


diminta untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian
rupa sehingga pasien dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher
dan punggung atas. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
k) Instruksikan pasien fleksi kepala / membawa kepala ke muka, kemudian pasien
diminta untuk membenamkan dagu ke dadanya. Rasakan ketegangan otot-otot
tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
l) Instruksikan pasien mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi tegang dipertahankan
selama ± 8 detik, kemudian rileks. Rasakan ketegangan otot-otot punggung
selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
m) Instruksikan pasien Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya. Tahan selama beberapa saat, sambil merasakan
ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan
dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan lega. Lakukan penegangan otot ±
8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2
kali.
n) Instruksikan pasien Tarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian tahan sampai
perut menjadi kencang dan keras. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2
kali.
o) Instruksikan pasien meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha
terasa tegang. Rasakan ketegangan otot-otot paha tersebut selama ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
p) Instruksikan pasien meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha
terasa tegang. Gerakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, lakukan
penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan
ini 2 kali.

4. Terapi SEFT
a) SET UP
1) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
2) Instruksikan pasien untuk Minum air putih diiringi do’a sepenuh hati dg
merasakan Cinta (Bismillah) & Syukur (Alhamdulillah)
3) Minta pasien untuk melepaskan jam tangan, perhiasan, mematikan hand
phone & menjauhkan diri dari alat-alat elektronik : menghindari energi toxin)
4) Instruksikan pasien untuk menekan titik nyeri ( didada sebelah kiri) atau
ditangan kiri atau kanan / karate chop dan mengucapkan kalimat set up
( do’a) yang sesuai dg masalah masing masing dg khusyu’ dan sepenuh hati
sebanyak 3x
Yaa Allah, meskipun saya merasa _______ (keluhan yang dirasakan),tapi
saya ikhlas menerima sakit/masalah saya ini dan saya pasrahkan kepada-Mu
kesembuhan saya / sepenuhnya”
b) Tune-In
Instruksikan pada klien untuk Merasakan sakit yg diderita, kemudian Pusatkan
pikiran kita pada rasa sakit itu, sembari mulut dan hati berdo’a
“ Ya Allah saya ikhlas menerima sakit saya ini dan saya pasrahkan kesembuhan
saya pada-MU “
c) Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di
tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The
Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak
pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
7. Tahap Terminasi :
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Menyimpulkan hasil tindakan kepada pasien
c. Tanyakan respon pasien setelah dilakukan tindakan
d. Rapikan alat dan bahan yang telah digunakan
e. Berpamitan
f. Mencuci tangan
8. Tahap Dokumentasi :
a. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
b. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya
Referensi:

Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Volume 1.Jakarta:EGC

Potter and Perry.2005.Fundamental Keperawatan Volume 1.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai