KEPERAWATAN PALIATIF
Modul ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan yang
positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini. Mudah-mudahan modul ini bisa
memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Makassar, April 2021
Tim Penyusun
BAB I
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI
PROGRAM STUDI NERS STIKES PANAKKUKANG
Sasaran yang akan dicapai pada program pendidikan Ners dalam 5 tahun terbagi
atas :
1. Bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
2. Bidang organisasi dan manajemen
3. Bidang kemahasiswaan dan alumni
4. Bidang sarana dan prasarana
5. Bidang kerjasama
1. Care provider
2. Community leader
3. Educator
4. Researcher
5. Manager
F. Area kompetensi
A. PETUNJUK PRAKTIKUM
Pelaksanaan clinical skill lab dilakukan dengan metode role play dimana
fasiltator mendemonstrasikan setiap tindakan terlebih dahulu sebelum mahasiswa
melaksanakan secara mandiri, adapun tahapan pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Fasilitator menentukan topik pembelajaran praktikum yang akan dilakukan.
2. Fasilitator meminta salah satu mahasiswa untuk menjadi orang praktek.
3. Fasilitator mendemonstrasikan setiap tindakan dan prosedur dihadapan
mahasiswa.
4. Selanjutnya meminta mahasiswa untuk melakukan keterampilan atau prosedur
tersebut dilakukan sampai selesai dan dapat dikuasai oleh peserta didik.
5. Setiap mahasiswa wajib mengikuti kegiatan praktikum (100% kehadiran) sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati oleh fasilitator dan masing-masing
kelompok.
B. PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi, histologi,
fisiologi dan patofisiologi berbagai penyakit kronis.
2. Mahasiswa harus mengetahui tekhnik dan dasar dasar dalam melakukan
komunikasi dengan pasien ataupun dengan keluarga.
C. TUGAS MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib mempelajari materi praktikum sebelum pelaksanaan praktikum
dilaksanakan
2. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian pratikum dengan seksama hingga
selesai.
3. Mahasiswa diharapkan aktif dalam berlatih untuk melakukan keterampilan yang
telah ditetapkan.
D. TUGAS FASILITATOR
1. Menjelaskan keterampilan yang akan dilatih kepada mahasiswa pada awal
pertemuan.
2. Memfasilitasi dan mendampingi mahasiswa dalam kelompok setiap kali
melakukan keterampilan yang ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
3. Melakukan evaluasi dari masing-masing setiap tindakan yang telah
didemonstrasikan.
E. JENIS-JENIS KETERAMPILAN
1. Teknik menyampaikan berita buruk
2. Prinsip komunikasi dalam perawatan paliatif
3. Pengkajian fisik dan psikologis
4. Manajemen nyeri
5. Berbagai terapi komplementer
F. JADWAL PRAKTIKUM
4
Sabtu, 22 Mei
Simulasi/role
2021, Pukul 08.30- Berbagai terapi Ns. Muaningsih,
play
11.20 dan komplementer pada M.Kep, Sp. Kep.
Pukul 21.00-23.50 pasien paliatif care Mat
(Klp 1 dan 2)
5
Sabtu, 12 Juni Tim Dosen OSCE
Ujian Lab
2021,
Pukul 08.30-11.20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Terbit: No Revisi: Halaman
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR
STANDAR SPMI
PENGKAJIAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PADA PASIEN Dr. Ns. Makkasau, M.Kes
PALIATIF
1. PENGERTIAN
Pengkajian merupakan awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengum pulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien...
2. TUJUAN
1. Mengumpulkan data / informasi tentang pasien
2. Menentukan rencana tindakan yang tepat
3. ALAT DAN BAHAN
1. Form pengkajian
2. Masker
3. Handscoon
4. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Informed consent dilakukan
3. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrsk waktu dan kesiapan pasien/keluarga
c. Tahap Kerja:
1. Memulai untuk pengkajian Kondisi Kesehatan Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian.
Mendekati kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien
meliputi:
a) Pupil berdilatasi
b) Refleks menghilang
c) Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d) Pernafasan Cheyne Stokes
e) Tidak bisa bergerak
f) Klien mengorok atau bunyi nafas terdengar kasar
g) Tekanan darah menurun
Kematian. Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien antara
lain:
a) Pernafasan, nadi, dan tekanan darah terhenti
b) Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal
c) Pergerakn otot sudah tidak ada
d) Pada ensefalogram datar (garis kotak) berarti aktivitas listrik otak terhenti.
2. M
e
m
u
la
i
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Tebit: No Revisi: Halaman
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR
a. Masker,
b. Handscoon ( bila diperlukan ).
2. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1) Identifikasi pasien
2) Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1) Menyapa dan Memberi Salam pada pasien dan keluarga
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menjelaskan prosedur tindakan
5) Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga pasien
c. Tahap Kerja:
1) Menghargai martabat serta harga diri pasien dan keluarga
(Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat
hubungan terapeutik dengan pasien berkembang ).
2) Komunikasi terbuka, jujur dan empati
(Komunikasi sebaiknya tidak membahas mengenai patologi atau persiapan kematian
namun sebaiknya menekankan pada kekuatan orang tersebut).
3) Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon verbal dan
nonverbal pasien dan keluarga.
4) Gunakan pesan yg pendek & jelas, suara lembut.
(Saat berkomunikasi mungkin saja pasien akan menghindari topik pembicaraan,
diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon umum
yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti kesedihan, mati rasa,
penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika pasien memilih untuk
tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini,
perawat harus mengizinkan dan katakan bahwa pasien bisa kapan saja
mengungkapkannya. Terkadang pasien perlu mengatasi berduka mereka sendirian
sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika pasien ingin membicarakan
tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat)
5) Memberikan reinforcement positif
Perawat harus selalu memberikan tanggapan yang positif atas segala informasi
yang disampaiakan oleh pasien dan keluarga dalam menghadapi situasinya.
d. Tahap Terminasi :
1. Melakukan Evaluasi tindakan
2. Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3. Berpamitan
4. Cuci tangan dan Mendokumentasikan tindakan
5. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Hal Hal yang perlu di perhatikan dalam teknik komunikasi pada pasien terminal adalah
a. Pada tahap Denial/Menolak ; pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi dan menunjukkan reaksi menolak. Pada tahap ini kita dapat mempergunakan
teknik komunikasi :
1) Listening
a) Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan observasi
komunikasi non verbal.
b) Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan
suasana tenang.
2) Silent
a) Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien secara
non verbal.
b) Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari
situasi sesungguhnya.
3) Broad opening
a) Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
b) Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya
b. Pada Tahap Angger/ Kemarahan terjadi karena kondisi pasien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Pada
tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi
1) listening : perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan
pasien lalu diklarifikasikan.
a) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang
akan dan sedang terjadi pada mereka.
b) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.
c) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Tahap Bargaining / Menawar Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien
dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
1) Focusing
a) Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
b) Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
2) Sharing perception
e. Pada Tahap Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien
dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.
Fase ini sangat membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu
dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat
1) Informing,
Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
2) Broad opening,
Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya.
3) Focusing
Membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik utama dan menjaga agar
tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan
damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
Referensi:
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Tebit: No Revisi: Halaman
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR
a. Masker,
b. Handscoon ( bila diperlukan ).
6. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Identifikasi pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Menyapa dan Memberi Salam pada pasien dan keluarga
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan pasien dan keluarga pasien
c. Tahap Kerja:
1. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya sakit parah,
atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya tersebut. Hal ini
bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau keluarganya dapat memahami berita
buruk yang akan disampaikan. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan:
a. Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?
b. Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini?
c. Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?
d. Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda? Atau
menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan?
e. Dengan gejala-gejala yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?
f. Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda turun drastis?
3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya
Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu pasien, orang
tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap orang dapat
berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-masing. Setiap orang
mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi lebih lanjut. Jika pasien
menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi yang lebih detail, maka petugas
medis harus menghormati keinginannya dan menanyakan pada siapa informasi
sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui berapa besar
keinginan tahu pasien dapat berupa:
a. Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah Anda ingin
mengetahui lebih lanjut?
b. Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci mengenai kondisi
Anda? Jika tidak, apakah Anda ingin saya menyampaikannya pada seseorang?
c. Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang terjadi pada diri
mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana yang Anda pilih?
d. Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan dan menjelaskan
dengan tepat apa yang saya pikir jadi masalah kesehatan?
e. Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengenai masalah ini?
Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak menyampaikan pada
pasien diagnosis atau informasi penting lainnya. Sementara petugas medis
mempunyai kewajiban secara hukum untuk memberikan inform consent pada
pasien dan disisi lain hubungan terapetik yang efektif juga membutuhkan
kerjasama dengan keluarga. Maka jika keluarga meminta demikian, tanyakan
mengapa mereka tidak menginginkan petugas medis memberikan informasi pada
pasien,
Apa yang mereka takutkan akan apa yang petugas medis sampaikan, dan apa
pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa petugas medis
bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah pasien ingin
informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang mungkin diajukan.
4. Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan penuh
empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan. Sampaikan
informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana yang mudah
dipahami. Hindari kata-kata manis (eufemisme) ataupun istilah-istilah kedokteran.
Lebih baik gunakan kata yang jelas seperti “meninggal” atau “kanker”. Jangan
meminimalkan keparahan penyakit. S ering-sering memberikan jeda setelah
penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien dapat memahami apa yang
disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang sesuai saat diskusi. Hindari
kalimat “Saya minta maaf” ata u “Maafkan saya” karena kalimat tersebut dapat
diniterpretasikan bahwa petugas medis bertanggung jawab atas apa yang terjadi, atau
bahwa semua ini karena kesalahan petugas medis. Lebih baik gunakan kalimat “
Maafkan saya ha rus menyampaikan pada Anda mengenai hal ini”. Beberapa kalimat
lain yang dapat dipilih untuk menyampaikan berita buruk:
a) “Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda terkena
kanker leher rahim”
b) “Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berd asarkan hasil
pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah meninggal”
c) “Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesua i dengan apa yang kita
harapkan. Hasil ini menunjukkan Anda pada stadium awal penyakit kanker”
d) “Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil b iopsi sumsum tulang
belakang menunjukkan putri Anda menderita leukemia”
Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa petugas
medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan petugas medis akan
terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan. Katakan mereka dapat
menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan lebih lanjut. Tentukan waktu
untuk pertemuan berikutnya.
Petugas medis juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat
pulang. Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat
pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa atau ingin
bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat memberikan dukungan
pada pasien?
7. Mengkomunikasikan Prognosis
Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana perjalanan
penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain mereka ingin mempunyai
kepastian tentang masa depan sehingga dapat merencanakan hidup mereka, atau
pasien merasa ketakutan dan berharap bahwa Petugas medis akan mengatakan
penyakitnya tidak serius.
d. Tahap Terminasi :
1. Melakukan Evaluasi tindakan
2. Melakukan rencana tindak lanjut dan jelaskan pada keluarga
3. Berpamitan
4. Cuci tangan dan Mendokumentasikan tindakan
e. Tahap Dokumentasi :
1. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
2. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya
a) Sikap Terapeutik
1) Berhadapan dan kontak mata
2) Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka dan rileks
3) Mempertahankan jarak terapeutik
b) Tehnik Komunikasi
1) Menggunakan bahasa dan kata – kata yang mudah dimengerti
2) Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat
Referensi:
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 2008. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3
EGC. Jakarta
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Terbit: No Revisi: Halaman
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR
STANDAR SPMI
MANAJEMEN NYERI Dr. Ns. Makkasau, M.Kes
1. PENGERTIAN
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu
medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief.
Management nyeri ini menggunakan pendekatan multi disiplin yang didalamnya termasuk
pendekatan far makologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.
Setiap oran g memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang
mun gkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan ke
mampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri.
2. TUJUAN
a. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut ( durasi nyeri berkurang )
b. Meminimalkan reaksi tak diinginkan
a. Masker
b. Handscoon
4. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Informed consent dilakukan
3. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Kontrak waktu dan kesiapan pasien/keluarga
c. Tahap Kerja:
1. Relaksasi napas dalam
a) Menjaga privasi pasien
b) Mempersiapkan posisi pasien : nyaman, tenang dan rileks, fokuskan fikiran.
c) Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada satu tangan di abdomen
d) Meminta pasien melakukan nafas dalam (menarik n afas dalam melalui hidung
hingga 4 hitungan, jaga mulut tetap tertutup, tahan dalam hitungan 2 ( Memi nta
pasien merasakan mengembangaya dada (cegah lengkung pada pung gung)
e) Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 8 hitungan (lewat mulut bibir
seperti meniup) (Meminta pasien merasakan m engempiskan dada dan kontraksi
dari otot
f) Menjelaskan kepada pasien untuk melakukan latihan ini bila mengalami sesak
nafas, nyeri dan kondisi tidak nyaman lain nya.
2. Massage
a) Menjaga privasi pasien
b) Atur pasien dalam posisi pronasi. Bila tidak bisa, dapat diatur dengan posisi
miring.
c) Letakkan sebuah bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga posisi yang
tepat
d) Tuangkan sedikit lotion ke tangan (tangan perawat). Usap kedua tangan sehingga
lotion akan rata pada permukaan tangan
e) Lakukan m asase pada punggung. Masase dilakukan de ngan menggunakan jari-
jari dan telapak tangan, dan tekanan yang halus.gunakan lotion sesuai kebutuhan
a) Tekhnik masase :
a) Selang seling tangan.
Masase punggung dengan tekanan pendek, cepat, bergantian tangan.
b) Remasan.
Usap otot bahu dengan setiap tangan anda yang dikerjakan secara
bersamaan.
c) Gesekan.
Masase punggung dengan ibu jari, dengan gerakan memutar sepanjang
tulung punggung dari sakrum ke bahu.
d) Eflurasi.
Masase punggung dengan kedua tangan, dengan menggunakan tekanan
lebih halus dengan gerakan ke atas untuk membantu aliran balik vena.
e) Petriasi.
Tekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda dengan arah
yang berlawanan dengan men ggunakan gerakan meremas.
f) Tekanan menyikat. Secara halus tekan pungg ung dengan ujung-ujung
jari untuk mengakhiri masase.
LABORATORIUM KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
Kode / No. Tanggal Terbit: No Revisi: Halaman
Disahkan Oleh
STANDAR OPERASIONAL Ka. STIKES Panakkukang
PROSEDUR
STANDAR SPMI
BERBAGAI TERAP I KOMPLEMENTER UNTUK Dr. Ns. Makkasau, M.Kes
PASIEN PALIATIF
1. PENGERTIAN
Terapi komlement er dikenal dengan terapi tradisional yang d igabungkan dalam
pengobatan modern (Smith et al., 2004).
Terapi komplementer untuk pasien paliatif adalah cara penan ggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai p endukung kepada pengobatan medis konven sional atau sebagai
pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvension al bagi klien yang sedang
menderita penyak it kronis dan sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya.
Obat – obat yang digunakan untuk terapi komplementer bersifat natural yaitu
mengambil bahan dari al am, seperti jamu – jamuan, r empah yang s udah dikenal (jahe,
kunyit, temu lawak dan sebagainya), contoh terapi dengan daun sirsak, kulit manggis, dll.
Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses
penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki
kekuatan penyembuhan, contoh terapi Banson, PMR, SEFT, terapi dengan daun sirsak untuk
pasien kanker, dll.
2. TUJUAN
a. Meningkatkan kepercayaan diri klien
b. Memberikan solusi kepada klien untuk semua keluhan yang dirasakan klien.
3. ALAT DAN BAHAN (jika diperlukan)
a. Masker
b. Handscoon
5. PROSEDUR
a. Tahap Pre Interaksi :
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat dan bahan
b. Tahap Orientasi :
5. Bina hubungan saling percaya
6. Informed consent dilakukan
7. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
8. Kontrak waktu dan kesiapan pasien/keluarga
c. Tahap Kerja:
1. Terapi Banson
a) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
b) Bantu pasien memilih kalimat spiritual yang akan digunakan :
1) Tahlil : Laa ilaaha illallaah (Tiada Tuhan selain Allah). b.Tasbih :
Subchaanallaah (Maha Suci Allah)
2) Istighfar : Astaghfirullaah-hal ’’adziim (Aku mo hon ampun kepada Allah
Yang Maha Agung).
3) Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)
4) Allahuakbar (Allah Maha Besar)
c) Instruksikan pasien untuk santai dan menutup mata Menarik nafas dalam melalui
hidung, dan jaga mulut tetap tertutup, hitungan sampai 3 tahan selama inspirasi,
dan keluarkan nafas melalui mulut .
d) Instruksikan pada pasien untuk mengendurkan otot-otot / Relaks.
e) Instruksikan pada pasien untuk Bernapas secara alamiah. Mulai mengucapkan
kalimat spiritual yang dipilih dibaca/ diucapkan secara berulang-ulang dan
khidmat.
f) Beritahu pada klien bila ada pikiran yang mengganggu, kembalilah fokuskan
pikiran.
g) Beritahu klien untuk melakukan point b-f dengan waktu 10 sampai 20 menit.
2. Terapi PMR
a) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
b) Instruksikan pasien untuk Menggenggam tangan kiri membuat suatu
kepalan.Rasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan kepalan perlahan-
lahan, sambil merasakan rileks selama ± 8 detik. Lakukan gerakan 2 kali. serupa
juga dilatihkan pada tangan kanan.
c) Instruksikan pasien untuk Menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang,
jari-jari menghadap ke langit-langit. Lakukan penegangan ± 8 detik, kemudian
relaksasikan secara perlahan-lahan, Lakukan gerakan ini 2 kali.
d) Instruksikan pasien untuk menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan
kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot bisep akan
menjadi tegang. Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali
e) Instruksikan pasien mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan
menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
f) Instruksikan pasien mengerutkan dahi dan alis sampai ototototnya terasa dan
kulitnya keriput, mata dalam keadaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot dahi
selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan
ini 2 kali.
g) Instruksikan pasien Menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
Lakukan penegangan otot ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan.
Lakukan gerakan ini 2 kali.
h) Instruksikan pasien menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot
rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut ± 8 detik, kemudian relaksasikan
secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini 2 kali.
i) Instruksikan pasien untuk Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut. Rasakan ketegangan otot-otot sekitar
mulut selama ± 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan. Lakukan
gerakan ini 2 kali.
4. Terapi SEFT
a) SET UP
1) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
2) Instruksikan pasien untuk Minum air putih diiringi do’a sepenuh hati dg
merasakan Cinta (Bismillah) & Syukur (Alhamdulillah)
3) Minta pasien untuk melepaskan jam tangan, perhiasan, mematikan hand
phone & menjauhkan diri dari alat-alat elektronik : menghindari energi toxin)
4) Instruksikan pasien untuk menekan titik nyeri ( didada sebelah kiri) atau
ditangan kiri atau kanan / karate chop dan mengucapkan kalimat set up
( do’a) yang sesuai dg masalah masing masing dg khusyu’ dan sepenuh hati
sebanyak 3x
Yaa Allah, meskipun saya merasa _______ (keluhan yang dirasakan),tapi
saya ikhlas menerima sakit/masalah saya ini dan saya pasrahkan kepada-Mu
kesembuhan saya / sepenuhnya”
b) Tune-In
Instruksikan pada klien untuk Merasakan sakit yg diderita, kemudian Pusatkan
pikiran kita pada rasa sakit itu, sembari mulut dan hati berdo’a
“ Ya Allah saya ikhlas menerima sakit saya ini dan saya pasrahkan kesembuhan
saya pada-MU “
c) Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik tertentu di
tubuh kita sambil terus Tune-In. titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari “The
Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak
pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
7. Tahap Terminasi :
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Menyimpulkan hasil tindakan kepada pasien
c. Tanyakan respon pasien setelah dilakukan tindakan
d. Rapikan alat dan bahan yang telah digunakan
e. Berpamitan
f. Mencuci tangan
8. Tahap Dokumentasi :
a. Catat prosedur dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan yang diambil pada
status pasien
b. Simpan kembali nampan dan alat yang dapat digunakan kembali pada tempat yang
seharusnya
Referensi: