DIARE
OLEH :
NIM: 20.300.0113
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
OLEH :
NIM: 20.300.0113
Mengetahui,
I.I.I Definisi
tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali
dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019). Diare adalah kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang
lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai
dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat
berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang
air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,
2016).
WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar
(BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga
kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan
a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik
berikut:
a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare
saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare
akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
defekasi atau kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit
lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
sindrompada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
d. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare toddler, merupakan penyebab diare kronis
Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan
yang tidak dicerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anakanak
dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada daearh dalam fesesnya
Gambar 2.1
Anatomo Fisiologi Pencernaan Sumber :
(Syaifuddin, 2016)
dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), lambung, usus halus dan usus
besar. Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrien yang
melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi). Sebelum
pencernaan.
a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan
yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu perbatasan antara
1) Vestibulum oris
Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian
mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik
2) Gigi
3) Lidah
b. Faring
c. Esofagus
kira kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah
d. Lambung
Fungsi lambung :
lambung.
3) Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor
e. Usus halus
f. Usus besar
1,5- 1,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang
tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus terbentang
Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput
dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum,
sigmoid.
1. Respon Tubuh
a. Sistem integument
b. Sistem Respirasi
c. Sistem Pencernaan
d. Sistem Muskoloskeletal
Kekurangan kadar natrium dan kalium plasma pada anak yang diare
e. Sistem Sirkulasi
Akibat dari daire dapat terjadi gangguan pada system sirkulasi darah
f. Sistem Otak
Sistem Eliminasi Warna tinja anak yang mengalami diare makin lama
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari
I.I.5 Etiologi
satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar
a. Factor Infeksi
berikut :
b. Factor malabsorbsi
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
1. Agens virus
(380C atau lebih tinggi), nausea atau Vomitus, nteri abdomen, disertai
infeksi saluran pernafasan atas dan diare dapat berlangsung lebih dari
1 minggu. Biasanya terjadi pada bayi usia 6-12 bulan, sedangkan pada
minum, air ditempat rekreasi (air kolam renang, dll), makanan. Dapat
menjangkit segala usian dan dapat sembuh sendiri dalam wakru 2-3
hari.
2. Agens bacteri
vomitus, BAB berupa cairan berwarna hijau dengan darah atau mucus
lainnya.
3. Keracunan Makanan
I.I.6 Patofisiologi
a. Factor infeksi
1) Virus
digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel
epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih
atrofi dan tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik.
meningkat.
2) Bakteri
bakteri Shigella sp, E.colli. diare ini bersifat selflimiting dalam waktu
kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak
b. Factor malabsorbsi,
1) Gangguan Osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap
terjadinya pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Hal ini
yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan
2) Gangguan sekresi
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
(Nursalam, 2008).
Akibat dari gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
yaitu berat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan ubun-
berikut:
Table 2.1
Penilaian derajat dehidrasi
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
Ringan/sedang
1. Lihat: Keadaan Baik,sadar Gelisah,rewel Lesu, lunglai atau
Umum sadar.
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering.
Air Mata Ada Tidak ada Tidak Ada
Mulut Dan Lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum Biasa tidak Haus, ingin Malas minum atau
haus Minum banyak tidak bisa minum
2. Periksa Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
Turgor kulit lambat.
3. Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Bila ada 1 Tanda Ditambah 1 Atau
1 atau lebih tanda lebih tanda lain
lain.
4. Terapi Rencana terapi Rencana Terapi Rencana Terapi
A B C
Tanda-tanda yang juga dapat diperiksa: timbang berat badan,ubun-ubun
besar, urine, nadi dan pernafasan atau tekanan darah. Sumber:depkes buku
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
- Komplikasi :
hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
4. Hipoglikemia.
a. Diare Akut
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
4) Demam
b. Diare Kronik
Tabel 2.2
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari
berlangsung kurang dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare yang sering dan banyak akan
cepat menimbulkan dehidrasi berat,
atau
- Diare dengan dehidrasi berat
selama terjadi KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja
positif untuk V. Cholera 01 atau
0139
Disentri Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi Diare apapun yang disertai gizi buruk
buruk
Diare terkait Mendapat pengobatan antibiotikoral
antibiotika (Antibiotic spectrum luas
Associated Diarrhea)
Invaginasi - Dominan darah dan lender dalam
tinja
- Massa intra abdominal (abdominal
mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada
bayi
Sumber: Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015
A. Test Diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
B. Penanganan/Pelaksanaan
1. Pembenaan cairan Pembenaan cairan pada pasien diare dangan
a. Memberikan ASI
3. Obat-obatan
c. Anti biotic
I.I.9 Komplikasi
metabolic),Karena:
3. Hiponatremia Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan
aman dan efektif untuk terapi darin hamper semua anak dengan
I.I.10 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
a. Jenis cairan
yang dikeluarkan.
keburtuhan cairan.
bila anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
(Ngastiyah, 2014).
B. Penatalaksanaan Keperawatan
larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan
dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur.
Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali perlu
dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
berikut:
1. Rencana terapi A
pemberian.
kunjungan ini.
b) Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diareanya
bertambah parah.
kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian lain yang harus
berak.
berak.
cairan / gelas.
ibu.
2. Rencana Terapi B
Penanganan dehidrasi ringan/sedang dengan oralit. Berikan oralit di
Tabel 2.3
Pemberian Oralit
Umur ≤4 bulan 4 - ≤ 12 bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5
tahun
Berat < 6 kg 6 -< 10 kg 10 - < 12 kg 12- 19 kg
Jumlah 200 -400 400-700 700 – 900 900-1400
Sumber : MTBS, 2011.
pedoman diatas.
lambat.
d) Setelah 3 jam
bungkus lagi
3. Rencana terapi C
Tabel 2.4
Pemberian Cairan
Pemberian Pemberian
Umur Pertama 30 mg Berikut 70 mg
ml/kg selama ml/kg selama
Bayi 1 jam 5 jam
(dibawah umur 12
bulan)
Anak 30 menit 2 jam
(12 bulan sampai 5
tahun)
ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangatlah lemah atau tidak
minum: biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan
melanjutkan pengobatan.
f. Jika anak bisa minum, bekali ibu larutan oralit dan tunjukan cara
1) Jika anak muntah terus atau perut makin kembung, beri cairan
lebih lambat.
melanjutkan pengobatan.
10 hari 1). Umur < 6 bulan : . tablet 2). Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet
1) Larutan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh
dosis penuh.
sebagai salah satu terapi suportif diare akut. Hal ini berdasarkan
masih diare, dan minum teh. besoknya jika kondisinya telah membaik
Hipersekresi air
dan Elektrolit Hiperperistaltik Malabsrobsi
lemak KH, protein
Penyerapan Meningkatkan
Isi usus tekanan makanan Osmotik
Diare
Mual, muntah
Hilang cairan dan Kerusakan
elektrolit integritas kulit
berlebihan Nafsu makan
menurun
Gangguan Ketidakseimbangan
Asidosis
keseimbangan cairan nutrisi kurang dari
metabolik
dan elektrolit kebutuhan tubuh
Sesak
Dehidrasi
Gangguan
pertukaran gas
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
Kekurangan Resiko syok
volume cairan (hiporvolemik
1. Pengkajian
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
1) Keluhan Utama
kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-
10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali
bercampur empedu.
5) Riwayat nutrisi
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang
2008).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Berat badan
sebagai berikut:
Tabel 2.4
Persentase Kehilangan Berat Badan
Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
Kehilangan berat badan
c. Kepala
d. Mata
e. Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
f. Telinga
h. Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
i. Thorak
1. Jantung
a. Inspeksi
b. Auskultasi
2. Paru -paru
1. Inspeksi
2. Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
3. Auskultasi
k. Ektremitas
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali
< 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2
l. Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
3 Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium >
5 mEq/L
2) Pemeriksaan urin
3) Pemeriksaan tinja
(Suharyono, 2008).
b. Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi
2. Radiologi
menjalani kolonoskopi
3. Pemeriksaan lanjutan
dari diare.
2014).
klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru
(Budiono, 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
efektivitas tindakan.
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang anda buat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi antara
(Budiono, 2016).
Dasar
dapat
ditentukan tercapai.
Ahmad Aniq Noor Mutsaqof, Wiharto S.T M.Kom, Esti Suryani S.Si
Amih Huda Nuraarif, S.Kep., Ns & Hardhi Kusuma, S.Kep., Ns. (2015).
Jakarta.
Jakarta.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Indonesia. Jakarta.
Behavior Theory.
Heri Saputro & Intan Fazrin . (2017). Anak Sakit Wajib Bermain di
Indonesia.Jakarta Selatan.
Jakarta Selatan.
Indonesia.Jakarta Selatan.
EGC.
Pada Dewasa.