CI LAHAN CI INSTITUSI
......................................... ......................................
2. ETIOLOGI
a. Diare akut
Infeksi Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
Infeksi Parasit : protozoa (Girdia lambdia, Entamoeba hystolitica, trikomonas
hominis, Isospora sp), Cacing (A lumbricoides, A. Duodenale, N.
Americanus, T. Trichiura, O. Vermicularis, S. Strecolaris, T.
Saginata, T. Sollium).
Infeksi Bakteri : yang memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E coli,
V cholera, C difficile) dan yang menimbulkan inflamasi mukosa
usus (Shinggela, Salmonella spp, Yersinia)
b. Diare kronik
Umumnya diare kronik dapat dikelompokkan dalam 6 kategori pathogenesis
terjadinya
- Diare osmotic
- Diare sekretorik
- Diare karena gangguan motilitas
- Diare inflamatorik
- Malabsorbsi
- Infeksi kronik
3. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus, menurut
Pearce (2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu:
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan
pipi. Bagian dalam yang terdiri atas rongga mulut. Didalam mulut terdapat lidah
yang merupakan organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada
proses mengunyah (mastikasih), menelan (deglution), bicara (spech) dan
pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu : glandula parotis, glandula
sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang
merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat
pengunyah dan bicara.
b. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang kira-kira
12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra cervikalis
VI hingga kebawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk
lalunya bolus (makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.
c. Esophagus (kerongkongan)
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari jaringan otot
yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung
yang merupakan lanjutan lambung.
d. Lambung
Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal dan
merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J ” terletak dibagian
atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma. Fungsi
lambung sebagai pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi, sebagai
bacteri sidoleh asam lambung HCL dan membantu proses penyembuhan eritrosid.
e. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai
muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak
sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus dibagi
menjadi :
1) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari. Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk sepatu
kuda melengkung kekiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Bagian kanan
terdapat selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding duodenum mempunyai
lapisan yang banyak mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi
getah intestinum yang disebut kelenjar brunner.
g. Anus
Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh tiga spinter
yaitu :
1) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak
2) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
3) Spinter ani ekstermus, bekerja tidak menurut kehendak
4. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat luka tanda gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun)
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
c. Kram abdomial
d. Demam
e. Mual dan Muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat
j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah sebagai berikut :
a. Diare Akut
Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba
frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius saluran nafas atas
atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laktasif). Diare
akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda
tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare Kronik
Diare kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi
dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali
diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang
memadai.
6. PATOFISIOLOGI
Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
macam kemungkinan faktor diantarannya :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi
perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus
dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
b. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang menyebabkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus
yang dapat isi meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan diare.
7. PATHWAY
Penyerapan makanan
Isi usus Meningkatkan tekanan
diusus menurun
osmotik
Diare
Mual muntah
Hilangnya cairan & Kerusakan integritas kulit
elektrolit berlebihan perianal
Nafsu makan menurun
9. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari diare menurut Suriadi (2001) adalah :
a. Hipokalemia ( dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah baradikardi
perubahan elektrokardiogram)
b. Hipokalsemia
c. Cardiac dysrhythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia.
d. Hiponatremi
e. Syok hipovolemik
f. Asidosis
g. Dehidrasi
c. Pengaturan diet
Asupan nutrisi sangat diperlukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
dan makanan tambahan guna mencegah efek buruk pada status gizi. Makanan
berserat di hindarkan dan pola pengaturan diet yang benar. Di awali dari makanan
lunak dan berkuah sampai padat berdasar pada perkembangan kondisi diarenya.
Buah-buahan segar diberikan terutama yang banyak mengandung mineral dan
memperhatikan kandungan seratnya.
d. Peningkatan kenyamanan
Kehilangan cairan tubuh dapat meningkatkan suhu tubuh yang berakibat penderita
merasa tidak nyaman dan perasaan haus. Rehidrasi baik secara oral maupun
parenteral akan membantu mencukupi kebutuhan cairan dan menurunkan suhu
tubuh. Tindakan lain dengan kompres dingin disekitar leher, lipat paha, ketiak
akan membantu mempercepat penurunan dan sensasi dingin akan menimbulkan
rasa kenyamanan. Feses yang keluar bersama cairan empedu dan cairan
pencernaan di lambung yang keluar terus menerus akan menimbulkan iritasi
dikulit daerah anus. Sensasi gatal dan perih dirasakan. Tindakan mencegah agar
daerah anus tetap kering dan kain pengalas tempat tidur yang bersih dan kering
akan memberikan rasa nyaman. Rasa nyeri diperut mengganggu kenyamanan
penderita kolaborasi pemberian obat anti biotik dan analgetik yang berfungsi
memperlambat peristaltik dilakukan dengan medis. Tugas pemberian obat yang
diberikan dilakukan dengan benar dan penjelasan fungsi dan efek serta manfaat
obat juga dilakukan pada penderita.
e. Perawatan ekskreta
Penularan diare terjadi secara fekal oral feses yang mengandung mikroorganisme
penyebab diare dilakukan pembersihan dan pengelolaan yang baik dan dibuang
pada tempat yang benar. Kebersihan alat dan bahan yang terkontaminasi perlu
mendapatkan perhatian yang khusus guna mencegah penularan. Personal higiene
penderita dilakukan dengan mandiri perawat atau melibatkan penderita dan
keluarga termasuk mandi, berpakaian, keramas, perawatan kuku, dan kebersihan
tempat tidur, serta ruang perawatan.
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu proses penting komponen asuhan
keperawatan bagi klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses yang dilakukan oleh
seorang perawat guna menggali masalah keperawatan yang diderita klien. Pada bahasan
klien dengan gangguan sistem penglihatan, maka perawat menggali informasi yang
berhubungan dengan sistem penglihatan guna menentukan diagnosa pada langkah
selanjutnya. Kegiatan menggali informasi tersebut harus sistematis, akurat dan menyeluruh
serta saling berhubungan. Pengumpulan data secara umum mutlak dilakukan oleh seorang
perawat dalam pengkajian keperawatan (Nursalam, 2002). Adapun macam data yang perlu
dikumpulkan oleh perawat adalah:
a. Data Subyektif
Data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara oleh perawat kepada klien
ataupun keluarga klien yang sifatnya tidak dapat diukur dengan jelas karena
merupakan suatu penilaian subyektif.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diukur hasilnya. Data obyektif diperoleh
melalui hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lainnya seperti hasil
pemeriksaan laboratorium. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan antara lain; (1) Riwayat Kesehatan, (2) Kajian per
Sistem, (3) Pengkajian Psikososial.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu.
Serta perlu dikaji pula riwayat kesehatan keluarga klien, apakah ada penyakit yang
diturunkan secara genetis atau tidak.
a. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat kesehatan yang berhubungan dengan sistem Pencernaan,
maka sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pencernaan seperti perubahan frekuensi dan konsistensi BAB.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi riwayat penyakit yang penuh diderita serta kebiasaan sehingga menimbulkan
gangguan pada sistem pencernaan. Sebagai contoh: melakukan anamnesa kepada
pasien mengenai apakah pernah mengalami gejala serupa sebelumnya, kemudian
apakah meiliki faktor alergi seperti alergi obat-obatan dan makanan. Tanyakan
kepada pasien apakah selalu makan makanan yang dapat memicu penyakitnya.
Apabila pasien mengeluhkan penyakitnya kambuh, tanyakan obat apa saja yang
pernah dikonsumsi sehingga sakitnya reda serta kapan terakhir kali rasa sakit itu
muncul.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kepada klien guna mengetahui apakah
ada potensi penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan secara genetis atau tidak.
Hal ini akan membantu perawat mengetahui sumber penularannya jika memang ada
penyakit serupa yang pernah terjadi dalam lingkup keluarganya.
d. Riwayat sosial
1) Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok
2) Tanyakan apakah didalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan sistem pernapasan.
e. Riwayat psikologis
1) Adakah perasaan cemas pada diri klien saat menghadapi suatu penyakit?
2) Kaji tingkat stres klien.
5. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksaan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan. Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien
selanjutnya, sampel tinja akan dibawah ke laboratorium untuk diteliti.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi inflamasi diusus.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan.
6. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
7. Ansietas berhubungan dengan Perubahan status kesehatan.
Peningkatan suhu lembab, tidak ada rasa haus Monitor vital sign
tubuh yang berlebihan Kolaborasi pemberian
Peningkatan frekwensi cairan IV
nadi Dorong masukan oral
Haus Dorong keluarga untuk
Kelemahan membantu pasien makan
Kolaborasi dengan
dokter
Hypovolemia
Management
Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
Dorong pasien untuk
menambah intake oral
Pemberin cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
Kerusakan integritas kulit Tissue Integrity : Skin and Pressure Management
berhubungan dengan Mucous Membranase Anjurkan pasien untuk
ekskresi/BAB sering. Hemodyalis akses menggunakan pakaian
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : yang longgar
Kerusakan lapisan kulit Integritas kulit yang baik bisa Hindari kerutan pada
(dermis) dipertahankan (sensasi, tempat tidur
Gangguan permukaan elastisitas, temperatur, Jaga kebersihan kulit
kulit (epidermis) hidrasi, pigmentasi) agar tetap bersih dan
Invasi struktur tubuh Tidak ada luka/lesi pada kulit kering
Perfusi jaringan baik Mobilisasi pasien (ubah
Menunjukkan pemahaman posisi pasien) setiap dua
dalam proses perbaikan kulit jam sekali
dan mencegah terjadinya Monitor status nutrisi
sedera berulang pasien
Mampu melindungi kulit dan Memandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan air
kelembaban kulit dan hangat.
perawatan alami
Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional status : Food and Nutrition Management
kurang dari kebutuhan fluid intake Kaji adanya alergi
tubuh berhubungan dengan Nutrional status : Nutrient makanan
penurunan intake intake Kolaborasi dengan ahli
makanan. Weight control gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik: jumlah kalori dan nutrisi
Kram abdomen yang dibutuhkan pasien
Nyeri abdomen Anjurkan pasien untuk
Bising usus hiperaktif meningkatkan intake Fe
Kurang makanan Anjurkan pasien untuk
Kurang informasi meningkatkan protein
D. Evaluasi
1. Gangguan pertukaran gas dapat diatasi
2. Diare dapat teratasi
3. Kekurangan volume cairan dapat diatasi
4. Kerusakan integritas kulit dapat diatasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi
6. Resiko syok dapat diatasi
7. Ansietas dapat diatasi.
E. Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman
(oralit)
2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun, dan mata cekung, turgor kulit
tidak elastis, membrane mukosa kering) dan segera dibawa kedokter.
3. Jelaskan obat-obatan yang diberi, efek samping dan kegunaannya,
4. Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi
yang terjadi.
5. Banyak minum air.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat (2006). Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Pearce, evelin C. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka utama.
Smeeltzer, S.C., Bare, B.G., (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Suriadi, Yulianti, R., (2001), Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I,
Tucker, SM., Canobbio, M.M., dkk, (1998), Standart Perawatan Pasien Proses
Keperawatan Diagnostik Dan Evaluasi, Alih bahasa : Yas Asih, Christantie, V61.4,
EGC, Jakarta.
Vivian, N. (2010), Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.
Wong. (2009), Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih bahasa Andry Harmono. Volume 2.