Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN AN. D DENGAN GANGGUAN


DADRS PADA ANAK DI RIS HOSPITAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :
HANAPI

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro


Program Studi Profesi Ners
Tangerang Selatan
Tahun 2022
A. Konsep Medis

1. Pengertian Diare

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang

air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih

banyak dari biasanya (Vivian, 2010). Diare merupakan suatu keadaan

pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai

dengan peningkatan volume, keenceran ,serta frekuensi nya lebih dari 3

kali sehari (Hidayat, 2006).

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui

feses. Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang

menyebabkan diare.Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih

jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare merupakan gangguan

transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012). Diare akut merupakan

penyebab utama keadaan sakit pada anak anak balita. Diare akut

didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba

frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas

(ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi anti biopik (donna L. Wong

let,2009).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih

lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam

24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai

pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja

normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari

normal menyebabkan dehidrasi.Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan

dan garam lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair

dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang hilang.Dehidrasi dapat

diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Nurmasarim, 2010).

Dari berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare

merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air

besar lebih dari tiga kali dalam sehari konsistensi cair atau lembek

dapat disertai darah maupun tidak dapat disertai dengan demam kadang

mual dan muntah dehidrasi dan badan terasa lemas diare dapat disebabkan

karena berbagai faktor seperti virus,bakteri,psikologi maupun makanan,

dan diare akut yaitu terjadi kurang dari 14 hari.

2. Etiologi Diare

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) diare dapat disebabkan oleh

beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi.

Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi

yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab


utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian

tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA)

tansilofaringitis bronkopnemonia dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi

karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa ) dan

monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan

bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein.

Makanan meliputi makanan basi beracun dan alergi.Psikologi meliputi

rasa takut dan cemas.

Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu

infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi,

keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.Penyebab yang sering

ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan

infeksi dan keracunan” (Depkes RI, 2011, hal.2).

Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena

infeksi bakteri, virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella,

Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,

Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromona.Virus yaitu Rotavirus,


Adenovirus, Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa

(Giardia, Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium

huminis, Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides

strercoralis, Schistosomal)

3. Tanda dan gejala Diare

Ciri-ciri anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3

kali, badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa

bibir kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak

dapat terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2014), diare dapat

bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat

sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari.Biasanya tidak

disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah

atau lendir pada feses.Demam bisa dijumpai bisa juga tidak.Gejala mual

dan muntah bisa dijumpai.Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan

cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya

kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik.Diare yang

bersifat inflamasi bisa berupa sekretori atau disentri.Biasanyadisebabkan

oleh patogen yang bersifat invasif.Gejala mual, muntah, disertai dengan

demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah dan

berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.


4. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah

1. Diare Akut

Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak

balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan

perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens

infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran

napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat

pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit

kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika

dehidrasi tidak terjadi.

2. Diare Kronik

Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya

frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit

lebih dari 14 hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis

seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan,

alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis,

atau sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.


5. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan Manusia

(pearce, 2009)

Gambar 2.1

Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai

anus, menurut Pearce (2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan

manusia yaitu:

a. Mulut

Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang

terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan

diantara gusi dengan bibir dan pipi.Bagian dalam yang tediri terdiri

atas rongga mulut.Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan

organ otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada proses
mengunyah (mastikasi), menelan (deglution), bicara (spech) dan

pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama yaitu :glandula

parotis, glandula sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah

terdapat pula gigi yang merupakan salah satu alat bantu sistem

pencernaan karena berperan sebagai alat pengunyah dan bicara.

b. Pharing

Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa,

panjang kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii

yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang

rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan

yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.

c. Esophagus ( kerongkongan )

Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri

dari jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea

dan bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.

d. Lambung

Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus

Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya

seperti huruf “ J “ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada

rongga abdomen dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai

pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi, sebagai


bacterisidoleh asam lambung HCL dan membantu proses

penyembuhan eritrosid.

e. Usus Halus

Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai

pylorus sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar

rongga abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang

kurang lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi :

1) Duodenum

Disebut juga usus dua belas jari.Panjang kira-kira 20 cm,

berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri.Pada lengkungan ini

terdapat pankreas.Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila

vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak

mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah

intestinum yang disebut kelenjar brunner.

2) Yeyenum dan Ileum

Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat

pada dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang dikenal

sebagai mesentrum.Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum

dengan perantara lubang orifisium ileosinkalis.Didalam tunica propria

(bagian dalam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan limfoid,

noduli lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau


berkelompok.Sementara di ileum plicae cirkulares dan villiakan

berkurang, sedangkan kelompok noduli lympathici akan menjadi

banyak, tiap kelompok berkisar antara 20 noduli lympathici.

Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri, yang menjadi tanda

khas ileum.Fungsi dari usus halus antara lain menerima zat-zat

makanan yang sudah dicerna, menyerap protein dalam bentuk asam

amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.

f. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun

seolah-olah seperti huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus,

panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis

sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens, colon

transversum, colon desenden dan sigmoideum.Fungsi usus besar

adalah untuk absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk masa

yang semisolid (lembek) disebut feses.


g. Anus

Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis

dindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :

1) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak

2) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendaki

3) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

6. Patofisiologi Diare

Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan

timbulnya diare adalah sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan

akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang

berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul

diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada

dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi

rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.

Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan

oleh berbagai macam kemungkinan faktor diantaranya :


1. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk


kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus
dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam

absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin

bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus

sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi

cairan dan elektrolit akan meningkat.

2. Faktor malabsorpsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang

menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat isi

meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.

3. Faktor makanan

Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik.Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan

yang kemudian menyebabkan diare.

4. Faktor psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik

usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan

yang menyebabkan diare.


7. PATHWAY DIARE
Invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin, dan atau
memproduksi sitotoksin

Masuknya nutrisi Iritasi saraf lokal

Nutrisi tidak dapat diabsorpsi Peningkatan motilitas usus

Nyeri abdominal
Peningkatan asam organik

Gangguan absorpsi nutrisi dan


Peningkatan tekanan osmotik cairan oleh mukosa intestinal

Sekresi air ke lumen intestinal

diare
diare

Peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan cairan dan


elektrolit Respon sistemik
Gangguan Respons psikologis
gastrointestinal misinterpretasi perawatan
Resiko syok hipovolemik dan penatalaksanaan
Peningkatan suhu tubuh
pengobatan
Mual, muntah, kembung,
Penurunan perfusi ke anoreksia
Hipertermi
ginjal
Kecemasan pemenuhan informasi
Asupan nutrisi tidak adekuat
Oliguri anuria
Defisiensi pengetahuan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Resiko gagal
ginjal akut Feses yang encer

Penurunan perfusi ke otak Penurunan perfusi serebral Respon injuri anus

Kekurangan volume cairan


(Muttaqin dan Sari, 2011)
8. Komplikasi Diare

Menurut Nelwan (2014),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis

(terjadi sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul

pertumbuhan bakteri diusus secara berlebihan, sindrom

malabsorbsi.Merupakan tanda awal pada inflammatory bowel

disease.Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom hemolitik-

uremikum” .

Sedangkan Menurut Suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh

tanpa adanya komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi

dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.

Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Hipernatremia, Hiponatremia,

demam, edema, asidosis, hipokalemia, illeus paralitikus, kejang,

intoleransi laktosa, muntah dan gagal ginjal.

9. Pemeriksaan Penunjang Diare

Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan

(2014) yaitu dengan pemeriksaan darahyang meliputi darah perifer

lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit (Na+, K+, C_).Analisa gas darah (bila

dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan toksik (C.

Difficile), antigen (E. Hystolitica).Fesesmeliputi analisa feses (rutin:

leukosit difeses. Pemeriksaan parasit :amoeba,hif). Pemeriksaaan

kultur.Pada kasus ringan, diare bisa teratasi dalam waktu <24 jam.
Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak teratasi

sehingga menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam, diare pada usia

lanjut, atau pasien dengan kondisi imun yang rendah (pasien dengan

penggunaan obat kemoterapi).

10. Pengobatan Diare

Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah

tuntaskan diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi

akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.

Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare

yaitu:

a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan

bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah

sayur, air matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit

yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi

rasa mual dan muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi

penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.Bila penderita

tidak minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk


mendapat pertolongan.Pemberian oralit didasarkan pada derajat

dehidrasi.

1) Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

2) Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.

3) Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas.Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus

diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2

menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan.Anak yang

lebih besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi muntah

hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan

misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini

dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.

b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide

dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan


hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding

usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian

diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama

dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian

diare pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare

harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian

Zinc pada balita:

1) Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

2) Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah

berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok

makan air matang atau air susu ibu, sesudah larut berikan pada anak

diare.

c. Teruskan pemberian air susu ibu dan makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan

gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh

serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum

air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang minum

susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6

bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan


padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan

sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu

pemulihan berat badan.

d. Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya

kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika

hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar

karena shigellosis), dan suspek kolera.

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi

nasehat tentang:

1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a) Diare lebih sering

b) Muntah berulang

c) Sangat haus

d) Makan/minum sedikit

e) Timbul demam

f) Tinja berdarah

g) Tidak membaik dalam 3 hari.

h)
B. Konsep Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu
nama klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab,
perkerjaan, agama. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat
kesehatan psikososial. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare
dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang
menyertai muntah, demam, nyeri abdomen, kondisi feses yang encer, lender
dan darah. Pengkajian riwayat dihubungkan dengan epidemiologi merupakan
pengkajian penting dalam menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor
resiko yang mungkin terjadi. Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan
makanan yang mungkin terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang
diketahui sebagai sumber infeksi enterik akan memberikan manifestasi
peradangan akut gastrointestinal yang dapat berbahaya sehingga harus di
lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat alergi pengunaan obat
pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang banyak mengandung
sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien biasanya mengalami
kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi tentang pendidikan
kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan kolaboratif
untuk menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan pemeriksaan medis
untuk dehidrasi. Pemeriksaan status dehidrasi esensial merupakan
pemeriksaan medis untuk menentukan kebutuhan pengganti cairan dalam
pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinik perawat yang dapat melakukan
perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam menentukan
jumlah cairan yang akan di berikan (Muttaqin & Sari, 2011).
Pemeriksaan fisik pada diare di mulai dengan inspeksi kaji dehidrasi
pada anak yang mengalami diare. Observasi penampilan umum dan warna
kulit anak. Pada dehidrasi ringan, anak dapat tampak normal. Pada dehidrasi
sedang mata mengalami penurunan produksi air mata atau lingkar mata
cekung. Membran mukosa juga dapat kering. Status mental dapat
diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat, yang di buktikan dengan
lesu atau latergi. Kulit mungkin tidak elastic atau menunjukan kekenduran,
menandai kuranya hidrasi. Distensi abdomen atau kecekungan mungkin
muncul. Haluaran urin juga dapat menurun jika anak mengalami dehidrasi.
Haluaran feses dapat digunakan untuk mengkaji warna dan konsistensi.
Inspeksi area perineal anal untuk adanya kemerahan atau ruam yang
berkaitan dengan peningkatan volume dan frekuensi defeksi. Auskultasi
bising usus untuk mengkaji adanya bising usus hipoaktif atau hiperaktif.
Bising usus hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi atau peritonitis.
Bising usus hiperaktif dapat mengindikasikan diare/gastrointestinal. Perkusi
abdomen perhatikan adanya abnormalitas. Adanya abnormalitas pada
pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau kronik dapat mengindikasikan
proses patologis. Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah dapat berkaitan
dengan gastrointeritas. Nyeri pantul atau nyeri tidak ditemukan saat palpasi.
Jika di temukan hal ini dapat di mengindikasikan apendisitis atau peritonitis
(Carman, 2016).

1. Diagnosa keperawatan

1) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan

kehilangan cairan aktif. Definisi: Penurunan cairan

intravaskuler, interstisial, dan atau intraselular.

2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kurang asupan makanan. Definisi: Asupan

nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. Definisi:

Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan


termoregulasi.

2. Intervensi keperawatan.
Diagnosa: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif. NOC: keseimbangan cairan. Setalah di lakukan tindakan
keperawatan selama 30 menit pasien akan. 1. Denyut nadi radial, 2.
Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, 3. Berat badan stabil, 4.
Turgor kulit, 5. Kelembaban membran mukosa. Kriteria hasil: 1.
Mempertahankan urin output sesuai dengan berat badan dan usia, 2. Vital
sign dalam batas normal, 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. NIC: 1).
Pertahankan status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat) dan
observasi keadaan umum, 2). Monitor vital sign, 3). Monitor tetesan infuse,
4). Anjurkan orang tua untuk menambah intake oral.
Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan. NOC: Status Nutrisi :
makanan dan cairan. Kode: 1008. Setelah di lakukan tindakan selama 45
menit pasien akan. 1. Asupan makanan secara oral, 2. Asupan cairan secara
oral. Kriteria Hasil: 1. Adanya peningkatan berat badan, 2. Tidak ada tanda
malnutrisi, 3. Tidak terjadi penurunan berat badan. NIC: 1) Kaji adanya
alergi makanan, 2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
C, 3) Yakinkan diet yang di makan mengandung tinggi serat untuk
mencegah kontipasi, 4) Monitor adanya penurunan berat badan, 5) Monitor
turgor kulit dan kulit kering, 6) Monitor mual muntah.
Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. NOC:
Termoregulasi. Kode: 0800. Setelah di lakukan tindakan keperawatan
selama 15 menit pasien akan. 1. Penurunan suhu kulit, 2. Melaporkan
kenyaman suhu. Kriteria hasil: 1. Suhu tubuh dalam batas normal, 2. Nadi
dan RR dalam rentang normal, 3. Tidak ada perubahan warna kulit. NIC: 1)
Monitor suhu sesering mungkin, 2) Monitor warna kulit dan suhu kulit, 3)
Monitor tekanan darah, nadi, RR, 4) Monitor tingkat kesadaran, 5) Kompres
pasien pada lipatan paha dan aksila.

3. Implementasi Keperawatan
Menurut Wong (2009) Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut
dapat dilaksanakan di rumah dengan pemberian pendidikan yang benar kepada
pengasuh anak tentang penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang
tepat. Pengasuh anak diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya
jumlah popok yang basah atau frekuensi berkemih, memantau cairan yang masuk
lewat mulut, dan menilai frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat
feses. Pendidikan yang berhubungan dengan terapi rehidrasi oral, termasuk
pemberian cairan rumatan dan penggantian kehilangan cairan

yang tengah berlangsung, merupakan masalah yang penting. Oralit harus diberikan
sedikit demi sedikit tetapi sering. Vomitus bukan kontraindikasi bagi pemberian
oralit kecuali jika gejala vomitusnya sangat besar. Informasi tentang pemberian
terus makanan yang biasa dimakan merupakan materi yang esensial. Orang tua
perlu mengetahui bahwa pada dasarnya jumlah feses akan sedikit lebih meningkat
ketika kita meneruskan pemberian makanan yang biasa dimakan anak dan
meneruskan pemberian cairan untuk menggantikan yang hilang lewat feses.
Manfaat yang berupa hasil akhir status gizi yang lebih baik dengan lebih sedikitnya
komplikasi dan lebih pendeknya lama (durasi) sakit lebih besar dari pada kerugian
akibat peningkatan frekuensi defekasi yang potensial terjadi. Kekhawatiran orang
tua harus dieksplorasi agar timbul kepatuhan dalam diri mereka untuk mengikuti
rencana penangannya.
Jika anak diare akut dan dehidrasi dirawat di rumah sakit, penimbangan
berat badannya harus dikerjakan dengan akurat di samping dilakukannya pemantauan
asupan dan haluaran cairan yang cermat. Anak dapat memperoleh terapi cairan
parenteral tanpa pemberian apapun lewat mulut (puasa) selama 12 hingga 48 jam.
Pemantauan pemberian cairan infuse merupakan fungsi primer keperawatan, dan
perawat harus yakin bahwa cairan serta elektrolit yang diberikan lewat infus tersebut
sudah memiliki konsentrasi yang benar, kecepatan tetesan harus diatur untuk
memberikan cairan dengan volume yang dikehendaki dalam periode tertentu dan
lokasi pemberian infuse harus dijaga.

Pengukuran keluaran cairan yang akurat merupakan tindakan esensial guna


menentukan apakah aliran darah renalnya cukup memadai untuk memungkinkan
penambahan kalium ke dalam cairan infus. Perawat bertanggung jawab atas
pemeriksaan feses dan pengambilan specimen bagi pemeriksaan laboratorium .
Perawat harus berhati-hati ketika mengambil san mengirimkan spesimen feses untuk
mencegah kemungkinan terjadinya penularan infeksi. Spesimen feses harus dibawa
ke laboratorium dalam wadah dan media yang tepat menurut kebijakan rumah sakit.
Tong spatel yang bersih dapat digunakan untuk mengambil specimen pemeriksaan
laboratorium atau dipakai sebagai aplikator untuk memindahkan specimen tersebut
ke dalam media kultur. Pemeriksaan pH, darah, dan zat preduksi dapat dilaksanakan
di unit perawatan.

Dukungan bagi anak dan keluarga meliputi perawatan dan perhatian seperti
yang diberikan kepada semua anak yang dirawat di rumah sakit. Orang tua harus
terus memperoleh informasi mengenai perkembangan kondisi anaknya dan
mendapatkan informasi mengenai kebiasaan tertentu yang perlu diperhatikan seperti
membasuh tengan dan menyingkirkan popok bekas, pakaian serta linen tempat tidur
(seprei, sarung bantal, selimut, dll) yang kotor dan benar. Setiap orang yang
mengasuh anak diare harus memahami mana daerah yang ’’bersih’’ dan mana
daerah yang ’’kotor’’ khususnya di dalam rumah sakit, karena kamar cuci
digunakan untuk banyak keperluan. Popok dan seprei linen yang kotor harus
dimasukkan ke dalam wadah yang disediakan di dekat tempat tidur pasien.

4. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut: Melaporkan pola defekasi normal, mempertahankan keseimbangan
cairan dengan mengonsumsi cairan peroral dengan adekuat, melaporkan tidak ada
keletihan dan kelemahan otot, menunjukkan membrane mukosa lembap dan turgor
jaringan normal, mengalami keseimbangan intake dan output, mengalami berat
jenis urine normal, mengalami penurunan tingkat ansietas, mempertahankan
integritas kulit. Mempertahankan kulit tetap bersih
setelah defekal. Tidak mengalami komplikasi, elektrolit tetap
dalam rentang normal, tanda-tanda vital dalam batas normal,
tidak ada distritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran
(Wong, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

2018. Buku Register Ruangan Kenanga RSUD Prof. W. Z. Johanes Kupang. Akton

Sharon. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Buku Bagan manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). 2015. Jakarta

Bulechek M. Gloria. 2016. Nursing Interventions Clasification. Edisi 6. Indonesia

Carman Susan. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Hassan Rusepno & Alatas Husein. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta

Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta

Moorhead Sue. 2016. Nursing Outcomes Clasification. Edisi kelima. Indonesia

Muttaqin arif dan Sari Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Salemba Medika

Nanda Diagnosis Keperawatan. 2017. Definisi & klasifikasi. Edisi 10. Indonesia.

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta

Riskesdas. 2018. Pengendalian penyakit dan penyehatkan lingkungan.

Wong, D. L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta : EG


FORMAT PENGKAJIAN KASUS

Tgl Masuk RS : Senin, 24 Okt 2022


Tanggal Pengkajian : Senin, 24 Okt 2022
Diagnosa Medis : Diare
No. RM : 00-10-25-26

A. Pengkajian

I. Biodata

Nama : An. B

Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 25 Desember 2020

Umur : 8 Bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Kp. Sambilawang Gang tekukur. Neglasari

Suku bangsa : Indonesia

II. Identitas Penanggung Jawab/Keluarga

Nama : Ny. D

Umur : 25 tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Kp. Sambilawang Gang tekukur. Neglasari


III. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan anaknya muntah 2x dan diare 3x dalam


sehari.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu pasien mengatakan anaknya diare kurang lebih tiga kali


dengan konsistensi cair, kemudian keluarga memeriksakan
anaknya ke bidan terdekat, namun tidak ada hasil. Pada tanggal
19 Mei 2021 pasien datang ke IGD RSUD dibawa oleh
keluarganya dengan keluhan diare kurang lebih delapan kali
dalam satu hari dengan konsistensi cair tanpa ampas, dan muntah
kurang lebih tiga kali dalam satu hari.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu pasien mengatakan anaknya baru kali ini mengalami diare.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang


menderita penyakit yang sama seperti pasien.

4.1 Genogram
Keterangan :

5. Riwayat Persalinan
1) Pre Natal Care

Ibu pasien selama hamil rutin kontrol ke bidan sebanyak 9


kali, imunisasi TT 1 kali, dan keluhan selama kehamilan
hanyalah mual muntah, mual muntah muncul pada trimester
awal.

2) Natal

Ibu pasien mengatakan melahirkan normal di klinik dengan


bantuan bidan lama persalinan kurang lebih 2 jam dan tidak
ada komplikasi setelah melahirkan.

3) Pos Natal

Ibu pasien mengatakan keadaan bayinya normal dengan berat


badan 3500 gram dengan panjan 48 cm.
6. Riwayat Imunisasi

REAKSI SETELAH
NO. WAKTU PEMBERIAN JENIS IMUNISASI
PEMBERIAN
1. BCG Pada usia 6 bulan Membentuk abses 1-2 bulan
2. DPT (I, II, III, 1V) Usia 3,4,5 bulan Demam 1 hari
3. Polio (I, II, III, 1V) Usia 3,4,5 bulan Tidak ada reaksi
4. Campak - -
5. Hepatitis Usia 0 bulan Tidak ada reaksi

IV. Data Pola Aktivitas Sehari-hari

No Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit

1 Nutrisi Selera makan sangat baik. Selera makan menurun.


Makanan 3× sehari dengan Makanan 2× sehari dengan
1 porsi bubur dihabiskan. ½ porsi bubur dihabiskan.
ASI tetap. Ibu pasien tetap
memberikan ASI.
2 BAB Frekuensi : 2x sehari Frekuensi : 5x sehari
Konsisten : Lembek Konsisten : Cair
Warna : Kuning Warna : Kuning kehijauan
Aroma : Khas feses Aroma : Khas feses
3 BAK Frekuensi : 2-3 kali sehari Frekuensi : 4-6 kali sehari
Warna : kuning bening Warna : kuning pekat
Bau : khas urine Bau : khas urine
4 Pola istirahat Tidur tidak teratur Tidur terganggu, tidak
dan tidur teratur
V. Riwayat Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sedang
2. Tingkat kesadaraan : Composmentis
3. Data Fisik :
Nadi : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 37,3 °C
BB : 6 kg
4. Head to toe
a. Kepala di dapatkan data : Bentuk mesorhapal, kulit kepala
bersih, rambut jarang, ubun-ubun cekung, tidak ada benjolan.
b. Mata di dapatkan data : Tampak cekung, sklera tidak ikterik,
konjungiva anemis.
c. Hidung di dapatkan data : Normal dan simetris tidak terdapat
lesi.
d. Mulut di dapatkan data : Mukosa bibir lembab dan tidak pucat.
e. Leher di dapatkan data : Dalam keadaan simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid.
f. Telinga di dadaptkan : Simetris, tidak ada tanda-tanda
peradangan, edema (-), gangguan pendengaran (-).
g. Dada di dapatkan data :
- Paru-paru
Inspeksi : Pengembangan seimbang
Palpasi : Fremitus rata antara kiri dan kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronchi (-), wheezing
(-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus codis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di Intercosta 5
Perkusi : Konfigurasi dalam batas normal
Auskultasi : reguler
Bunyi jantung : S1 dan S2 terdengar
h. Genitalia dan anus di dapatkan data : Lengkap tidak ada
kelainan, daerah sekitar genital lembab dan popok / pengalas
basah.
i. Ekstremitas Atas di dapatkan data : Tonus otot baik, akral
hangat, capillary refil ≤ 2 detik, tidak ada sianosis terpasang
infus di tangan kiri.
j. Kulit dan kuku di dapatkan data : Kulit bersih, tidak ada
laserasi, turgor kurang. dan kuku panjang.

VI. Pemeriksaan Diagnostik/Laboratorium

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil :

Test Result Reference Units


HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,30 11.00-13.00 gr%/L
Leukosit 11,40 6.00-18.00 ribu/mmk
Hematokrit 30,4 36.0-44.0 %
Trombosit 452,0 150.0-400.0 %

VII. Therapi

- Infus KAEN 3B 480/20/5 tetes/mnt.

- Oralit 50 cc tiap mencret.

-Pemberian Obat : Vit. BC 3 x ½ tab, Vit. B6 3 x ½ tab


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Analisa Data

Nama : An. B

No.CM : 00-10-25-26

TANGGAL DATA PENYEBAB MASALAH

(ETIOLOGI) (PROBLEM)

24 Oktober Ds: Virus, Parasit, Bakteri, Diare

2022 - Ibu klien mengatakan Mikroorganisme

BAB sejak 5 hari yang

lalu.

- Ibu klien mengatakan

BAB encer ± 5x sehari.


Infeksi pada sel
DO :

- Ku : Sedang,

composmentis

- Mukosa bibir kering


Berkembang diusus
- Tampak BAB encer ±

5x sehari.

- Muka tampak pucat.

- Turgor kulit kering.

- Klien tampak lemah Hipersekresi air dan


dan lemas.
elektrolit
- TTV

TD : 110/90 mmHg

Suhu : 37.3 °C

Nadi : 78 x/menit

RR : 22 x/menit Isi rongga usus

berlebihan

Diare

24 Oktober Ds: Kurangnya sumber Defisit Pengetahuan

2022 - Ibu pasien mengatakan informasi


Kurang Terpapar
tidak begitu paham Informasi

tentang penyakit

anaknya.

- Ibu pasien mengatakan


Defisit pengetahuan
tidak begitu paham

dengan pengobatan

alternative (Pemberian

cairan oralit).

DO :

- Pada saat ditanya


tentang diare ibu pasien
tidak bisa memberikan
jawaban dengan benar
tentang pengertian,
etiologi,
penatalaksanan.
- Ibu pasien tampak
bingung tentang cara
pemberian cairan oralit
pada anaknya.

II. Diagnosa Keperawatan

1. D.0020 Diare b.d Proses infeksi, inflamasi gastrointestinal.

2. D.0111 Defisit Pengetahuan b.d Kurang Terpaparnya Informasi


VIII. PERENCANAAN/INTERVENSI KEPERAWATAN

No// Diagnosa PERENCANAAN

Tgl Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1/ /24 Okt Diare b.d Proses Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi dan catat warna, 1. Membantu membedakan
keperawatan selama 1 x jumlah frekuensi dan penyakit individu dan mengkaji.
2021 infeksi, inflamasi
24 jam, mencapai konsistensi feses.
gastrointestinal.
kriteria hasil : 2. Anjurkan pasien untuk tirah 2. Istirahat menurunkan motilitas
1. Mempertahankan baring. usus juga menurunkan laju
turgor kulit. metabolisme bila infeksi.
2. Menjaga daerah 3. Auskultasi bising usus. 3. Untuk memantau adanya
sekitar rectal dari peningkatan atau penurunan
irtasi. bising usus.
3. Feses berbentuk cair, 4. Untuk memperbaiki situasi
4. Kolaborasi pemberian diet
BAB ± 5x sehari. nutrisi.
bagi pasien dengan tim gizi.

2/ /24 Okti Defisit Pengetahuan Setelah diberikan 1. Jelaskan tentang definisi 1. Meningkatkan pengetahuan dan
2022 b.d Kurang tindakan keperawatan penyakit diare, proses mengurangi cemas.
selama 1x 24 jam penyakit, dan tanda gejala.
Terpaparnya
diharapkan mencapai
Informasi.
dengan kreteria hasil 2. Tanyakan kembali 2. Mereview kembali apa yang
1. Orang tua mampu pengetahuan keluarga klien sudah diinformasikan.
menjelaskan kembali dan klien tentang penyakit
tentang penyakit prosedur keperawatan dan
anaknya. pengobatan.
2. Orang tua mampu
mendemostrasikan
tindakan cara
pembuatan oralit.
IX. PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI KEPERAWATAAN

Tanda
NO. Diagnosa
Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
DP Keperawatan tangan

24 Okt 2022/ 1. Diare b.d Proses - Menjelaskan pada orang tua pasien tentang pentingnya nutrisi,
dan penyebab anus anak lecet atau kemerahan.
infeksi, inflamasi
Hasil : Orang tua memahami dan dapat menyebutkan kembali
gastrointestinal.
tentang pentingnya nutrisi, dan penyebab anus anak lecet atau
kemerahan.
09.00 WIB - Menganjurkan pasien untuk tirah baring.
Hasil : Menganjurkan orang tua untuk mengganti popok dengan
Perawat
sering dan Menganjurkan untuk menghindari pemakaian tisu
Hanapi
pembersih komersial yang mengandung alcohol.
- Mengauskultasi bising usus
09.30 WIB Hasil : Suara bising usus 20 x/menit
- Berkolaborasi dengan tim gizi untuk merencanakan diet
makanan pasien.
Hasil : Diet yang rendah serat.
10.00 WIB
24 Okt 2022 2 Defisit - Menjelaskan kepada orang tua tentang pengetahuan penyakit
anaknya.
Pengetahuan b.d
Hasil : Orang tua memahami tentang apa yang perawat jelaskan.
Kurang
- Menanyakan kembali pada ibu apakah sudah paham tentang
10.10 WIB
Terpaparnya pemberian oralit pada anaknya.
Hasilnya : Orang tua sudah memahami dan mampu membuat
Informasi.
sendiri cairan oralit.
Perawat
Hanapi
10.15 WIB
X. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/ No Catatan Perkembangan Tanda
Jam .
Tanga
DP
n
25 Okt 2022/ 1. S:

09.00 WIB - Ibu pasien mengatakan anaknya BAB hari ini sudah Perawat
berkurang 2x sehari. Hanapi
O:
- kesadaran composmentis, terlihat lemas.
- TTV
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 79 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,0 °C
- Bisng usus 17x/menit
- Kulit lembab, mukosa mulut dan bibir lembab.
A:

- Masalah teratasi sebagian


P:

- lanjutkan intervensi

25 Okt 2022/ 2. S:

10.10 WIB - ibu pasien mengatakan sudah paham mengenai


penyakit diare anaknya.
Perawat
- Ibu pasien sudah mengerti cara pembuatan oralit.
Hanapi
O:

- Keluarga pasien mampu menjelaskan kembali


tentang penyakitnya.
- Ibu pasien tampak sudah memberikan cairan oralit
pada anaknya.

A:

- Masalah teratasi
P:

- Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai