Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

Holistik Nursing Therapy Bangsalsari

Disusun Oleh :

WENI CARINA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa :

Kasus Laporan Pendahuluan/Asuhan Keperawatan :

Ruang Praktik :

Rumah Sakit/ Lahan Praktik :

Jember, Februari 2023

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

…………………………………..… ………………………………………….
NIK/NIDN. NIK/NIDN.

KONSEP DASAR
DIARE

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar
yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
(Vivian, 2010).diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran ,serta
frekuensi nya lebih dari 3 kali sehari (Hidayat, 2006).
Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses.
Kelainan yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan
diare.Sedangkan kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare.
Pada dasarnya diare merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012).
Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak anak balita. Diare
akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran
kemih (ISK), terapi anti biopik (donna L. Wong let,2009).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau
lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara
untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24
jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
(Juffrie, 2010).
Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal
menyebabkan dehidrasi.Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih
besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan
dan garam yang hilang.Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering
menyertai diare (Nurmasarim, 2010). Dari berbagai pengertian diare diatas dapat
disimpulkan bahwa, diare merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan
frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari konsistensi cair atau
lembek dapat disertai darah maupun tidak dapat disertai dengan demam kadang
mual dan muntah dehidrasi dan badan terasa lemas diare dapat disebabkan
karenaberbagai faktor seperti virus,bakteri,psikologi maupun makanan, dan diare
akut yaitu terjadi kurang dari 14 hari.

2. Etiologi Diare
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) diare dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi
ada dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi yang
terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utamanya
terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar
alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis
bronkopnemonia dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida
(intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi
glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi yang paling berbahaya
adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan meliputi makanan basi
beracun dan alergi.Psikologi meliputi rasa takut dan cemas.

Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi


(disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.Penyebab yang sering ditemukan di
lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
keracunan” (Depkes RI, 2011, hal.2).

Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi


bakteri, virus dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli,
Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus,
Campylobacter aeromona.Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus,
Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,
Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis,
Strongyloides stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides strercoralis,
Schistosomal)

3. Tanda dan gejala Diare


Ciri-ciri anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali,
badan lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa bibir
kering, didalam feses bisa terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat
terlihat mata cekung dan menurut Nelwan (2014), diare dapat bersifat
inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat sekretorik (watery)
bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari.Biasanya tidak disertai dengan nyeri
abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau lendir pada
feses.Demam bisa dijumpai bisa juga tidak.Gejala mual dan muntah bisa
dijumpai.Pada diare ini penting diperhatikan kecukupan cairan karena pada
kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya kehilangan cairan yang
menyebabkan syok hipovolemik.Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa
sekretori atau disentri.Biasanyadisebabkan oleh patogen yang bersifat
invasif.Gejala mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat, dan
tenesmus, serta feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang
dapat dijumpai.

4. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah
1. Diare Akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
balita. Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens
infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran
napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat
pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit
kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare Kronik
Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari
14 hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi kekebalan, alergi
makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau
sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.

5. Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan Manusia


Anatomi fisiologi pencernaan manusia diawali dari mulut sampai anus,
menurut Pearce (2009), anatomi fisiologi sistem pencernaan manusia yaitu:
a. Mulut
Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas
dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan
bibir dan pipi.Bagian dalam yang tediri terdiri atas rongga mulut.Didalam
mulut terdapat lidah yang merupakan organ otot yang dilapisi mukosa,
merupakan alat bantu pada proses mengunyah (mastikasi), menelan
(deglution), bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat kelenjar air
utama yaitu :glandula parotis, glandula sublingualis, glandula
submaksilaris. Selain lidah terdapat pula gigi yang merupakan salah satu
alat bantu sistem pencernaan karena berperan sebagai alat pengunyah dan
bicara.
b. Pharing
Pharing atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa,
panjang kira-kira 12 cm, terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu
setinggi vertebra cervikalis VI hingga kebawah setinggi tulang rawan
cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus (makanan yang sedang
dicerna mulut) dan lalunya udara.

c. Esophagus ( kerongkongan )
Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari
jaringan otot yang terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan
bermuara pada lambung yang merupakan lanjutan lambung.

d. Lambung

Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus


Gastrointestinal dan merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti
huruf “ J “ terletak dibagian atas agak kekiri sedikit pada rongga abdomen
dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai pencernaan makanan secara
mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam lambung HCL dan
membantu proses penyembuhan eritrosid.

e. Usus Halus
Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus
sampai muara ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga
abdomen terletak sebelah bawah lambung dan hati, panjang kurang lebih 7
meter. Usus halus dibagi menjadi :
1) Duodenum
Disebut juga usus dua belas jari.Panjang kira-kira 20 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri.Pada lengkungan ini
terdapat pankreas.Bagian kanan terdapat selaput lendir yaitu papila
vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak
mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum yang disebut kelenjar brunner.
2) Yeyenum dan Ileum
Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum
merekat pada dinding abdomen posterior lipatan peritonium yang
dikenal sebagai mesentrum.Ujung bawah ileum berhubungan
dengan seikum dengan perantara lubang orifisium
ileosinkalis.Didalam tunica propria (bagian dalam tunica mukosa)
terdapat jaringan-jaringan limfoid, noduli lymphatici yang ada
sendiri-sendiri atau berkelompok.Sementara di ileum plicae
cirkulares dan villiakan berkurang, sedangkan kelompok noduli
lympathici akan menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara 20
noduli lympathici. Kumpulan kelompok ini disebut Plaque Payeri,
yang menjadi tanda khas ileum.Fungsi dari usus halus antara lain
menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein
dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk
emulasi lemak.

f. Usus Besar
Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun
seolah-olah seperti huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus,
panjangnya kurang lebih 140 cm terbentang dari valvula ileocaecalis
sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens, colon transversum,
colon desenden dan sigmoideum.Fungsi usus besar adalah untuk
absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid
(lembek) disebut feses.

g. Anus
Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar, terletak didasar pelvis
dindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :
1) Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak
2) Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendaki
3) Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis,samnolen,spoor,komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam.

7. Patofisiologi Diare

8. Pathway Diare
9. Komplikasi Diare
Menurut Nelwan (2014),“Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis
(terjadi sekitar 1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan
bakteri diusus secara berlebihan, sindrom malabsorbsi.Merupakan tanda awal
pada inflammatory bowel disease.Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau
sindrom hemolitik- uremikum” .
Sedangkan Menurut Suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh
tanpa adanya komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari
dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi
yang dapat terjadi yaitu Hipernatremia, Hiponatremia, demam, edema,
asidosis, hipokalemia, illeus paralitikus, kejang, intoleransi laktosa, muntah
dan gagal ginjal.

10. Pemeriksaan Penunjang Diare


Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph
dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses (colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat

11. Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan medis menurut Brunner & Suddart (2014):
a. Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada upaya mengontrol gejala,
mencegah komplikasi, dan menyingkirkan atau mengatasi penyakit
Penyebab
b. Medikasi tertentu (misalkan pemberian antibiotic, agens anti-imflamasi)
dan antidiare (misalkan pemberian loperamida (imodium)), defiknosilit
(limotil) dapat mengurangi tingkat keparahan diare.
c. Menambah cairan oral, larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan
d. Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah teridentifikasi atau
diare tergolong berat
e. Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang sangat
muda atau pasien lansia.
Terapi non farmakologi :
a) Terapi akupresur
b) Terapi air doa
c) Tetes madu propolis

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu nama
klien, umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab, perkerjaan, agama.
Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan psikososial.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi
dan feses menjadi cair. Keluhan lain yang menyertai muntah, demam, nyeri
abdomen, kondisi feses yang encer, lender dan darah. Pengkajian riwayat
dihubungkan dengan epidemiologi merupakan pengkajian penting dalam
menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor resiko yang mungkin terjadi.
Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang mungkin
terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi
enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal yang dapat
berbahaya sehingga harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat
alergi pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang
banyak mengandung sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien
biasanya mengalami kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi
tentang pendidikan kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan
kolaboratif untuk menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan
pemeriksaan medis untuk dehidrasi. Pemeriksaan status dehidrasi esensial
merupakan pemeriksaan medis untuk menentukan kebutuhan pengganti cairan
dalam pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinik perawat yang dapat
melakukan perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam
menentukan jumlah cairan yang akan di berikan (Muttaqin & Sari, 2011).
a. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi
juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan
 Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-
rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
 Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
 Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
 Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2) Perkembangan
a. Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
 Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
b. Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler
dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak
mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
c. Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
 Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
 Meniru membuat garis lurus (GH)

 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

 Melepasa pakaian sendiri (BM)


3) Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat >35x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat >40x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat >37,50C, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang >2 detik, kemerahan pada daerah
perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200- 400
ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa,
dan kemudian menerima

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut SDKI PPNI (2016) Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan Diare adalah :
a. Diare berhungan dengan proses infeksi (D.0020) ditandai dengan :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
- 1. Defekasi lebih dari tiga kali
dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Urgency 1. Frekuensi peristaltic meningkat
2. Nyeri/kram abdomen 2. Bising usus hiperaktif

b. Hipovolemi berubungan dengan kekurangan intake cairan (D.0023)


ditandai dengan :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
- 1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
8. Hematocrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Merasa lemah 1. Pengisian vena menurun
2. Mengeluh haus 2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
c. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kekurangan/kelebihan
volume cairan (D.0129) ditandai dengan:
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
- 1. Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan (D.0019) ditandai dengan :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
- 1. Berat badan menurun minimal
10% d bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Cepat kenyang setelah makan 1. Bising usus hiperaktif
2. Kram/nyeri abdomen 2. Otot pengunyah lemah
3. Nafsu makan menurun 3. Otot menelan lemah
4. Membram mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

e. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. infeksi)


(D.0130) ditandai dengan :
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
- 1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
- 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

3. Intervensi keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI
(2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah
sebagai berikut :
Tujuan dan Kriteria
Diagnose (SDKI) Intervensi (SIKI)
(SLKI)
Diare (D.0020) Setelah dilakukan Manajemen Diare (I.03101)
tindakan keperawatan Observasi
1x30 menit diharapkan - Identifikasi penyebab diare
Eliminasi fekal membaik (proses infeksi, malabsorpsi)
(L.04033) dengan kriteria - Identifikasi riwayat
hasil : pemberian makanan
Indikator SA ST - Monitor warna, volume,
Konsistensi 2 5 frekuensi, dan konsistensi
feses tinja
Frekuensi 2 5 - Monitor iritasi dan ulserasi
defekasi kulit di daerah perianal
Peritaltik 2 5 Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
(mis. larutasn garam gula,
oralit)
- Berikan jalur intravena
- Berikan cairan intravena, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara
usus bertahap
Keterangan : - Anjurkan menghindari
1 : Memburuk makanan pembentuk gas,
2 : Cukup memburuk pedas dan mengandung
3 : Sedang laktosa
4 : Cukup membaik Kolaborasi
5 : Membaik - Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmotilitik
(mis. papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
(D.0023) tindakan keperawatan (I.03116)
1x30 menit diharapkan Observasi
Status cairan membaik - Periksa tanda dan gejala
(L.03028) dengan kriteria hipovolemia (mis. frekuensi
hasil : nadi meningkat, nadi teraba
Indikator SA ST lemah, tekanan darah
Kekuatan 2 5 menurun, tekanan nadi
nadi menyempit, turgor kulit
Turgor kulit 2 5 menurun, membrane mukosa
Output urin 2 5 kering, volume urine

Keterangan : menurun, hematokrit

1. Menurun meningkat, haus dan lemah)

2. Cukup menurun - Monitor intake dan output

3. Sedang cairan

4. Cukup meningkat Terapeutik

5. Meningkat - Hitung kebutuhan cairan


- Berikan posisi modified
trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis. NaCL, RL)
Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan intergritas kulit
kulit (D.0129) tindakan keperawatan (I.11353)
1x30 menit diharapkan Observasi
Intergritas kulit dan - Identifikasi penyebab
jaringan meningkat gangguan intergritas kulit
(L.14125) dengan kriteria Terapeutik
hasil : - Ubah posisi tiap 2 jam
Indikator SA ST - Gunakan produk berbahan
Elastisitas 2 5 vaselin atau minyak untuk
Hidrasi 2 5 kulit kering
Keterangan : Edukasi
1 : Menurun - Anjurkan menggunakan
2 : Cukup menurun pelembab - Anjurkan Minum
3 : Sedang air yang cukup
4 : Cukup meningkat - Anjurkan meningkatkan
5 : Meningkat asupan nutrisi
Indikator SA ST - Anjurkan mandi dan
Kerusakan 2 5 menggunakan sabun
lapisan kulit secukupnya
Nyeri 2 5
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup Menurun
5. Menurun
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) tindakan keperawatan Observasi
1x30 menit diharapkan - Identifikasi status nutrisi
Status nutrisi membaik - Identifikasi alergi dan
(L.03030) dengan kriteria intoleransi makanan
hasil : - Identifikasi makanan yang
Indikator SA ST disukai
Berat badan 2 5 - Identifikasi kebutuhan kalori
Frekuensi 2 5 dan jenis nutrient
makan - Identifikasi perlunya
Nafsu makan 2 5 penggunaan selang
Bising usus 2 5 nasogastrik
Keterangan : - Monitor asupan makanan
1 : Memburuk - Monitor berat badan
2 : Cukup memburuk - Monitor hasil pemeriksaan
3 : Sedang laboratorium
4 : Cukup membaik Terapeutik
5 : Membaik - Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu

Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


(D.0130) tindakan keperawatan (I.15506)
1x30 menit diharapkan Observasi
Termoregulasi membaik - Identifikasi penyebab
(L.14134) dengan kriteria hipertermia (mis. dehidrasi)
hasil : - Monitor suhu tubuh
Indikator SA ST - Monitor haluaran urin
Suhu tubuh 2 5 Terapeutik
Suhu kulit 2 5 - Sediakan lingkungan yang
Keterangan : dingin
1 : Memburuk - Longgarkan atau lepaskan
2 : Cukup memburuk pakaian
3 : Sedang - Lakukan pendinginan
4 : Cukup membaik eksternal (mis. kompres
5 : Membaik dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: systematic
review penelitian akademik bidang Kesehatan Masyarakat. Makara
Kesehatan. Juni 2007: 1-10.Arikunto. 2010.
Depertemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Diakses 29
Maret 2016. Depertemen Kesehatan RI. 2009.
Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.
Jakarta: Ditjen PPM dan PL.
Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Ed. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Astutik. 2013.
Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika. BKKBN.2004. ASI Eksklusif
Turunkan Angka Kematian Bayi. Burton. 2011.
The effect of handwashing with water or soap on bacterial contamination of
hands. Int. J. Environ. Res. Public Health, 8 , 97- 104. doi:10.3390/
ijerph8010097.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat. Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat. Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat. Persatuan Perawat Indonesia.

Tatalaksana Penderita Diare. Diakses 4 Juli 2016.

Anda mungkin juga menyukai