Oleh :
Kelompok 5
1. IZHARYANTO SALEH
2. FIKRA NURAIN IBRAHIM
3. MAHARANI ALVIANTI MAYULU
4. TIARA TANTU
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya
tidak mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan
penyakit tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran.
Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare
dari opium. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan
salah satu masalah utama negara perkembang termasuk Indonesia.
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari, dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang
terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang
dari 2 minggu. Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400
kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di
Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap
tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah anak
dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang
menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5 tahun
meninggal setiap tahunnya.
Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing bagi masyarakat, karena
sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita penyakit ini.
Namun, angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan
anak-anak yaitu sebesar 23,2% di wilayah Surabaya. Kematian akibat diare
biasanya bukan karena adanya infeksi dari bakteri atau virus, tetapi terjadinya
dehidrasi pada diare hebat yang serius disertai dengan muntah–muntah,
sehingga tubuh akan kehilangan banyak cairan tubuh. Sehingga bisa berakibat
dehidrasi, asidosis, hipokalemia yang tidak jarang akan berakhir dengan
kejang dan kematian. Pada bayi dan anak-anak kondisi ini lebih berbahaya
karena cadangan intrasel dalam tubuh mereka kecil dan cairan ekstrasel lebih
mudah dilepaskan jika dibandingkan orang dewasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dasar diare
1. Pengertian diare
diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa
darah dan/atau lender dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan
dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat. Diare adalah feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk. diare adalah
defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau
lender dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare yang
terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare
adalah feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk. Gastroenteristis
didefinisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Diare
adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3
kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi (feses
cair).Diare adalah feses keluar dengan cepat dan tidak berbentuk.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang diare,
dapat disimpulkan bahwa diare adalah peningkatan frekuensi defekasi (BAB)
yang melebihi tiga kali dalam sehari yang terjadi secara tiba-tiba dengan
konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir
dan darah atau lendir saja, biasanya disebabkan oleh infeksi(virus,bakteri,parasit)
yang menyerang saluran gastrointestinal.
2. Anatomi fisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan orga aksesori,
secara otomatis saluran pencernaan atas dua bagian yaitu saluran pencernaan
atas yang mulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ aksesori
yang terdiri atas hati, kandung empedu, dan pancreas.
a. Anatomi
anatomi saluran pencernaan adalah sebagai berikut :
1. Mulut
c. Penyakit Infeksi
Otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih.
4. Patofisiologi
mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya pada peristaltikusus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya juga
akan timbul diare.
5. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis menurut Suriadi & Yuliani (2006) pada kasus
gastroenteritis akut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan orofekal seperti air,
makanan dan tangan yang teremar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab
harus difokuskan pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif
adalah sebagai berikut:
a. Pemberian ASI eksklusif (pemberian makana berupa ASI saja pada
bayi umur 4-6 bulan)
b. Menghindari penggunaan susu botol.
c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan
perkembangbiakan bakteri).
d. Penggunaan air bersih untuk minum.
e. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses
bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan.
f. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.
.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali
sehari, dengan tau tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang
terjadi mendadak pada orang yang sebelunya sehat dan berlangsung
kurang dari 2 minggu. Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200
– 400 kejadian di antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan
demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta
kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita
ini adalah anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena
dehidrasi. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000
anak di bawah umur 5 tahun meninggal setiap tahunnya.