Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena angka kesakitan masih tinggi dan
berpotensi menyebabkan kematian, terutama apabila penanganan
penderitanya terlambat dilakukan.
Di Kabupaten Sukoharjo atas dasar laporan dari semua Puskesmas
kebanyakan penderita diare adalah anak balita. Puskesmas Bendosari
termasuk salah satu Puskesmas yang jumlah kasus diarenya cukup tinggi,
Data tahun 2008 jumlah penderita diare 799 orang, 304 (38%) penderita
berasal dari desa Toriyo. Dari jumlah tersebut 146 (48%) adalah anak
balita, tetapi tidak ada kematian. Pada penderita diare, zat-zat makanan
yang masih diperlukan tubuh terbuang bersamaan dengan terjadinya
dehidrasi. Oleh karena itu, apabila anak balita sering mengalami diare,
maka pertumbuhannya tidak dapat berlangsung secara optimal.
Etiologi diare yaitu Rotavirus, Escheria coli, Shighella,
Campylobacter jejuni, Vibrio cholerae, Salmonella sp (non tifoid),
Yersinia sp, Vibrio para haemolyticus, Giardia lamblia, Entamoeba
histolytica, Cyptosporodium. Sedangkan yang bukan mikroba ialah
makanan, allergi dan malnutrisi. Diare bisa terjadi dipengaruhi oleh: (a)
diberi atau tidak ASI (air susu ibu), (b) pemberian makanan pendamping,
(c) penggunaan air bersih, (d) kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan, menyiapkan makanan dan sesudah buang air besar, (e)
penggunaan jamban untuk buang air besar, dan (f) status imunisasi
campak
Faktor budaya dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu
dicermati, karena pada kenyataannya kebiasaan masyarakat pedesaan
masih belum sesuai dengan pedoman PHBS dari Dep.Kes. Pengertian
budaya adalah pikiran, akal budi, hasil adatistiadat sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sukar diubah.

1
Berdasarkan pengamatan pedahuluan, keadaan lingkungan desa
Toriyo kurang memenuhi syarat kesehatan. Saluran pembuangan air sering
tidak mengalir, dan ditemukan tinja, oleh karena itu perlu dilakukan suatu
kajian apakah kejadian diare yang cukup tinggi di desa tersebut
berhubungan dengan kondisi lingkungan yang buruk, dan kebiasaan yang
tidak sehat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara
sanitasi lingkungan dan faktor budaya dengan kejadian diare di desa
Toriyo.
Penelitian ini explanatory research dengan rancangan cross
sectional study, dengan populasi ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai
anak balita, sebanyak 685 orang di desa Toriyo dengan jumlah sampel 68
orang, dengan pengambilan sampel secara cluster berdasarkan wilayah
RT, menurut monogram Harry King.
Variabel bebas sanitasi lingkungan yang terdiri (a) sumber air
bersih, (b) kepemilikan jamban dan faktor budaya yang terdiri dari (a)
penggunaan air minum, (b) kebiasaan BAB, (c) Kebiasaan cuci tangan
dengan sabun, (d) penanganan diare, variabel terikat adalah kejadian
diare.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana laporan pendahuluan dan konsep asuhan keperawatan diare


pada anak?
1.3 TUJUAN MASALAH
Tujuan umum
1. Untuk mengetahui bagaimana laporan pendahuluan dan konsep
asuhan keperawatan diare pada anak.

Tujuan khusus

1. Mampu menjelaskan apa saja laporan pendahuluan diare pada


anak.
2. Mampu menyusun asuhan keperawatan diare pada anak.
1.4 MANFAAT MASALAH

2
Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan gambaran tentang diare
pada anak bagi mahasiswa perawat.

BAB II

KAJIAN TEORI

Laporan Pendahuluan

2.1 Definisi
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Ridha,
2014).
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa darah dan/atau lendir dalam feses (Riyadi & Suharsono, 2010).
Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari
biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Nursalam, DR,
Susilaningrum Rekawati, 2008).

2.2 Anatomi Fisiologi


a. Menurut Sodikin (2011) anatomi saluran pencernaan adalah sebagai
berikut :
1. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Mulut
di batasi oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus
businatorus, bagian atasnya terdapat palatum yang
memisahkannya dari hidung dan bagian atas faring.
2. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya
dilapisi dengan membrane mukosa, lidah pada neonates relative
pendek dan lebar. Lidah menempati kavum oris dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring.

3
3. Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda-beda. Selpertama adalah gigi primer ( gigi
susu atau desidua), yang bersifat sementara dan tumbuh melalui
gusi selama tahun pertama dan tahun kedua kehidupan; selanjutnya
set kedua atau set permanen, menggantikan gigi primer dan mulai
tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari
kartilago krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya
bertambah selama 3 tahun setelah kelahiran, selanjutnya kecepatan
pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa yaitu 23-30
cm.
5. Lambung
Lambung dewasa ditemukan pada lambung fetus sebelum lahir.
Kapasitas dari lambung antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat
sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu ke-2, sekitar 10 ml
pada bulan pertama, dan rata-rata pada orang dewasa kapasitasnya
1000 ml.
6. Usus Kecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Usus
kecil memiliki panjang 300-350 cm saat lahir, mengalami
peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.
Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu
sekitar 7,5-10 cm dengan diameter 1-1,5 cm.
7. Usus Besar
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon assenden, kolon
transversum, kolon denden dan kolon sigmoid. Panjang usus besar
bervariasi, berkisar sekitar ±180cm.
8. Hepar

4
Hati merupakan glandula paling besar dalam tubuh dan memiliki
berat ±1.300-1.500 gram. Hepar berwarna merah cokelat, sangat
vascular, dan lunak.
9. Pankreas
Pankreas terletak tranversal diperut bagian atas, antara duodenum
dan limpa dalam retroperitonium.
10. Peritonium
Peritonium merupakan membrane serosa yang tipis, licin, dan
lembab yang melapisi rongga peritoneum dan banyak organ perut
seperti cavum abdomen dan pelvis.
b. Fisiologi
Fisiologi pencernaan terdiri atas rangkaian proses memakan (ingesti) dan
sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaan. Getah pencernaan
membantu pencernaan atau digesti makanan, hasil pencernaan akan
diserap ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi, digesti, dan
absorbsi terjadi secara berkesinambungan pada saluran pencernaan, mulai
dari atas yaitu mulut sampai ke rectum. Mastikasi merupakan pengunahan
atau pemecahan partikel makanan yang besar oleh gigi dan mencampur
makanan, kemudian dilembapkan oleh glandula salivary untuk membentuk
bolus (masa berlapis saliva). Menelan (deglusiti) merupakan suatu respon
reflex yang disebabkan oleh impuls aferen di dalam nervus trigeminus,
glosofaringeus dan vagus. Defekasi sebagian bersifat reflex dan sebagian
lain merupakan aktivitas volunteer.

2.3 Etiologi
Menurut (Riyadi & Suharsono, 2010) penyebab diare yaitu sebagai
berikut :
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit
maupun virus. Penyebab lain adalah vaksin dan obat, nutrisi enternal
diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal atau
berbagai kondisi lain.

5
1. Infeksi bakteri : vibrio, escherichia coli, salmonella, shigella,
campylobacter, yershinia dan lain-lain.
2. Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, retrovirus.
3. Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia
lambia, tricomonas hominis), jamur (candida albicans)

Penyebab utama adalah beberapa kuman usus penting yaitu rotavirus,


escherichia coli, shigella, cryptosporidium, vibro cholerae dan salmonella
(Depkes RI, 1998).

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan


resiko terjadinya diare yaitu
1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan. Resiko menderita diaret berat beberapa kali lebih besar
pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
2. Menggunakan botol susu yang tidak bersih. Penggunaan botol susu ini
memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses dan
sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan kedalam botol yang tidak
bersih, terjadi kontaminasi kuman dan bila tidak segera diminum,
kuman dapat berkembang biak didalamnya.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Penyimpanan makanan
yang sudah masak untuk digunakan kemudian memudahkan
pencemaran, salah satunya melalui kontak dengan permukaan
peralatan yang terpajan. Jika makanan disimpan beberapa jam pada
suhu kamar, kuman dapat berkembang biak didalamnya.
4. Penggunaan air minum tercemar bakteri yang berasal dari feses. Air
mungkin terpajan pada sumbernya atau pada saat disimpan dirumah.
Pencemaran dirumah dapat terjadi jika tempat penyimpanan tidak
tertutup atau jika tangan tercemar kuman saat kontak dengan air
sewaktu mengambilnya dari tempat penyimpanan.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
feses atau sebelum memasak makanan dan memakan makanan.

6
6. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Feses bayi
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang
dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia (Sodikin, 2009)

2.4 Manifestasi klinis


Pasien yang mengalami diare akut akibat infeksi sering mengalami
naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang, demam dan diare. Terjadinya
renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan cairan menyebabkan
pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit
menurun, serta suara serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis
metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasan kussmaul) (Riyadi & Suharsono, 2010).

2.5 Klasifikasi
Menurut (Nursalam, DR, Susilaningrum Rekawati, 2008) klasifikasi
penyakit diare adalah :
1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada bayi dan anak yang
berlangsung paling lama 3-5 hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.
4. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.

2.6 Komplikasi
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap distritmia jantung
akibat hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (kehilangan
kalium). Pengeluaran urine kurang dari 30 ml/jam selama 2-3 hari
berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan anoreksia
serta mengantuk karena kadar kalium darah dibawah 3.0 mEq/ liter (SI : 3
mmol/L), harus dilaporkan, penurunan kadar kalium mneyebabkan

7
distritmia jantung (takikardia atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan
konstraksi ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian (Riyadi
& Suharsono, 2010)

2.7 Patofisiologi
Diare disebabkan oleh beberapa faktor penyebab seperti makanan,
rangsangan maupun gangguan dari mobilitas usus. Pada mkanan atau zat
yang tidak diserap omo akan menyebabkan peningkatan osmotik rongga
usus dan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus. Hal ini
dapat memicu terjadinya diare. Rangsnagan tertentu (racun/toksin) ini
akan meningkatkan sekresi air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
memicu diare. Selain itu gangguan mobilitas usus menyebabkan 2 efek
yaitu hipo peristaltik dan hiper peristaltik. Hipo peristaltik ini merupakan
menurunnya frekuensi peristaltik pada usus sehingga dapat menyebabkan
bakteri untuk tumbuh dan berkembang sedangkan hiper peristaltik
merupakan meningkatkan frekuensi peristaltik usus yang dapat
menyebabkan absorbsi makanan yang berlebih yang menyebabkan
konsistensi kotoran menjadi cair. Efek dari diare meliputi hospitalisasi
yang mengakibatkan kecemasan karena disebabkan oleh beberapa faktor
seperti perpisahan, lingkungan asing dan prosedur yang berlaku di rumah
sakit. Adanya masalah pada sistem integumen menyebabkan terjadinya
penurunan turgor kulit, elastisitas menurun, serta mengakibatkan resiko
gangguan integritas kulit. Pada sistem eliminasi, frekuensi BAB lebih dari
3 kali sehari yang mengakibatkan dehidrasi serta terjadinya lecet pada
anus ini berisiko terjadinya infeksi. Kehilangan air dan elektrolit ini pasti
terjadi yang mengakibatkan dehidrasi berat dan terjadinya defisit volume
cairan. Makanan sering dihentikan, Pengenceran susu yg terlau lama,
Absorpsi makanan kurang baik, Membran mukosa pucat, tidak minat
makan, mual muntah yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi

8
2.8 Pathway

9
2.9 Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
a. Jenis cairan.
Pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit. Diberikan
cairan ringer laktat bila tidak terjadi dapat diberikan cairan NACl
isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 5o cm.
b. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan.
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Rute pemberian cairan pada orang dewasa dapat dipilih oral/IV.
d. Jadwal pemberian obat.
Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan
metode Daldiyono diberikan 2 jam pertama (Ridha, 2014).
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi.
Secara klinis, tentukan jenis diare koleriform atau disentriform.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.
3. Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas
pertimbangan yang rasional. Antimotalitas dan sekresi usus seperti
loperamic, sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella, shigela
dan koletis pseudomembran karena akan memperburuk diare yang

10
diakibatkan bakteri entroinvansif akibat perpanjangan waktu kontak
antara bakteri dengan epithel usus.
4. Terapi definitif
Pemberian edurasi yang jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan. Hygine perorangam, sanitasi lingkungan dan imuniasi
melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi (Ridha,
2014).

2.10 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan AGD, elektrolit, ureum, kreatin, dan berat jenis, plasma
dan urine.
3. Pemeriksaan urine lengkap.
4. Pemeriksaan feces lengkap
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik (Ridha, 2014).

Konsep Asuhan Keperawatan

2.11 Pengkajian
Menurut doengoes (2000) anamnesa terhadap pasien diare dibagi menjadi :
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Riwayat perjalanan penyakit
Riwayat perjalanan penyakit yang ditemukan adalah lamanya
diare (biasanya berlangsung 1-2 hari), frekuensi BAB lebih dari
3 kali dalam sehari, volume fese kurang lebih jumlahnya 250 mg
dalam sehari, bau feses amis atau busuk, pasien panas, muntah,
dan ekjang, BB selama menderita diare cenderung menurun.
Untuk mengetahui berat abdan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antropometri (TB,BB,Lingkar kepala).
2. Data subyektif

11
Data subyektif yang didapat yaitu mengeluh BAB cair, lemas,
gelisah, mual muntah, anoreksia, badan pas, frekuensi BAB cair
dalam sehari lebih dari 3 kali, adanya riwayat reaksi alergi
terhadap suatu zat, makanan atau minuman, atau lingkungan dan
adanya kebiasaan, dan pola makan anak seperti makan makanan
terbuka, suka makan makanan pedas.
3. Data obyektif
Data obyektif yang ditemukan yaitu mata cekung, ubun-ubun
besar, dan cekung, turgor kulit kurang dan kering, lidah, bibir
dan mukosa kering, konsistensi feses cair, peningkatan suhu
tubuh, penurunan BB, dan pasien tampak lemah dan lemas.
b. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis,
somnolen, dan kadang soporokomateus
2) Keadaan umumnya sedang atau lemah
3) Tanda-tanda vital
Pada dehidrasi berat dapat terjadi ranjatan hipovolemik dengan
tekanan darah menurun (misalnya 90/40 mmHg), nadi takikardia,
suhu meningkat, respirasi cepat (takipnea) jika terjadi dehidrasi
akut dan berat karena adnaya compensasi asam basa.
4) Pemeriksaan head to toe
Pada pemeriksaan head to toe penderita diare ditemukan ubun-
ubun yang besar dan agak cekung, rambut rontok atau merah
karena mal nutrisi, mata agak cekung, mukosa kering, bibir pecah-
pecah dan sianosis, lidah kering, tulang pipi menonjol, dan wajah
tampak pucat, umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
dan dapat juga menimbulkan aritmia jantung. Temuan lain dapat
dilihat dari pemeriksaan pada abdomen yaitu umumnya simetris,
tidak ada lesi, terdapat bunyi tympani (kembung), umumnya ada
nyeri tekan pada perut yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang
peut, dan bising usus > 30 kali/menit. Pada anus terjadi iritasi,

12
kemerahan pada daerah sekitarnya, kekenyalan kulit sedikit kurang
dan elastisitas kembali setelah 1-2 detik.

2.12 Diagnosa keperawatan.


1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB
sering.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Risiko infeksi dengan faktor risiko gangguan peristaltis

2.13 Rencana Keperawatan

No NOC NIC
dx
1 Setelah diberikan asuhan Fluid management
keperawatan selama ...x 24 jam - Monitor status nutrisi
diharapkan fluid balance dengan - Dorong masukan oral
kriteria hasil : - Berikan penggantian
- Mempertahankan nesogatrik sesuai output
urine output sesuai - Dorong keluarga untuk
dengan usia dan BB, membantu pasien makan
BJ urine normal, HT - Tawarkan snack (jus buah,
normal. buah segar)
- Tekanan darah, nadi, - Kolaborasi dokter jika

13
suhu tubuh dalam tanda cairan berlebihan
batas normal. muncul meburuk
- Tidak ada tanda- - Kolaborasikan pemberian
tanda dehidrasi, cairan intravena IV
elastisitas turgor - Atur kemungkinan
kulit baik, tranfusi
membrane mukosa - Persiapan untuk tranfusi
lembab, tidak ada Hypovolemia Management
rasa haus yang - Monitor status cairan
berlebihan. termasuk intake dan
output cairan
- Monitor tingkat Hb dan
hemotokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Pelihara IV line
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal

2 Setelah diberikan asuhan Pengecekan kulit


keperawatan selama ...x 24 jam - Monitor warna dan suhu
diharapkan integritas kulit membaik kulit
dengan kriteria hasil : - Amati warna kehangatan,
- Integritas kulit ysng bengkak, tekstur, edema,

14
baik bisa dan ulserasi pada
dipertahankan ekstremitas
(sensasi, elastisitas, - Monitor kulit untuk
temperatur, hidrasi, adanya kekeringan yang
pigmentasi). berlebihan dan
- Tidak ada luka/lesi kelembaban
pada kulit. - Gunakan alat pengkajian
- Perfusi jaringan untuk mengidentifikasikan
baik. pasien berisiko mengalami
- Menunjukkan kerusakan kulit (skala
pemahaman dalam braden)
proses perbaikan - Ajarkan keluarga/pemberi
kulit dan mencegah asuhan mengenai tanda-
terjadinya cedera tanda kerusakan kulit
berulang. dengan tepat
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami.

3 Setelah diberikan asuhan Nutrition Management


keperawatan selama ...x 24 jam - Kaji adanya alergi
diharapkan nutrisi seimbang dengan makanan
kriteria hasil : - Kolaborasi dengan ahli
- Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
dengan tujuan yang dibutuhkan pasien
- Berat badan ideal - Anjurkan pasien untuk
sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
badan - Anjurkan pasien untuk
- Mampu meningkatkan protein dan

15
mengidentifikasi vitamin C
kebutuhan nutrisi - Berikan substansi gula
- Tidak ada tanda - Yakinkan diet yang
malnutrisi dimakan mengandung
- Menunjukkan tinggi serat untuk
peningkatan fungsi mencegah konstipasi
pengecapan dari - Berikan makanan yang
menelan terpilih (sudah
- Tidak terjadi dikonsultasikan dengan
penurunan berat ahli gizi)
badan yang berarti - Ajarkan pasien bagimana
membuat catatan makanan
harian
- Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
nomal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
- Monitor lingkungan

16
selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan dan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan intake
nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral
- Catat jika berwarna
magenta, scarlet

4 Setelah diberikan asuhan


Anxiety Reduction
keperawatan selama ...x 24 jam

17
diharapkan cemas berkurang
(penurunan kecemasan)
dengan kriteria hasil :
- Gunakan pedekatan yang
- Klien mampu
menenangkan
mengidentifikasi dan
- Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan
harapan terhadap pelaku
gejala cemas
pasien
- Mengidentifikasi,
- Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan,
dana pa yang dirasakan
dan menunjukkan
selama prosedur
tehnik untuk
- Pahami prespektif pasien
mengontrol cemas
terhadap situasi stress
- Vital sign dalam
- Temani pasien untuk
batas normal
memberikan keamanan
- Postur tubuh,
dan mengurangi takut
ekspresi wajah,
- Berikan informasi faktual
bahasa tubuh dan
mengenai diagnosis,
tingkat aktivitas
tindakan prognosis
menunjukkan
- Dorong keluarga untuk
berkurangnya
menemani anak
kecemasan
- Lakukan back / neck rub
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik

18
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

4 Setelah diberikan suhan


Perlindungan infeksi
keperawatan selama ...x 24 jam
- Monitor adanya tanda-
diharapkan tidak terjadinya infeksi
tanda infeksi sistemik dan
dengan kriteria hasil :
lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Tingkatkan asupan nutrisi
yang cukup
- Anjurkan asupan cairan
dengan tepat
- Anjurkan istirahat
- Anjurkan pasien untuk
mobilitas dan latihan
dengan tepat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik yang
diresepkan

2.14 Implementasi Keperawatan


Implementasi ini merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan
pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, kolaborasi.

2.15 Evaluasi
Evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan merupakan
perbandingan sistimatik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur

19
perkembangan klien dalam mencapai sesuatu tujuan, maka perawat bias
menentukan efektifitas tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

N
N O
HARI/TANGGAL EVALUASI PARAF
O D
X
1 1-2 S: Kondisi pasien menurut
pendapat pasien sendiri
O: Perubahan dari tanda dan
gejala yang terjadi
A: Kondisi akhir pasien
setelah diilakukan
perawatan
P: Rencana pasien dan
rencana perawat
selanjutnya

20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja

3.2 SARAN
Dengan itu, diharapkan perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dalam
masyarakat. Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan
kesalahan,kami mohon maaf untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar kami dapat membuat makalah yang
lebih baik di kemudian hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, DR, Susilaningrum Rekawati, U. S. (2008). Asuhan Kperawatan Bayi


dan Anak. Jakarta: Salemba medika.

Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. (M. ke. Sujono Riyadi,
S.Kep, Ed.). Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Riyadi, S., & Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan Anak Sakit. (Sumitro,
Ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Sodikin, M. K. (2009). Keperawatan Anak Gangguan Pencernaan. (D. Widiarti,


Ed.). Jakarta: Kedokteran EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai