Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R DENGAN GASTROENTERITIS


DI RUANG VATICA

Ns. RITA DIANA EKA PUTRI, S. Kep


NIK : 4331

UNIT: KEPERAWATAN

EKA HOSPITAL PEKANBARU


1

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Diare
GE (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan
diare adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair /
encer dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Dewi,
2010). Hal ini serupa yang dikemukakan oleh Kemenkes RI tahun 2013,
diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan
atau lender.
GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah,
suhu tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun,
mata dan ubun – ubun cekung (terutama pada balita) keadaan ini
merupakan gejala GE infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
parasit perut (Corwin, 2009). GE juga dapat terjadi bersamaan dengan
penyakit infeksi lainnya seperti malaria dan campak, begitu juga dengan
keracunan kimia. Perubahan gut flora (bacteri usus) yang dipicu antibiotic,
dapat menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan dan toksin
dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus besar).
Penyebab utama gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit
(jamur, cacing, protozoa). Gastroenteritis akan di tandai dengan muntahdan
diare yang dapat menghilangkan cairan dan elektrolit terutama natrium dan
kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis metabolic dapat juga terjadi
cairan atau dehidrasi (Setiati, 2009).

Berdasarkan patomekanismenya, diare akut dibagi menjadi 3 macam yaitu ;


a. Diare sekretorik
Diare yang terjadi akibat toksin yang dihasilkan dari mikroorganisme,
antara lain Vibrio cholera, Enterotoxigenic Escheria coli (ETEC), Shigella
Clostridium, Salmonella dan Campylobacter.
b. Diare invasif
Diare yang terjadi akibat ivasi mikroorganisme ke dalam mukosa usus
sehingga terjadi kerusakan mukosa usus. Diare invasif disebabkan oleh
virus (rotavirus), bakteri (Shigella, Salmonella, Campilobacter, entero
invasive eschericia coli/EIEC dan yersinia) atau parasit (amoeba). Diare
invasif terdapat dalam 2 bentuk, yaitu :
c. Diare non-dysentriform berupa diare yang tidak berdarah, biasanya
disebabkan oleh rotavirus. Diare yang disebabkan rotavirus paling sering
2

terjadi pada anak usia < 2 tahun, berupa diare cair, muntah, disertai
batuk pilek.
d. Diare dysentriform berupa biare berdarah, yang biasanya disebabkan
oleh bakteri shigella, Salmonella, dan EIEC. Bacteri ini akan sampai di
kolon karena peristaltik usus dan melakukan invasi membentuk
mikroulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN dan
menimbulkan BAB yang berlendir dan berdarah.
e. Diare osmotik
Diare yang disebabkan oleh tekann osmotik yang tinggi di dalam lumen
usus sehingga menarik cairan intraseluler ke dalam lumen usus yang
menimbulakn watery diarrhea. Diare osmotik paling sering disebabkan
oleh malabsorpsi karbohidrat.

2. Anatomi Fisiologi
Makanan mengalami tiga proses dalam tubuh, yaitu pencernaan,
absorpsi, dan metabolism. Pencernaan dan arbsorpsi terjadi dalam saluran
pencernaan. Setelah nutrisi diserap makan mereka tersedia bagi semu sel
dalam tubuh kita dan digunakan oleh sel untuk metabolisme.

Gambar 1. Organ utama dan sistem


pencernaan

(Sumber: Booth Kathryn, Wyman Terri.Anantomy, Physiology, and


Pathophysiology for Allied Health Ebook-Career Education, 2007)
3

a. Fungsi Sistem Pencernaan


Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
Fungsi utama sistem ini adalah untuk menyediakan
makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien yang dicerna
sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlansung secara mekanik dan
kimia, dan meliputi proses-proses berikut :
1) Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
2) Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik
oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum
ditelan (menelan).
3) Peristalsis adalah gelombang kontraksi otot polos involunter
yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
4) Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi
molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlansung.
5) Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen
saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga
dapat digunakan oleh sel tubuh.
6) Egesti (defekasi) adalah proses eleminasi zat-zat sisa yang tidak
tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
b. Susunan saluran pencernaan terdiri dari:
1) Oris (mulut)
Mulut atau oris adalah pemulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu :
a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi,
gigi, bibir, dan pipi.
b) Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis,
di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lendir mulut ditutupi, epitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar- kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat
banyak ujung akhir syaraf sensori.
4

Di sebelah luar mulur ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam


ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi
bibir, levator anguli oris mengangkat dan depresor anguli oris
menekan ujung mulut.

2) Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu :


a) Palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk
palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang
terdiri dari 2 tulang palatum.
b) Palatummole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan
lipatan menggantung yang bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan
selaput lendir.
Gerakannya dikendalikan oleh mukosa yang mengandung
papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
Didalam rongga mulut terdapat geligi kelenjar ludah dan lidah.
3) Geligi ada dua macam yaitu :
a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan, lengkap

½
pada umur 2 tahun jumlahnya adalah 20 buah tersebut juga gigi
susu, terdiri dari: 8 buah gigi seri (dens insivusi), 4 buah gigi taring
(dens karinus) dan 8 buah gigi geraham (molare).
b) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-12 tahun, jumlahnya
32 buah terdiri dari: 8 buah gigi seri (densinsisivus) 4 buah gigi taring
(dens karinus) 18 buah gigi geraham (molare, dan 12 buah gigi
geraham peremolare).
Fungsi gigi terdiri dari: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring
gunanya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi
geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-
potong.
4) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja
otot ini dapat digerakkan ke seluruh arah. Lidah dibagi atas tiga
bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah),
dan apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang tedapat
terdapat epiglotis, yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu
kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas.
5

Fungsi lidah yaitu mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat


pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang
bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada
yakni yaitu:
a) Kelenjar ludah yang bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang
terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
b) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat di
sebelah depan di bawah lidah.
5) Faring (tekak)
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limpe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
6) Esofagus (kerongkongan)
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak lambung,
panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di
bawah lambung. Lapisan dari dalam ke luar: lapisan selaput lendir
(mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler, dan lapisan
otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang trakea dan
didepan tilang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma
masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.
7) Ventrikulus (lambung)
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat
mengembang paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung
terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diafragma di depan pankreas
dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari:
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak
disebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada
bagian bawah kurvatura minor
c) Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai
otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.
d) Kurvatura minor, tedapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari
osteum kardiak sampai ke pilorus.
6
e) Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari
sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan
sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastrolienalis terbentang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.

f) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen


masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.

Fungsi lambung meliputi:

Menampung makanan, menghancurkan dan mengahaluskan makanan


oleh peristaltik lambung dan getah lambung. Getah cerna lambung
dihasilkan: Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton). Agar garam (HCL), fungsinya mengasamkan
makanan sebagai antiseptik dan disenfektan, dan membuat suasana asam
pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin. Renin fungsinya, sebagai ragi
yang membekukan susu dan membentuk kasein dari karsinogen
(karsinogen dan protein susu). Lapisan lambung jumlahnya sedikit
memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah
lambung.

8) Usus Halus
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada pada
sekum panjangnya 6 meter, merupakan saluran paling panjang
tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri
dari lapisan usus halus (lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M. Sirkuler), lapisan otot memanjang (M. Longitudinal),
lapisan serosa (sebelah luar) dan usus halus terbagi menjadi 3 bagian
yaitu:

a) Duodenum
Duodenum disebut juga usus 1 jari, panjangnya ±25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lendir, yang berbukit disebut papila vateri. Pada bagian
papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan
saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus).
7
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui
duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan
bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi
mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan tripsin yang
berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan
polipeptida. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang
banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar- kelenjar
brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b) Jejenum dan ileum
Jejenum dan ilium mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima
bagian atas adalah (jejenum) dengan panjang ±23 meter dan ilium
panjang 4-5 m. Lekukan jejenum dan ilium melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium
yang berbentuk kipas kenal sebagai mesenterium.
Akar mesentrium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan
saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk
mesentrium. Sambungan antara jejenum dan ileum tidak
mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan
dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium
ileosekalis.
Fungsi usus adalah menerima zat-zat makanan yang sudah
dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-
saluran limfe, menyerap protein dalam bentuk asam amino,
karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
9) Intestinum mayor (usus besar)
1
Usus besar adalah intestinum mayor panjangnya ±1 /2 m, lebarnya
adalah 5-6 cm, lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput
lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.
Fungsi usus besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal
bakteri koli, tempat feses.
Usus besar terbagi dari beberapa bagian yaitu:
a) Sekum
Di bawah sekum mendapa apendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6
cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun
tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding
abdomen pada orang yang masih hidup
8
b) Kolon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan,
membujur ke atas dari ileum di bawah hati. Di bawah hati
melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai kolon tranversum.
c) Kolon transversum
Panjangnya ±38 cm, membujur dari ujung kolon asendens sampai ke
kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan
terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
d) Kolon desendens
Panjangnya ±25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas ke bawah dan fleksura lenalis sampai ke depan
ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
e) Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai
hurup S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
10) Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sakrum dan os koksigis.
11) Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis,
dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter.
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut keh
9

3. Etiologi
Menurut Hasan dan Alatas (2010), etiologi dari GE disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama GE
1) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.
2) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,
Astrovirus
3) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa
(Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur
(Candida Albicans).
b. Infeksi Parental : infeksi diluar alat pencernaan seperti : tonsillitis,
encephalitis, dan broncopneumonia.
c. Faktor malabsropsi
1) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis
dalam susu formula dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE
berat, tinja berbau asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GE
seperti ini, maka bisa menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
2) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang
disebut dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase,
triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang bisa di serap
usus.Tetapi karena kegagalan penyerapan sehingga lemak tidak
dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan dinding usus
sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini fecesnya berlemak.
3) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat
menyerap protein

d. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, alergi makanan


tertentu, makanan kurang matang, makanan tercemar atau beracun.
e. Faktor Psikis : rasa takut dan cemas

4. Manifestasi Klinik
GE akut sering disertai tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu
tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi, tinja cair berlendir
kadang bercampur darah, turgor kulit jelek, BB menurun, mata cekung,
ubun-ubun kedalam (pada balita). keadaan ini merupakan gejala infeksi
yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit (Crown, 2009). Sedangkan
10
menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE antara lain :
a. Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek, elastisitas kulit
menurun ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan
bibir kering).
c. Kram abdominal.
d. Demam, mual, muntah dan anoreksia
e. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat)
f. Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (anuria)
Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE. Pada
anak-anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering,
menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak
dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsive, mata cekung,
serta turgor kulit jelek. Sedangkan dehidrasi pada orang dewasa, antara
lain kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan,
mulut kering, pusing dan nyeri kepala

5. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2011), patofisiologi dari Gastro enteritis adalah
meningkatnya motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi
kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
GE yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan
toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa
intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal
dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi
intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit.
Menurut Muttaqin (2011), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya GE meliputi hal – hal berikut yaitu:
a. Gangguan Osmotik.
11
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh
mukosa usus akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotic dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul GE.
b. Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)
Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit
kedalam rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi
dalam usus dan selanjutnya timbul GE karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul GE. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya bisa timbul GE juga.
Dari ketiga mekanisme diatas GE dapat menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran berlebihan)
3) Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah
12
6. Patoflowdiagram
13
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Wijayaningsih, 2013) adalah
a. Pemeriksaan tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) PH dan kadar gula dalam tinja.
3) Bila perlu diadakan uji bakteri.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.
e. Menurut (Sudoyo, 2009) Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau
toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari,
diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut
adalah pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum, dan
kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan Enzym-linkid
immunnosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amerbiasis, dan foto x-tray abdomen.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan cairan pada GE
Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien
diare meliputi: pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan.
Pemberian cairan Pemberian cairan pada pasien diare dan
memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
1) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
2) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung
tersedianya cairan setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat
(RL) di berikan tergantung berat/ringan dehidrasi, yang di
perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
14
15

3) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan/tanpa muntah dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa, karbohidrat lain (gula, air
tajin, tepung beras, dsb).
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali
setelah pasien defekasi. Cairan mengandung elektrolit, seperti
oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1
gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok
teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur.
Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali
perlu diberikan melalui sonde. Bila cairan per oral tidak dapat
dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau
cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan
adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam
pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.
2) Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat. untuk
mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan,
jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara:
a) Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set
infuse yang dipakai). Berikan tanda batas cairan pada botol
infuse waktu memantaunya.
b) Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernapasan, suhu.
c) Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih
sering, encer atau sudah berubah konsistensinya.
d) Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk
mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering.
e) Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien
diberikan makan lunak atau secara realimentasi.
16

9. Komplikasi
a. Dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit
b. Shock hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolic,
perfusi sistemik buruk)
c. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik)
d. Kejang demam terjadi pada dehidrasi hipertonik (dehidrasi yang
berlebih)
e. Hipoglikemia
f. Hipokalemia (meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, disritmia
jantung)
g. Bakteremia
(Cecyly, Betz.2002. Mansjoer, Arief. 1999)
17
B. Konsep Keperawatan
Proses keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang
sistematik untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan melalui
lima fase yaitu pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua
data-data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta
diagnostik untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik
Data yang dikumpulkan meliputi:
a. Identitas
- Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor
register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitas
klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
- Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan
selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama yang
dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang
klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas dan
mual muntah
- Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan diri dari
keluhan utama melalui metode PQRST. Paliatif atau provokatif (P)
yaitu fokus utama keluhan klien. Quality (Q) yaitu bagaimana nyeri
yang dirasakan oleh klien. Regional (R) yaitu area nyeri atau apakah
sudah menjalar. Severity (S) posisi yang bagaimana dapat
18
mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman. Time (T) yaitu sejak
kapan klien merasakan nyeri tersebut
- Riwayat kesehatan yang lalu. Perlu dikaji apakah klien pernah
menderita penyakit yang sama.
- Riwayat kesehatan keluarga. Mengkaji ada atau tidaknya keluarga
klien pernah menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis
tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia
yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi
orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih
besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum. Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda–tanda
vital yaitu tekanan darah, nadi, RR, dan suhu. Pemeriksaan Fisik
Head To Toe
1) Kulit. Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash
lesi, bintik–bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna,
bentuknya ada cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit
baik atau tidak
2) Kepala. Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut
biasanya ubun-ubun cekung, rambut kering.
3) Wajah.
4) Mata. Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya
nampak edema pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil
anisokor, dan skelera anemis.
5) Telinga. Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna,
ada serumen atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak,
palpasi adanya nyeri tekan atau tidak.
6) Hidung. Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi,
sumbatan, perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan
cuping hidung atau tidak dan nyeri tekan.
7) Mulut. Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan
stomatitis. Langit–langit keras (palatum durum) dan lunak,
tenggorokan, bentuk dan ukuran lidah, lesi, sekret,
kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
8) Dada. Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah
bunyi napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels),
adakah bunyi jantung tambahan seperti (mur mur), takipnea,
19
dispnea, peningkatan frekuwensi, kedalaman (pernafasan
kusmaul).
9) Abdomen. Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal
adanya nyeri tekan, palpasi hepar, adakah distensi, massa,
dengarkan bunyi bising usus, palpasi seluruh kuadran
abdomen. Biasanya pada Kolelitiasis terdapat nyeri pada perut
bagian kanan atas.
10) Genitalia dan rectum
a) Lubang anus ada atau tidak
b) Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi
hipospadia atau epispadia, adanya edema skrotum atau
terjadinya hernia serta kebersihan preputium.
c) Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau
massa, labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina,
adakah secret atau bercak darah.
11) Ekstremitas. Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji
kekuatan otot, palpasi ada nyeri tekan, benjolan atau massa

2. Diagnose keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, Inflamasi, iritasi, malabsorpsi,
parasit, bahan atau zat yang dapat mengontaminasi, penyalahgunaan
obat pencahar, stres tingkat tinggi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(muntah, diare)
c. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare,
dehidrasi, muntah
d. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
e. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi
f. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi
BAB yang berlebihan.
g. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen.
h. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan asam laktat,
penurunan PH, pernapasan meningkat
20

3. Perencanaan
N Diagnose Tujuan & kriteria hasil Intervensi
o keperawatan
1 Diare Kriteria waktu 1. Tanyakan kepada pasien
. berhubungan Setelah dilakukan atau keluarga warna,
dengan tindakan keperawatan volume, frekuensi, dan
proses selama 1 x 24 jam konsistessi BAB
infeksi, diharapkan diare berhenti 2. Evaluasi makanan yang
inflamasi, dengan dikonsumsi terakhir oleh
iritasi, Kriteria hasil : pasien
malabsorpsi, 1. Pola eliminasi per 24 3. Anjurkan makan dengan
parasit, jam tidak lebih dari 3 porsi kecil (lalu tingkatkan
bahan atau kali porsi)
zat yang 2. Warna BAB dalam 4. Anjurkan pasien untuk
dapat batas normal (kuning) menghindari makanan yang
mengontamin 3. Feses lembek bergas dan pedas
asi, 4. Bau feses dalam batas 5. monitor tanda dan gejala
penyalahgun normal (tidak dari diare
aan obat menyengat) 6. Identifikasi faktor (seperti
pencahar, 5. Tidak terdapat lemak pengobatan, bed rest, dan
stres tingkat dan mukus dalam makanan) makanan
tinggi feses mungkin yang menyebabkan
6. Penurunan frekuensi diare
BAB 7. Kolaborasi dengan pasien
7. Bising usus tidak atau keluarga untuk
hyperaktif (10-12 memberitahukan perawat
x/menit) pada tiap episode diare
8. Kram abdomen 8. Observasi turgor kulit
berkurang atau hilang 9. Monitor kulit area perianal
9. Sphincter dan tonus dari iritasi dan ulserasi
otot untuk 10.Monitor diare atau
mengosongkan feses pengeluaran
kuat 11.Timbang BB dengan teratur
10. Pencernaan cairan 12.Beritahu dokter bila ada
dan serat yang peningkatan frekuensi dan
adekuat suara dan usus
13.Konsultasikan dengan dokter
21
bila gejala diare menetap
14.Kolaborasi dengan dokter
untuk menggunakan obat
anti diare
15.Anjurkan memakan
makanan tinggi sera, tinggi
protein, tinggi kalori,
16.Anjurkan untuk
menghindari laksatif
17.Ajarkan pasien untuk
menggunakan teknik
penurunan stres
18.Monitor keamanan makanan
19.Lakukan tindakan untuk
mengistirahatkan usus
(seperti NPO atau diet
cairan) jika diperlukan

2 Kekurangan Kriteria Waktu 1. Pertahankan intake yang


. volume Setelah dilakukan akurat melalui oral dan
cairan tindakan keperawatan parenteral
berhubungan selama 1 x 24 jam 2. Kolaborasikan dengan
dengan diharapkan dokter untuk memastikan
kehilangan keseimbangan cairan pemberian kristaloid atau
cairan aktif pasien terpenuhi dengan koloid plasma)
(muntah, Kriteria hasil : 3. Atur cairan intra vena
diare) 1. Hidrasi kulit baik sesuai rujukan dokter
2. Membran mukosa 4. Beri transfuse darah jika
lembab diperlukan
3. Oedem peripheral 5. Monitor respon
tidak terjadi hemodinamik
4. Asites tidak ada 6. Monitor status oksigen
5. Haus yang abormal 7. Monitor output cairan tubuh
tidak ada seperti urin, drainase NGT.
6. Perubahan suara 8. Pertahankan keakuratan
napas tidak ada catatan intake dan output
7. Napas pendek tidak 9. Monitor tanda dan gejala
ada retensi cairan
22
8. Mata tidak cekung 10. Pasang kateter urin
9. Demam tidak ada 11. Monitor status hidrasi
(suhu 36- C-37,5 C (seperti kelebapan mukosa
10. Keringat membrane, nadi)
11. Pengeluaran urin :0,5- 12. Monitor BUN, kreatinin,
1 cc/KgBB/jam protein total dan albumin
12. Tekanan darah :
Sistolik >100 mmHg-
140 mmHg dan
Diastolik >60 mmHg-
90 mmHg
13. MAP: >65 mmHg
14. Pulsasi arteri kuat
dan akral hangat
15. Hematokrit :
Hematokrit : 42-52%

3 Resiko Kriteria Waktu: 1. Monitor keabnormalan level


. ketidakseimb Setelah dilakukan untuk serum elektrolit
angan tindakan keperawatan (seperti hematokrit,
elektrolit selama 1 x 24 jam BUN,sodium, protein,
berhubungan diharapkan tidak terjadi potassium )
dengan diare, gangguan keseimbangan 2. Pantau nilai labor yang
dehidrasi, elektrolit yang ditandai berhubungan dengan
muntah dengan hipokalemia (peningkatan
Kriteria hasil : glukosa, alkalosis metabolik,
1. Irama jantung normal penurunan osmolalitas urin,
2. Suara napas vesikuler kadar potasium urin,
3. Irama napas teratur hipokloremia dan
4. Sodium serum 136- hipokalsemia)
145 mmol/L 3. Beri serat pada selang
5. Pottasium serum 3,5- makan pasien untuk
4,5 mmol/L mengurangi kehilangan
6. Klorida serum 96-106 cairan dan elektrolit selama
mmol/L diare
7. Kalsium ion 1,16-1,32 4. Intake oral pasien yang
mmol/L terpasang NGT
8. Magnesium serum 5. Irigasi selang NGT dengan
23
1,8-2,6 mg/dL normal salin
9. Status kesadaran 6. Monitoring status
Compos Mentis hemodinamik, MAP
10. Orientasi kognitif baik 7. Pertahankan keakuratan
11. Kekuatan otot catatan intake dan output
ekstermitas maksimal 8. Monitor tanda dan gejala
(5) retensi cairan
9. Monitor tanda- tanda vital
10.Pertahankan cairan IV yang
mengandung elektrolit pada
frekuensi tetes yang konstan
11.Monitor respon pasien
untuk memberikan terapi
elektrolit
12.Monitor manifestasi dari
kekurangan keseimbangan
elektrolit
13.Beri diet yang dianjurkan
untuk ketidakseimbangan
cairan atau elektrolit yang
spesifik
14.Pantau pergeseran cairan
intraselular yang
menyebabkan penurunan
kadar potasium serum,
(misal : alkalosis metabolik,
konsumsi kaarbohidrat,
pemberian insulin)
15.Monitor efek samping
suplemen elektrolit (seperti
iritasi gastrointestinal )
16.Kaji sclera, kulit untuk
mencari indikasi
kekurangan keseimbangan
cairan dan elektrolit
17.Konsultasikan dengan dokter
jika tanda dan gejala
kekurangan keseimbangan
24
cairan dan elektrolit makin
parah
18. Beri suplemen elektrolit

4 Ketidakseimb Kriteria Waktu 1. Pantau adanya mual dan


angan nutrisi Setelah dilakukan muntah saat makan
kurang dari tindakan keperawatan 2. Mengontrol penyerapan
kebutuhan selama 2 x 24 jam makanan atau cairan dan
tubuh diharapkan kebutuhan menghitung intake kalori
berhubungan nutrisi pasien terpenuhi harian
dengan yang ditandai dengan 3. Memantau ketepatan urutan
anoreksia, Kriteria hasil : makanan untuk memenuhi
mual dan 1. Status nutrisi kebutuhan nutrisi harian
muntah. terpenuhi yang 4. Berkolaborasi dengan ahli
ditandai dengan: nutrisi untuk menentukan
a. IMT 18-25 kg/m 2
jumlah kalori dan jenis zat
b. Hb: 12-16 gr/dl makanan yang diperlukan
c. Albumin 3,5-4,5 untuk memenuhi kebutuhan
gr/dl nutrisi
d. Konjungtiva tidak 5. Memilih makanan tinggi
anemis serat
e. Akral hangat 6. Anjurkan intake makanan
f. CRT <3 derik yang tinggi kalsium dan
kalium, jika diperlukan
2. Intake nutrisi dan 7. Memastikan bahwa
cairan terpenuhi makanan berupa makanan
melalui mulut,NGT yang tinggi serat
atau melalui Total 8. Membantu pasien untuk
Parenteral Nutrition memilih makanan lembut,
(TPN) sesuai lunak dan tidak asam
kebutuhan tubuh 9. Mengatur pemasukan
makanan, jika diperlukan
10. Menetukan kebutuhan
makanan melalui
nasogastric tube
11. Mengontrol cairan
pencernaan
25
12. Menyarankan pemeriksaan
eliminasi makanan yang
mengandung laktosa, jika
diperlukan
13. Memberi makanan yang
punya daya tarik, dengan
cara yang menyenangkan,
member penambahan
warna, tekstur, dan variasi
14. Mengajarkan pasien dan
kelurga tentang memilih
makanan
5 Resiko Kriteria waktu 1. Kaji integritas kulit setiap
Kerusakan Setelah dilakukan shift
integritas tindakan keperawatan 2. Observasi warna kemerahan
kulit selama 2 x 24 jam , kehangatan, teksture,
berhubungan diharapkan kerusakan edema, dan ulserasi pada
dengan integritas kulit tidak sekitar anus
iritasi, terjadi yang ditandai 3. Pertahankan area anus
frekwensi dengan selalu kering
BAB yang Kriteria hasil : 4. Monitor adanya tanda
berlebihan. 1. Kulit tampak utuh, dekubitus (lokasi, grade,
elastis dan lembab nyeri, diameter, luka
2. Daerah rektal kering kotor/bersih, adanya pus:
3. Status nutrisi warna, konsistensi, bau,
terpenuhi yang jumlah)
ditandai dengan: 5. Mengganti posisi ( miring
3.1. IMT 18-25 kg/m2 kiri/kanan, terlentang)
3.2. Hb: 12-16 gr/dl setiap 3 jam sekali jika tidak
3.3. Albumin 3,5-4,5 ada kontra indikasi
gr/dl 6. Melakukan masase di bagain
3.4. Konjungtiva tidak tubuh yang beresiko terjadi
anemis luka tekan dengan
3.5. Akral hangat menggunakan lotion setiap
3.6. CRT <3 derik melakukan perubahan posisi
4. Skala braden >16 7. Pasang kasur angin
5. Mobilisasi pasien ( pencegah decubitus
terpenuhi (aktif/pasif) 8. Jaga kebrsihan dan kerapian
26
Linen bersih dan rapi linen
9. Mengurangi gesekan
langsung pada kulit saat
memperbaiki atau
melakukan mobilisasi pasien
Lakukan perawatan luka sesuai
program medis
6 Nyeri akut Kriteria waktu 1. Lakukan penilaian nyeri
berhubugan Setelah dilakukan secara komprehensif dimulai
dengan tindakan keperawatan dari lokasi, karakteristik,
proses selama 1 x 24 jam nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
inflamasi. berkurang yang ditandai intensitas dan penyebab.
dengan 2. Kaji ketidaknyamanan
Kriteria hasil : secara nonverbal, terutama
1. Nyeri berkurang untuk pasien yang tidak
2. Skala nyeri 1-2 bisa
3. Ekspresi mengkomunikasikannya
rileks/tenang secara efektif
4. Tanda tanda vital 3. Pastikan pasien
normal mendapatkan perawatan
- TD: Sistolik 100- dengan analgesic
140   mmHg, 4. Gunakan komunikasi yang
Diastolik 60-90 terapeutik agar pasien dapat
mmHg menyatakan pengalamannya
- Nadi : 60-90 terhadap nyeri serta
x/mnt dukungan dalam merespon
- RR: 12-20x/mnt nyeri
- Suhu: 36,5-37,5C 5. Pertimbangkan pengaruh
- SPO2 :90-100% budaya terhadap respon
nyeri
6. Tentukan dampak nyeri
terhadap kehidupan sehari-
hari (tidur, nafsu makan,
aktivitas, kesadaran, mood,
hubungan sosial,
performance kerja dan
melakukan tanggung jawab
sehari-hari)
27
7. Evaluasi pengalaman pasien
atau keluarga terhadap
nyeri kronik
8. Gunakan metoda penilaian
nyeri yang sesuai untuk
memonitor perubahan nyeri
serta mengidentifikasi faktor
aktual dan potensial dalam
mempercepat penyembuhan
9. Menyediakan informasi
tentang nyeri, contohnya
penyebab nyeri, bagaimana
kejadiannya, mengantisipasi
ketidaknyamanan terhadap
prosedur

10. Kontrol faktor lingkungan


yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada
pasien (suhu ruangan,
pencahayaan, keributan)
11. Mengurangi atau
menghapuskan faktor-faktor
yang mempercepat atau
meningkatkan nyeri
(spt:ketakutan, fatique, sifat
membosankan, ketiadaan
pengetahuan)
12. Pilihlah variasi dari ukuran
pengobatan (farmakologis,
nonfarmakologis, dan
hubungan atar pribadi)
untuk mengurangi nyeri
13. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika memilih
metoda mengurangi nyeri
14. Ajari untuk menggunakan
tehnik non-farmakologi
28
(seperti: TENS, hypnosis,
relaksasi, terapi musik,
distraksi, terapi bermain,
acupressure, apikasi
hangat/dingin, dan pijatan )
15. Menyediakan analgesic yang
dibutuhkan dalam
mengatasi nyeri
16. Menggunakan Patient-
Controlled Analgesia (PCA)
jika diperlukan
17. Evaluasi efektifitas metoda
yang digunakan dalam
mengontrol nyeri secara
berkelanjutan
18. Modifikasi metode kontrol
nyeri sesuai dengan respon
pasien
19. Anjurkan untuk
istirahat/tidur yang adekuat
untuk mengurangi nyeri
20. Beritahu dokter jika metoda
yang digunakan tidak
berhasil atau jika ada
komplain dari pasien
mengenai metoda yang
diberikan
21. Informasikan kepada tenaga
kesehatan yang lain/anggota
keluarga tentang
penggunaan terapi non-
farmakologi yang akan
digunakan oleh pasien
29
4. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan
keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi
mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassesment) secara umum evaluasi ditunjukan untuk :
a) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
b) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
c) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan,
mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya berupa
catatan perkembangan. Evaluasi sumatif : menggunakan rekapan terakhir
secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada saat pasien pulang
atau pindah

C. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan
ke tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan
kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau
tempat tempat lain diluar rumah sakit. (Mugianti, 2016).
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang
dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan
pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan
proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup
30
untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan
pulang didapatkan dari proses interaksi ketika perawat profesional, pasien dan
keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus berpusat
pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan
rutin yang sebenarnya. (Nursalam, 2014).
Discharge planning adalah suatu kegiatan perawat dalam asuhan
keperawatan untuk memberikan pendidikan dari pasien masuk rumah sakit
sampai dengan kepulangan pasien. Perawat mempunyai tanggung jawab utama
untuk memberi instruksi kepada pasien tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal
yang harus dihindari, penggunaan obat-obatan di rumah, jenis komplikasi, dan
sumber bantuan yang tersedia. (Pertiwiwati & Rizany, 2016).
Tujuan Discharge Planning yaitu:
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social untuk
pulang dan beradaptasi dengan lingkungan.
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan
derajat kesehatan pasien.
c. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
e. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan
pasien.
f. Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
g. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan mereka
baik secara tertulis maupun secara verbal.
Perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Dapat memberi kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien
yang dimulai dari rumah sakit.
b. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kuantitas perawatan klien.
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
klien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
d. Membantu kemandirian dan kesiapan klien dalam melakukan perawatan di
rumah. (Effendi, 2008)
31
Komponen-komponen Discharge Planning
a. Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan
kesehatan (health education) mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol dan
tempat kontrol, pemberian pelajaran disesuaikan dengan tingkat
pemahaman dan keluarga mengenai perawatan selama pasien di rumah
nanti.
b. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara
pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
c. Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat tersebut sudah
tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa pulang
pasien.
d. Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan
hasil pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang.
e. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol. (Nursalam, 2014)

Keputusan pasien sudah diperbolehkan pulang dan mendapatkan discharge


planning diputuskan oleh dokter. Selanjutnya yang terlibat dalam pelaksanaan
discharge planning adalah keluarga yang memberikan dukungan atau support
supaya cepat sembuh dan membantu dalam perawatan di rumah, perawat yang
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk
mempersiapkan pemulangan dan kebutuhan untuk perawatan tindakan lanjut di
rumah, dokter memberikan terapi pengobatan selama perawatan di rumah dan
ahli gizi memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi makanan yang konsumsi
selama perawatan di rumah.
Peran perawat dalam discharge planning juga memberi edukasi. Edukasi
yang dimaksud terkait dengan perawatan selama proses pemulihan penyakit
seperti :
a. Istirahat yang cukup pasca perawatan,
b. Konsumsi air putih 2000-2500 cc/hari,
c. Makan makanan yang lunak,
d. Menghindari makan makanan yang terlalu asam dan pedas,
e. Cuci tangan 6 langkah
f. Minum obat sesuai aturan serta kontrol sesuai jadwal atau satu minggu
setelah pulang dari rumah sakit .
32
BAB II
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 07/11/2021
Tanggal masuk RS : 07/11/2021
Ruang/Kelas : Vatica/suite
No. MR : 10301903
Diagnosa Medis : Infection diarrhea, susp fatty liver
a. Identitas Klien
1) Inisial pasien : Tn. R
2) Umur : 44 th
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Suku bangsa : Tionghoa/Indonesia
5) Agama : Buddha
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Wirausaha
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan Utama : Pasien baru masuk dari IGD dengan keluhan mual
muntah mulai malam ini, frekuensi sekitar 5 kali. Perut terasa
mules, nyeri perut bagian bawah, bab cair sudah 5 kali malam ini.
Demam disangkal, batuk pilek tidak ada, bak tidak ada keluhan.
Riwayat kontak dengan orang bergejala covid-19 disangkal. Pasien
sudah vaksin covid-19 2x bulan Mei 2021
Riwayat kesehatan sekarang : pasien mengeluh nyeri perut bagian
bawah, perut terasa mules, nyeri dirasakan setelah bab cair 5 kali
malam ini, nyeri terasa seperti diremas, melilit, nyeri tidak myerbar
kearea lain, skala nyeri 2 (numeric), nyeri terasa hilang timbul,
timbul saat akan terasa bab, hilang saat istirahat.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat alergi : pasien tidak ada alergi makanan maupun obat-
obatan.
Riwayat dirawat di RS : tidak ada
Riwayat pemakaian obat : tidak ada
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya : pasien tidak pernah
menderita penyakit yang sama sebelumnya.
33
Riwayat kesehatan keluarga : keluarga tidak ada menderita penyakit
keturunan seperti Diabetes mellitus, Hipertensi, dll.
c. Hasil pengkajian yang mendukung : bab cair, nyeri perut bawah, perut
terasa mules, badan lemas, mual dan muntah. Hasil pemeriksaan darah
rutin adanya leukositosis, pemeriksaan feses konsitensi bab cair.

d. Pemeriksaan fisik
34
35
36
37
38

Tambahan pengkajian :
1. Nursing Chief Complaint :
Pasien mengatakan badannya agak hangat, terasa seperti akan demam.
- Vital signs : Suhu : 37,7°C, RR : 20 x/menit, HR : 98 x/menit, TD :
123/60 mmHg
- Skin integrity : skin turgor: decreased, skin temperature: warm
2. Nursing Diagnosis : hypertermia
3. Nursing Intervension : vital sign, temperature
4. Nursing Action : monitoring of vital sign, monitoring of temperature,
taking of temperature, notification of fever, application of cooling blanket,
giving of tepid bath, administration of antipyretic medication
5. Nursing Goals : physical regulation goals : fever controlled
39
e. Pemeriksaan diagnostik
1) Laboratorium
a) Pemeriksaan tanggal 07/11/21
40

b) Pemeriksaan tanggal 08/11/21

c) Pemeriksaan tanggal 09/11/21


41

f. Therapi
1) Diit : MB rendah serat
2) IVFD : Asering 500 ml/6 jam
3) Obat Per oral
- Newdiatab 3x2 tab PO
- Irbosyd 3x1 tab PO k/p mules
4) Obat injeksi
- Nexigas 1x40 mg IV
- Setrovel 2x5 mg IV
5) Cek lab : cek feses lengkap

2) Analisa data meliputi


Nama pasien : Tn. R/44 th Ruang rawat/Kamar : Vatica/8011
No. RM : 0010301903 Diagnosa medis : Gastroenteritis

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 DO : pasien tampak Diare Faktor makanan (makanan
lemas, pasien basi/beracun, alergi makanan)
tampak ada bab ↓
cair. Masuk ke saluran cerna
- vital sign : TD : ↓
123/60 mmHg, HR : Akumulasi toksin di lumen
98 x/menit, RR : 20 ↓
x/menit, T : 37,7 C Tekanan osmotic intralumen
Hasil lab : meningkat
Hematologi Rutin ↓
- Hb : 16 g/dL Absropsi cairan dan elektrolit
- Leukosit : 16,7 menurun
10^3/µL (H) ↓
- Eritrosit : 6,07 Merangsang usus
10^6/µL (H) mengeluarkan isinya
- Hematokrit : ↓
48,5% Diare
- Trombosit : 248
10^3/µL
Hitung jenis
- Basofil : 0 %
- Eosinofil : 0 %
42
(L)
- Neutrofil : 88 %
(H)
- Limfosit : 4 %
(L)
- Monosit : 8 %
Hasil feses lengkap :
konsistensi cair
DS : pasien
mengeluh merasa
badannya lemas,
BAB 6 kali dengan
konsitensi cair sejak
tadi malam, mual
ada, muntah 6 kali
muntah berisi
makanan yang
dimakan, muntah
terakhir hanya air.

2 DO : pasien tampak Ketidakseimbangan Psikologis (cemas, takut)


ada mual, muntah nutrisi kurang dari ↓
ada, muntah 6 kali kebutuhan tubuh Stimulasi saraf simpatis
berisi apa yang ↓
dimakan Merangsang peristaltik usus
- vital sign : TD : ↓
123/60 mmHg, HR : Kemampuan absorpsi
98 x/menit, RR : 20 menurun
x/menit, T : 37,7 C ↓
Hasil lab : Bakteri dalam usus meningkat
Hematologi Rutin ↓
- Hb : 16 g/dL Menghasilkan gas H2 dan CO2
- Leukosit : 16,7 ↓
10^3/µL (H) Mual muntah
- Eritrosit : 6,07 ↓
10^6/µL (H) Ketidakseimbangan nutrisi
- Hematokrit : kurang dari kebutuhan tubuh
48,5%
43
- Trombosit : 248
10^3/µL
Hitung jenis
- Basofil : 0 %
- Eosinofil : 0 %
(L)
- Neutrofil : 88 %
(H)
- Limfosit : 4 %
(L)
- Monosit : 8 %
Hasil feses lengkap :
konsistensi cair

DS : pasien
mengatakan mual,
muntah ada 6 kali
sejak tadi malam,
muntah berisi
makanan yang
dimakan.
3 DO : Pasien tampak Nyeri akut Psikologis (cemas, takut)
meringis dan ↓
memegang perut Stimulasi saraf simpatis
- vital sign : TD : ↓
123/60 mmHg, HR : Merangsang peristaltik usus
98 x/menit, RR : 20 ↓
x/menit, T : 37,7 C Kemampuan absorpsi
Hasil lab : menurun
Hematologi Rutin ↓
- Hb : 16 g/dL Bakteri dalam usus meningkat
- Leukosit : 16,7 ↓
10^3/µL (H) Menghasilkan gas H2 dan CO2
- Eritrosit : 6,07 ↓
10^6/µL (H) Kram abdomen
- Hematokrit : ↓
48,5% Nyeri akut
- Trombosit : 248
44
10^3/µL
Hitung jenis
- Basofil : 0 %
- Eosinofil : 0 %
(L)
- Neutrofil : 88 %
(H)
- Limfosit : 4 %
(L)
- Monosit : 8 %
Hasil feses lengkap :
konsistensi cair

DS : pasien
mengeluh nyeri pada
perut bagian bawah,
nyeri terasa melilit,
nyeri hilang timbul,
nyeri dirasakan
tidak menyebar,
skala nyeri 2
(numerik)
4 DO : Pasien tampak Resiko jatuh Psikologis (cemas, takut)
terpasang infus, ↓
pasien tampak ada Stimulasi saraf simpatis
muntah, pasien ↓
tampak meringis Merangsang peristaltik usus
menahan nyeri ↓
perut Kemampuan absorpsi
- vital sign : TD : menurun
123/60 mmHg, HR : ↓
98 x/menit, RR : 20 Bakteri dalam usus meningkat
x/menit, T : 37,7 C ↓
- Skala morse : 35 Menghasilkan gas H2 dan CO2

DS : Kram abdomen, mual dan
- pasien muntah
mengeluh nyeri ↓
45
pada perut Dehidrasi
bagian bawah, ↓
nyeri terasa Resiko jatuh
melilit, nyeri
hilang timbul,
nyeri dirasakan
tidak menyebar,
skala nyeri 2
(numerik),
pasien
- mengatakan
ada muntah
- pasien
mengatakan
tidak ada
kejadian jatuh
selama dirawat
5 DO : pasien tampak Hipertermi Infeksi (virus, bakteri, parasit)
lemas. ↓
- vital sign : TD : Masuk ke pembuluh darah
123/60 mmHg, HR : ↓
98 x/menit, RR : 20 Kompensasi imun
x/menit, T : 37,7 C ↓
Hasil lab : Hipertermi
Hematologi Rutin
- Hb : 16 g/dL
- Leukosit : 16,7
10^3/µL (H)
- Eritrosit : 6,07
10^6/µL (H)
- Hematokrit :
48,5%
- Trombosit : 248
10^3/µL
Hitung jenis
- Basofil : 0 %
- Eosinofil : 0 %
(L)
46
- Neutrofil : 88 %
(H)
- Limfosit : 4 %
(L)
- Monosit : 8 %
DS : pasien
mengeluh merasa
badannya agak
hangat, lemas.
Pasien merasa
seperti akan demam
47
a. Implementasi Keperawatan
Nama pasien : Tn. R/44 tahun Ruang rawat/Kamar : Vatica/8011
No. RM : 10301903 Diagnosa medis : Gastroenteritis

No DIAGNOSA TUJUAN RENCANA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN TINDAKAN TGL/JAM TINDAKAN TTD
&
NAMA
1 Diare b/d proses infeksi, Kriteria waktu a. Tanyakan 07/11/20 a. Menanyakan Rita S:
inflamasi, iritasi, Setelah kepada pasien 21 kepa pasien a. Pasien
malabsorpsi dilakukan atau keluarga 08.00 warna, mengatakan diare 3
DO : pasien tampak tindakan warna, volume, volume, kali pagi ini,
lemas, pasien tampak ada keperawatan frekuensi, dan frekuensi konsistensi cair
bab cair. selama 1 x 24 konsistensi BAB dan sedikit ampas,
- vital sign : TD : 123/60 jam diharapkan b. Anjurkan makan konsitensi volume sekitar 250
mmHg, HR : 98 x/menit, diare berhenti dengan porsi BAB ml.
RR : 20 x/menit, T : 37,7 dengan kecil (lalu 10.00 b. Menganjurka b. Pasien
C Kriteria hasil tingkatkan porsi) n pasien mengatakan tidak
Hasil lab : a. Pola c. Anjurkan pasien makan ada makan
Hematologi Rutin eliminasi untuk dengan porsi makanan yang
- Hb : 16 g/dL per 24 jam menghindari kecil tapi bergas dan bedas,
- Leukosit : 16,7 tidak lebih makanan yang sering pasien makan
10^3/µL (H) dari 3 kali bergas dan pedas 10.05 c. Menganjurka makanan hanya
- Eritrosit : 6,07 b. Warna BAB d. Identifikasi n pasien dari rumah sakit.
10^6/µL (H) dalam faktor (seperti untuk c. Pasien
48
- Hematokrit : 48,5% batas pengobatan, bed menghindari mengatakan perut
- Trombosit : 248 normal rest, dan makanan masih terasa melilit,
10^3/µL (kuning) makanan) bergas dan nyeri perut masih
Hitung jenis c. Feses makanan pedas. terasa kuat, skala
- Basofil : 0 % lembek mungkin yang d. Menganjurka nyeri 2 (numeric).
- Eosinofil : 0 % (L) d. Bau feses menyebabkan 12.00 n pasien O:
- Neutrofil : 88 % (H) dalam diare makan a.Vital sign :
- Limfosit : 4 % (L) batas e. Observasi turgor makanan TD : 111/59 mmHg
- Monosit : 8 % normal kulit tinggi serat, HR : 103 x/menit
Hasil feses lengkap : (tidak f. Monitor kulit tinggi protein RR : 20 x/menit
konsistensi cair menyengat area perianal dan tinggi T : 38,6 C
DS : pasien mengeluh e. Tidak dari iritasi dan kalori. b. Pasien tampak
merasa badannya lemas, terdapat ulserasi e. Mengobserva bolak balik ke
BAB 6 kali dengan lemak dan g. Monitor diare 13.00 si turgor kamar mandi
konsitensi cair sejak tadi mukus atau pengeluaran kulit dan melaporkan
malam, mual ada, dalam feses h. Beritahu dokter f. Memonitor ada diare 3 kali
muntah 6 kali muntah f. Penurunan bila ada 13.05 diare atau pagi sampai
berisi makanan yang frekuensi peningkatan pengeluaran siang ini.
dimakan, muntah BAB frekuensi dan g. Berkolaboras A : masalah diare
terakhir hanya air. g. Bising usus suara dan usus 13.05 i dengan teratasi sebagian
tidak i. Kolaborasi dokter untuk P : lanjutkan
hyperaktif dengan dokter penggunaan intervensi
(10-12 untuk obat anti keperawatan
49
x/menit) menggunakan diare. manajeman diare.
h. Kram obat anti diare h. Memonitor
abdomen j. Anjurkan 13.10 kulit area
berkurang memakan perianal dari
atau hilang makanan tinggi iritasi dan
i. Sphincter serat, tinggi ulserasi
dan tonus protein, tinggi
otot untuk kalori.
mengosong
kan feses
kuat
j. Pencernaan
cairan dan
serat yang
adekuat

2 Hipertermi berhubungan Kriteria waktu a. Pantau suhu 07/11/20 a. Memantau Rita S:


dengan proses infeksi Setelah berkala, setiap 2 21 suhu berkala, a. Pasien
(virus, bakteri, parasit) dilakukan jam sekali 09.00 setiap 2 jam mengatakan
DO : pasien tampak tindakan b. Monitor vital sign, sekali badannya terasa
lemas. keperawatan awasi peningkatan b. Memonitor panas pagi ini,
- vital sign : TD : 123/60 selama 1 x 24 suhu, denyut nadi vital sign, awasi menggigil tidak ada.
mmHg, HR : 98 x/menit, jam diharapkan dan peningkatan peningkatan b. Pasien
50
RR : 20 x/menit, T : 37,7 diare berhenti napas. suhu, denyut mengatakan sudah
C dengan c. Berikan kompres nadi dan minum banyak
Hasil lab : Kriteria hasil : hangat peningkatan hinga siang ini
Hematologi Rutin a. Suhu dalam d. Anjurkan pasien 10.00 napas. O:
- Hb : 16 g/dL batas normal minum 1-2 liter per c. Memberikan a.Vital sign :
- Leukosit : 16,7 36,5-37,5℃ hari kompres hangat TD : 111/59 mmHg
10^3/µL (H) b. Vital sign e. Kolaborasi dengan d. Menganjurka HR : 103 x/menit
- Eritrosit : 6,07 dalam batas dokter untuk n pasien minum RR : 20 x/menit
10^6/µL (H) normal pemberian 10.30 1-2 liter per hari T : 38,6 C
- Hematokrit : 48,5% c. Akral hangat antipiretik e. Melakukan b.Pasien tampak
- Trombosit : 248 d. Tidak kolaborasi bolak balik ke
10^3/µL menggigil dengan dokter kamar mandi dan
Hitung jenis e. Turgor kulit untuk melaporkan ada
- Basofil : 0 % elastis pemberian diare 3 kali pagi
- Eosinofil : 0 % (L) f. Hasil antipiretik sampai siang ini.
- Neutrofil : 88 % (H) laboratorium : A : masalah
- Limfosit : 4 % (L) Leukosit dalam hipertermia teratasi
- Monosit : 8 % batas normal sebagian
DS : pasien mengeluh (4,8-10,8 P : lanjutkan
merasa badannya agak 10^3/µL ) intervensi
hangat, lemas. Pasien keperawatan
merasa seperti akan manajeman
demam hipertermi.
51

3 Nyeri akut berhubugan Kriteria waktu a. Lakukan 08/11/20 a. Melakukan Rita S:


dengan proses inflamasi. Setelah penilaian nyeri 21 penilaian nyeri a. Pasien
DO : Pasien tampak dilakukan secara komprehensif 08.00 secara mengatakan nyeri
meringis dan memegang tindakan dimulai dari lokasi, komprehensif perut bagian
perut keperawatan karakteristik, dimulai dari bawah, nyeri terasa
- vital sign : TD : 123/60 selama 1 x 12 durasi, frekuensi, lokasi, melilit, skala nyeri 2
mmHg, HR : 98 x/menit, jam nyeri kualitas, intensitas karakteristik, (numerik) nyeri
RR : 20 x/menit, T : 37,7 berkurang yang dan penyebab. durasi, timbul saat diare
C ditandai dengan b. Kaji frekuensi, dan akan hilang
Hasil lab : Kriteria hasil : ketidaknyamanan kualitas, saat istirahat dan
Hematologi Rutin 1. Nyeri secara nonverbal, intensitas dan setelah diberikan
- Hb : 16 g/dL berkurang terutama untuk penyebab. obat-obatan
- Leukosit : 16,7 2. Skala nyeri 1- pasien yang tidak 08.05 b. Mengkaji b. Pasien
10^3/µL (H) 2 (numerik) bisa ketidaknyaman mengatakan
- Eritrosit : 6,07 3. Ekspresi mengkomunikasika an secara istirahat sedikit
10^6/µL (H) rileks/tenang nnya secara efektif nonverbal, terganggu
- Hematokrit : 48,5% 4. Tanda tanda c. Kontrol faktor terutama untuk O:
- Trombosit : 248 vital normal lingkungan yang pasien yang a.Vital sign :
10^3/µL - TD: dapat menimbulkan tidak bisa TD : 107/58 mmHg
Hitung jenis Sistolik ketidaknyamanan mengkomunika HR : 83 x/menit
- Basofil : 0 % 100-140 pada pasien (suhu sikannya secara RR : 20 x/menit
52
- Eosinofil : 0 % (L) mmHg, ruangan, efektif T : 37 C
- Neutrofil : 88 % (H) Diastolik pencahayaan, 10.30 c. Mengontrol b.Pasien tampak
- Limfosit : 4 % (L) 60-90 keributan) faktor bolak balik ke
- Monosit : 8 % mmHg d. Mengurangi atau lingkungan kamar mandi dan
Hasil feses lengkap : - Nadi : 60- menghapuskan yang dapat nyeri perut masih
konsistensi cair 90 x/mnt faktor-faktor yang menimbulkan terasa kuat.
- RR: 12- mempercepat atau ketidaknyaman A : masalah nyeri
DS : pasien mengeluh 20x/mnt meningkatkan nyeri an pada pasien akut teratasi
nyeri pada perut bagian - Suhu: 36,5- (spt:ketakutan, (suhu ruangan, sebagian
bawah, nyeri terasa 37,5C fatique, sifat pencahayaan, P : lanjutkan
melilit, nyeri hilang - SPO2 :90- membosankan, keributan) intervensi
timbul, nyeri dirasakan 100% ketiadaan 11.00 d. Mengurangi keperawatan
tidak menyebar, skala pengetahuan) atau manajeman nyeri.
nyeri 2 (numerik) e. Ajari untuk menghapuskan
menggunakan faktor-faktor
tehnik non- yang
farmakologi (seperti: mempercepat
TENS, hypnosis, atau
relaksasi, terapi meningkatkan
musik, distraksi, nyeri
terapi bermain, (spt:ketakutan,
acupressure, apikasi fatique, sifat
hangat/dingin, dan membosankan,
53
pijatan ) ketiadaan
f. Menyediakan pengetahuan
analgesic yang 13.00 e. Mengajari
dibutuhkan dalam pasien untuk
mengatasi nyeri menggunakan
g. Anjurkan untuk tehnik non-
istirahat/tidur yang farmakologi
adekuat untuk (seperti:hypnosi
mengurangi nyeri s, relaksasi,
terapi musik,
distraksi, terapi
bermain,
acupressure,
apikasi
hangat/dingin,
13.05 dan pijatan )
f. Menyediakan
analgesic yang
dibutuhkan
dalam
13.10 mengatasi nyeri
g. Menganjurka
n untuk
54
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk
mengurangi
nyeri

4 Ketidakseimbangan Kriteria Waktu a. Pantau adanya 07/11/20 a. Memantau Rita S:


nutrisi kurang dari Setelah mual dan muntah 21 adanya mual a. Pasien
kebutuhan tubuh dilakukan saat makan 14.00 dan muntah mengatakan pagi ini
berhubungan dengan tindakan b. Pilih makanan saat makan ada mual dan
mual dan muntah keperawatan tinggi serat 14.05 b. Memilih muntah 1 kali berisi
DO : pasien tampak ada selama 2 x 24 c. Anjurkan intake makanan tinggi makanan yan
mual, muntah ada, jam diharapkan makanan yang serat dimakan
muntah 6 kali berisi apa kebutuhan tinggi kalsium dan 14.05 c. Menganjurka b. Pasien
yang dimakan nutrisi pasien kalium, jika n intake mengatakan
- vital sign : TD : 123/60 terpenuhi yang diperlukan makanan yang istirahat sedikit
mmHg, HR : 98 x/menit, ditandai dengan d. Pastikan bahwa tinggi kalsium terganggu
RR : 20 x/menit, T : 37,7 Kriteria hasil : makanan berupa dan kalium, jika O:
C 1. Status nutrisi makanan yang diperlukan a.Vital sign :
Hasil lab : terpenuhi yang tinggi serat 18.00 g. Memastikan TD : 107/58 mmHg
Hematologi Rutin ditandai e. Bantu pasien bahwa HR : 83 x/menit
- Hb : 16 g/dL dengan: untuk memilih makanan RR : 20 x/menit
- Leukosit : 16,7 a. IMT 18- makanan lembut, berupa T : 37 C
55
10^3/µL (H) 25 lunak dan tidak makanan yang c. Pasien tampak
- Eritrosit : 6,07 kg/m 2
asam tinggi serat ada mual dan
10^6/µL (H) b. Hb: 12- f. Mengajarkan 18.05 h. Membantu muntah
- Hematokrit : 48,5% 16 gr/dl pasien dan kelurga pasien untuk A : masalah
- Trombosit : 248 c. Albumin tentang memilih memilih pketidakseimbangan
10^3/µL 3,5-4,5 makanan makanan nutrisi teratasi
Hitung jenis gr/dl lembut, lunak sebagian
- Basofil : 0 % d. Konjung dan tidak asam P : lanjutkan
- Eosinofil : 0 % (L) tiva 18.05 i. Mengajarkan intervensi
- Neutrofil : 88 % (H) tidak pasien dan keperawatan.
- Limfosit : 4 % (L) anemis keluarga
- Monosit : 8 % e. Akral tentang memilih
Hasil feses lengkap : hangat makanan
konsistensi cair f. CRT <3
derik
DS : pasien mengatakan
mual, muntah ada 6 kali 2. Intake nutrisi
sejak tadi malam, muntah dan cairan
berisi makanan yang terpenuhi
dimakan. melalui
mulut,NGT atau
melalui Total
Parenteral
56
Nutrition (TPN)
sesuai
kebutuhan
tubuh

5 Resiko jatuh Kriteria Waktu a. Pasang gelang 07/11/20 a. Memasang Rita S : Pasien
berhubungan dengan Setelah kuning 21 gelang kuning mengatakan tidak
proses penyakit; dilakukan b. Pasang stiker fall 08.00 b. Memasang ada jatuh selama
dehidrasi, mual dan tindakan risk di tempat tidur stiker fall risk di dirawat
muntah keperawatan dan di pintu masuk tempat tidur O:
DO : Pasien tampak selama 1 x 24 c. Kunci roda dan di pintu a.Vital sign :
terpasang infus, pasien jam diharapkan tempat tidur masuk TD : 107/58 mmHg
tampak ada muntah, tidak ada d. Pasang bed side 08.00 c. Mengunci HR : 83 x/menit
pasien tampak meringis kejadian jatuh rail di kedua sisi roda tempat RR : 20 x/menit
menahan nyeri perut pada pasien tempat tidur. tidur T : 37 C
- vital sign : TD : 123/60 yang ditandai e. Hindari lantai 08.05 d. Memasang c. Pasien tampak
mmHg, HR : 98 x/menit, dengan licin bed side rail di tidak ada jatuh
RR : 20 x/menit, T : 37,7 Kriteria hasil : f. Berikan kedua sisi selama dirawat
C 1. Pasien tidak penerangan yang tempat tidur. A : masalah resiko
- Skala morse : 35 ada melaporkan cukup 08.05 e. Menghindari jatuh teratasi
kejadian jatuh g. Dekatkan bel lantai licin sebagian
DS : 2. Pasien bisa untuk memudahkan 08.05 f. Memberikan P : lanjutkan
- pasien mengeluh beraktivitas pasien meminta penerangan intervensi
57
nyeri pada perut dengan tenang batuan perawat yang cukup keperawatan.
bagian bawah, nyeri dan nyaman h. Beritahu keluarga 08.10 g. Mendekatkan
terasa melilit, nyeri 3. Keluarga untuk mendampingi bel untuk
hilang timbul, nyeri dapat pasien selama memudahkan
dirasakan tidak berpartisipasi dirawat pasien meminta
menyebar, skala aktif dalam batuan perawat
nyeri 2 (numerik), mendampingi 08.10 h. Memberitahu
pasien pasien selama keluarga untuk
- mengatakan ada dirawat mendampingi
muntah pasien selama
- pasien mengatakan dirawat
tidak ada kejadian
jatuh selama dirawat
58
A. NURSING DAILY NOTE
1. Perawatan hari pertama
a. Shift malam
59
60
61
62

b. Shift pagi
63
64
65
66

c. Shift siang
67
68
69
70
71

d. Shift malam
72
73
74
75
2. Perawatan hari kedua
a. Shift pagi
76
77
78
79
80
b. Shift siang
81
82
83
84
c. Shift malam
85
86
87
88

3. Perawatan hari ketiga


a. Shift pagi
89
90
91
92
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah penyakit akut dan menular menyerang lambung
dan usus ditandai dengan buang air besar konsitensi cair 5 kali atau lebih dalam
24 jam, buang air besar bisa disertai lender atau darah. Penyebab utama
gastroenteritis adalah adanya bakteri, virus, parasit. Gastroenteritis akan
ditandai dengan muntah dan diare yang dapat menghilangkan cairan dan
elektrolit terutama natrium dan kalium yang akhirnya menimbulkan asidosis
metabolik dan syok hipovolemik dan dehidrasi.
Komplikasi gastroenteritis biasanya dapat menimbulkan dehidrasi berat,
ketidakseimbangan elektrolit, Shock hipovolemik yang terdekompensasi
(hipotensi, asidosis metabolic, perfusi sistemik buruk), malnutrisi energi
protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik), kejang demam
terjadi pada dehidrasi hipertonik (dehidrasi yang berlebih), hipoglikemia,
hipokalemia (meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, disritmia jantung),
bakteremia.
Pada kasus yang diagnosa resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
tidak bisa diangkat dikasus karena kurangnya data yang mendukung diagnosa
tersebut. Saat pasien dirawat pasien tidak tampak ada kekurangan cairan dan
elektrolit dan tidak dilakukannya pemeriksaan kimia darah berupa pemeriksaan
elektrolit untuk mendukukung data pengkajian.

B. Saran
1. Individu yang mengalami gejala gastroenteritis perlu memahami pengobatan
sedini mungkin sehingga keluhan berat dan komplikasi dapat dicegah.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar dapat mengenali dan
memahami tanda dan gejala gastroenteritis, agar dapat melakukan
penatalaksaan keperawatan sesuai sebagaimana mestinya.
3. Bagi tenaga kesehatan maupun tenaga pengajar perlu memberikan
sumbangsih penelitian maupun referensi mengenai penyakit gastroenteritis
untuk memperbanyak literatur mengenai gastroenteritis.
93
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, EJ (2009). Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC.


Kemenkes RI (2013). Riset kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang
Kemenkes RI.
Booth Kathryn, Wyman Terri (2007). Anantomy, Physiology, and Pathophysiology
for Allied Health Ebook-Career Education.
Hasan R, Alatas H (2007). Gastroenterologi. Dalam: Hasan R, Alatas H. Ilmu
Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mugianti, S. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan
Muttaqin, Arif. (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, A. M & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan. Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA. Yogyakarta : Mediaction. Publishing
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai