Anda di halaman 1dari 20

MATERI 21

ASKEP GASTROENTRITIS
A. PENDAHULUAN

Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi di
Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang pada semua kelompok usia. Tidak jarang
penyakit ini menyebabkan kematian pada si penderita. Hal ini dikarenakan oleh
ketidakmampan si penderita menoleransi kehilangan elektrolit dan cairan dari tubuhnya.

Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23
per 100 ribu penduduk. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak
10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan
rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat (Tadda,
asri. 2010).

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya diare, seperti
masyarakat harus menyadari bahwa kesehatan itu lebih dari segalanya. Berdasarkan hal di
atas penulis menyusun makalah dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gastroenteritis” .

B. Kerangka Teoritis
1. KONSEP TEORITIS
a. DEFENISI

Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008).

Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
dengan kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24
jam (Simadibrata: 2006).
b.  ETIOLOGI

Menurut Simadibrata (2006) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri: shigella sp, E.coli pathogen, salmonella sp, vibrio
cholera, yersinia entero colytika, campylobacter jejuni, v.parahaemolitikus, staphylococcus
aureus, klebsiella, pseudomonas, aeromonas, dll. Virus: rotavirus,adenovirus, Norwalk
virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus, echovirus. Makanan beracun atau mengandung
logam, makanan basi, makan makanan yang tidak biasa misalnya makanan siap saji,
makanan mentah, makanan laut. Obat-obatan tertentu (penggantian hormone tiroid, pelunak
feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan antasida).
c. ANATOMI FISIOLOGI

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.

Mulut

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan dan
manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk
sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan penciuman dirasakan oleh
saraf olfaktorius di hidung dan teriri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan ( Faring)

Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal


dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Keatas
bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi
dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior
= bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang


menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah. Bagian inferior disebut laring gofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring

C. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus
bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar
adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. Lambung

Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum. Makanan masuk ke dalam
lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka
dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung
ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa ( Sebelah
Luar ).

F. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : Kolon
asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam
bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem
limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan anus


Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan
yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena
tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan


memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan terjadi.

d. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis adalah:


 Gangguan Osmotik, adanya makanan dan zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul gastroenteritis.
 Gangguan sekresi, akibat rangsangan tertentu (misalnya toxin) pada dinding usus,
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, yang selanjutnya
timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
 Gangguan Motilitas usus, Hyperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan dan
selanjutnya dapat menimbulkan gastroenteritis.
 Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri secara langsung atau
oleh efek dari nurotoxin yang diproduksi oleh bakteria. Infeksi ini menimbulkan
peningkatan produksi air dan garam kedalam lumen usus dan juga peningkatan motilitas,
yang menyebabkan sejumlah besar makanan yang tidak dicerna dan cairan dikeluarkan.
Dengan gastroenteritis yang hebat sejumlah besar cairan dan elektrolit dapat hilang,
menimbulkan dehidrasi, hyponatremi, dan hypokalemia.

Berdasarkan cairan yang hilang tingkat dehidrasi terbagi menjadi:


 Dehidrasi ringan, jika kekurangan cairan 5% atau 25 ml/kg/bb.
 Dehidrasi sedang, jika kekurangan cairan 5- 10% atau 75 ml/kg/bb.
 Dehidrasi berat, jika kekurangan cairan 10- 15% atau 125 ml/kg/bb.

e. MANIFESTASI KLINIK

a. Diare (BAB, lembek, cair)

1) Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan
isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik
menghasilkan pergeseran cairan dan Iodium ke rongga usus.

2) Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan
ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk
merangsang mukosa usus.

3) Perubahan mobiliti

Hiperperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.

b. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)

Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga
akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.

c. Nyeri perut dan kram abdomen


Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan
efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.

d. Peristaltik meningkat (> 35x/menit)

Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha
mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.

e. Penurunan berat badan

Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses malah mengandung unsur-unsur penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.

f. Nafsu makan turun

Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual
dan rasa tidak enak.

g. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering

Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.

h. Mata cowong

Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan


beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.

i. Gelisah dan rewel

Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh
tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.

j. Kesadaran menurun

Gejala klinis 10,11,12 terjadi karena penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja
jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut
jantung cepat, nadi cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan
peningkatan kepekaan dan tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha
ineretensi air dengan mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan
cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat
kesadaran hipotalamus terganggu

f. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Tinja

 Makroskopis dan mikroskopis.


 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
 Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2. Pemeriksaan Darah

 pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan
Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )


h. PENATALAKSANAAN

a. Pemberian cairan
1) Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas
adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.

2) Cairan parenteral.

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.

b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :

· Memberikan asi.

· Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.

c. Obat-obatan.

1) Obat anti sekresi.

2) Obat anti spasmolitik.

3) Obat antibiotik.a

2. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
tahap pertama proses keperawatan yang meliputi pengumpulan data secara
sistematis dan cermat untuk menentukan status kesehatan klien saat ini dan riwayat
kesehatan masa lalu, serta menentukan status fungsional serta mengevaluasi pola koping
klien saat ini dan masa lalu. Pengumpulan data diperoleh dengan cara wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi, peninjauan catatan dan laporan diagnostik, kolaborasi dengan
rekan sejawat.

1. Awalan Serangan Cemas, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.

2. Keluhan Utama Tinja semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak cairan dan elektrolit
terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun.

3. Riwayat Kesehatan Lalu Riwayat penyakit yang diderita.

4. Pola Fungsional menurut Gordon :

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan. Kebersihan lingkungan dan makanan yang
kurang terjaga.

b. Pola Nutrisi Diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.

c. Pola Eliminasi. Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 x
sehari, BAK sedikit atau jarang.

d. Pola Istirahat Tidur Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.

e. Pola Aktivitas. Akan terganggu kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
disentri abdomen.

f. Pola Nilai dan Kepercayaan. Kegiatan ibadah terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

g. Pola Hubungan dan Peran Pasien. Hubungan terganggu jika pasien sering BAB.
h. Pola Konsep Diri. Merupakan gambaran, peran, identitias, harga, ideal diri pasien selama
sakit.

i. Pola Seksual dan Reproduksi. Menunjukkan status dan pola reproduksi pasien.

j. Pola Koping dan Toleransi Stress Adalah cara individu dalam menghadapi suatu
masalah.

k. Pola Kognitif Menunjukkan tingkat pengetahuan klien tentang penyakit.

5. Pengkajian fisik

menurut Doenges (2008), meliputi:

Pengkajian dasar diantaranya adalah: Identitas klien.Riwayat kesehatan meliputi kesehatan


saat ini. Riwayat kesehatan keluarga. Pola Nutrisi meliputi frekuensi dan nafsu makan. Pola
eliminasi. Pola aktivitas dan latihan meliputi jenis aktivitas dan tempat bermain. Pola tidur
dan istirahat. Pemeriksaan fisik terdiri dari tingkat kesadaran, vital sign, keadaan kulit
meliputi muka, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, alat kelamin, anggota gerak.
Sirkulasi meliputi turgor kulit elastis atau tidak, dehidrasi. Keadaan thorax meliputi jantung
dan dada serta keadaan abdomen Pemeriksaan penunjang terdiri dari : pemeriksaan tinja,
makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula dalam tinja, bila perlu diadakan uji
bakteri, pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin
untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare berat,


muntah ), pemasukan terbatas ( mual ).

b. Resiko terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat

c. Resiko terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal


d.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
c. INTERVENSI

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare berat,


muntah ), pemasukan terbatas ( mual ).

Kriteria hasil : a. Mempertahankan keseimbangan cairan

b. Turgor kulit baik

c. Hidrasi adekuat dibuktikan oleh membran mukosa lembab

No DX Intervensi Rasional
1 1
Mengawasi masukan dan Memberikan informasi tentang
haluaran, karakter dan jumlah keseimbangan cairan fungsi ginjal dan
feses, perkiraan kehilangan yang control penyakit usus juga merupan
tidak terlihat dehidrasi pendoman untuk penggantian cairan

Kaji TTV Hipotensi, takikardi, demam dapat


menunjukan respon terhadap cairan

Menunjukan kehilangan cairan berlebih /


Observasi kulit kering dehidrasi
berlebihan dan membrane
mukosa, penurunan turgor kulit

Ukur BB setiap hari Indicator cairan dan status nutrisi

Kolaborasi pemberian obat Menurunkan kehilangan cairan


sesuai indikasi

Awasi hasil laboratorium,


misalnya Ht dan elektrolit Mendeteksi homeostasis /
ketidakseimbangan, membantu
menentukan kebutuhan penggantian.
DX 2 : Resiko terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat

Kriteria hasil : a. Berat badan stabil

b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan


adekuat.

c. Berpartisipasi dalam masukan diet.

No DX Intervensi Rasional

2 2 Menimbang BB setiap hari Memberikan informai tentang kebutuhan


diet dan keaktifan terapi

Lingkungan yangn tenang akan


Memberikan makanan dalam
menurunkan stress dan lebih kodusif untuk
ventilasi yang baik, lingkungan
makan
yang menyenangkan dengan
situasi tidak terburu-buru

Batasi makanan yang dapat


menyebabkan kram abdomen
Mencegah serangan akut / ekserbasi gejala
Pemberian cairan elektrolit
Membantu memenuhi kekurangan cairan
sesuai indikasi
DX 3: Resiko terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal

Kreteia hasil : a. Menunjukkan jaringan atau kulit utuh yang bebas akskoriasi.

b. Melaporkan tak ada atau penurunan pruritus.

Kriteria hasil :Klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat.

No DX Intervensi Rasional

3 3   Observasi kemerahan, pucat    Area ini meningkatkan resiko untuk


kerusakan dan memerlukan pengobatan
 Diskusikan pentingnya intensif
perubahan posisi yang sering
untuk mempertahankan aktifitas Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit
dengan mencegah tekan lama pada
jaringan

Gunakan krim dua kali sehari dan


setelah mandi
Melicinkan kulit dan menurunkan gatal
Tekankan pentingnya nutrisi /
cairan adekuat

Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan


memperbaiki kondisi kulit

d. IMPLEMENTASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan (diare berat, muntah
), pemasukan terbatas ( mual ).
1. Mengawasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan
yang tidak terlihat dehidrasi
2. Kaji TTV
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan turgor kulit
4. Ukur BB setiap hari
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6. Awasi hasil laboratorium, misalnya Ht dan elektrolit

2. Resiko terhadap kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat
1. Menimbang BB setiap hari
2. Memberikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan
dengan situasi tidak terburu-buru
3. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
4. Pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi

3. Resiko terhadap gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi anal


1.  Observasi kemerahan, pucat
2. Diskusikan pentingnya perubahan posisi yang sering untuk mempertahankan
aktifitas
3. Gunakan krim dua kali sehari dan setelah mandi
4. Tekankan pentingnya nutrisi / cairan adekuat
C. LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan


berikut. Anda dianjurkan untuk mencari dan mempelajari bagaimana penerapan
konsep dan perspektif keperawatan medikal bedah di rumah sakit khususnya
diruang bedah.
Petunjuk latihan:
 Lakukan observasi lapangan dan interview terhadap perawat
 Sebelumnya anda susun questioner yang mengacu pada teori untuk
memudahkan mengumpulkan informasi terkait asuhan keperawatan
gastroentritis .
 Kumpulkan data dan buat rangkuman hasil interview dan observasi lapangan
anda.
 Bagaimana kesimpulan anda, tuangkan dalam bentuk laporan.
 Selamat mengerjakan tugas

D. RANGKUMAN

Gastroenteritis (biasa disebut diare) adalah peradangan pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen dimana gejala yang umum
terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer) dalam frekuensi yang lebih banyak
dari biasanya. Gastroenteritis dapat menyerang semua usia. Masalah keperawatan
yang sering terjadi pada penderita gastroenteritis adalah kekurangan volume cairan,
nyeri akut, resiko kerusakana integritas kulit, san ketidakseimbangan nutrisi:
kurangan dari kebutuhan tubuh.

E. EVALUASI
1. Seorang laki-laki berusisa 15 tahun datang ke Rs dengan keluhan sakit
suhu > 38oC, demam, bab sudah lebih dari 10 ×, mual muntah tidak
nafsu makan.
TD : 90/100 mmHg S: 38,7 C RR: 19×i N: 77×i , dari hasil pemeriksaan
fisik tersebut apakan masalah yang dialami oleh pasien tersebut?
a. Diabetes
b. Gagal ginjal
c. Anemia
d. Gastroentritis

2. Seorang remaja putri datang ke Puskesmas diantar oleh ibunya dengan


keluhan nyeri perut bagian bawah sejak tadi pagi, ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya sudah bab lebih dari 6×, hampir tidak dapat
melakukan aktivitas sendiri.
TD : 90/70 mmHg S: 36,1 C RR: 18×i N: 78×i
Dari masalah tersebut apa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
pada remaja tersebut?
a. Nyeri akut
b. Nyeri kronis
c. Resiko defisit kekurangan volume cairan
d. Perubahan eliminasi

3. Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri


daerah ulu hati. Pada pengkajian diperoleh data pasien memiliki riwayat
penyakit gastritis sejak tahun lalu dan sering kambuh. Pasien biasa
mengkonsumsi kopi, skala nyeri 2. Pasien masih bisa makan dan minum
sedikit.
Apa prioritas masalah pada pasien?
a. Nyeri kronis
b. Nyeri akut
c. Resiko defisit kekurangan volume cairan
d. Perubahan eliminasi

4. Seorang laki-laki berusia 50 tahun mengeluh sakit kepala sampai


kuduk, mual dan muntah dan badan lemas. TD : 170/80 mmHg S: 36,6
C RR: 19×i N: 78×i. Pasien mengatakan takut jika masalah berat dan
tampak gelisah.
Apa prioritas masalah pada pasien?
a. Kerusakan integritas kulit
b. Konstipasi
c. Ansietas
d. Nyeri akut
5. Seorang perempuan dirawat di RS dengan diagnosa Gagal ginjal,
Perawat J akan memberikan penyuluhan pada keluarga pasien. Apa
tujuan dari Mengikutsertakan keluarga atau orang terdekat dalam
program penyuluhan?
a. kepatuhan dalam program perawatan dalam meningkat apabila
pasien menerima dukungan dari keluarga dan kelompok
dukungan diri yang sesuai
b. supaya pasien cepat pulang
c. supaya pasien mau minum obat
DAFTAR PUSTAKA

Butcher, Howard. dkk. 2010. Nursing Intervention Classification (NIC): Fifth Edition.


Miscourt: Mosby Elsevier.

Heardman, Heather. 2011. Nuring Diagnosis: Definition & Classification. United


Kingdom: Markono Print Media.

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/…, diakses
pada tanggal 18 januari 2013.

http://seputarsehat.com/asuhan-keperawatan-gastroenteritis…, diakses pada tanggal 18


januari 2013.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek Klinis). Jakarta:


Salemba Medika.

Swanson, Elizabeth. dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). Fourth Edition.


Missouri: Mosby Elsevier.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Williams & Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta Barat:
Indeks.

Anda mungkin juga menyukai