OLEH :
KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna
atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu (Kuntoadi &
Febriana, 2019).
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
2. Tenggorokan (Faring)
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan
laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
tulang belakang.
3. Kerongkongan (Esofagus)
menjadi tiga bagian: bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka),
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus) serta bagian inferior
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung,
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang
manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing
tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
(BAB).Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB)
B. Definisi
Thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
yang biasa disebut tifus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
oleh bakteri salmonella yang masuk kedalam tubuh manusia dan merupakan
kelompok penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang
C. Epidemiologi
secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas
sumber air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah
yang mana di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemis (Putra A., 2012).
Laporan World Health Organization (WHO) terdapat 17 juta kasus demam tifoid
per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan
Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Insidens rate penyakit demam tifoid di daerah
endemis berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per
100.000 penduduk per tahun. Tahun 2003 insidens rate demam tifoid di
Bangladesh 2.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate demam tifoid
penduduk, dan di Asia 274 per 100.000 penduduk. Indisens rate di Indonesia
masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000
penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000 –
dengan CFR sebesar 10%. Tingginya insidens rate penyakit demam tifoid di
negara berkembang sangat erat kaitannya dengan status ekonomi serta keadaan
D. Etiologi
salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan
debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20
menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari
jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika
prodormal, yaitu tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
F. Patofisiologi
typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam lambung dan masuk
ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Jika respon imunitas
humoral usus kurang baik, kuman akan menembus sel-sel epitel usus dan lamina
propina. Di Lamina propina kuman berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel
pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya
masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14
hari. Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan
dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag.
seperti demam, sakit kepala dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap
selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini,
bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’s
patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi
G. Pathway
Minuman dan makanan
yang terkontaminasi
Mulut
Saluran pencernaan
Typhus Abdominalis
Perasaan tidak enak pada Proses infeksi Limfoid plaque penyeri di ileum
perut, mual, muntah terminalis
(anorexia) Merangsang peningkatan
peristaltic usus Perdarahan dan
perforasi intestinal
Kekurangan
volume cairan Jaringan tubuh (limfa) Hipertrofi
(hepatosplenomegali)
Hipertermia
H. Klasifikasi
a. Demam Tifoid Akut Non Komplikasi
abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada
terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25%
c. Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses
(Fitrianggraini, 2012)
I. Komplikasi
1. Komplikasi Interestinal
a. Pendarahan Interestinal
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk luka lonjong dan
memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan
jika luka menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain
ketiga, namun juga dapat timbul pada minggu pertama. Gejala yang
terjadi adalah nyeri perut hebat di kuadran kanan bawah kemudian
tekanan darah turun dan bahkan dapat terjadi syok leukositosis dengan
2014).
2. Komplikasi Ekstra-Intestinal
a. Hepatitis tifosa
terjadi pada pasien dengan malnutrisi dan system imun yang kurang
c. Miokarditis
atau dapat berupa keluhan sakit dada, gagal jantung kohesif, aritma,
2014).
1. Nilai leukosit dalam darah berkisar antara 5.000 – 6.000 /mm, tetapi bisa
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor :
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi adanya antibodi
IgM dipstick dapat menggunakan serum dengan perbandingan 1:50 dan darah
dengan air biarkan kering.. Hasil dibaca jika ada warna berarti positif dan
Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi hasil 1+, 2+, 3+ atau 4+ jika
K. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
5) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
2) Pasien harus tirah baring sampai 7 hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14 hari. Tujuan tirah baring adalah untuk mencegah
pasien.
6) Diet
tim
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel yang berarti ada pertambahan secara kuantitatif
seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu
tahap masa anak kecil, 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau
masa sekolah rendah, 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian pada individu (Fida & Maya, 2012). Hockenberry
perkembanan anak terdiri dari fase prenatal, fase neonatal, fase infant, fase
toddler, fase prasekolah, fase sekolah dan fase remaja. Fase prenatal mencakup
masa kehamilan sampai anak dilahirkan. Fase neonatal merupakan masa saat
bayi lahir sampai usia 28 hari. Fase infant adalah fase saat bayi berusia 1 bulan
sampai 12 bulan. Fase toddler merupakan saat anak berusia 1-3 tahun. Setelah
fase ini akan memasuki fase pra sekolah yaitu saat anak memasuki usia 3-6
tahun. Fase sekolah merupakan fase anak berusia 6-12 tahun, dan terakhir fase
remaja yaitu saat anak memasuki memasuki usia 13-18 tahun (Hockenberry &
Wilson 2011)
1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, artinya
bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja melainkan sebagai
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang.
Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan
kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak adalah penerus generasi
bangsa.
atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk
7. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada
ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek kehidupan
anak.
BAB III
A. Pengkajian
Pengumpulan data pada kasus thypoid meliputi : (Nurarif & Kusuma, 2015)
1. Identitas Klien
1) Keluhan Utama
Meliputi penyakit yang diderita atau hal yang dirasakan oleh klien
saat masuk rumah sakit atau saat pengkajian, seperti: mengeluh perut
Penyakit yang diderita oleh klien saat masuk rumah sakit, seperti
pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
akan terganggu.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
c. Sistem respirasi
d. Sistem kardiovaskuler
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka pucat, rambut agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak
g. Sistem muskuloskeletal
h. Sistem abdomen
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
B. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN Tujuuan INTERVENSI (NIC) RASIONAL
1 Hipertermi Setelah diberikan asuhan NIC Label NIC Label :
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Perawatan demam perawatan demam
infeksi virus diharapkan suhu tubuh normal, 1. Monitor suhu tubuh, 1. Peningkatan suhu
salmonella thyposa dengan kriteria hasil: tekanan darah, denyut menunjukkan proses
NOC Label : nadi, dan respirasi rate penyakit infeksius akut.
secara berkala. Menggigil sering
1. Thermoregulasi
mendahului puncak suhu.
a. Melaporkan kenyamana suhu
2. Membuat vasodilatasi
dari skala 3 (cukup terganggu) 2. Berikan kompres hangat.
pembuluh darah sehingga
ke skala 5(tidak terganggu) yang
dapat membantu
ditandai dengan klien merasa
mengurangi demam.
nyaman.
3. Untuk mencegah
b. Penurunan suhu kulit dari skala 3. Anjurkan pasien untuk
dehidrasi akibat
4 (ringan) ke skala 5 (tidak ada) mempertahankan asupan penguapan cairan karena
yang ditandai dengan akral cairan adekuat. suhu tubuh yang tinggi.
teraba hangat.
4. Digunakan untuk
c. Perubahan warna kulit skala 4 4. Kolaborasi pemberian mengurangi demam
(ringan) ke skala 5 (tidak ada) obat antipiretik sesuai dengan aksi sentralnya
yang ditandai dengan warna indikasi. pada hipotalamus.
kulit normal sawo matang)
1. Tanda – tanda vital
a. Suhu tubuh dan tanda vital dari
skala 2 (deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal) ke
skala 5 (tidak ada deviasi dari
kisaran normal) yang ditandai
dengan
- Suhu : 36- 37
- Nadi: 60-100x/menit
- RR: 16-20 x/menit
- TD: 120/80 mmHg
2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan Askep selama NIC LABEL NIC LABEL
nutrisi kurang dari 3x24 jam diharapkan kebutuhan 1. Manajemen nutrisi 1. Manajemen nutrisi.
kebutuhan tubuh b/d nutrisi seimbang dengan kriteria : a. Tentukan status gizi a. Untuk mengetahui
mual, mntah, tidak NOC LABEL : pasien dan kemampuan kekurangan nutrisi
pasien untuk memenuhi pasien
ada nafsu makan 1. Status nutrisi
kebutuhan gizi
a. Asupan gizi dari skala 3
b. Identifikasi adanya b. Agar dapat dilakukan
(cukup menyimpang dari dari
alergi atau intoleransi intervensi dalam
rentang normal) ke skala 4
makanan yang dimiliki pemberian makanan
(sedikit menyimpang dari
pasien atau obat-obatan pada
skala norma) dengan kriteria
asupan gizi terpenuhi. pasien
b. Asupan makanan dari skala 3 c. Tentukan apa yang c. Dengan pengetahuan
(cukup menyimpang dari dari menjadi preferensi yangbaik tentang
rentang normal) ke skala 4 makanan bagi pasien nutrisi akan
(sedikit menyimpang dari meningkatkan
skala norma) dengan kriteria pemenuhan nutrisi
asupan makanan terpenuhi. d. Tentukan jumlah kalori d. Membantu dalam
c. Asupan cairan dari skala 3 dan jenis nutrisi yang mengidentifikasi
dibutuhkan untuk malnutrisi protein,
(cukup menyimpang dari dari memenuhi persyaratan khususnya apabila
rentang normal) ke skala 4 gizi berat badan kurang dari
(sedikit menyimpang dari normal.
skala norma) dengan kriteria
asupan cairan terpenuhi
2. Nafsu makan
a. Hasrat/keinginan untuk
makan dari skala 3 (cukup
terganggu) ke skala 5 (tidak
terganggu) dengan kriteria
pasien memiliki keinginan
untuk makan
b. Menyenangi makan dari skala
3 (cukup terganggu) ke skala
5 (tidak terganggu) dengan
kriteria pasien menyenangi
makanan
3 Diare berhubungan Setelah diberikan Asuhan NIC LABEL : NIC LABEL :
dengan inflamasi Keperawatan selama 3x24 jam 1. Manajemen diare 1. Manajemen diare
gastrointestinal diharapkan diare teratasi dengan a. Kelola pemeriksaan a. Untuk mendeteksi
kriteria : kultur sensitivitas feses adanya infeksi yang
berasal dari bakteri,
NOC LABEL:
virus, atau parasite
1. Fungsi gastrointestinal dan berbagai
a. Frekuensi BAB dari skala 2 penyakit.
(banyak terganggu) ke skala b. Membantu
4 (sedikit terganggu) dengan b. Observasi dan catat membedakan
kreiteria frekuensi BAB frekuensi defekasi,
normal karakteristik, jumlah penyakit individu dan
b. Konsistensi feses dari skala 3 dan faktor pencetus mengkaji beratnya
(cukup terganggu) ke skala 5 episodik
(tidak terganggu) engan c. Identifikasi makanan c. Memberikan istirahat
kriteria konsistensi lembek dan cairan yang kolon dengan
c. Bising usus dari skala 3 mencetus diare menghilangkan atau
(cukup terganggu) ke skala 5 menurunkan
(tidak terganggu) dengan rangsangan makanan
kriteria bising usus normal atau cairan
( 5-30x/mnt) d. Penggunaan obat
d. Nyeri perut dari skala 3 d. Ajarkan pada keluarga yang tepat dapat
(sedang) ke skala 5 (tidak penggunaan obat diare meminimalkan
ada) dengan kriteria tidak ada terjadinya syok
nyeri hipovolemik
e. Distensi perut dari skala 3 e. Untuk memudahkan
(sedang) ke skala 5 (tidak e. Kolaborasi jika tanda pengobatan dengan
ada) dengan kriteria tidak ada dan gejala diare segera
distensi perut menetap f. Memberikan
f. Diare dari skala 3 (sedang) f. Anjurkan pasien untuk kesempatan pada
ke skala 5 (tidak ada) dengan makan sedikit tapi lambung untuk
kriteria tidak ada diare. sering mencerna makanan
g. Untuk memperbaiki
g. Monitor hasil lab ketidakseimbangan
(elektrolit dan leukosit) cairan/elektrolit
h. Untuk koreksi
h. Monitor turgor kulit, keseimbangan cairan
mukosa oral sebagai dan elektrolit agar
indicator dehidrasi seimbang.
i. Menunjukkan
i. Konsultasi dengan ahli kehilangan cairan
gizi untuk diet tetap berlebihan atau
dehidrasi.
4 Defisien volume Setelah diberikan Askep selama NIC LABEL NIC LABEL
cairan berhubungan 3x24 jam diharapkan defisien 1. Manajemen cairan 1. Manajemen cairan
dengan kehilangan volume cairan teratasi dengan a. Timbang BB setiap a. Perubahan BB dapat
cairan aktif kriteria : hari dan monitor status menunjukkan
pasien keparahan dari edema
NOC LABEL
pasien
1. Hidrasi b. Menjaga
b. Jaga intake/asupan
a. Membrane mukosa lembab keseimbangan cairan
yang akurat dan catat
dari skala 4 (sedikit pasien
output pasien
terganggu) ke skala 5 (tidak c. Untuk mengetahui
c. Monitor status hidrasi
terganggu) dengan kriteria adanya tanda-tanda
(misal membrane
mukosa bibir lembab dehidrasi dan
mukosa, denyut nadi
b. Warna urine keruh dari skala mencegah syok
dan tekanan darah)
3 (sedang) ke skala 5 (tidak hipovolemik
ada) dengan kriteria warna d. Memantau jika terjadi
urine jernih d. Monitor hasil
laboratorium yang adanya peningkatan
c. peningkatan suhu tubuh dari berat jenis,
skala 3 (sedang) ke skala 5 relevan dengan retensi
cairan peningkatan BUN
(tidak ada) dengan kriteria dan penurunan
suhu tubuh dalam batas hematokrit
normal (36,5-37,5°C) e. Pemberian cairan IV
2. Keseimbangan cairan e. Berikan terapi IV
untuk memenuhi
a. Kesimbangan intake dan seperti yang ditentukan
kebutuhan cairan
output dalam 24 jam dari f. Agar menunjang
skala 3 (cukup terganggu) ke f. Berikan cairan yang dalam pemenuhan
skala 5 (tidak terganggu) tepat cairan
dengan kriteria cairan yang g. Agar cairan dalam
masuk dan cairan keluar g. Tingkatkan asupan oral tubuh terpenuhi
seimbang dan cairan selama 24
b. Turgor kulit dari skala 3 jam
(cukup terganggu) ke skala 5
(tidak terganggu) dengan
kriteria turgor kulit elastis
5 Nyeri akut Setelah diberikan Askep selama NIC LABEL NIC LABEL :
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan nyeri 1. Manajemen nyeri 1. Manajemen nyeri
cidera fisik berkurang, dengan kriteria : a. Lakukan pengkajian a. Untuk menentukan
NOC LABEL nyeri secara intervensi yang sesuai
komperhensif termasuk dan keefektifan dari
1. Kontrol nyeri
lokasi,karakteristik,dur terapi yang diberikan
a. Mengenali kapan nyeri terjadi
asi, b. Membantu dalam
dari skala 3 (kadang-kadang
Frekuensi,kualitas, mengidentifikasi
menunjukkan) ke skala 5
Termasuk lokasi derajat
(secara konsisten
b. Obs reaksi nonverbal ketidaknyamanan.
menunjukkan)
dari ketidaknyamanan. c. Meningkatkan
b. Menggambarkan nyeri dari
kenyamanan
skala 3 (kadang-kadang c. Fasilitasi lingkungan
2. Manajemen obat
menunjukkan) ke skala 5 nyaman
a. Identifikasi
(secara konsisten 2. Manajemen obat
karakteristik nyeri
menunjukkan) a. Tentukan lokasi ,
dan factor yang
c. Menggunakan tindakan karakteristik, kualitas
berhubungan
pencegahan nyeri dari skala 3 dan derajat nyeri
merupakan suatu hal
(kadang-kadang sebelum pemberian
menunjukkan) ke skala 5 obat yang amat penting
(secara konsisten untuk memilih
menunjukkan) intervensi yang cocok
d. Melaporkan nyeri terkontrol b. Untuk meminimalkan
dari skala 3 (kadang-kadang terjadnya kesalahan.
b. Cek instruksi dokter ttg
menunjukkan) ke skala 5
jenis obat, dosis dan
(secara konsisten c. Untuk meminimalkan
frekuensi
menunjukkan) terjadinya syok
c. Cek riwayat alergi
e. Menggunakan analgesic yang anafilatik
direkomendasikan dari skala d. Pemberian analgetik
3 (kadang-kadang untuk mengendalikan
menunjukkan) ke skala 5 d. Pilih analgetik yang nyeri.
(secara konsisten diperlukan/kombinasi
menunjukkan) dari analgeti ketika
2. Tingkat nyeri pemberian obat
a. Nyeri yang dilaporka dari
skala 3 (sedang) ke skala 5
(tidak ada)
1). Termoregulasi normal dengan kriteria hasil: Suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5-37,5), nadi dan respirasi dalam rentang normal, tidak ada
perubahan warna kulit, tidak menggigil.
2). Nutrisi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan
kriteria:asupan gizi, asupan makanan dan asupan cairan terpenuhi, dan
keinginan makan – makanan yang disenangi dapat meningkat.
3). Diare teratasi dengan kriteria frekuensi BAB dan konsistensi feses
dalam rentang normal, bising usus normal ( 5 – 30 x/menit), tidak ada
nyeri dan distensi pada perut.
4). Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada
pasien terpenuhi dengan kriteria cairan masuk dan keluar seimbang
dan turgor kulit elastis.
5). Nyeri terkontrol dengan kriteria hasil: melaporkan nyeri terkontrol,
ekspresi wajah tidak meringis, tanda- tanda vital dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
Kuntoadi, G,B,, & Febriana. (2019). Buku Ajar Anatomi Fisiologi: untuk
mahasiswa APIKES – Semester 1. (n.d): Pantera Publishing.
Sudoyo, A.W. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Interna Publising.
Suedarmo, Sumarmo, dkk. (2011). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri tropis.
Jakarta:IDAI.
Supariasa, dkk. (2011). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
Widodo. (2014). Demam Tifoid dalam Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta :
Interna Publishing