STASE KRITIS
Dibimbing Oleh :
Eliza Zihni,
S.Kep.,Ns.,M.Kep Disusun
Oleh :
VIKI ARIYANTI
NIM : 2019040025
Mahasiswa
( Viki Ariyanti )
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
Kepala Ruang
( )
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
STEMI
(a)
(b)
2. Etiologi
Penyakit jantung disebabkan oleh adanya penimbunan abnormal
lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah
yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan
aliran darah ke jantung (Suddarth, 2014).
Umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak ateroskerotik yang sudah ada
sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh faktor-
faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Nurarif AH &
Hardhi K, 2013). Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis koronaria
antara lain emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital,
spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik, dan
berbagai penyakit inflamasi sistemik (Libby, Bonow, Mann, Zipes, 2008).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada
substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan
terkadang dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri,
atau hanya rasa tidak enak di dada, nyeri sering disertai dengan napas
pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, dan mual
serta muntah. IMA sering didahului oleh serangan angina pektoris pada
sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada IMA biasanya berlangsung
beberapa jam sampai hari. nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah
kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama bebarapa jam
sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun
nitrogliserin.
4. Faktor Resiko
Faktor resiko penyakit arteri koroner antar lain (Suddarth,
2014) :
1) Merokok Seseorang dengan resiko tinggi penyakit jantung koroner
dianjurkan untuk berhenti merokok.
2) Tekanan Darah Tinggi adalah faktor risiko yang paling
membahayakan karna biasanya tidak menunjukan gejala sampai
telah menjadi lanjut. Tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya
gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri saat
memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus menyebabkan
suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
3) Kolesterol dalam Darah Tinggi, Lemak yang tidak larut dalam air,
terikat dengan lipoprotein yang terikat dalam air, yang
memungkinkannya dapat di angkut dalam system peredaran darah.
Tiga elemen metabolism lemak-kolesterol total, lipoprotein densitas
rendah (LDL = low density lipoprotein), dan lipoprotein densitas
tinggi (HDL = high density lipoprotein) dianggap sebagai faktor
primer yang mempengaruhi perkembangan penyakit jantung
koroner.
4) Hiperglikemia Hiperglikemia menyebabkan peningkatan trimbosit,
yang dapat menyebabkan pembentukan thrombus.
5) Pola Perilaku Stres dan perilaku tertentu diyakini mempengaruhi
patogenesis penyakit jantung koroner.
5. Klasifikasi
6. Patofisiologi
Infark miokard (serangan jantung) terjadi ketika arteri korener
(setidaknya sebagian) tiba-tiba terhalang oleh bekuan darah yang
menyebabkan setidaknya beberapa dari otot jantung yang mendapat suplai
darah oleh arteri menjadi infark (mati). Pada kasus STEMI arteri koroner
benar-benar diblokir oleh bekuan darah dan sebagai hasilnya hampir
semua otot jantung yang disuplai oleh arteri yang terkena mulai mati
(Fogoros RN, 2008).
Serangan jantung tipe ini biasanya ditunjukkaan oleh perubahan
karakteristik pada hasil EKG. Slah satu perubahan EKG adalah elevasi
pada “segmen ST”. Segmen ST yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi
kerusakan otot jantung yang relatif besar (karena arteri koroner benar-
benar tersumbat) (Fogoros RN, 2008). Faktor risiko biologis infark
miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan
riwayat keluarga. sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah,
sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan
diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, serta kalori (Santoso &
Setiawan, 2005).
Modify Unmodify
Merokok, alcohol, hipertensi, akumulasi lipid Blok pada arteri koroner jantung Congenital
Non STEMI
Blok sebagian Blok total
Stemi
Mual/muntah
Penurunan aliran darah
Jalur hantaran
Suplai O2 tidak seimbang dengan ke butuhan tubuh listrik terganggu As. Laktat meningkat Produksi urin menurun
Anoreksia
10. Terapi
Obat yang diberikan sesuai dengan anjuran dokter atau sesuai resep
dan diberikan sesuai dosis yang telah ditentukan oleh dokter atau
pharmacist.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit saat ini : bagaimana status kesehatan pasien saat ini
b. Riwayat penyakit dahulu : apakah pasien memiliki riwayat penyakit
jantung, atau penyakit kronis lainya.
c. Riwayat penyakit keluarga: apakah dikeluarga memiliki penyakit yang
sama atau penyekit menular, menurun dan menahun lainya.
d. Genogram : silsilah keluarga klien
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : lemas, cukup atau baik
Kesadaran : cm, somnolen, apatis, coma GCS : E, M, V
TTV : TD, N, RR, S, BB, TB
Pemeriksaan Head To Toe
4. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen, CT Scan, USG, EKG
Endoskopi, Lain-lain : ……………..
6. Analisa Data
Nadi:100x/mnt, TD:90/80
mmHg, RR:20x/mnt
7. Diagnosa Keperawatan yang muncul
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri
2. Penurunan curah jantung b/d perubahan irama dan afterload jantung
d.d sianosis, hipotensi
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d.d sianosis
4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan d.d tidak mampu mandi,
berpakaian, toilet, berhias mandiri
5. Risiko perfusi serebral tidak efektif b/d infark miokard akut
8. Intervensi
9. Implementasi
Suatu tindakan keperawatan yangdilakukan sesuai rencana keperawatan
atau intervensi yang telah disusun.
10. Evaluasi
Gambaran kasus :
Tuan Z, 40th , mengeluh nyeri dada sebelah kiri yang tidak menjalar ke
kedua lengan ataupun pundak sejak 1 bulan lalu, dispneu sepanjang hari,
pasien sering terbangun malam hari karena dispneu. Pasien tampak sakit berat,
nyeri seperti diremas kuat, terdapat pelebaran sela iga, retraksi interkostal,
tekanan darah 130/90 mmHg, terdapat murmur. Pada pemeriksaan
laboratorium Trigliserida (TGL) 210mg/dl, Low Density Lipoprotein (LDL)
175mg/dl, High Density Lipoprotein (HDL) 60mg/dl. Pada pemeriksaan EKG
didapatkan elevasi ST terdapat pada sadapan prekordial V1 V2 V3 dan V4 ≥
2mm yang berdampingan. Pada tgl 10/5/20 px dibawa di Igd, karena kondisi
semakin kritis dan mengalami penurunan kesadaran, px dipindah ke ruang
ICU.
1. Pengkajian
A. Identitas :
Identitas klien : penanggung jawab :
Nama : Tn. Z Nama : Ny. L
Jenis kelamin : laki-laki JK : Perempuan
Umur/TTL : 40th, 18/01/1980 Umur : 38th
Agama : Islam Alamat: Perak
Alamat : Perak, Jombang Pekerjaan : IRT
Pendidikan : tamat SMA Hubungan :
Istri Px
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
No RM/tgl MRS : 433800 / 11-05-2020
Tgl pengkajian : 13-05-2020
Jam pengkajian : jam 07:20 WIB
Ruang : ICU bed 03
Diagnosa Medis : ST elevasi (STEMI)
D. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit saat ini : Tn Z, 40th datang dengan Ny L, ke
igd pada tanggal 10-05-20, 09:40 Wib, datang dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri yang tidak menjalar ke kedua lengan
ataupun pundak sejak 2 hari yang lalu. Selain itu pasien
mengeluh sesak napas yang berlangsung sepanjang hari, pasien
juga mengatakan sering terbangun malam hari karena sesak
napas. Sesak napas dirasakan sudah lama, kurang sebih selama
1 minggu terakhir. Karena kondisi yang kritis atau tidak
membaik, pasien dipindah ke ruang icu pada tgl 11-05-20 wib.
Riwayat penyakit dahulu : px mengatakan hanya memiliki
riwayat hipertensi
Riwayat penyakit keluarga: dikeluarga px sang ibu memiliki
riwayat jantung
Genogram :
Keterangan :
: meninggal : garis pernikahan
: laki-laki : garis keturunan
: Perempuan : tinggal serumah
: pasien
E. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : lemas
Kesadaran : Somnolen GCS : E 3, M 4, V 3
TTV : TD : 130/90 mmHg
N : 125 x/mnt
RR : 22 x/mnt, SPO2 : 88 %
S : 37ºC
BB : 68 kg
TB : 170 cm
Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, keadaan rambut bersih dan
lurus, warna hitam beruban, lesi / trauma (-).
Palpasi : nyeri tekan (-)
Mata
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, reflek popil isokor, tidak
icterus, konjungtiva anemis
Palpasi : nyeri tekan (-)
Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, nafas cuping hidung (-),
terpasang O2 masker NRBM 5 liter/mnt, secret (-), epistaksis
(-), sumbatan (-) , Perdarahan (-).
Palpasi : nyeri tekan (-)
Telinga
Inspeksi : simetris , secret (-), perdarahan (-), gangguan
pendengaran (-)
Palpasi : nyeri tekan (-).
Mulut
Inspeksi : mukosa kering , gusi berdarah (-), lidah kotor (-),
sariawan (-), gangguan kecap (-)
Leher
Inspeksi : Pembesaran tyroid (-), lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-).
Thoraks
Inspeksi : thorax simetris, tidak ada lesi,
Palpasi : takikardi (+), bradikardi (-), nyeri tekan (+)
Perkusi : jantung pekak, paru wheez (-), Rhonc (+)
Auskultasi : bunyi jantung murmur , irama jantung
ireguler,
Abdomen
Inspeksi : adakah lesi (-),
Auskultasi : Bising usus 8x/mnt
Palpasi : nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani, Kembung (-)
Ekstremitas atas
Inspeksi : kulit kering (+), bengkak (-), deformitas (-),
terpasang infus (S), sianosis (+), kebas (-) , berkeringat
Palpasi : nyeri tekan (-), turgor kulit menurun
Ekstremitas bawah
Inspeksi : kulit kering (+), bengkak (-), nyeri sendi (-),
deformitas (-), sianosis (+), kebas (-) .
Genetalia
Inspeksi : adakah lesi (-), adakah gangguan berkemih (+),
gangguan BAB (-), Hemoroid (-).
F. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen, CT Scan, USG, EKG
Endoskopi, Lain-lain : laboratorium darah lengkap
Hasil :
1. Rontgen : Pada pemeriksaan foto rontgen thorax PA
didapatkan Bronkopneumonia dan emfisematous paru
2. EKG : Pada pemeriksaan EKG didapatkan elevasi ST
terdapat pada sadapan prekordial V1 V2 V3 dan V4 ≥ 2mm yang
berdampingan.
3. Laborat :
Nilai
No. Parameter Hasil Satuan Remaks Metode
rujukan
1 SGOT 74,00 u/L 11,00- Tinggi IFCC tanpa pyridoxal 5-
33,00 p 37c
2 SGPT 76 u/L 11,00- Tinggi IFCC tanpa pyridoxal 5-
50,00 p 37c
3 Bun 19 Mg/dl 8,00-23,00 Urease-GLDH
4 Creatin 0,61 Mg/dl 0,70-1,20 Rendah Jaffetanpa deproteinisasi
5 LDH 1.431,00 u/L 240,00- Tinggi DGKC
480,00
6 Troponim >2000 ng/L Negatif >2000 ICT
T massive AMI
100-2000
AMI
50-100 low
7 Glukosa 100 Mg/dl 70,00- Hexokinase
Darah 140,00
laboratorium Trigliserida (TGL) 210mg/dl, Low Density Lipoprotein (LDL)
175mg/dl, High Density Lipoprotein (HDL) 60mg/dl
G. Terapi :
O2 masker 5 l/mnt
Inf. NaCl 0.9% 18 tpm
Nitrogliserin 3x0,4 mg
Morfin 0,5 mg
Aspirin 75mg
Inj. Ceftriaxone 3x1
Inj. Ranitidin 2x1
H. Analisa Data
1. Intervensi
2. Implementasi
ʄ
untuk melihat perubahan ST
dan T
Terapeutik :
Mempertahankan tirah Px bersedia diperiksa
baring minimal 12 jam
Memasang akses Px bersedia diperiksa
intravena Edukasi :
Menganjurkan segera Px bersedia mengikuti
melaporkan nyeri dada anjuran yg diberikan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian anti Px bersedia diberi
angina (mis. Nitrogliserin, program pengobatan
dll) sesuai terapi
Kolaborasi Px bersedia diberi
pemberian morfin, program pengobatan
jika perlu sesuai terapi
Observasi :
14/05/2020
Mengdentifikasi Px bersedia diperiksa
Jam 07:15
karakteristik nyeri dada
wib
ʄ
Memonitor EKG 12 sadapan Px bersedia diperiksa
untuk melihat perubahan ST
dan T
Terapeutik :
Mempertahankan tirah Px bersedia diperiksa
baring minimal 12 jam
Memasang akses Px bersedia diperiksa
intravena Edukasi :
Menganjurkan segera Px bersedia mengikuti
melaporkan nyeri dada anjuran yg diberikan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian anti Px bersedia diberi
angina (mis. Nitrogliserin, program pengobatan
dll) sesuai terapi
Kolaborasi pemberian Px bersedia diberi program
morfin, jika perlu pengobatan sesuai terapi
Observasi :
15/05/2020 Mengdentifikasi Px bersedia diperiksa
Jam 14:18 karakteristik nyeri dada
wib Memonitor EKG 12 Px bersedia diperiksa
sadapan untuk melihat
ʄ
perubahan ST dan T
Terapeutik :
Mempertahankan tirah Px bersedia diperiksa
baring minimal 12 jam
Memasang akses Px bersedia diperiksa
intravena Edukasi :
Menganjurkan segera Px bersedia mengikuti
melaporkan nyeri dada anjuran yg diberikan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian anti Px bersedia diberi
angina (mis. Nitrogliserin, program pengobatan
dll) sesuai terapi
Kolaborasi Px bersedia diberi
pemberian morfin, program pengobatan
jika perlu sesuai terapi
2 Observasi :
13/05/2020 Memonitor lokasi, Px bersediamdiperiksa
Jam 08:15 karakter,
wib durasi,frekuensi,kualitas,
dan intensitas nyeri Px bersedia diperiksa
ʄ
Mengidentifikasi skala
nyeri Terapeutik : Px kooperatif
Memberikan terknik (kompres air hangat di
nonfarmakologis untuk bagian nyeri)
mengurangi nyeri
Edukasi Px memperhatikan ajaran
Mengajarkan teknik non yg diberikan perawat
farmakologis untuk (mengajarkan teknik nafas
mengurangi nyeri dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi Px mengikuti terapi yang
pemberian analgetik diberikan
Observasi :
14/05/2020 Memonitor lokasi, Px bersediamdiperiksa
Jam 07:45 karakter,
wib durasi,frekuensi,kualitas,
dan intensitas nyeri Px bersedia diperiksa
Mengidentifikasi skala
nyeri Terapeutik : Px kooperatif
ʄ
Memberikan terknik (kompres air hangat di
nonfarmakologis untuk bagian nyeri)
mengurangi nyeri
Edukasi Px memperhatikan ajaran
Mengajarkan teknik non yg diberikan perawat
farmakologis untuk (mengajarkan teknik nafas
mengurangi nyeri dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi Px mengikuti terapi yang
pemberian analgetik diberikan
Observasi :
15/05/2020 Memonitor lokasi,
Jam 14:45 karakter, Px bersediamdiperiksa
wib durasi,frekuensi,kualitas,
dan intensitas nyeri
Mengidentifikasi skala Px bersedia diperiksa
nyeri Terapeutik :
Memberikan terknik Px kooperatif
nonfarmakologis untuk (kompres air hangat di
mengurangi nyeri bagian nyeri)
Edukasi
ʄ
Mengajarkan teknik non Px memperhatikan ajaran
farmakologis untuk yg diberikan perawat
mengurangi nyeri (mengajarkan teknik nafas
dalam)
Kolaborasi
Kolaborasi Px mengikuti terapi yang
pemberian analgetik diberikan
3. Evaluasi
ʄ
RR:22x/mnt, spo2 : 88% , S : 37ºC
Gcs : 456 kesadaran : CM, bunyi
jantung murmur, EKG : ST elevasi
A : penurunan curah jantung belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
Identifikasi karakteristik nyeri dada
14/05/2020 Monitor EKG 12 sadapan utk melihat perubahan ST dan T
Jam 09:30 Terapeutik :
wib Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
Pasang akses intravena
Edukasi :
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian anti angina (mis. Nitrogliserin, dll)
Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
15/05/2020
Jam 15:30
S : Pasien mengatakan badannya lemas
O : K/U lemah, sianosis, gelisah, keringat dingin berkurang,
akral dingin, sesak, turgor kulit membaik
ʄ
wib
Nadi:100x/mnt, TD:120/90 mmHg
RR:22x/mnt, spo2 : 90% , S : 37ºC
Gcs : 456 kesadaran : CM, bunyi
jantung murmur, EKG : ST elevasi
A : penurunan curah jantung teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Observasi :
Identifikasi karakteristik nyeri dada
Monitor EKG 12 sadapan utk melihat perubahan ST dan T
Terapeutik :
Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
Pasang akses intravena
Edukasi :
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Kolaborasi :
ʄ
Kolaborasi pemberian anti angina (mis. Nitrogliserin, dll)
Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
2
13/5/2020 S : px mengatakan nyeri dada
11:00 wib
O : Nadi:125x/mnt, TD:130/90 mmHg, RR:22x/mnt, S: 37ºC
Tampak meringis, gelisah
P : sakit jantung
ʄ
Q :nyeri berat, seperti diremas sangat kuat
R : dada sebelah kiri
S : skala nyeri 6 (numeric)
T : hilang timbul
SPO2 : 88 %
Terpasang O2 NRBM 5 l/mnt
A : nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Observasi :
14/5/2020 Monitor lokasi, karakter, durasi,frekuensi,kualitas, dan
10:00 wib intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
Berikan terknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
ʄ
15/5/2020 S : px mengatakan nyeri dada
16:00 wib
O : Nadi:100x/mnt, TD:120/90 mmHg, RR:22x/mnt, S: 37ºC
Tampak meringis, gelisah
P : sakit jantung
Q :nyeri berat, seperti diremas sangat kuat
R : dada sebelah kiri
S : skala nyeri 5 (numeric)
T : hilang timbul
SPO2 : 90 %
Terpasang O2 NRBM 5 l/mnt
ʄ
A : nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Observasi :
Monitor lokasi, karakter, durasi,frekuensi,kualitas, dan
intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Terapeutik :
Berikan terknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Edukasi
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik