Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STEMI ( ST ELEVASI MIOKARD INFARK )

Disusun Oleh :

Welqi Viranti Putri

1814201222

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULSTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2020 /2021


A. DEFINISI STEMI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi  pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh
darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar
terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor yang ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG (Doengos, 2003).
STEMI adalah kejadian oklusi mendadak di arteri koroner epikardial dengan gambaran
EKG elevasi segmen ST (A, S, Irmalita, D, I, & B, 2016).
B. ETIOLOGI STEMI
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada
dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan ini lama kelamaan
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran, pembekuan
darah yang semuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal
tersebut mengakibatkan otot jantung didaerah tersebut mengalami kekurangan aliran
darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat 16 yang cukup serius, dari angina pektoris
sampai infark jantung, yang dapat mengakibatkan kematian mendadak.
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
a. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
b. Penyempitan aterorosklerotik
c. Trombus
d. Plak aterosklerotik
e. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
f. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
g. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
h. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
i. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
C. MANIFESTASI KLINIS STEMI
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai : berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
 Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
 Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.
D. PATOFISIOLOGI STEMI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri
koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI
karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus,
infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika
kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada
lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap
yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium
sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya
sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-
rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium
ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam.
WOC Aterossklerosis, Thrombosis, Kontraksi Arteri
Koronaria
Penurunan Aliran Darah Ke Jantung

Kekurangan Oksigen Dan Nutrisi

Iskemik Pada Jaringan Miokard

Nekrosis

Suplai Dan Kebutuhan oksigen kejantung tidak


seimbang
Suplai oksigen ke miokard menurun

Resiko
Metabolisme Seluler Hipoksia Penurunan
Curah
Gangguan
Timbunan Asam Jantung
Pertukaran Nyeri Akut
Laktat Meningkat
Gas
Integritas Membran Sel
Kelemahan Berubah
Ansietas
Kontraktilitas Turun
Intoleransi
Aktivitas

COP Turun Kegagalan


Pompa Jantung
Resiko Perfusi Serebral
Tidak Aktif Gagal Jantung

Resiko Kelebihan
Volume Cairan
Ekstravaskuler
E. PEMERKSAAN PENUNJANG STEMI
Pemeriksaan Penunjang Untuk menegakkan diagnosis STEMI yang perlu dilakukan
anamnesis (tanya jawab) seputar keluhan yang dialami pasien secara detail 20 mulai dari
gejala yang dialami, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit personal dan keluarga,
riwayat pengobatan, riwayat penyakit dahulu, dan kebiasaan pasien. Selain itu perlu juga
dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Majid, 2016)
1. Pemeriksaan penunjang yang penting dilakukan adalah pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG). Dengan pemeriskaan ini maka dapat ditegakkann diagnosis STEMI. Gambaran
STEMI yang terlihat pada EKG antara lain:
 Lead II, III, aVF : Infark inferior
 Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
 Lead V2-V4 : Infark anterior
 Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
 Lead I, aVL : Infark high lateral
 Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
 Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
 Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu
2. Echocardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya fungsi
vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasound.
3. Foto thorax
Foto thorax tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan
paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel
4. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)
Pemasangan kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan memonitor x- ray
untuk mengetahui sumbatan pada arteri koroner
5. Tes Treadmill
Uji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadap aktivitas.
6. Laboratorium :
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah:
1. Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.
2. cTn (cardiac specific troponin). Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. enzim ini
meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24
jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10
hari.
3. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
1)Mioglobin. Dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-
8 jam.
2)Creatinin kinase (CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
3)Lactic dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark
miokard, mencapai puuncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
1) Nama:
2) Umur:
3) Alamat:
4) Perkerjaan:
5) Tanggal masuk:
6) Status:
2. Riwayat kesehatan
Riwayat masuk. Berapa jam sesak sebelum masuk RS; Onset 12 jam
1) Riwayat kesehatan saat ini keluhan pasien, seperti:
Sesak
Udema
Nyeri dada
2) Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan pada angota keluarganya adakah anggota
keluarganya yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien saat ini. Serta riwayat
penyakit lainnya seperti:
Darah tinggi
Diabetes
Penyakit jantung
3) Riwayat kesehatan masa lalu: tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami penyakit
yang sama dengan yang dialami saat ini atau penyakit lain seperti:
Riwayat asma
Diabetes
Stroke
Gastritis
Alergi
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum:
2) Kesadaran:
4. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi: Terjadi peningkatan leukosit
Cardiac enzyms: Terjadi peningkatan enzim
2) Elektrokardiografi:
Detak jantung
Ekokardiografi: Pergerakan dinding jantung dan struktur jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Penurunan Curah Jantung b/d Perubahan Kontraktilitas
2. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b/d Penurunan Kerja Ventrikel Kiri
3. Nyeri Akut b/d Agen Pencdera Fisiologis
C. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Hasil SIKI
SDKI SLKI

1. Resiko Penurunan Setelah Dilakukan PERAWATAN JANTUNG


Curah Jantung b/d Tindakan Keperawatan Tindakan
Perubahan Selama 3 X 24 Jam  Observasi
Kontraktilitas Diharapkan Curah 1. Identifikasi tanda / gejala primer
Jantung Meningkat penurunan curah jantung
KH : 2. Identifikasi tanda / gejala
1. Kekuatan nadi perifer sekunder penurunan curah
ejection fraction jantung
( EF ) : Meningkat 3. Monitor tekanan darah
2. Cardiac index ( CI ) : 4. Monitor intake dan output cairan
Meningkat 5. Monitor berat badan setiap hari
3. Left ventricular stroke pada waktu yang sama
work index 6. Monitor saturasi oksigen
( LVSWI ) : 7. Monitor keluhan nyeri dada
Meningkat 8. Monitor EKG 12 sadapan
4. Stroke volume index (
SVI ) : Meningkat 9. Monitor aritmia
5. Palpitasi : Menurun 10. Monitor nilai laboratorium
6. Bradikardia : jantung
Menurun 11. Monitor fungsi alat pacu jantung
7. Takikardia : Menurun 12. Periksa tekanan darah dan
8. Distensi vena frekuensi nadi sebelum dan
jugularis : Menurun sesudah aktifitas
9. Tekanan darah : 13. Periksa tekanan darah dan
Membaik frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
 Terapeutik
1. Posisikan pasien semi fowler atau
fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
3. Gunakan stoking elastic atau
pneumatic intermiten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
> 94%
 Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti
aritmia
2. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

2. Resiko Perfusi Setelah Dilakukan MENEJAMEN PENINGKATAN


Serebral Tidak Tindakan Keperawatan TEKANAN INTRAKRANIAL
Efektif b/d Selama 3 X 24 Jam Tindakan
Penurunan Kerja Diharapkan Perfusi  Observasi
Ventrikel Kiri Serebral Meningkat 1. Identifikasi penyebab
KH : peningkatan TIK
1. Tingkat kesadaran : 2. Monitor tan dan gejala
Meningkat peningkatan TIK
2. Kognitif : Meningkat 3. Monitor MAP
3. Tekanan intra 4. Monitor CVP
cranial : Menurun 5. Monitor PAWP
4. Sakit kepala : 6. Monitor PAP
Menurun 7. Monitor ICP
5. Gelisah : Menurun 8. Monitor CPP
6. Kesadaran : Membaik 9. Monitor gelombang ICP
7. Tekanan darah 10. Monitor status pernafasan
sistolik : Membaik 11. Monitor intake dan output cairan
8. Tekanan darah 12. Monitor serebro - spinalis
diastolik : Membaik  Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang
tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari maneuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sadasi dan
anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu

3. Nyeri Akut b/d Agen Setelah Dilakukan MENAJEMEN NYERI


Pencdera Fisiologis Tindakan Keperawatan Tindakan
Selama 3 X 24 Jam  Observasi
Diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Nyeri Menurun durasi, frekuensi, kualitas,
KH : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri : 2. Identifikasi skala nyeri
Menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Meringis : Menurun verbal
3. Sikap protektif : 4. Identifikasi faktor yang
Menurun memperberat dan memperingan
4. Gelisah : Menurun nyeri
5. Kesulitan tidur : 5. Identifikasi pengetahuan dan
Menurun keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi : 6. Identifikasi pengaruh budaya
Membaik terhadap respon nyeri
7. Pola nafas : Membaik 7. Identifikasi pengetahuan nyeri
8. Tekanan darah : pada kualitas hidup
Membaik 8. Monitor keberhasilan terapi
9. Nafsu makan : komplementer yang sudah
Membaik diberikan
10. Pola tidur : Membaik 9. Monitor efek samping
penggunaan anlgetik
 Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
1. Jelaskan penyebab, perioden
dann pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyerikan nyeri
3. Anjurkan memonitor secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan
cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen.
Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-norma tertentu mencapai tujuan
kegiatan.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah penilaian perkembangan klien/pasien Tahap akhir dari
proses keperawatan Proses kontinue, yang penting untuk menjamin kualitas dan
ketepatan keperawatan yang diberikan Dengan meninjau respons pasien untuk
menentukan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustina. 2011. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) pada Laki-Laki 54 Tahun Memiliki
2. Brunner& Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
3. Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan.Jakarta:EGC
4. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
5. Kowalak, Welsh.2002. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
6. Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
7. Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
8. Cynthia M. Taylor, S. S. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Edisi
10. Jakarta: EGC.
9. Farissa, I. P. (2012). Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard Akut ST-Elevasi (STEMI)
Yang Mendapat Maupun Tidak Mendapat Terapi Reperfusi. Semarang: FK UNDIP
10. Majid, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kardiovaskular.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai